Anda di halaman 1dari 39

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Konsep Profesi, Profesional, dan Profesionalisme.

3.1.1. Pengertian Profesi

Secara bahasa, profesi merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu

“profession”yang berakar dari bahasa latin “profesus” atau “proffesio” yang berarti

janji/ikrar dalam pekerjaan. Dari defenisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

profesi menuntut janji/ikrar dalam suatu pekerjaan atau bidang keahlian yang tidak

bisa dikerjakan sembarang orang lain.

Menurut KBBI, profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan, keahlian tertentu. Webster’s New World Dictionary (Murniati, 2013:

14) mengemukakan bahwa profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang menuntut

pendidikan tinggi dan biasanya mencakup pekerjaan mental serta bukan pekerjaan

manual, seperti mengajar, megarang, kedoktoren, hukum, dan teknologi.

Adapun menurut Sanusi dkk (Cicih Sutarsih, 2012: 45) Profesi adalah suatu

jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para anggotanya.

Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidakdilatih dan tidak

disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui

apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani

profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi

(in-service training).

16
Profesi bukan sekedar pekerjaan, tetapi formasi khusus yang memiliki

expertise, resposibility, dan corporatness. Expertise adalah keahlian yang diperoleh

melalui pendidikan dan latihan dalam waktu yang lama. Responbilityadalah

tanggung jawab. Seseorang dikatakan bertanggung jawab bila ia berani melakukan

sesuatu dan menerima konsekuensi apa yang dikerjakan. Corporatness bisa diartikan

sebagai rasa kesejawatan. Dengan demikian, dapat dirumuskan profesi adalah suatu

pekerjaan khusus yang dilandasi dengan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan.

Adapun Orinstein dan Levine (Cicih Sutarsih, 2012: 56) menyatakan bahwa

profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini.

1) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang

hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).

2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan

khalayak ramai.

3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru

dikembangkan dari hasil penelitian).

4) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

5) Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk

(untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada

persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).

6) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu

(tidak diatur oleh orang luar).

7) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja

yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan

17
(langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak

dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai

sekumpulan unjuk kerja yang baku.

8) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan

terhadap layanan yang akan diberikan.

9) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari

supervisi dalam jabatan.

10) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

11) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan

mengakui keberhasilan anggotanya.

12) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau

menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

13) Mempunyai kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap

anggotanya.

14) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan dengan

jabatan lain).

Sedangkan Menurut Robert W. Richey (Cicih Sutarsih, 2012: 57)

mengemukakan ciri-ciri dan syarat-syarat profesi sebagai berikut:

1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan

dengan kepentingan pribadi.

2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang

untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus

yang mendukung keahliannya.

18
3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu

mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara

kerja.

5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri

dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.

7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.

8. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang

anggota yang permanen.

3.1.2. Pengertian Profesional

Profesional adalah hal yang berkenaan dengan pekerjaan keahlian-keahlian

khusus, mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Menurut sanusi et

al (Murniati, 2013: 14) profesional berkaitan dengan dua hal: (a) orang yang

menyandang sesuatu, (b) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya

sesuai dengan profesinya.

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 5, tertulis bahwa

profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan

pendidikan profesi.

19
3.1.3. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme merupakan suatu kelakuan, tujuan, nilai taua kualitas yang

mencirikan profesi. Adapun menurut Danim (Reni Fahdini dkk, 2014: 35)

mengatakan bahwa profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota

suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan

sesuai dengan profesinya itu. Senada dengan yang dijelaskan Sanusi dkk (Cicih

Sutarsih, 2012: 45) bahwa Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para

anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-

menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Oleh karenanya, guru yang profesional

senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas diri dan senantiasa untuk

mengupdate pengetahuannya secara kontinyu.

Sedangkan profesionalisme menurut Wignjosoebroto merupakan suatu paham

yang mencintai dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat,

berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta dengan

semanagat pengabdian yang selalu siap memberi pertolongan kepada sesama

(Murniati, 2013: 15).

Untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan, termasuk profesi sebagai guru,

Wilensky (Reni Fahdini dkk, 2014: 35) merumuskan ada lima langkah, yakni:

a) Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time, bukan

pekerjaan sambilan.

20
b) Menetapkan sekolah sebagai tempat menjalani proses pendidikan atau

pelatihan.

c) Mendirikan asosiasi profesi.

d) Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan

hukum terhadap asosiasi atau perhimpunan tersebut.

e) Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan.

3.2. Profesi Kependidikan

3.2.1. Pengertian Profesi Kependidikan dan Guru

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang

diluar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar

kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran.

Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian

yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas

menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang

dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi

berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut

daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar

berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Adapun

Driakarya menjelaskan pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia muda

21
(Rugaiyah dan Atiek Sismiati, 2013: 6). Sedangkan Langeveld menyatakan

pendidikan merupakan mempengaruhi anak dalam membimbingnya supaya menjadi

lebih dewasa

Jadi pengertian profesi pendidikan adalah satu kegiatan atau pekerjaan sesuai

keahliannya yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar bisa berperan

aktif dalam hidupnya sekarang dan masa datang. Menurut T. Raka Joni (Rugaiyah

dan Atiek Sismiati, 2013: 6), Pendidikan adalah proses interaksi manusiawi yang

ditandai keseimbangan kedaulatan subjek didik dan kewibawaan pendidik..

3.2.2. Syarat-syarat Profesi Kependidikan

Menurut National Education Association (NEA) menjelaskan bahwa syarat

profesi kependidikan adalah jabatan bagi tenaga pendidik sebagai berikut:

1. Melibatkan kegiatan Intelektual.

2. Menggeluti batang tubuh ilmu khusus.

3. Memerlukan persiapan profesional lama.

4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

5. Menjanjikan karier hidup

6. Menentukan baku (standard) sendiri.

22
3.3. Kode Etik

3.3.1. Pengertian Etika

Etika berasal dari istilah kata ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau

adat. Secara terminologi, Etika merupakan suatu refleksi dari suatu ajaran yang

melahirkan suatu pengertian nilai bagi seseorang.

William C. Frederick (Cicih Sutarsih, 2012: 17) mengatakan, bahwa etika

merupakan sebagai “A set of rules that define right and wrong conducts”

seperangkat aturan/undang-undang yang menentukan pada perilaku benar dan salah.

Sedangkan Hamzah Ya’qub (Murniati, 2013: 27) mengemukakan etika sebagai ilmu

yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal

perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

Etika merupakan suatu studi moralitas. Kita dapat mendefinisikan moralitas

sebagai pedoman atau standar bagi individu atau masyarakat tentang tindakan benar

dan salah atau baik dan buruk. Dengan perkataan lain bahwa moralitas merupakan

standar atau pedoman bagi individu atau kelompok dalam menjalankan aktivitasnya.

Sehingga dengan demikian dapat diketahui bagaimana perilaku salah dan benar atau

baik dan buruk itu.

Secara filosofis, etika merupakan cabang filsafat yang membahas nilai dan

norma, moral yang mengatur interaksi perilaku manusia baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok. Dalam pemahaman ini, etika yang digunakan sebagai

23
landasan pijakan manusia dalam perilakunya dapat diklasifikasikan dengan beberapa

penafsiran sebagai refleksi kritis dan refleksi aplikatif.

Jika perilaku kita diterima dan menguntungkan bagi banyak pihak, maka hal itu

dinilai sebagai perilaku etis karena mendatangkan manfaat positif dan keuntungan

bagi semua pihak. Sebaliknya manakala perilaku kita merugikan banyak pihak, maka

pasti akan ditolak karena merugikan masyarakat, dan karena itu perilaku ini dinilai

sebagai tidak etis dilakukan. Oleh karenanya aturan etika merupakan pedoman bagi

perilaku moral di dalam masyarakat.

3.3.2. Etika Profesi

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam

menj alankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang

filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma

etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. Etika Profesi

adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup

kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,

medis/dokter, dan sebagainya.

Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan

seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat

atau terhadap konsumen (klien atau objek).

Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam

rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat

24
yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama (Anang Usman, SH.,

MSi.).

Prinsip dasar di dalam etika profesi :

1. Tanggung jawab

i. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

ii. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau

masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan.

3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang

menjadi haknya.

4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya,

kompetensi dan ketekunan

5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi

6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

25
3.3.3. Sumber-sumber Moral dan Etika

. Oleh karena itu, sumber ajaran moral berkaitan erat dengan lingkungan

manusia sehari-hari. Suseno (Murniati, 2013: 33) mengemukakan bahwa sekurang-

kurangnya terdapat empat argumentasi mengapa etika pada zaman dulu sangat

penting untuk diwujudkan sekkarang:

a) Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik

b) Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang kompetitif

c) Perubahan sosial budaya dan moral

d) Agama dan ritual yang salah.

3.4. Profesionalisme Guru

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan

keahlian khusus sebagain guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di

luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal

tersebut di luar bidang kependidikan

Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip

mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai

berikut.

1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta dididk pada materi

pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan

sumber belajar yang bervariasi.

26
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik bentuk aktif dalam

berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian / pelajaran

dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tuqas perkembangan peserta

didik.

4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan/

pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi) agar

peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.

5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru

dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulangulang hingga tanggapan

peserta didik menjadi jelas.

6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara

mata pelajaran dan/atau praktik nyata dalam kehidupan seharihari.

7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara

memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati

/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.

8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina , hubungan

sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual

agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya

untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat meiakukan perbaikan dan

pengembangan;

27
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru

tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu

bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri

informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak

hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah diuraikan.

3.5. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru

3.5.1. Kompetensi Guru

Kompetensi adalah pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan bidang

ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi

kepentingan umum (Muh Userusman, 2006: 14). Menurut Abdul Majid (2005: 4)

kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas

dalam bidang pekerjaan tertentu. Sementara Nurhadi (2004:65) berpendapat bahwa

kompetensi merupakan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebijakan berfikir dan bertindak. Sedang menurut Mulyasa,

kompetensi adalah spesifikasi dan pengetahuan keterampilan dan sikap yang dimiliki

sekarang serta penerapannya didalam pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang

dibutuhkan oleh lapangan. (Ismoyowati dan siti supeni. 2014: 33).

Adapun menurut KBBI kompetensi berarti kekuasaan intik menentukan atau

memutuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau

kecakapan. Selain itu, kompetensi juga diartikan sebagai gambaran hakikat kualitatif

28
dari perilaku guru yang tampak sangta berarti. Sedangkan kompetensi guru

merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban

secara bertanggung jawab dan layak.

Dengan gambaran pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi

merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi

keguruannya.

3.5.2. Jenis-jenis Kompetensi Guru

Dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 pada pasal 10 ayat 1 dijelaskan

bahwa guru harus memiliki empat kompetensi dalam mengajar untuk menunjang

pribadi guru agar menjadi guru yang profesional. Adapun kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru adalah:

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi Pendagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

mulia. Kompetensi ini meliputi hal-hal sebagai berikut

a) Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, yaitu dengan mengkaji ajaran yang

dianut, mengamalkan ajaran-ajaran yang dianut, mengahayati peristiwa yang

mencerminkan sikap saling menghargai aantar umat beragama dan lainnya.

29
b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila

dengan mengkaji berbagai ciri manusia Pancasila, mengkaji sifat-sifat

kepatriotan bangsa Indonesia, membiasakan diri menerapkan nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupan, mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan,

membiasakan diri menghargai dan memelihara mutu lingkungan hidup.

c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru, yaitu

menkaji sifat-sifat terpuji ynag harus dimiliki oleh guru, membiasakan diri

menenrapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain,

sopan santun dan tanggap terhadap pembaharuan.

d) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional

e) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi pendidikan.

f) Melaksanakn bimbingan dan penyuluhan

g) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar

h) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus

i) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah

j) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.

3. Kompetensi sosial

Merupakan kemampuan pendidik berkomunikasidan berinteraksi secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta

didik, dan masyarakat.

4. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing

30
peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi Profesional

meliputi:

a) Menguasai landasan kependidikan, yaitu dengan mengenal tujuan pendidikan

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam

masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat

dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

b) Menguasai bahan pengejaran, dengan mengeuasai bahan pengajaran

kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan penganyaan.

c) Menyusun program pengajaran, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran,

memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan

mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih dan mengembangkan

media pengajaran yang sesuai dan memilih atau memanfaatkan sumber

belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran, dengan menciptakan iklim

belajarmengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi

belajar mengajar.

e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yaitu

dengan cara mrnilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran dan menilai

proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Menurut Sajidan (2010:3), kompetensi profesional dapat diperoleh melalui:

1. Kualifikasi Akademik, sesuai dengan UUGD No. 14 tahun 2005 dan PP No.

19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa kualifikasi

pendidikan untuk guru minimal S1 dan untuk Dosen minimal S2.

31
2. Pendidikan dan Latihan, Short Courses, TOT, kursus.

3. Researh Based Learning dari hasil penelitian dan P2M serta hasil

publikasi dan situasi jurnal terbaru.

4. Tutorial and Exercise merupakan wahana pengembangan profesionalisme

guru melalui KKG, MGMP, MKKS, dan dosen untuk melalui Team

Teaching, General Studium,

5. Program Academic Recharging (PAR), Derasering, dan lain-lain.

3.5.3. Sertifikasi Guru

Widoyoko (Reni Fahdini dkk, 2014: 35) memaparkan bahwa sertifikasi guru

adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Lebih lanjut dia

menjelaskan Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang diikuti

dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.

Sertifikasi guru tersebut bertujuan untuk:

1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

3. Meningkatkan martabat guru.

4. Meningkatkan profesionalitas guru.

Adapun manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut.

1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang

dapat merusak citra profesi guru.

32
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

bermutu dan tidak profesional.

3. Meningkatkan kesejahteraan guru.

3.6. Guru Sebagai Agen Pembelajaran

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, dikemukakan bahwa:

“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”. Selanjutnya dalam penjelasannya

dikemukakan bahwa: “yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran

(learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,

pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”. Sehubungan dengan itu,

dalam bab ini dibahas halhal yang berkaitan dengan peran guru sebagai agen

pembelajaran, baik sebagai fasilitator, motivator, pemacu, maupun pemberi inspirasi.

Meskipun dalam uraian ini peran guru sebagai agen pembelajaran dibahas secara

terpisah-pisah, namun dalam pelaksanaan pembelajaran peran-peran tersebut saling

berhubungan satu sama lain untuk membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.

3.6.1. Guru sebagai Fasilitator

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi

harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of

learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana

yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani

33
mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak

cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar

bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap

beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang

penuh berbagai tantangan.

Sebagai fasilitator, tugas guru yang paling utama adalah “to facilitate of

learning” (memberi kemudahan belajar), bukan hanya menceramahi, atau mengajar,

apalagi menghajar peserta didik, kita perlu guru yang demokratis, jujur dan terbuka,

serta siap dikritik oleh peserta didiknya. Untuk itulah pentingnya pembelajaran

terpadu, accelerated learning, moving class, konstruktivisme, contextual learning,

quantum learning digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat

membangkitkan motivasi peserta didik untuk kepentingan tersebut, guru merupakan

faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran, bahkan

sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik belajar.

Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefek. tifkan proses

pembelajaran adalah bahwa semua manusia (peserta didik) dilahirkan dengan rasa

ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, dan mereka semua memiliki potensi untuk

memenuhi rasa ingin tahunya. Misalkan kita memberikan mainan kepada seorang

bayi, perhatikan bagaimana asyiknya ia memainkan mainannya, menggerak-gerakan

seluruh bagian tubuhnya sebagai reaksi terhadap mainan tersebut, memutar dengan

tangan, menggigit atau memasukkan mainan tersebut ke mulutnya dan bahkan sekali-

kali melemparkannya. Kesemuanya itu dilakukan karena rasa ingin tahu si bayi

terhadap mainan.

34
Belajar dari pengalaman tersebut, dalam pembelajaranpun kondisinya tidak

jauh berbeda, peserta didik memiliki rasa ingin tahu, dan memiliki potensi untuk

memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu, tugas guru yang paling utama adalah

bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik agar tumbuh minat dan

motivasinya untuk belajar.

Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan yang kondusif dan

menantang rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran akan

berlangsung secara efektif Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mengapa

prestasi belajar peserta didik pada akhirakhir ini cenderung rendah? Mengapa banyak

peserta didik yang malas belajar? mengapa banyak yang membolos?. Lebih dari itu

mengapa banyak yang memilih main di mall, atau berkelahi dari pada belajar?, maka

jawabannya sederhana saja karena mereka tidak merasa senang belajar, karena tidak

ada rasa ingin tahu dan rasa ingin belajar di kalangan peserta didik. Mengapa hal

tersebut bisa terjadi?, karena para guru tidak menciptakan iklim pembelajaran yang

kondusif, dan kurang dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Disinyalir

dan didukung oleh beberapa hasil penelitian bahwa kebanyakan guru hanya

menyampaikan bahan sesuai dengan urutan-urutan dan ruang lingkup yang ada

dalam buku teks. Ini yang harus di ubah. Masalahnya sekarang bagaimana mengubah

persepsi dan pola pikir guru terhadap tugas pokoknya mengajar, bahwa mengajar

bukan semata-mata menyampaikan bahan sesuai dengan urutan buku teks, tetapi

yang paling penting bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik

sehingga bangkit rasa ingin tahunya dan terjadilah proses belajar yang tenang dan

menyenangkan. Di sinilah pentingnya peran guru sebagai fasilitator.

35
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang

diidentifikasikan Rogers (dalam Knowles, 1984) berikut ini.

1. tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang

terbuka;

2. dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan

perasaannya;

3. mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif,

bahkan yang sulit sekalipun;

4. lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik

seperti halnya terhadap bahan pembelajaran;

5. dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun

negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri

dan perilakunya;

6. toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses

pembelajaran; dan

7. menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu

prestasi yang dicapainya.

Beberapa hal yang harus dipahami guru dari peserta didik antara lain:

kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan,

latar belakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah.

36
Sedikitnya terdapat sembilan resep yang harus diperhatikan dan diamalkan guru,

agar pembelajaran berhasil memperhatikan perbedaan peserta didik.

1. kurangi metoda ceramah;

2. berikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik;

3. kelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya;

4. perkaya bahan dari berbagai sumber aktual dan menarik;

5. hubungi specialist, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan;

6. gunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian;

7. pahami perkembangan peserta didik;

8. kembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap peserta didik bekerja

dengan kemampuan masing-masing pada tiap pembelajaran, dan

9. libatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.

Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya

memahami peserta didik melalui kegiatan berikut ini.

1. mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di kelas maupun di

luar kelas;

2. menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik,

sebelum, selama dan setelah pembelajaran;

3. mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan

komentar yang konstruktif;

4. mempelajari catatan peserta didik yang adekwat;

37
5. membuat tugas dan latihan untuk kelompok;

6. memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki

kemampuan yang berbeda; serta

7. memberikan penilaian secara adil, dan transparan.

Untuk kepentingan tersebut, guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi

berikut ini.

1. menguasai dem memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan

kompetensi lain dengan baik;

2. menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar aobnuai nuntu

profesi;

3. memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya;

4. menggunakan metoda yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk

kompetensi pseserta didik;

5. mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam

kaitannya dengan pembentukan kompetensi;

6. mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir;

7. menyiapkan proses pembelajaran;

8. mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik; serta

9. menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan

dikembangkan.

Singkatnya, guru itu harus siap menjadi fasilitator yang demokratis profesional,

karena dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi, dan globalisasi yang

38
begitu cepat, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam hal tertentu peserta didik

lebih pandai atau lebih dulu tahu dari guru. Mungkin mereka memiliki berbagai

media, seperti internet, ketika guru belum menggunakan/memiliki fasilitas tersebut.

Kondisi ini menuntut guru untuk senantiasa belajar meningkatkan kemampuan, siap

dan mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat, bahkan tidak menutup

kemungkinan untuk belajar dari peserta didiknya.

3.6.2. Guru sebagai Motivator

Kebanyakan peserta didik kurang bernafsu untuk belajar, terutama pada mata

pelajaran matematika dan bahasa Inggris, padahal itu yang diujikan dalam ujian

nasional. Ironisnya, menurut peserta didik (dalam berbagai pertemuan dengan

penulis) guru-lah yang menjadi faktor penyebab sulitnya mereka belajar, atau

gurulah yang menyulitkan. Sehubungan dengan itu, guru dituntut untuk

membangkitkan nafsu belajar peserta didik. Pembangkitan nafsu atau selera belajar

ini sering juga disebut motivasi belajar. Apabila untuk membangkitkan nafsu makan

bisa menyajikan menu yang menantang seperti sambal, lalap, sayur asam; dengan

menciptakan suasana yang kondusif seperti leseh. an, dan prasmanan. Bagaimana

halnya membangkitkan nafsu belajar peserta didik, bagaimana mengatur menu

belajar, bagai… mana mengatur lingkungan. Ini penting dipikirkan oleh guru dan

ahli pendidikan, karena sebagian besar peserta didik kurang bernafsu untuk belajar.

Callahan and Clark (1988) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong

atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.

Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya

dengan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu kalau memiliki tujuan atas

39
perbuatannya, demikian halnya karena adanya tujuan yang jelas maka akan bangkit

dorongan untuk mencapainya. Motivasi dapat menyebabkan terjadinya suatu

perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan,

perasaan, maupun emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila

memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Eloknya, setiap guru memiliki rasa

ingin tahu, mengapa dan bagaimana peserta didik belajar serta menyesuaikan diri

dengan kondisi-kondisi belajar dan lingkungannya. Hal tersebut akan menambah

pemabaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran

berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak

yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam

mem/ berikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mamptf belajar

dengan sebaik-baiknya.

Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar,

dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a) peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap

pekerjaannya;

b) memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti;

40
c) memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik;

d) menggunakan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat guna; serta

e) memberikan penilaian dengan adil dan transparan.

A. Teori Motivasi dari Maslow

Sehubungan dengan motivasi, Maslow menyusun suatu teori tentang

kebutuhan manusia yang bersifat hierarkhis, dan dikelompokkan menjadi lima

tingkat, yaitu: physiological needs, safety needs, belongingnees and love needs,

esteem needs, and need for self-actualization (Maslow, 1970).

Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Di antara sekian banyak

kebutuhan manusia, terdapat kebutuhan utama, yang biasa dikenal dengan istilah

kebutuhan dasar. Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya, dan memerlukan

pemenuhan yang paling mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman,

air, dan udara. .

Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tingkat kedua ini adalah suatu

kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan

keteraturan dari keadaan lingkungannya, misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat

tinggal, dan perlindungan atas tindakan yang sewenang_ Wenang. Setiap orang

membutuhkan keamanan. Oleh karena itu di kelas atau di mana saja, guru harus

berusaha agar dirinya tidak menjadi sumber rasa tidak aman sebagai akibat seringnya

menghukum atau merendahkan peserta didik dengan mengeluarkan kata-kata yang

menyinggung perasaan, dan membuat hati terluka.

41
Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs). Kebutuhan ini

mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional

dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis,

di lingkungan keluarga ataupun di masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima,

dan dibutuhkan oleh orang lain. Maslow percaya bahwa setiap orang membutuhkan,

memberi dan menerima kasih sayang; butuh merasakan bahwa dirinya menjadi

bagian dari suatu kelompok atau masyarakat. Kebutuhan ini akan makin sulit

dipenuhi manakala masyarakat bertambah aktif, dan dinamis.

Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri dari dua

bagian. Pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan kedua

adalah penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan

pribadi dan mendapat penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya Kebutuhan ini

meliputi hasrat atau keinginan untuk berpikit keras tentang diri sendiri (self-esteem)

dan keinginan agar orang lain peduli akan dirinya, atau kita ingin agar orang lain

berpikir tentang diri kita. “Anda ingin agar orang lain mempedulikan Anda

Sebagaimana Anda mempedulikan diri Anda”. Penghargaan adalah apa yang

membuat kita merasa yakin (pasti) dan berguna, tanpa penghargaan ini kita merasa

rendah dan tidak berguna.

Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization). Kebutuhan ini

merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul apabila kebutuhan yang

ada di bawahnya sudah terpenuhi dengan baik. Misalnya seorang pemusik

menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuwan menemukan suatu teori yang

berguna bagi kehidupan. Aktualisasi diri merupakan realisasi potensi yang dimiliki,

42
yaitu latihan untuk menyalurkan bakat hingga mencapai batas akhir. Orang yang

berbakat musik perlu membuat musik, orang yang memiliki kemampuan berpikir

logis senantiasa ingin tahu, perlu (butuh) menjadi ilmuwan. Sebagian besar orang

tidak memiliki atau mencapai kebutuhan aktualisasi diri, sebab kebanyakan tidak

pernah secara penuh mampu memenuhi kebutuhan cinta dan penghargaan.

Pemenuhan kebutuhan biasanya dilakukan selangkah demi selangkah, mulai

dari yang terendah sampai tingkat tertinggi. Tetapi tidak demikian apabila menurun.

Seseorang yang telah mencapai tingkat kebutuhan tinggi, misalnya kebutuhan untuk

berprestasi, tiba-tiba dapat kehilangan sama sekali motifnya untuk melakukan

sesuatu apabila kebutuhan untuk diakui kelompoknya tidak terpenuhi. Penurunan ini

tidak terjadi dalam satu tingkat saja tetapi dapat beberapa tingkat sekaligus. Contoh

lain misalnya, seorang peserta didik yang giat belajar dan tinggi motivasinya untuk

berprestasi tiba-tiba menjadi sama sekali tidak bersemangat karena putus cinta

(kebutuhan untuk dicintai tidak terpenuhi).

Dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran, teori Maslow

ini dapat digunakan sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa:

a) peserta didik yang lapar, sakit atau kondisi fisiknya tidak baik tidak memiliki

motivasi untuk belajar;

b) peserta didik lebih senang belajar dalam suasana yang menyenangkan;

c) peserta didik yang merasa disenangi, diterima oleh teman atau kelompoknya

akan memiliki minat belajar yang lebih dibanding dengan peserta didik yang

diabaikan atau dikucilkan;

43
d) keinginan peserta didik untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu

sama.

Uraian tentang kebutuhan dengan berbagai sumber di atas diharapkan disikapi

oleh para pengelola pembelajaran sehingga lahir layanan yang bijak. Bentuk-bentuk

layanan yang bijak itu antara lain sebagai berikut.

a) Menyadari akan adanya kebutuhan oksigen, guru memperhatikan sirkulasi

udara di ruang kelasnya. Menyadari kebutuhan makan dan minum guru

mengijinkan peserta didik yang minta ijin untuk makan atau minum jika

memang dipandang mendesak dan tidak mengganngu proses belajar.

b) Menyadari adanya kebutuhan rasa aman, guru berupaya agar setiap peserta

didik merasa aman baik dari gangguan temannya, dari gangguan lingkungan

sekolah (misalnya pencurian) dan bahkan dari perilaku guru sendiri (antara

lain ancaman, cemoohan dan pukulan).

c) Menyadari akan kebutuhan untuk diakui, guru memperhatikan jawaban

setiap peserta didik, memberikan giliran secara adil, memperhatikan kritik

dan saran atau usul-usul peserta didik; menjaga iklim sosial dan emosional

kelas.

d) Menyadari akan kebutuhan penghargaan, guru tidak segan memberikan

pujian secara wajar dan proporsional, demikian pula dengan pemberian

penguatan, balikan, hadiah, dan berterimakasih kepada peserta didik.

e) Menyadari akan kebutuhan aktualisasi diri, guru memberikan kesempatan

untuk menyatakan diri, menunjukkan keberadaan diri peserta didik dalam

berbagai bentuk penampilan.

44
B. Cara Membangkitkan Nafsu Belajar

Berdasarkan teori motivasi sebagaimana diuraikan di atas, terdapat beberapa

prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan nafsu belajar peserta didik,

sebagai berikut.

a. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelaj arinya

menarik, dan berguna bagi dirinya.

b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada

peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga

dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan.

c. Peserta didik harus selalu diberitahu tentang kompetensi, dan hasil

belajarnya.

d. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-

waktu hukuman juga diperlukan.

e. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik.

f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, misalnya

perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek

tertentu.

g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan

memperhatikan kondisi fiSlk, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa

guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa

sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan,

serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga

mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.

45
3.6.3. Guru sebagai Pemacu

Sebagai pemacu belajar, guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta

didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa

yang akan datang.

Hal ini penting, karena guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

Perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat

meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain

dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua

mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap

guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik

tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru

perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik

dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin di antara kita

masih ingat, ketika duduk di kelas I SD, guru-lah yang pertama kali membantu

memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik

dan membantunya untuk dapat memegang pensil dengan benar. Guru pula yang

memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan

mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak

46
bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas,

bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Gurulah yang menggendong

peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan

lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.

Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu

pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan

fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan

dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan

masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan

belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara

optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan

memposisikan diri sebagai berikut.

1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta

didik.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta

didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat

mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran

pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

47
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (berv silaturahmi)

dengan orang lain secara wajar.

7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik, orang

lain, dan lingkungannya

8. Mengembangkan kreatifitas.

9. Menjadi pembantu ketika diperlukan

Untuk memenuhi tuntutan di atas guru harus mampu me' maknai pembelajaran,

serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan

perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

motivasi, kematangan, hubungannya peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,

tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. J ika

faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar

dengan baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan

sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan

berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa

hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut.

1. Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang

sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan

pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

48
2. Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan

sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian

yang dimiliki oleh peserta didik.

3. Menganalisa: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian,

sebagaimana orang mengatakan: “cuts the learning into chewable bites”.

4. Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam

suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti hubungan antara bagian yang

satu dengan yang lain nampan; jelas, dan setiap masalah itu tetap

berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.

5. Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar

apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.

6. Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.

Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan

peserta didik.

7. Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan

setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun

peserta didik.

8. Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan

terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan

kompetensi dasar.

9. Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari

berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang

bervariasi.

49
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan

pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar

yang berhubungan dengan materi standar.

11. Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran

dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta

menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

12. Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna,

dan hidup melalui antusias dan semangat.

Uraian di atas lebih bersifat teknis, karena dalam pembelajaran dan

pembentukan kompetensi peserta didik, guru melakukan banyak hal melalui

kebiasaan; tentu saja ada keinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam

pelaksanaannya, sehingga hasilnya pun semakin baik yang diwujuddkan dalam

prestasi belajar peserta didik.

3.6.4. Guru sebagai Pemberi Inspirasi

Sebagai pemberi inspirasi belajar, gur5u harus mampu memerankan diri dan

memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran

dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Untuk

kepentingan tersebut, guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang

aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga

sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik

(studentcentered activities), agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu,

gairah dan semangat belajar. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang

50
punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi

proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan

menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.

Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang

menyenangkan; seperti sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan

dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan di

antara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan

pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta

didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan

menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas peserta didik. Hal ini diakui oleh Soedomo

(1989: 143), bahwa semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan

memberikan dampak positif bagi proses belajar. Para pakar psikologis aliran

ekologik telah mendapatkan temuan-temuan penelitian bahwa tata warna secara

langsung mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna cerah cenderung menyiratkan

keceriaan dan suasana jiwa yang optimistik, sedangkan penggunaan warnawarna

suram akan memberikan pengaruh yang sebaliknya.

Uraian di atas, menunjukkan betapa pentingnya menciptakan suasana serta

iklim belajar dan pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini, sedikitnya terdapat

tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar,

susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang

akan dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi), dan bina suasana

dalam pembelajaran.

51
Sebagai pemberi inspirasi, guru juga dapat memerankan dirinya sebagai

pembawa ceritera. Dengan ceritera-ceritera yang menarik diharapkan dapat

membangkitkan berbagai inspirasi peserta didik. Cerita biasanya berlangsung dari

mulut ke mulut dengan perantara kata-kata hingga mencapai era kristalisasi kata-kata

yang tertulis, telah memberikan keberhasilan generasi baru dan generasi berikutnya,

serta dengan kesabaran melengkapi manusia dengan catatan tentang pewarisnya.

Dalam hal ini, perpustakaan yang besar telah menjadi monumen yang hebat bagi

pikiran manusia, kekayaan yang ditinggalkan manusia sedunia telah berada dalam

buku-buku, halaman, garis-garis, yang menyimpan kata-kata tertulis. Menjadi

kewajiban manusia untuk mengembangkan luasnya kehidupan ke dalam ide-ide dan

membiarkan mereka hidup kembali, walaupun bagaikan bunga-bunga di padang

pasir, terbengkalai untuk sementara waktu, tetapi untuk sampai pada saat kehidupan

baru mereka disuburkan oleh hujan, salju dan sinar matahari.

Guru, dengan menggunakan suaranya, memperbaiki kehidup an melalui puisi,

dan berbagai cerita tentang manusia. Guru tidak takut menjadi alat untuk

menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa

cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia, dan ia berharap bisa menjadi pembawa

cerita yang baik

Manusia tertarik terhadap apa saja yang mengingatkannya kepada dirinya

sendiri. Ketika seseorang melihat dirinya sendiri pada cermin, ia benar-benar merasa

terpikat perhatiannya oleh apa yang dilihatnya, ia diam, dan memanfaatkan cara ini

untuk memikirkan apa yang dilihat. Di depan cermin menggerakkan bibirnya,

52
menggerakkan kepala, dan macam-macam gerak lagi, untuk meyakinkan apa yang

dilihat, dan berharap bahwa apa yang dilihatnya memang benar.

Ceritera adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan

ceritera manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama

dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak

diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka,

belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa

yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha

mencari ceritera untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.

Sebagai pendengar, peserta didik dapat mengidentifikasi watak-watak pelaku

yang ada dalam ceritera, dapat secara objektif menganalisa, menilai manusia,

kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran. Mereka bisa jatuh cinta, dan menguji

kemampuannya untuk mencintai, dapat membenci, dapat mengetahui kekuatan yang

menghancurkan rasa benci, memimimpikan dan mengetahui baiknya harapan serta

tidak enaknya kekecewaan.

Salah satu karakteristik pembawa ceritera yang baik adalah mengetahui

bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para pendengarnya, sehingga

mampu menggunakan kejadian di masa lalu untuk menginterpretasikan kejadian

sekarang dan yang akan datang. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta

didik mengikuti jalannya ceritera dengan berusaha membuat peserta didik memiliki

pandangan yang rasional terhadap sesuatu.

53
Pembawa ceritera yang baik mengandalkan kemampuan dan menyadari

keterbatasan fisiknya agar mampu mendapatkan keefektifan yang maksimal. Ia

memahami kemampuan suaranya dan tau bagaimana menggunakannya, mampu

memvariasika irama dan volume suara, memilih waktu pelompatan ceritera,

mengolah ide yang diperlukan, serta menggunakan kata-kata secara tepat dan jelas.

54

Anda mungkin juga menyukai