Disusun oleh :
Kelompok 6, Kelas 5 B
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kita nikmat islam,
iman dan kesehatan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
tentang “Pengenalan hiperaktif dan layanan pendidikannya”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
besar kita, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk
benar yakni syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami menyampaikan terima kasih kepada ibu Feby Inggriyani, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna serta bermanfaat
dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan yang terkait dengan
pengenalan hiperaktif dan layanan pendidikannya. Selain itu kami juga sadar
bahwa pada makalah kami ini terdapat banyak sekali kekurangan serta jauh dari
kata sempurnaan. Oleh sebab itu, kami menanti kritik dan saran. Kami berharap
makalah ini dapat diterima serta dimengerti oleh setiap pihak yang membaca.
Kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
penulisan, tanda baca dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
1. Faktor Neurologik
Kerusakan pada neurologis yang ada dalam otak ini akan menyebabkan
gangguan pada susunan saraf menjadi kacau atau tidak teratur. Dengan kata
lain bahwa faktor lemahnya susunan syaraf pada seorang anak akan
menyebabkan hiperaktivitas.
2. Toxic Reaction
Hiperaktif juga dapat disebabkan karena reaksi toxic (keracunan).
Banyak para ahli menyatakan dengan istilah timbal. Timbal ini diperoleh
manusia melalui udara yang sudah tercemar dihirup manusia, makanan dalam
kemasan kaleng, asap dari cerobong pabrik dan proses industri. Jika
kandungan timbal dalam tubuh sudah banyak maka akan menyebabkan
infeksi. Infeksi anak masuk pada otak dan mempengaruhi fungsi intelektual,
persepsi, dan memori. Dengan demikian orientasi dan memori tidak dapat bekerja
dengan baik sehingga anak menjadi berperilaku hiperaktif.
3. Faktor Prenatal
Salah satu faktor hiperaktif adalah faktor pranatal. Faktor pranatal yaitu
kondisi yang dialami ibu saat kehamilan seperti kelahiran prematur, berat
badan turun pada masa kehamilan, atau luka fisik serius dapat mempengaruhi
kondisi anak yang dilahirkan mengalami hiperaktif. Namun hal ini masih
dalam penelitian lebih lanjut.
4. Faktor Genetik
Salah satu penyebab faktor hiperaktif adalah faktor genetik. Faktor
Genetik merupakan faktor internal yang diwariskan dari keluarganya.
5. Faktor lingkungan
Lingkungan rumah termasuk sikap orang tua juga dapat menyebabkan anak
menjadi hiperaktif. Sikap orang tua yang otoriter kadang tidak menyebabkan
anak menjadi takut namun justru kadang menentang dengan melakukan
aktifitas yang tidak disukai oleh orang tuanya. Kurangnya perhatian dari
orang tua terkadang membuat anak ingin mencari perhatian dengan
berperilaku yang sangat aktif. Jika hal ini tidak ditindak lanjuti maka lama
kelamaan anak akan mengalami gangguan hiperaktif.
6
1. Problem di Sekolah
Anak hiperaktif tidak mampu mengikuti pembelajaran yang disampaikan
oleh guru dengan baik, konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak
tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian
yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas -tugas
sekolah. Kecenderung bicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang
diajak bicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak
memperhatikan pelajaran.
2. Problem Berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, ia banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi, gangguan pemusatan
perhatian membuatnya sulit melakukan komunikasi yang timbale balik. Anak
hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon
lawan bicara dengan cepat.
3. Fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan sering di jumpai. Pada saat tidur, anak hiperaktif biasanya juga
tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik
anak juga berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh,
terkilir, dan sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan problem-problem anak hiperaktif terdapat
tiga problem yaitu pertama problem di sekolah, anak hiperaktif tidak
mampu mengikuti pembelajaran, karena anak mudah terganggu konsentrasinya.
Kedua, problem berbicara, anak hiperaktif banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Ketiga yaitu problem fisik,
secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik
anak lain,beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan.
9
diberi hukuman, dan jika siswa melakukan perilaku sesuai aturan maka guru
akan memberikan hadiah.
5. Bekerja sama dengan orang tua dan keluarga siswa. Guru perlu melakukan
home visit dan menjalin persahabatan dengan keluarga siswa hiperaktif.
6. Memberitahu masalah siswa hiperaktif di sekolah kepada orang tua, baik
secra lisan maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya meminta orang tua
untuk bersikap tegas dan disiplin dengan petunjuk guru.
7. Mengajak siswa hiperaktif untuk bersikap disiplin. Berdoa sebelum dan
sesudah pelajaran.
8. Bersikap tegas dan mengawasi dengan ketat saat melaksanakan perbaikan
perilaku siswa hiperaktif.
9. Memberikan reinforcement (penguat) baik positif maupun negatif atau
diberikan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) pada setiap langkah
perbaikan perilaku hiperaktif. Hukuman yang diberikan hendaknya bersifat
edukatif.
Berdasarkan teori di atas terkait dengan layanan pendidikan guru bagi siswa
hiperaktif dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menangani siswa hiperaktif adalah siswa dipilihkan tempat duduk, mengurangi
rangsangan yang dapat meningkatkan perilaku hiperaktif, menciptakan
lingkungan yang terstruktur, bekerjasama dengan keluarga siswa, memberitahu
masalah siswa hiperaktif di sekolah kepada orang tua, mengajak siswa hiperaktif
untuk disiplin, bersikap tegas, dan memberikan hadiah dan hukuman.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada anak-
anak. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan menunjukkan keadaan aktifitas fisik seperti gerakan yang
berlebihan seolah digerakkan oleh mesin, tidak dapat berkonsentrasi lama.
keadaan psikologis seperti tidak dapat mengendalikan emosi dalam berbagai
situasi, mudah putus asa dan kecil hati. Serta hubungan sosial seperti tidak
memiliki teman dan berkelahi dengan teman.
Hiperaktif dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu, 1) tidak focus, 2) memiliki
sikap menentang, 3) memiliki perilaku yang distruktif, 4) tak kenal lelah, 5) tidak
sabar dan usil, 6) intelektulitas rendah. Ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi
anak hiperaktif yaitu faktor neurologi, toxic reactious, kondisi pranatal, faktor
genetik, dan faktor lingkungan.
Anak hiperaktif dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu: 1) penggolongan
berdasarkan penyebab yaitu disebabkan oleh gangguan neurologis, faktor
perkembangan dan psikogen. 2) penggolongan berdasarkan gejala perilakunya
yaitu, tipe siswa yang tidak bisa memusatkan perhatian, tipe siswa yang hiperaktif
dan impulsive, serta tipe gabungan. 3) penggolongan berdasarkan berat dan
ringannnya penyimpangan.
Anak hiperaktif terdapat tiga problem yaitu, pertama problem di sekolah,
anak hiperaktif tidak mampu mengikuti pembelajaran, karena anak mudah
terganggu konsentrasinya. Kedua, problem berbicara, anak hiperaktif banyak
berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Ketiga
yaitu problem fisik, secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik
yang tidak sebaik anak lain,beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan.
Usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam menangani siswa hiperaktif
adalah siswa dipilihkan tempat duduk, mengurangi rangsangan yang dapat
meningkatkan perilaku hiperaktif, menciptakan lingkungan yang terstruktur,
bekerjasama dengan keluarga siswa, memberitahu masalah siswa hiperaktif di
11
12
sekolah kepada orang tua, mengajak siswa hiperaktif untuk disiplin, bersikap
tegas, dan memberikan hadiah dan hukuman.
3.2 Saran
Sebagai seorang guru, hendaknya mengetahui dan memahami
karakteristik masing-masing siswanya sebagai upaya mengetahui
permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Guru perlu memberikan perhatian dan
selalu memantau terhadap perilaku siswa di kelas, sehingga apabila terdapat
perubahan perilaku yang dialami siswa dapat segera teratasi.
Orang tua sebagai pendidik, hendaknya memberikan penguatan
terhadap setiap tingkah laku baik yang dilakukan anak hiperaktif. Hal ini
bertujuan agar anak hiperaktif mengulang dan dapat membiasakan perilaku
baik tersebut sehingga perilaku hiperaktifnya dapat dikendalikan. Kerja sama
antara guru, orang tua, dan pihak-pihak lain perlu dilakukan secara
berkesinambungan dalam upaya untuk memantau perkembangan siswa terkait
perilaku siswa baik pada saat berada di rumah ataupun di sekolah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dayu. (2013). Mendidik Anak ADHD Hal-hal Yang Tidak Bisa Dilakukan
Obat. Yogyakarta: Javalitera.
Suharmini, Tin. (2005). Penangangan Anak Hiperaktif. Jakarta: Depdiknas
Dirjen P2TK2.
Prasetyono. (2008). Serba Serbi Anak Autis dan Gangguan Psikologis
Lainnya. Yogyakarta:Diva Press
13