Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGENALAN HIPERAKTIF DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen: Feby Inggriyani, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 6, Kelas 5 B

Dini Destiawati 175060056


Heni 175060050
Deggy 175060070
Novia Ayu Dwi Agung Dewanthy 175060083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kita nikmat islam,
iman dan kesehatan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
tentang “Pengenalan hiperaktif dan layanan pendidikannya”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
besar kita, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk
benar yakni syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami menyampaikan terima kasih kepada ibu Feby Inggriyani, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna serta bermanfaat
dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan yang terkait dengan
pengenalan hiperaktif dan layanan pendidikannya. Selain itu kami juga sadar
bahwa pada makalah kami ini terdapat banyak sekali kekurangan serta jauh dari
kata sempurnaan. Oleh sebab itu, kami menanti kritik dan saran. Kami berharap
makalah ini dapat diterima serta dimengerti oleh setiap pihak yang membaca.
Kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
penulisan, tanda baca dan perkataan yang tidak berkenan di hati.

Bandung, 15 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1 Pengertian Hiperaktif.............................................................................. 3
2.2 Ciri-ciri Hiperaktif ................................................................................. 4
2.3 Faktor penyebab siswa hiperaktif ........................................................... 4
2.4 Klasifikasi Siswa Hiperaktif ................................................................... 6
2.5 Problem-problem siswa hiperaktif. ........................................................ 8
2.6 Layanan pendidikan guru pada siswa hiperaktif. ................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 11
3.1 Simpulan. ............................................................................................ 11
3.2 Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha yang sadar, teratur dan sistematis di
dalam memberikan bimbingan atau bantuan kepada orang lain (anak) yang
sedang berproses menuju kedewasaan. Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 (amandemen)
menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Artinya, tidak ada suatu pembeda atau diskriminasi dalam mendidik semua
siswa termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Semua siswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang sama
dalam mengembangkan potensi mereka. Layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan anak-anak
berkebutuhan khusus yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya yang membedakan dengan anak-anak normal pada umumnya.
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
20 menyebutkan salah satu tugas guru ialah bertindak objektif dan tidak
diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agam, suku, ras dan
kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status ekonomi peserta
didik dalam pembelajaran. Dalam satu kelas, ada berbagai macam karakteristik
siswa. Kemampuan siswa berbeda-beda satu sama lain. Ada siswa yang pandai,
cerdas, aktif dan mudah menerima pelajaran serta ada juga yang mengalami
kesulitan belajar.
Kesulitan yang dihadapi siswa beragam bentuknya, termasuk di dalamnya
ialah mengatur emosi dan konsentrasi siswa di dalam kelas. Siswa dengan
gangguan seperti itu mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu
gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak
hiperaktif (Ferdinand Zaviera, 2012: 11).
Keberadaan anak hiperaktif dalam pembelajaran di kelas seringkali
membuat teman-teman lain merasa terganggu dalam mengikuti pelajaran. Anak
yang hiperaktif ini tidak bisa berkonsentrasi lama dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa anak hiperaktif ini mengalami
masalah kesulitan belajar. “Kesulitan belajar” dapat diartikan sebagai suatu

1
2

kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan


tertentu, yang mungkin disadari atau tidak disadari oleh siswa yang
bersangkutan.
Salah satu unsur yang berperan penting dalam memberikan layanan
pendidikan di sekolah ialah guru. Guru sebagai pendidik merupakan orang tua
kedua bagi siswa di sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi bagi
siswa, terutama dalam hal belajar. Tugas guru ialah mengajar dan mendidik
siswa dengan baik agar mereka dapat hidup dengan mandiri.
Guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengenali siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan mencari faktor penyebab kesulitan belajar
tersebut. Oleh sebab itu, layanan pendidikan secara khusus sangatlah penting
diberikan guru pada siswa hiperaktif untuk mengembangkan potensinya seperti
siswa lain. Dengan demikian, makalah ini disusun dengan tujuan agar kita lebih
memahami materi mengenai pengenalan hiperaktif dan layanan pendidikannya
serta dapat mengaplikasikannya didalam kehidupan nyata.

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari hiperaktif ?
2. Apa saja ciri-ciri hiperaktif?
3. Apa saja faktor penyebab siswa hiperaktif?
4. Apa saja klasifikasi siswa hiperaktif?
5. Apa saja problem pada siswa hiperaktif?
6. Bagaimana layanan pendidikan guru pada siswa hiperaktif?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian hiperaktif.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri hiperaktif.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab siswa hiperaktif.
4. Untuk mengetahui problem pada siswa hiperaktif.
5. Untuk mengetahui klasifikasi siswa hiperaktif.
6. Untuk mengetahui layanan pendidikan guru pada siswa hiperaktif.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hiperaktif


Pada dasarnya setiap manusia memiliki dorongan hidup untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan penghargaan atas dirinya. Namun, mengingat bahwa setiap manusia
atau individu memiliki sifat khas yang diperoleh dari lingkungan keluarga maka
dalam wujud pergaulan menunjukkan sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Salah
satunya adalah istilah hiperaktif. Hiperaktif disebut juga dengan istilah ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Menurut Marlina (dalam Zaviera,2012. hlm: 11) mengungkapkan bahwa
ADHD atau hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada
anak-anak. Perilaku yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam hal
menaruh perhatian dan pengontrolan diri seperti banyak gerak, emosi yang
meledak-ledak, mudah putus asa dan kecil hati yang akan mengakibatkan
anak tidak memiliki teman. Keadaan yang demikian akan menjadi masalah bagi
anak-anak yang berperilaku demikian.
Hal tersebut sesuai dengan teori Zaviera (2012. hlm:12) bahwa anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas yang akan membawa dampak untuk timbulnya masalah fisik,
psikis dan masalah sosial. Istilah hiperaktivitas berasal dari dua kata, yaitu hyper
berarti banyak, tinggi dan activity berarti keadaan yang selalu bergerak,
mengadakan eksplorasi serta respon terhadap rangsangan dari luar. Dengan
demikian istilah dari hiperaktivitas berarti aktifitas yang dimiliki sangat tinggi
tidak bertujuan dan cenderung bersifat negatif.
Berdasarkan teori – teori diatas dapat dinyatakan bahwa anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
menunjukkan keadaan aktifitas fisik seperti gerakan yang berlebihan seolah
digerakkan oleh mesin, tidak dapat berkonsentrasi lama. keadaan psikologis
seperti tidak dapat mengendalikan emosi dalam berbagai situasi, mudah putus
asa dan kecil hati. Serta hubungan sosial seperti tidak memiliki teman dan
berkelahi dengan teman.

3
4

2.2 Ciri-ciri Hiperaktif


Pada umumnya setiap anak memiliki dorongan untuk bertingkah laku.
Namun dalam tingkah laku mereka terdapat anak-anak yang memiliki
tingkah laku yang sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, akan tetapi
terkadang kita jumpai terdapat anak-anak yang bertingkah laku menyimpang
seperti halnya anak hiperaktif. Hiperaktif ditandai dengan berbagai ciri yang
merupakan akibat dari hiperaktifitasnya.
Menurut Prasetyono (2008.hlm:107) mengatakan bahwa ciri-ciri hiperaktif
yang dialami oleh anak ditandai dengan:
1. Tidak fokus yang artinya anak hiperaktif tidak dapat berkonsentrasi
pada waktu yang lama.
2. Sikap menentang, yaitu anak hiperaktif pada umumnya mempunyai
sikap penentang atau tidak mau dinasehati. Penolakan terhadap perintah
orang lain juga bisa ditunjukkan dengan sikap acuh.
3. Memiliki perilaku yang distruktif atau merusak.
4. Tak kenal lelah. Anak hiperaktif jarang merasakan lelah. Sepanjang hari
anak hiperaktif akan selalu bergerak kesana kemari, lompat, lari, dan
sebagainya.
5. Tidak sabar dan usil ketika bermain dengan temannya.
6. Intelektualitas rendah yang disebabkan oleh perhatian yang mudah teralih.
Berdasarkan teori di atas terkait dengan jenis-jenis hiperaktif dapat
disimpulkan bahwa hiperaktif dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu, 1) tidak
focus, 2) memiliki sikap menentang, 3) memiliki perilaku yang distruktif, 4) tak
kenal lelah, 5) tidak sabar dan usil, 6) intelektulitas rendah.

2.3 Faktor Penyebab Siswa Hiperaktif


Perilaku hiperaktif pada siswa tidak muncul begitu saja, akan tetapi ada hal
yang menjadi faktor penyebab munculnya perilaku tersebut. Ada beberapa
faktor penyebab utama anak mengalami hiperaktif. Suharmini (2005,hlm : 37)
mengemukakan bahwa ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi anak
hiperaktif yaitu faktor neurologi, toxic reactious, kondisi pranatal, faktor
genetik, dan faktor lingkungan. Lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut:
5

1. Faktor Neurologik
Kerusakan pada neurologis yang ada dalam otak ini akan menyebabkan
gangguan pada susunan saraf menjadi kacau atau tidak teratur. Dengan kata
lain bahwa faktor lemahnya susunan syaraf pada seorang anak akan
menyebabkan hiperaktivitas.
2. Toxic Reaction
Hiperaktif juga dapat disebabkan karena reaksi toxic (keracunan).
Banyak para ahli menyatakan dengan istilah timbal. Timbal ini diperoleh
manusia melalui udara yang sudah tercemar dihirup manusia, makanan dalam
kemasan kaleng, asap dari cerobong pabrik dan proses industri. Jika
kandungan timbal dalam tubuh sudah banyak maka akan menyebabkan
infeksi. Infeksi anak masuk pada otak dan mempengaruhi fungsi intelektual,
persepsi, dan memori. Dengan demikian orientasi dan memori tidak dapat bekerja
dengan baik sehingga anak menjadi berperilaku hiperaktif.
3. Faktor Prenatal
Salah satu faktor hiperaktif adalah faktor pranatal. Faktor pranatal yaitu
kondisi yang dialami ibu saat kehamilan seperti kelahiran prematur, berat
badan turun pada masa kehamilan, atau luka fisik serius dapat mempengaruhi
kondisi anak yang dilahirkan mengalami hiperaktif. Namun hal ini masih
dalam penelitian lebih lanjut.
4. Faktor Genetik
Salah satu penyebab faktor hiperaktif adalah faktor genetik. Faktor
Genetik merupakan faktor internal yang diwariskan dari keluarganya.
5. Faktor lingkungan
Lingkungan rumah termasuk sikap orang tua juga dapat menyebabkan anak
menjadi hiperaktif. Sikap orang tua yang otoriter kadang tidak menyebabkan
anak menjadi takut namun justru kadang menentang dengan melakukan
aktifitas yang tidak disukai oleh orang tuanya. Kurangnya perhatian dari
orang tua terkadang membuat anak ingin mencari perhatian dengan
berperilaku yang sangat aktif. Jika hal ini tidak ditindak lanjuti maka lama
kelamaan anak akan mengalami gangguan hiperaktif.
6

Berdasarkan teori di atas terkait dengan faktor penyebab hiperaktif dapat


disimpulkan bahwa ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi anak hiperaktif
yaitu faktor neurologi, toxic reactious, kondisi pranatal, faktor genetik, dan
faktor lingkungan.

2.4 Klasifikasi Siswa Hiperaktif


Siswa dengan gangguan perilaku hiperaktif akan menunjukkan tingkah
laku yang berbeda dengan siswa lain. Tingkah laku tersebut nampak dalam
kegiatan sehari-harinya dalam mengikuti pembelajaran di kelas maupun saat
bermain dengan teman di luar pembelajaran. Menurut Dayu (2013, hlm: 30)
menjelaskan anak hiperaktif dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu
penggolongan berdasarkan penyebab, berdasarkan gejala perilakunya, dan berat
ringannnya penyimpangan perilaku.
1. Penggolongan berdasarkan penyebab
Menurut Dayu (2013, hlm: 30) menyebutkan bahwa hiperaktif berdasarkan
penyebab dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu:
1) Tipe hiperaktif yang disebabkan oleh gangguan neurologis.
Penyebab gangguan neurologis itu dapat digolongkan menjadi dua
tipe hiperaktif yang disebabkan karena kerusakan otak. Tipe hiperaktif
yang disebabkan karena kerusakan otak ini apabila gejala hiperaktifnya
telah hilang oleh pengobatan, tetapi tidak bisa sepenuhnya hilang.
Hal ini terjadi karena pada tipe ini terdapat gangguan pada neurologis.
2) Tipe hiperaktif yang disebabkan karena faktor perkembangan. Termasuk
faktor perkembangan yaitu faktor genetik dan faktor biologis.
3) Tipe hiperaktif yang disebabkan oleh psikogen. Tipe ini disebabkan oleh
faktor lingkungan misalnya pola asuh orang tua.
2. Penggolongan berdasarkan gejala perilakunya
Penggolongan hiperaktif berdasarkan gejala perilakunya dibedakan menjadi
tiga jenis. Tiga jenis hiperaktif tersebut ialah: a) tipe siswa yang tidak bisa
memusatkan perhatian, b) tipe siswa yang hiperaktif dan impulsif, dan c) tipe
gabungan.
a) Tipe siswa yang tidak bisa memusatkan perhatian
7

Siswa dengan tipe hiperaktif ini sangat mudah terganggu


peratiannya, namun tidak hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan yang
termasuk dalam tipe ini ialah siswa perempuan. Siswa akan sangat sulit
memusatkan peratiannya pada beberapa hal seperti membaca,
menyimak pelajaran, atau melakukan permainan. selain itu, siswa juga
sering melamun.
b) Tipe siswa yang hiperaktif dan impulsif
Siswa dengan tipe ini akan menunjukkan gejala perilaku sangat
hiperaktif dan impulsif. Tipe ini biasanya terjadi pada anak kecil.
c) Tipe gabungan
Siswa yang termasuk dalam tipe ini ialah siswa yang mempunyai ciri-
ciri dari dua tipe sebelumnya. Siswa tipe gabungan ini mudah sekali
terganggu perhatiannya, hiperaktif, dan juga impulsif.
3. Penggolongan berdasarkan berat ringannya penyimpangan
Berdasarkan berat ringannya penyimpangan perilaku hiperraktif dapat
digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu:
1) Tipe hiperaktif yang berat. Tipe ini ditandai dengan perhatian
rendah, perilaku kacau, dan aktifitas gerak yang sangat tinggi.
2) Tipe hiperaktif ringan. Penyimpangan pada perilaku ini termasuk ringan
dan masih bisa dikontrol.
Berdasarkan teori di atas terkait dengan klasifikasi siswa hiperaktif dapat
disimpulkan bahwa anak hiperaktif dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu: 1)
penggolongan berdasarkan penyebab yaitu disebabkan oleh gangguan neurologis,
faktor perkembangan dan psikogen. 2) penggolongan berdasarkan gejala
perilakunya yaitu, tipe siswa yang tidak bisa memusatkan perhatian, tipe siswa
yang hiperaktif dan impulsive, serta tipe gabungan. 3) penggolongan berdasarkan
berat dan ringannnya penyimpangan.

2.5 Problem-problem anak hiperaktif


Menurut Maria (dalam Hayati, 2019.hlm:109) menyebutkan problem-
problem anak hiperaktif sebagai berikut :
8

1. Problem di Sekolah
Anak hiperaktif tidak mampu mengikuti pembelajaran yang disampaikan
oleh guru dengan baik, konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak
tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian
yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas -tugas
sekolah. Kecenderung bicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang
diajak bicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak
memperhatikan pelajaran.
2. Problem Berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, ia banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi, gangguan pemusatan
perhatian membuatnya sulit melakukan komunikasi yang timbale balik. Anak
hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon
lawan bicara dengan cepat.
3. Fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan sering di jumpai. Pada saat tidur, anak hiperaktif biasanya juga
tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik
anak juga berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh,
terkilir, dan sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan problem-problem anak hiperaktif terdapat
tiga problem yaitu pertama problem di sekolah, anak hiperaktif tidak
mampu mengikuti pembelajaran, karena anak mudah terganggu konsentrasinya.
Kedua, problem berbicara, anak hiperaktif banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Ketiga yaitu problem fisik,
secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik
anak lain,beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan.
9

2.6 Layanan Pendidikan Guru pada Siswa Hiperaktif


Keberadaan anak hiperaktif dalam pembelajaran di kelas seringkali
membuat teman-teman lain merasa terganggu dalam mengikuti pelajaran. Anak
yang hiperaktif ini tidak bisa berkonsentrasi lama dalam mengikuti pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa anak hiperaktif ini mengalami masalah kesulitan
belajar. Salah satu unsur yang berperan penting dalam memberikan layanan
pendidikan di sekolah ialah guru. Tugas guru ialah mengajar dan mendidik siswa
dengan baik agar mereka dapat hidup dengan mandiri.
Menurut Suparno (dalam Erinta¸ 2012,hlm:69) mengungkapkan bahwa
istilah layanan dalam terminologi dapat diartikan sebagai: a) cara melayani, b)
usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang), dan c)
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli jasa atau barang.
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus merupakan usaha untuk
memenuhi kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya yang membedakan dengan anak-anak
normal pada umumnya.
Pemberian layanan pendidikan pada siswa hiperaktif di kelas berbeda
dengan layanan pendidikan untuk siswa lain. Hal ini dikarenakan kebutuhan siswa
yang berbeda pula. Suharmini (2005. hlm :218) menjelaskan beberapa usaha yang
dapat dilakukan oleh guru dalam menangani siswa hiperaktif adalah sebagai
berikut.
1. Siswa dipilihkan tempat duduk yang sulit untuk keluar masuk. Ruangan
pembelajaran harus tenang dan tidak bising.
2. Rangsangan yang berpengaruh meningkatkan perilaku hiperaktif siswa
dikurangi atau dihilangkan, sebaliknya rangsangan yang dapat mengurangi
perilaku hiperaktif ditingkatkan.
3. Ruangan tidak menggunakan warna yang menyolok, seperti merah, kuning,
dan pink. Warna yang tidak menyolok akan meningkatkan kesejukan,
sehingga dapat membantu usaha untuk mengurangi perilaku hiperaktif.
4. Menciptakan lingkungan yang terstruktur, yaitu dengan membuat aturan
dengan hukuman. Jika siswa melakukan pelanggaran aturan, maka akan
10

diberi hukuman, dan jika siswa melakukan perilaku sesuai aturan maka guru
akan memberikan hadiah.
5. Bekerja sama dengan orang tua dan keluarga siswa. Guru perlu melakukan
home visit dan menjalin persahabatan dengan keluarga siswa hiperaktif.
6. Memberitahu masalah siswa hiperaktif di sekolah kepada orang tua, baik
secra lisan maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya meminta orang tua
untuk bersikap tegas dan disiplin dengan petunjuk guru.
7. Mengajak siswa hiperaktif untuk bersikap disiplin. Berdoa sebelum dan
sesudah pelajaran.
8. Bersikap tegas dan mengawasi dengan ketat saat melaksanakan perbaikan
perilaku siswa hiperaktif.
9. Memberikan reinforcement (penguat) baik positif maupun negatif atau
diberikan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) pada setiap langkah
perbaikan perilaku hiperaktif. Hukuman yang diberikan hendaknya bersifat
edukatif.
Berdasarkan teori di atas terkait dengan layanan pendidikan guru bagi siswa
hiperaktif dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menangani siswa hiperaktif adalah siswa dipilihkan tempat duduk, mengurangi
rangsangan yang dapat meningkatkan perilaku hiperaktif, menciptakan
lingkungan yang terstruktur, bekerjasama dengan keluarga siswa, memberitahu
masalah siswa hiperaktif di sekolah kepada orang tua, mengajak siswa hiperaktif
untuk disiplin, bersikap tegas, dan memberikan hadiah dan hukuman.
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada anak-
anak. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan menunjukkan keadaan aktifitas fisik seperti gerakan yang
berlebihan seolah digerakkan oleh mesin, tidak dapat berkonsentrasi lama.
keadaan psikologis seperti tidak dapat mengendalikan emosi dalam berbagai
situasi, mudah putus asa dan kecil hati. Serta hubungan sosial seperti tidak
memiliki teman dan berkelahi dengan teman.
Hiperaktif dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu, 1) tidak focus, 2) memiliki
sikap menentang, 3) memiliki perilaku yang distruktif, 4) tak kenal lelah, 5) tidak
sabar dan usil, 6) intelektulitas rendah. Ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi
anak hiperaktif yaitu faktor neurologi, toxic reactious, kondisi pranatal, faktor
genetik, dan faktor lingkungan.
Anak hiperaktif dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu: 1) penggolongan
berdasarkan penyebab yaitu disebabkan oleh gangguan neurologis, faktor
perkembangan dan psikogen. 2) penggolongan berdasarkan gejala perilakunya
yaitu, tipe siswa yang tidak bisa memusatkan perhatian, tipe siswa yang hiperaktif
dan impulsive, serta tipe gabungan. 3) penggolongan berdasarkan berat dan
ringannnya penyimpangan.
Anak hiperaktif terdapat tiga problem yaitu, pertama problem di sekolah,
anak hiperaktif tidak mampu mengikuti pembelajaran, karena anak mudah
terganggu konsentrasinya. Kedua, problem berbicara, anak hiperaktif banyak
berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Ketiga
yaitu problem fisik, secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik
yang tidak sebaik anak lain,beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan.
Usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam menangani siswa hiperaktif
adalah siswa dipilihkan tempat duduk, mengurangi rangsangan yang dapat
meningkatkan perilaku hiperaktif, menciptakan lingkungan yang terstruktur,
bekerjasama dengan keluarga siswa, memberitahu masalah siswa hiperaktif di

11
12

sekolah kepada orang tua, mengajak siswa hiperaktif untuk disiplin, bersikap
tegas, dan memberikan hadiah dan hukuman.

3.2 Saran
Sebagai seorang guru, hendaknya mengetahui dan memahami
karakteristik masing-masing siswanya sebagai upaya mengetahui
permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Guru perlu memberikan perhatian dan
selalu memantau terhadap perilaku siswa di kelas, sehingga apabila terdapat
perubahan perilaku yang dialami siswa dapat segera teratasi.
Orang tua sebagai pendidik, hendaknya memberikan penguatan
terhadap setiap tingkah laku baik yang dilakukan anak hiperaktif. Hal ini
bertujuan agar anak hiperaktif mengulang dan dapat membiasakan perilaku
baik tersebut sehingga perilaku hiperaktifnya dapat dikendalikan. Kerja sama
antara guru, orang tua, dan pihak-pihak lain perlu dilakukan secara
berkesinambungan dalam upaya untuk memantau perkembangan siswa terkait
perilaku siswa baik pada saat berada di rumah ataupun di sekolah.
13

DAFTAR PUSTAKA

Dayu. (2013). Mendidik Anak ADHD Hal-hal Yang Tidak Bisa Dilakukan
Obat. Yogyakarta: Javalitera.
Suharmini, Tin. (2005). Penangangan Anak Hiperaktif. Jakarta: Depdiknas
Dirjen P2TK2.
Prasetyono. (2008). Serba Serbi Anak Autis dan Gangguan Psikologis
Lainnya. Yogyakarta:Diva Press

Zaviera, Ferdinand. (2012). Anak Hiperaktif: Cara Cerdas Menghadapi Anak


Hiperaktif dan Gangguan Konsentrasi. Yogyakarta: Kata Hati.
Hayati, Lestari. (2019).Pelayanan Khusus Bagi Anak Dengan Attentions Deficit
Hyperactivity Disorder (Adhd) Di Sekolah Inklusif. JPE,6(1), pp.109 pada
tanggal 15 November 2019 pada file http://jurnal.unpad.ac.id
Erinta¸ Deyla. (2012). Efektivit As Penerap An Terapi Permainan Sosialisasi
Untuk Menurunkan Perilaku Impulsif Ada Anak Dengan Attention Deficit
Hyperactive Disorder(Adhd). JPE,3(1), pp.69-70 pada tanggal 15 November
2019 pada file https://journal.unesa.ac.id/index.php

13

Anda mungkin juga menyukai