Oleh : Kelompok 8
1. Shinta Pramudya Kusuma Wardani (19010644028)
2. Rif’ah Meilya Firanty (19010644100)
Kelas 2019-A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “ Bimbingan Siswa Bermasalah ” ini dapat diselesaikan
tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata
kuliah Bimbingan di SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang teori sel dan perbedaan sel tumbuhan dan hewan bagi para pembaca dan penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Mulyani, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Bimbingan di SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran. Kritik dan saran tersebut
akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Siswa Bermasalah ............................................................................................ 2
2.2 Karakteristik Siswa Bermasalah ........................................................................................ 2
2.3 Faktor Penyebab Siswa Bermasalah .................................................................................. 4
2.4 Upaya Penanganan Siswa Bermasalah ……………………………………………………..6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Siswa Bermasalah
Anak atau siswa bermasalah adalah anak yang perilakunya atau tindakannya tidak
diharapkan oleh guru, orang tua atau masyarakat dan tindakan tersebut cenderung merugikan
dirinya dan orang lain (Yonohadi, 2012). Anak bermasalah di sekolah biasanya menunjukan
gejala tertentu pada tingkah lakunya. Menurut Djiwandono, tanda-tanda terjadinya masalah pada
siswa antara lain asgresif, curiga, over sensitif, pemimpi, dan tingkah laku antisosial lain.
2.2 Karakteristik Siswa Bermasalah
Salah satu kesulitan memahami perilaku anak atau siswa bermasalah adalah perilaku
tersebut tampak menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut
“mekanisme pertahanan diri”. Bentuk umum perilaku mekanisme mempertahankan diri ialah
(Darwis, 2006: 36-40):
a. Penarikan Diri
Perilaku menarik diri dilakukan anak jika situasi yang dihadapinya dirasakan
mengancam. Mungkin anak duduk menyendiri, menundukkan kepala, atau menutup mukanya.
Anak sebenarnya memiliki keinginan untuk menghadapi situasi tersebut, namun perasaan cemas
yang tinggi, menyebabkan ia tidak berani menghadapinnya.
b. Penyangkalan
Penyangkalan adalah perilaku yang tidak mau berterus terang mengajui bahwa suatu
peristiwa memang terjadi. Untuk anak yang cenderung melakukan penyangkalan, guru
hendaknya berusaha memberikan kasih sayang dan kesan bahwa anak tidak akan dihukum kalau
melakukan kesalahan yang terpaksa atau tidak disengaja. Dengan demikian anak memiliki
keyakinan bahwa gurunya akan memaafkan, dan membantunya dalam mengatasi kesulitan yang
dihadapinya.
c. Regresi
Regresi ialah istilah menggambarkan fase kemunduran perilaku atau kemampuan anak.
Misalnya anak yang berumur 8 tahun, di sekolah mengompol, menghisap ibu jari atau
menunjukkan ketergantungan kepada guru dalam menghadapi kesukaran dalam belajar.
2
d. Pengantian Objek
Perilaku penggantian objek adalah perilaku yang dilakukan anak mengganti objek yang
menimbulkan kecemasan atau ketidakenakan dengan objek yang lain. Misalnya, seorang anak
yang membenci ayahnya menjadi guru laki-lakinya di sekolah. Namun terhadap ayahnya ia
menunjukkan sayang yang berlebih-lebihan dan bahkan tergantung kepada ayahnya.
e. Rasionalisasi
Perilaku rasionalisasi yaitu perilaku yang mempertahankan diri dengan cara mencari
alasan agar perilakunya dibenarkan oleh orang lain.
f. Hiperaktif
Perilaku anak yang disebut hiperaktif dapat dilihat dari kesukaran memusatkan perhatian
dalam jangka waktu tertentu. Anak hanya mampu memusatkan perhatiannya dalam jangka waktu
yang sangat pendek. Di samping itu, anak mudah terganggu pikiran, perhatian dan tidak mampu
mengontrol diri untuk sedikit tenang. Anak hiperaktif sering banyak berbicara, melakukan
tindakan yang tidak betujuan, dan kurang mempunyai kontrol sosial.
g. Keagresifan Sosial
Perilaku agresif sosial, adalah perilaku yang menyerang orang lain baik penyerang secara
verbal seperti, mencaci atau mengejek, maupun penyerang secara fisik seperti, mendorong,
memukul atau berkelahi.
h. Menggigit kuku
Menggigit-gigit kuku yang dilakukan oleh anak umur sekolah dasar dianggap sebagai
perilaku menyimpang, perilaku ini dilakukan anak untuk menghindari, mengurangi rasa cemas,
tertekan, dan bermusuhan.
i. Mengompol
Mengompol terjadi karena anak dalam situasi ketegangan psikologis yang tidak
tertahankan, sehingga anak buang air kecil tanpa disadarinya. Ketegangan psikologis yang
dialami disebabkan anak mengalami situasi tertekan, kecaman, dan menakutkan.
j. Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari kesalahan atau kegagalan.
Perilaku ini terjadi karena siswa cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai sekiranya dia
mengkritik orang lain.
3
2.3 Faktor Penyebab Siswa Bermasalah
Siswa yang sering membuat masalah di sekolah biasanya memiliki latar belakang yang
mempengaruhinya. Dalyono (2010: 260) secara garis besar pangkal soal masalah-masalah siswa
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Masalah internal
Masalah internal ialah masalah yang berpangkal dari kondisi murid itu sendiri. Masalah
tersebut bisa disebabkan dari adanya kelainan fisik maupun kelainan psikis.
a) Kelainan Fisik
Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir di tengah-
tengah temannya yang normal. Kelainan-kelainan yang terjadi pada fisik diantaranya ialah
buta, bermata satu, tuli, kaki kecil satu, atau bahkan lumpuh total.
b) Kelainan Psikis
Kelainan psikis ialah kelainan yang terjadi pada kemampuan berpikir (kecerdasan)
seorang anak. Kelainan psikis dikategorikan pada kelainan psikis inferior (lemah) maupun
kelainan psikis superior (kuat). Anak-anak memiliki taraf kecerdasan (IQ) yang berbeda-
beda.
Kecerdasan dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :
Idiot : IQ kurang dari 30
Embisil : IQ 30 – 49
Debil : IQ 50 – 69
Border Line : IQ 70 – 79
Bodoh : IQ 80 – 89
Sedang, rata-rata : IQ 80 – 109
Cerdas : IQ 110 – 119
Cerdas Sekali : IQ 120 – 139
Genius : IQ 140 keatas
4
2) Masalah eksternal
a) Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak. Orang
tua otoriter akan memperlakukan akan secara otoriter. Anak yang dididik secara otoriter akan
tumbuh dan berkembang sebagai anak otoriter dan keras kepala. Anak-anak yang dibesarkan
dengan segala kemudahan juga akan mempunyai kesan bahwa segalanya itu mudah. Anak
akan sangat terpukul jika terpaksa harus menghadapi beberapa kesulitan, bahkan tidak sedikit
anak melakukan pemberontakan.
b) Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan masyarakat atau
lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan juga memiliki pengaruh yang besar bagi
perkembangan psikis anak, jika lingkungan baik, anak akan cenderung menjadi baik, jika
lingkungan jelek anak pun ada kecenderungan memiliki kepribadian yang jelek.
c) Pengalaman hidup
Pengalaman-pengalaman di masa lalu biasanya tidak mudah dilupakan oleh siswa,
semuanya tersimpan rapi dalam ruang ingatan. Siswa yang bodoh sering tak diperhatikan
oleh gurunya. Suatu saat ketika siswa berbuat keributan dan ternyata dengan cara itu dia
dieprhatikan gurunya, karena siswa tersebut butuh diperhatikan oleh gurunya, maka sesuai
dengan pengalamannya siswa pun senantiasa berbuat keributan, dan keributan baginya
menjadi suatu keharusan. Sebab-sebab perilaku bermasalah pada siswa dipicu oleh banyak
faktor yang mempengaruhinya. Emmer dan Evertson (2009: 229) mengemukakan bahwa
sebab-sebab perilaku bermasalah timbul dari pemicu stres (misalnya, perlakuan yang kasar,
kematian salah satu anggota keluarga, orang tua yang tidak bekerja, penyakit yang serius,
atau perceraian) yang dialami siswa di rumah atau tempat lainnya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang bermasalah di
sekolah, baik dalam hal pola perilaku maupun dalam bidang akademiknya terdapat factor
penyebab yang mempengaruhinya. Permasalahan tersebut dapat disebabkan karena faktor
internal, yaitu permasalahan yang berasal dari siswa itu sendiri, maupun masalah eksternal
yang disebabkan karena adanya permasalahan di luar diri siswa tersebut, seperti adanya
5
permasalahan yang siswa alami di rumah yang siswa bawa ke sekolah sehingga berdampak
pada permasalahan pola perilaku dan prestasi akademik siswa ketika di sekolah.
6
karakter atau tingkah laku masing-masing siswanya, dengan mengenal karakter siswa, maka guru
akan mampu untuk membimbing dan mengarahkan siswanya baik dalam hal tingkah laku
maupun dalam prestasi akademik.
7
Kedudukan guru dalam pendidikan yaitu memiliki wewenang sepenuhnya dalam
mempelajari dan memahami siswanya, bukan sebagai individu tetapi juga sebagai anggota
kelompok atau kelasnya. Guru berada pada posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-
masalah, sikap dan kebutuhan siswa sehingga memudahkan guru untuk memberikan bantuan
kepada siswa yang membutuhkan.
3. Mengetahui siswa sebagai individu
Tugas pertama guru dalam bimbingan adalah mengetahui atau lebih mengenal siswanya.
Kegiatan bimbingan tidak akan berjalan dengan baik ketika guru kurang memahami siswa,
oleh karena itu diperlukan pemahaman dan pengetahuan dalam bermain, kesehatannya, asal-
usulnya, teman dekat bahkan latar belakang sosial-ekonominya.
8
tentang perkembangan peserta didik,karakteristik, sikap, kebiasaan, serta aktivitasnya dalam
keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar, serta kondisi kehidupan keluarga siswa.
3. Menyelenggarakan kelompok belajar.
Penyelenggaraan kelompok belajar pada siswa dapat memberikan banyak manfaat pada
siswa. Manfaat kelompok belajar antara lain:
a. Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana cara
menyampaikan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain.
b. Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara kelompok.
c. Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara bersama-sama.
d. Belajar bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas.
e. Memupuk rasa kegotong royongan.
4. Pertemuan guru-murid
Ada kalanya seorang guru perlu mengadakan pertemuan dari hati ke hati dengan siswa.
Pertemuan ini dapat dilaksanakan sebelum sekolah dimulai, pada waktu istirahat, atau setelah
sekolah usai. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendapatkan data mengenai siswa yang
mungkin sedang bermasalah.
Guru memiliki tugas-tugas tersendiri ketika melakukan bimbingan di luar kelas. Sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Daryanto, Kosasih dan Soejtipto (2009: 110) mengemukakan
tugas-tugas guru dalam bimbingan di luar kelas antara lain :
a. Memberikan pengajaran perbaikan (remidial teaching).
b. Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c. Melakukan kunjungan rumah (home visit).
d. Menyelenggarakan kelompok belajar.
9
a. Sekolah harus merencanakan suatu program sekolah yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dari semua siswa untuk menghasilkan kemajuan dan perkembangan
jiwa yang sehat.
b. Sekolah harus memperhatikan siswa yang memperlihatkan tanda-tanda yang tidak baik
(tanda-tanda kenakalan) dan kemudian mengambil langkah-langkah seperlunya untuk
mencegah dan memperbaikinya.
c. Sekolah bekerja sama dengan orang tua siswa dan pemimpin-pemimpin yang lainnya untuk
membantu menyingkirkan atau menghindarkan setiap faktor di sekelilingnya yang
menyebabkan kenakalan pada siswa.
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Anak atau siswa bermasalah adalah anak yang perilakunya atau tindakannya tidak
diharapkan oleh guru, orang tua atau masyarakat dan tindakan tersebut cenderung merugikan
dirinya dan orang lain. Karakteristik anak bermasalah biasanya ditunjukkan dengan
penarikan diri, penyangkalan, regresi, pergantian objek, rasionalisasi, hiperaktif, keagresifan
sosial, menggigit kuku, mengompol, dan menghukum diri sendiri. Faktor-faktor penyebab
siswa bermasalah dapat dari dalam diri anak tersebut sendiri (internal) ataupun berasal dari
pengaruh dari luar anak tersebut (eksternal). Upaya penanganan untuk siswa bermasalah
sendiri banyak sekali jenisnya dengan pihak utama yang wajib berperan penuh ialah Guru,
Pihak Sekolah, dan Orang tua yang berinteraksi dengan anak setiap hari.
2.3 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu tersebut agar dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran, dan kritik
yang membangun demi kesempurnaannya makalah kami. Atas perhatiannya kami sampaikan
terimakasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pakerti, Setyaning. 2016. Studi Deskriptif Penanganan Siswa Bermasalah Korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga di Sekolah Dasar. (Online).
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ump.ac.id/6440/3/B
AB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjE95OS24PsAhXYILcAHZQwD-
AQFjABegQIBBAB&usg=AOvVaw3GKy2uCYVM6T4c9t8OWNzh . Diakses 25 September
2020.
Oktriany, Wara Hapsari. 2015. Analisis Masalah Penanganan Siswa yang Bermasalah Ditinjau
dari Filsafat. (Online). http://mmpfkipuksw33.weebly.com/wara-h-942015027/analisis-masalah-
penanganan-siswa-yang-bermasalah-ditinjau-dari-filsafat. Diakses 25 September 2020.
Sylviana, Mega. 2016. Studi Kasus Penanganan Perilaku Bermasalah Pada Siswa Sekolah
Dasar di Kecamatan Mijen Kota Semarang.(Online).
https://lib.unnes.ac.id/29245/1/1401412184.pdf. Diakses 25 September 2020.
12