Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK 3

MANAJEMEN KELAS DI SD
“MASALAH DALAM MANAJEMEN KELAS”

DOSEN PENGAMPU: Dra. Zaiyasni, M.Pd

OLEH:
AVISYA JOEL FITRI (19129197)
DEVI RAHMADANI (19129205)
TIA MOPIDAMAYANG APMEFI CRYSNA (19129295)

19 BKT 07

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kita rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam tidak bosan-bosannya kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini. Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penyajian maupun dari segi penyusunan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun atau perbaikan penyusunan tugas ini untuk kedepannya.
Semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan kepada pembaca.

Bukittinggi, September 2021


Hormat Kami,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................... ........... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
BAB II (PEMBAHASAN)
A. Masalah Individual............................................................................ 2
B. Masalah Kelompok............................................................................ 5
BAB III (PENUTUP)
A. Kesimpulan....................................................................................... 10
B. Saran......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pokok yang sering dihadapi oleh guru baik guru pemula maupun yang
sudah berpengalaman adalah masalah pengelolaan kelas atau manajemen kelas. Dengan
demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Pengelolaan kelas atau manajemen kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja
dilakukan gunu mencapai tujuan pengajaran.
Dalam pelaksanaannya masih banyak permasalahan yang menghambat
pelaksanaan manajemen kelas sehingga manajemen kelas tidak bisa terlaksana dengan
baik. Permasalahan ini meliputi dua jenis yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang
meyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua
permasalahan dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada dengan tepat.

B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa masalah individual dalam manajemen kelas?
2. Apa masalah kelompok dalam manajemen kelas?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui masalah individual dalam manajemen kelas
2. Dapat mengetahui masalah kelompok dalam manajemen kelas

1
BAB II
PEMBAHASAN
Problema kelas yang mungkin dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran misalnya masalah
anak berbicara di kelas saat guru menerangkan, masalah anak bertengkar saat belajar
berlangsung, anak melucu di kelas, anak tercekam emosinya, takut, tertekan, kalut temperatur
kelas yang panas, tempat duduk yang tidak cocok untuk berdiskusi dan lain-lain.
Gangguan kelas dapat dilihat dari berbagai sudut:
1. Menurut jumlah pelakunya, masalah dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a. Masalah individual
b. Masalah kelompok
2. Berdasarkan substansi masalahnya dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Masalah disiplin kelas
b. Masalah sosial kelas
c. Masalah sosio-emosional kelas
d. Masalah fisikal kelas

A. Masalah Individual
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan yaitu menjadi individu
yang berguna dan jika seorang individu gagal mengembangkan kepercayaan dirinya
terhadap rasa berharganya dia maka akan ada penyimpangan tingkah laku.
Dalam konteks ini Dreikurs dan Casse membedakan empat kelompok manajemen
kelas yang bersifat individual yaitu
1. Attention getting behaviors (Pola perilaku mencari perhatian)
Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana
hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah
laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif
dapat ditemui pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel). Tingkah laku
destruktif pencari perhatian yang pasif dapat ditemui pada anak-anak yang malas atau
anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.

2
2. Power seeking behaviors (Pola perilaku menunjukkan kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih
mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak
pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan
apapun sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif
memperlihatkan ketidakpatuhan.

3. Revenge seeking behaviors (Pola perilaku menunjukkan balas dendam)


Peserta didik yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak
menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain.
Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap
sesama peserta didik, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan
mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak
yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif.
Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan
kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka
menentang).

4. Helplessness (Peragaan ketidakmampuan)


Peserta didik yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak
mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya, bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadang, bahkan peserta didik ini menganggap bahwa yang ada
dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan
tidak tertolong ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk
pasif.

3
Ada beberapa teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah
perorangan (individual) seperti diuraikan pada diri peserta didik
1. Jika guru merasa terganggu dengan tingkah laku seorang peserta didik, hal ini
merupakan tanda bahwa peserta didik tersebut kemungkinan mengalami masalah
mencari perhatian.
2. Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan) oleh perilaku yang dimunculkan
peserta didik maka ada kemungkinan peserta didik tersebut mengalami masalah
mencari kekuasaan.
3. Jika guru merasa amat disakiti (tersinggung dan/atau sakit hati) maka ada
kemungkinan perilaku peserta didik tersebut mengalami masalah menuntut balas.
4. Jika guru sudah tidak mampu menolong lagi maka ada kemungkinan peserta didik
tersebut mengalami masalah ketidakmampuan.

Dari 4 cara/tindakan yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya 4


pola tingkah laku yang sering nampak pada peserta didik yaitu:
1. Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi
super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk membantu guru dengan
sepenuh hati.
2. Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk suka
marah, kasar dan memberontak.
3. Pola pasif konstruktif yaitu pola yang menunjuk kepada datu bentuk tingkah laku yang
lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
4. Pola pasif destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan (sifat pemalas)
dan keras kepala.

Masalah individu ini menjadi sebuah penekanan dalam memanajemen peserta


didik dan dalam mengatasi masalah tersebut perlu adanya upaya guru dalam meningkatkan
motivasi dalam diri peserta didik yang bermasalah tersebut.
Sebagai contoh tingkah laku menarik perhatian orang lain, sikap individu seperti
ini dibutuhkan banyak perhatian dari seorang guru yaitu dengan memberikan semacam
motivasi, tugas yang mendidik, dan juga memberikan sebuah peranan penting kepada

4
peserta didik tersebut dalam proses belajar mengajar seperti memberikan kepercayaan untuk
menjelaskan isi materi atau kesimpulan materi.

B. Masalah Kelompok
Masalah kelompok tidak dapat dipisahkan dari masalah individual karena keduanya
bisa saling berhubungan, namun guru perlu mengenal perbedaan pokok kedua masalah
tersebut.
Anak perlu bergaul dengan teman lainya, di samping sebagai segi individu ia juga
mempunyai segi sosial yang perlu diperhatikan dan dikembangkan. Karena bekerja di dalam
kelompok dapat juga meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan
masalah dengan baik dan lancar.
Mudasir menyatakan bahwa ada 7 masalah pokok dalam kaitannya dengan
pengelolaan kelas yaitu
1. Kurangnya kekompakan
2. Kurang mampu mengikuti peraturan kelompok
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang
(anggota) lainnya saja.
6. Ketidaksemangatan atau malas bekerja dan tingkah laku agresif atau protes
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Di dalam kelas terkadang juga terdapat masalah kelompok seperti kurang adanya
kerjasama antara peserta didik, kurang mampu dalam tugas-tugas kelompok dan kurangnya
memperhatikan lingkungan kelompok.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany dalam Ahmad Rohani mengemukan 7 kategori
masalah kelompok yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas, diantaranya :
1. Kelas kurang kondusif, kohesif atau kurang kompak
Hal ini disebabkan oleh beberapa perbedaan seperti jenis kelamin, suku, agama,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Kekurang kompakan ini akan menimbulkan

5
konflik antara sesama anggota kelompok. Hal ini diwarnai oleh ketegangan yang
kadangkala menjurus kepada kekerasan. Peserta didik dalam kelas seperti ini menjadi
tidak nyaman belajar bersama anggota kelompoknya dan merasa tidak tertarik dengan
kelas yang didudukinya.

2. Penyimpangan dari norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya


Jika suasana kelas menunjukkan bahwa peserta didik tidak mematuhi aturan kelas
yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurangmampuan
mengikuti peraturan kelompok. Gejala ini terlihat pada kelas yang berisik atau ribut,
berbicara keras-keras sementara semua peserta didik diminta untuk tenang dan bekerja
pada tempatnya masing masing. Indikator lain misalnya meribut di perpustakaan,
dorong mendorong saat diminta antri, mendahului sebelum giliran datang, dan
sebagainya.

3. Memberikan reaksi negatif terhadap anggota kelompok


Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu,
anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok
yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok yang dianggap
“menyimpang” kemudian “dipaksa” untuk mengikuti kemauan kelompok.
Perilaku ini misalnya mengejek anggota kelompok yang sedang melakukan kegiatan
didepan kelas, berlaku kasar terhadap anggota kelompok yang dikucilkan,
memaksakan anggota lain mengikuti kemauan kelompok, dan sebagainya.

4. Sengaja menyanjung anggota kelas yang tingkah lakunya menyimpang dari


norma kelas yang sudah disepakati
Penerimaan kelompok atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Misalnya, memberi semangat
terhadap badut kelas, memperolok-olokkan anggota kelompok, memberi semangat
terhadap anggota kelompok untuk melakukan kegiatan yang menyimpang.

6
5. Mudah terganggu dan mudah teralihkan perhatiannya dari kegiatan atau tugas
yang sedang dikerjakan
Gejalanya nampak dari adanya reaksi yang sangat berlebihan terhadap hal kecil atau
sepele yang sebenarnya tidak berarti, namun sengaja dimanfaatkan untuk mengganggu
kegiatan kelompok.

6. Semangat kerja rendah, biasanya diikuti dengan protes dan tidak mau
melakukan kegiatan
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes
dan tidak mau melakukan kegiatan, baik dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung. Misalnya, protes terhadap guru dengan alasan tugas yang diberikan
kurang adil, terlalu sukar, banyak, dan sebagainya. Gejala lain misalnya minta
penjelasan terus menerus tentang suatu tugas, tidak mengerjakan tugas dengan
berbagai alasan seperti lupa, tidak bisa karena terlalu sukar, kelupaan alat tulis, dan
sebagainya. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara
terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.

7. Ketidakmampuan kelas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan


Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok
mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan,
pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan
lain sebagainya. Apabila hal itu terjadi sebenarnya peserta didik (anggota kelompok)
sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu, mereka menganggap perubahan
yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Misalnya kelas
bereaksi secara tidak wajar terhadap perubahan yang dilakukan, misalnya perubahan
jadwal belajar, penggantian guru karena penggeseran jam belajar, perubahan tempat
duduk, dan sebagainya.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi oleh guru dengan memberikan model


pembelajaran yang menekankan kepada proses kerjasama kelompok. Model strategi

7
pembelajaran yang dapat digunakan seperti strategi pembelajaran kooperatif yaitu sebuah
strategi dimana peserta didik harus menemukan, mentransformasikan dan memeriksa
informasi yang ada secara kompleks. Pembelajaran kooperatif menggalakkan peserta didik
untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok dan strategi pembelajaran ini
hendaknya mengondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi peserta didik dan menumbuhkan kreativitas.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah dalam manajemen kelas secara garis besar dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Masalah individual yaitu masalah-
masalah yang timbul berkaitan dengan kepribadian masing-masing peserta didik di kelas.
Adapun bentuk dari masalah individual yaitu 1) Attention getting behavior (Tingkah laku
ungin mendapatkan perhatian orang lain, 2) Power seeking behavior (Tingkah laku yang
ingin menunjukkan kekuasaan, 3) Revenge seeking behavior (Tingkah laku yang
bertujuan menyakiti orang lain (balas dendam), 4) Peragaan ketidakmampuan. Sedangkan
masalah kelompok yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah yang
ditimbulkan oleh sekelompok peserta didik dalam kelas. Adapunn bentuk dari masalah
kelompok yaitu 1) Kurangnya kekompakan, 2) Kurang mampu mengikuti peraturan
kelompok, 3) Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok, 4) Penerimaan kelas
(kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang, 5) Kegiatan anggota atau kelompok
yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan
atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. 6) Ketidaksemangatan atau
malas bekerja dan tingkah laku agresif atau protes, 7) Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap perubahan lingkungan.

B. Saran
Dari dua macam masalah tersebut (masalah individu dan masalah kelompok), setiap jenis
masalah membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Sebagai seorang guru sangat
diperlukannya pemahaman yang lebih lanjut terhadap peserta didik agar masalah yang
ada pada peserta didik dapat diatasi dengan benar.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Nusa Media.
Mulyadi. 2009. Classroom Managemen Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan bagi
Siswa. Malang : UIN Malang Press.
Pratama, I.P. 2015. Manajemen Kelas (Peran Guru, Problem dan Solusinya). Tazkirah, 4(2), 240-
241.
Salabi, A. (2016). Konsepsi Manajemen Kelas: Masalah dan Pemecahannya. Jurnal Tarbiyah
(Jurnal Ilmiah Pendidikan), 5.
Wisudaningsih, E.T. 2019. Peran Supervisor dalam Manajemen Kelas. At-Ta’lim: Jurnal
Pendidikan, 5(2), 37-39

10

Anda mungkin juga menyukai