Anda di halaman 1dari 7

RESUME

Manajemen Kelas SD
Masalah Manajemen Kelas

Dosen Pengampu:
Drs. Syafri Ahmad, S.Pd., M.Pd., Ph.D.
Fadila Suciana, M.Pd.

Disusun Oleh:
Marjania Afifa
21129422

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
Masalah Manajemen Kelas

1. Penyebab Timbulnya Masalah Manajemen Kelas


Penyebab timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas itu bisa ditimbulkan
dari seorang guru dan juga bisa timbul dari siswa itu sendiri. Penyebab timbulnya
masalah dari guru itu sendiri seperti:
1. Kurangnya kesiapan guru baik secara fisik maupun non fisik.
2. Kurang tangapan seorang pendidik terhadap anak didiknya.
3. Sikap kepribadian pendidik yang tidak mencerminkan tingkah laku seorang
pendidik.
4. Penguasaan guru pada bahasa asing kurang, sehingga tidak mampu membaca
buku-buku sumber aslinya.
5. Guru kurang memperhatikan siswa secara individual.
6. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa.
7. Guru terlalu banyak kegiatan diluar sekolah untuk mencari tambahan biaya hidup.

Secara umum penyebab timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas adalah


sebagai berikut:

1. Hilangnya hubungan pendidik dan anak didik, maksudnya kurangnya komunikasi


antara pendidik dengan peserta didik.
2. Kurangnya professional pendidik dalam pembelajaran baik dalam penggunaan
metode, strategi maupun media.
3. System pembelajaran yang monoton dan terlalu serius cara menerapkan disiplin
yang tidak tepat.
4. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif
5. Tidak ada kreativitas dari guru, siswa maupun lingkungan sekolah
6. No limit atau tidak ada batasan waktu belajar.
7. Tidak adanya kerja sama antara pendidik, peserta didik, dan orang tua.
2. Klasifikasi Masalah Manajemen Kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau
individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau
individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang
satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan
bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan
yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
1. Masalah Individu
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan oleh perorangan
siswa. Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan
ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila
kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat lagi dipenuhi melalui cara-cara yang
lumrah yang dapat diterima masyarakat (kelas, maka individu yang
bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan
perkataan lain individu itu akan berbuat tidak baik.
Menurut Rodolf Dreikurs dan pearl Cassel dalam (Saldanha, 2016)
digolongkan menjadi empat yaitu :
a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention
getting behaviors).
Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai
pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya,
tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif
dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking
behaviors).
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang
destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka
mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat,
tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan
sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak
pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras
kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking
behaviors)
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan
tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan
menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar,
menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau
pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini.
d. Peragaan ketidak mampuan (passive behaviors), yaitu sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apapun karena menganggap
bahwa apapun yang dilakukannya akan mengalami kegagalan.
Misalnya, siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya
merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah
terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang
terus menerus.Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini
biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan
diri.Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk
pasif.
2. Masalah Kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh kelompok siswa
tertentu. (Saldanha, 2016) mengemukakan tujuh kategori masalah
kelompok dalam manajemen kelas, yaitu :
a. Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkah laku
sosioekonomi dan sebagainya.
b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya
mengejek teman kelasnya yang menyanyi dengan suara sumbang.
c. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati
sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di runga baca
perpustakaan.
d. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah digarap.
f. Semangat kerja rendah , misalnya semacam aksi protes kepada guru
karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
g. Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti
perubahan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh
guru yang lain.

Sedangkan menurut (Afriza, S.Ag, 2014) masalah kelompok terbagi atas:

a. Hubungan antara siswa kurang harmonis sehingga muncul beberapa


kelompok yang tidak bersahabat, dan keonaran yang menyebabkan
proses belajar mengajar mengalami hambatan.
b. Kelas bereaksi negatif terhadap salah satu anggotanya, misalnya,
mengejek. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar
norma kelompok.
c. Kelompok cendrung mudah di alihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah digarap.
d. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru,
misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti semantara
oleh guru lain, dan sebagainya.
3. Solusi Dalam Memecahkan Masalah Manajemen Kelas
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
1. Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach) :
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil
belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas
dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk
membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk
mengurangi perilaku negatif).
2. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) :
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya
hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru
dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki
posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang
baik.
3. Group Process Approach : Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung
dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina
dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard
A. Schmuck & Patricia A.
4. Pendekatan Otoriter : Pandangan yang otoriter dalam
pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku
siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang
merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya
pendekatan:
1. Perintah dan larangan.
2. Penekanan dan penguasaan.
3. Penghukuman dan pengancaman
4. Pendekatan perintah dan larangan
5. Pendekatan Permisif : Pendekatan yang primisif dalam
pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pengajar
yang memaksimalkan kebebasan peserta didik untuk melakukan
sesuatu.Sehingga bila kebebasan ini dihalangi dapat
menghambat perkembangan peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN

Afriza, S.Ag, M. P. (2014). Manajemen Kelas. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.

Ekosiswoyo. (2000). Manajemen Kelas. Semarang: CV. Ikip. Semarang Press.

Saldanha, E. de S. (2016). Manajemen Kelas. IAIN Tulungagung, (april), 5-14.

Anda mungkin juga menyukai