FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2024 Masalah Manajemen Kelas
1. Penyebab Timbulnya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas itu bisa ditimbulkan dari seorang guru dan juga bisa timbul dari siswa itu sendiri. Penyebab timbulnya masalah dari guru itu sendiri seperti: 1. Kurangnya kesiapan guru baik secara fisik maupun non fisik. 2. Kurang tangapan seorang pendidik terhadap anak didiknya. 3. Sikap kepribadian pendidik yang tidak mencerminkan tingkah laku seorang pendidik. 4. Penguasaan guru pada bahasa asing kurang, sehingga tidak mampu membaca buku-buku sumber aslinya. 5. Guru kurang memperhatikan siswa secara individual. 6. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa. 7. Guru terlalu banyak kegiatan diluar sekolah untuk mencari tambahan biaya hidup.
Secara umum penyebab timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas adalah
sebagai berikut:
1. Hilangnya hubungan pendidik dan anak didik, maksudnya kurangnya komunikasi
antara pendidik dengan peserta didik. 2. Kurangnya professional pendidik dalam pembelajaran baik dalam penggunaan metode, strategi maupun media. 3. System pembelajaran yang monoton dan terlalu serius cara menerapkan disiplin yang tidak tepat. 4. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif 5. Tidak ada kreativitas dari guru, siswa maupun lingkungan sekolah 6. No limit atau tidak ada batasan waktu belajar. 7. Tidak adanya kerja sama antara pendidik, peserta didik, dan orang tua. 2. Klasifikasi Masalah Manajemen Kelas Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya. 1. Masalah Individu Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan oleh perorangan siswa. Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat lagi dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah yang dapat diterima masyarakat (kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan perkataan lain individu itu akan berbuat tidak baik. Menurut Rodolf Dreikurs dan pearl Cassel dalam (Saldanha, 2016) digolongkan menjadi empat yaitu : a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain. b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan. c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors) Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. d. Peragaan ketidak mampuan (passive behaviors), yaitu sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena menganggap bahwa apapun yang dilakukannya akan mengalami kegagalan. Misalnya, siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri.Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif. 2. Masalah Kelompok Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh kelompok siswa tertentu. (Saldanha, 2016) mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas, yaitu : a. Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkah laku sosioekonomi dan sebagainya. b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek teman kelasnya yang menyanyi dengan suara sumbang. c. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di runga baca perpustakaan. d. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas. e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. f. Semangat kerja rendah , misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil. g. Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti perubahan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru yang lain.
Sedangkan menurut (Afriza, S.Ag, 2014) masalah kelompok terbagi atas:
a. Hubungan antara siswa kurang harmonis sehingga muncul beberapa
kelompok yang tidak bersahabat, dan keonaran yang menyebabkan proses belajar mengajar mengalami hambatan. b. Kelas bereaksi negatif terhadap salah satu anggotanya, misalnya, mengejek. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. c. Kelompok cendrung mudah di alihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. d. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti semantara oleh guru lain, dan sebagainya. 3. Solusi Dalam Memecahkan Masalah Manajemen Kelas Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut: 1. Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach) : Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). 2. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) : Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. 3. Group Process Approach : Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. 4. Pendekatan Otoriter : Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan: 1. Perintah dan larangan. 2. Penekanan dan penguasaan. 3. Penghukuman dan pengancaman 4. Pendekatan perintah dan larangan 5. Pendekatan Permisif : Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pengajar yang memaksimalkan kebebasan peserta didik untuk melakukan sesuatu.Sehingga bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan peserta didik. DAFTAR RUJUKAN
Afriza, S.Ag, M. P. (2014). Manajemen Kelas. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Ekosiswoyo. (2000). Manajemen Kelas. Semarang: CV. Ikip. Semarang Press.
Saldanha, E. de S. (2016). Manajemen Kelas. IAIN Tulungagung, (april), 5-14.