Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Seminar ke SD an
Isu Isu Pendidikan di Sekolah Dasar
(Media Alat Peraga dan Penilaian)

Dosen Pengampu: Refiona Andika, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Marjania Afifa
21129422

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
Isu Isu Pendidikan di Sekolah Dasar

(Media Alat Peraga dan Penilaian)

1. Media dan Alat Peraga


Media Pembelajaran merupakan sebuah sarana pembelajaran yang digunakan oleh
seseorang dengan menggunakan alat yang dibuat untuk memudahkan dalam
penyampaian materi ketika mengajar di sekolah. Proses belajar mengajar
menggunakan media pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar dan minat
dari siswa yang tinggi, selain itu juga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa,
dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Berikut beberapa masalah dalam media pembelajaran di SD, diantaranya adalah:
1. Kurangnya Minat Guru untuk Memanfaatkan Media Pembelajaran
Dalam memanfaatkan media pembelajaran banyak sekali permasalahan yang
dihadapi,salah satunya adalah ada pada pendidik itu sendiri. Banyaknya media(terutama
media modern) tidak memanjamin guru di sekolah dasar termotivasi untuk
menggunakanya, bahkan semakin berat beban mental guru karena belum bisa
menggunakannya, di sisi lain guru tidak mencari jalan keluar.
Dapat kita jumpai masih banyak guru di sekolah dasar yang menggunakan metode
ceramah saja dalam pembelajarannya, tak ada media lain yang digunakan sebagai alat
bantu pembelajaran. Banyak diantara pendidik yang tak pernah berpikir untuk membuat
sendiri media pembelajarannya. Guru yang kreatif tak akan pernah menyerah dengan
keadaan.

2. Ketidaktertarikan Peserta Didik pada Media Pembelajaran yang Digunakan

Banyak kita jumpai di sekolah dasar jumlah media pembelajaran kurang,


kualitasnya buruk, dan media yang tidak accessible (mudah didapat/ diakses).
Ketidaktertarikan siswa terhadap pemanfaatan media tidak hanya berasal dari
keadaan media itu sendiri, akan tetapi berasal dari bagimana pendidik dalam
mengolah materi pembelajaran untuk disampaikan melalui media tersebut. Seperti
telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa satu media tertentu belum
tentu cocok digunakan untuk semua materi pembelajaran.

Kecocokan antara materi pembelajaran dengan media belum tentu akan


menghasilkan proses pembelajaran yang baik apabila pendidik tidak
menyampaikan materi melalui media pembelajaran dengan baik pula. Oleh karena
itu, kadang kala siswa akan merasakurang tertarik untuk memanfaatkan media
pembelajaran karena membutuhkan proses lama untuk mencerna materi
pembelajaran.

3. Keterbatasan Sarana Prasarana Media Pembelajaran

Kekurangan alat dan fasilitas media pembelajaran sebagai faktor dominan


terhadap keberhasilan pembelajaran keterampilan harus diatasi. Sekolah sebagai
penyelenggaran pendidikan formal haruslah memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Demikian pula
dengan media pembelajaran, sebagai pendidikan yang pelaksanaannya bersifat
praktek harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk
kelancaran pembelajaran. Dalam kondisi seperti ini guru dituntut untuk mampu
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada agar kegiatan belajar mengajar
tetap berjalan dan siswa dapat mengerti dan memahami materi yang disampaikan.

Isu-Isu tentang alat peraga di sekolah dasar:

1) Masih banyak sekolah yang belum menggunakan alat peraga dalam proses
pembelajarannya, terutama dalam pembelajaran IPA dan matematika. Di dalam
pembelajaran IPA dan matematika sangat dibutuhkan alat peraga, karena dengan
adanya alat peraga siswa akan melihat secara nyata apa materi yang dipelajari. Hal
ini akan memudahkan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

2) Selanjutnya sudah ada sekolah yang menggunakan alat peraga namun ada
beberapa kendala dalam penggunaan alat peraga diantaranya yaitu:

a. Generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal yang konkret tidak


tercapai

b. Alat peraga yang digunakan hanya sekadar sajian yang tidak memiliki nilai-
nilai untuk menunjang konsep-konsep dalam pembelajaran

c. Tidak disajikan pada saat yang tepat

d. Digunakan terhadap anak yang sebenarnya tidak memerlukannya


e. Tidak menarik, mudah rusak, bahkan mempersulit konsep yang dipelajari

2. Penilaian
Pada kurikulum 2013 guru melakukan penilaian autentik. Penilaian autentik
adalah bentuk penilaian yang menghendaki siswa menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya (Permendikbud RI No. 104 Tahun 2014).
Meskipun penilaian autentik ini sangat ideal bagi upaya memahami kemajuan
belajar siswa secara aktual, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa,
namun hasil studi menunjukkan bahwa guru pada umumnya menghadapi kesulitan.
Berikut ini beberapa isu atau permasalahan yang dihadapi guru dalam melakukan
penilaian autentik:
1. Banyaknya aspek yang harus dinilai dalam penilaian kurikulum 2013
2. Penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga membuat
proses belajar-mengajar menjadi kurang efektif.
3. Guru merasa terbebani karena harus menjumlahkan setiap nilai yang diperoleh
siswa secara keseluruhan lalu mendeskripsikan nilai yang didapat tersebut per
mata pelajaran.
4. Guru tidak menggunakan instrument penilaian pada saat melakukan penilaian
pengetahuan, sikap dan keterampilan

Selain beberapa permasalahan di atas ada juga beberapa problematika guru dalam
melaksanakan penilaian pada kurikulum 2013

1. Penilaian kurikulum 2013 yang terlalu rumit, khususnya setiap penilaian sikap
terdapat beberapa aspek yang harus menggunakan instrumen penilaian untuk
setiap kali penilaian sikap yang digunakan. Dimana penilaian sikap harus
menggunakan empat teknik penilaian yang masing-masing berbeda-beda. Dan
penilaian tersebut dilakukan setiap hari.
2. Waktu yang diperlukan banyak Hal ini terlihat jika guru harus mengamati
karakteristik siswa setiap hari sehingga waktu guru juga akan berkurang karena
melaksanakan proses penilaian
3. Penggunaan aplikasi raport penilaian kurikulum2013. Dengan penggunaan
aplikasi ini guru merasa menjadi agak ribet karena harus mengolah data nilai
siswa satu-persatu dan menjadikannya kalimat bukan lagi berbentuk angka.
4. Siswa yang kadang kurang aktif dalam proses penilaian, sehingga siswa yang
kurang aktif menghambat proses jalannya penilaian kurikulum 2013. Contohnya
yaitu seperti siswa kurang berani menjawab pertanyaan dari guru dan hanya diam
saja.

Selanjutnya berdasarkan problematika di atas dapat dikemukakan


permasalahan berikut:

1. Dalam penilaian sikap sebagian besar guru mengalami kesulitan data teknik
observasi, di mana perilaku siswa kadang tidak bisa direkam, guru juga tidak
melakukan penilaian diri karena hasil yangdidapat kurang maksimal.
2. Penilaian pengetahuan sebagian besar guru mengalami prolematika dalam
kompetensi teknik lisan dimana tes lisan ini dirasa kurang maksimal karena
kadang siswa yang diberi pertanyaan tidak fokus.
3. Penilaian keterampilan, sebagian besar guru melaksanakan penilaian unjuk
kerja jadi mana problematikanya tidak semua siswa memiliki kesempatan
melakukan unjuk kerja.
DAFTAR RUJUKAN

Ambarsar, R. Y. (2020). Probelematika Guru Dalam Implementasi Penilaian Kurikulum 2013


Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bulukerto Wonogiri. JURNLA MITRA SWARA
GANESHA, 50-59.

Seprianty. (2018). Penggunaan Alat Peraga pada Mata Pelajaran IPA sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar SiswaKelas IV SD Negeri 06 Karang Tinggi. Jurnal
Pendidikaan Guru Sekolah Dasar, 128-134.

Anda mungkin juga menyukai