Anda di halaman 1dari 7

BEST PRACTICE

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR


(Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan peserta didik Dalam
Pembelajaran

Penulis : ASMAH,S.Pd
LPTK : UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Lokasi : SMA Negeri 1 Rote Barat Daya
Tanggal : PPL 1: 22 Januari 2024

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2023/2024
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN BASED LEARNING PADA MATERI KEKUATAN ASAM KELAS XI
MIPA 3 DI SMA NEGERI 1 ROTE BARAT DAYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik tujuan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah secara umum, maupun tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh sekolah.
Dengan memperhatikan tujuan pendidikan tersebut diatas, maka pembelajaran harus mampu
mendorong peserta didik agar memiliki karakter yang baik, cerdas, berakhlak mulia dan
berpengetahuan luas. Hal ini tentu bukan hal yang dapat diperoleh secara instan melainkan
memerlukan waktu yang panjang dan pembelajaran dirancang secara terencana dan menggunakan
model - model pembelajaran yang tepat.
Adapun masalah yang diidentikasi terkait dengan peserta didik yang kurang semangat atau
motivasi dalam mengikuti pembelajaran kimia pada materi kekuatan asam antara lain:

1. Kurang memperhatikan pelajaran


2. Malas mengerjakan soal yang diberikan guru
3. Sering keluar masuk saat pembelajaran berlangsun
4. Sering mengobrol saat pembelajaran
5. Malu dalam mengungkapkan pendapat
6. Ingin cepat pulang saat berada di sekolah
Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya pemanfaatan media ajar dan model pembelajaran
inovatif yang diimplementasikan guru di kelas. Media ajar yang kurang menarik dan cenderung
monoton sehingga membuat peserta didik menjadi cepat bosan saat proses pembelajaran. Guru
juga kurang mengimplementasikan model pembelajaran yang inovatif menjadi salah satu
penyebab motivasi belajar yang menurun dan bosan dalam pembelajaran di kelas yang monoton.

B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai: Meningkatkan semangat/motivasi belajar peserta didik pada materi
kekuatan asam dengan menggunakan model Problem-based Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tantangan
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan refleksi diri, wawancara guru kepala sekolah dan
pakar serta kunjungan rumah kepada orang tua peserta didik, maka beberapa tantangan yang
terjadi yaitu

1. Keterbatasan dan lemahnya kreatifitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran.


2. Peserta didik masih memiliki semangat belajar yang rendah.
3. Kemampuan dasar matematis atau literasi numerasi masih rendah
4. Kurangnya motivasi yang diberikan orang tua kepada peserta didik
5. Peserta didik merasa bosan dan jenuh di sekolah
6. Peserta didik cenderung pasif dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya.
Tantangan dari sisi peserta didiknya berdampak sekali pada proses pembelajaran di sekolah. Ada
juga tantangan yang ada di sekolah:
1. Faktor guru dalam pemilihan media ajar
2. Kurangnya pemanfaatan TPACK dikelas
3. Guru belum mengoptimalkan model model pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan
kebutuhan peserta didik.
4. Pembelajaran dikelas yang belum HOTS
5. Ruang kelas belajar yang masih kurang nyaman.
Tantangan itu yang menyebabkan seorang guru harus mampu merancang pembelajaran yang
inovatif dengan menerapkan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik
serta model pembelajaran yang yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik

2. Aksi
Tantangan yang ada di atas harus segera diselesaikan dengan baik oleh seorang guru
profesional,diantaranya yaitu:

a. Berkaitan dengan model pembelajaran


Guru menerapkan model Problem based learning. Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan
sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual

Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012) sebagai berikut:


1. Orientasi peserta didik pada masalah.
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Kelebihan model ini menurut Akinoglu &Tandogan[2] antara lain:
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Mengembangkan pengendalian diri peserta didik.
3. Memungkinkan peserta didik mempelajari peristiwa secara multidimensi dan mendalam.
4. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
5. Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika memecahkan
masalah.
6. Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan
mereka belajar dan bekerja dalam tim.
7. Mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis.
8. Mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan peserta didik menggabungkan
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru.
9. Memotivasi pembelajaran.
10. Peserta didik memeroleh keterampilan mengelola waktu.
11. Pembelajaran membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
b. Berkaitan dengan media ajar.
Penggunaan media ajar berbasis TPACK untuk memudahkan guru mentransformasi ilmu
pengetahuan dan juga membangkitkan motivasi belajar peserta didik.Guru menggunakan video
pembelajaran yang menarik dan disajikan lewat proyektor.
c. Berkaitan dengan penilaian
Seorang guru juga dituntut untuk menilai secara keseluruhan dari ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Tentunya dalam instrument yang lengkap mulai dari kisi-kisi,indicator
ketercapaian setiap ranah, dan rubrik penilaian untuk melengkapi penilaian akhir pembelajaran.
d. Berkaitan dengan kondisi ruangan
Guru mendesaing ruangan dengan baik mulai dari kebersihan, kerapihan, dan keindahan
sehingga peserta didik memiliki motivasi belajar yang baik serta pembelajaran yang nyaman.
e. Siapa saja yang terlibat
Yang terlibat dalam praktek pembelajaran ini adalah:
1. Guru berperan sebagai perancang, fasilitator dan pengajar di kelas.
2. Ibu Lolita A. M Parera,S.Si.M.,Pkim selaku dosen pembimbing,sebagai fasilitator
dan pembimbing bagi mahasiswa PPG kimia khususnya kelompok B.
3. Ibu Yandri Fitria Taebenu ,S.Pd.,Gr selaku guru pamong, sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi mahasiswa PPG kimia khususnya kelompok B.
4. Bapak Adikasper Adu, S.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Rote Barat Daya
sebagai penanggung jawab.
5. Pak Candra P. Sui, S,Pd. Gr yang membantu pada saat pelaksanaan rencana aksi.
6. Peserta didik berperan sebagai obyek/sampel dalam kegiatan ini.

3. Refleksi Hasil dan Dampak

Dampak dari aksi langkah–langkah yang dilakukan


Alhamdulillah dampak dari penerapan model Problem Based Learning dipadukan dengan media
video pembelajaran berbasis TPACK membuat peserta didik lebih bersemangat dan tidak bosan
dalam pembelajaran karena pada saat pembelajaran peserta didik dibagi ke dalam beberapa
kelompok dan secara berkelompok peserta didik menjawab soal yang diberikan guru dalam LKPD
setiap kelompoknya agar saling berdiskusi dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah
kontekstual terkait materi yang disajikan oleh guru dalam LKPD tersebut.
Hasilnya dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar, peserta didik lebih termotivasi terlihat dari indicator keaktifan naik dari sebelum
menggunakan model Problem based learning. Presentase pada tes awalnya 40% dan tes akhirnya
setelah menggunakan model Problem Based Learning meningkat menjadi 100%.Hal ini dapat
dilihat dari pengisian angket atau kosioner motivasi belajar oleh peserta didik. Secara
berkesinambungan motivasi belajar peserta didik meningkat maka hasil belajar peserta didik turut
meningkat. Selain itu guru juga menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
Respon orang lain terkait strategi yang dilakukan
Alhamdulillah respon dari kepala sekolah,rekan –rekan guru, peserta didik serta orang tua yang
mendukung pembelajaran yang menarik dan inovatif sehingga dapat meningkatkan motivasi
peserta didik.

Faktor yang menjadi keberhasilan model PBL


1. Pengetahuan awal peseta didik harus cukup, terkait permasalahan yang akan digunakan dalam
PBL tersebut.
2. Pemahaman dan kompetensi guru harus telah memadai terkait penggunaan model PBL tersebut.
3. Penggunaan model PBL harus tetap memperhatikan karakteristik materi apakah cukup sesuai
dengan model tersebut.
4. Memastikan waktu yang dibutuhkan harus cukup, sehingga pelaksanaan tahapan atau sintak
dapat dilakukan dengan lengkap dan benar.

Faktor yang menjadi ketidakberhasilan model PBL


1. Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi,atau tidak memiliki kepercayaan diri
2. Pemahaman dan kompetensi guru yang belum memadai terkait penggunaan model PBL.
3. Pendidik tidak kreatif dan inovatif di dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran.

Pembelajaran yang bisa diambil


Bahwa untuk meningkatkan motivasi peserta didik salah satunya bisa dengan menggunakan model
pembelajaran yang inovatif dan menarik salah satunya yaitu model PBL. Dengan model Problem
Based Learning ini efektif untuk meningkatkan motivasi belajar, peserta didik lebih termotivasi
terlihat dari indikator keaktifan naik dari sebelum menggunakan model Problem based learning.
Secara berkesinambungan motivasi belajar peseta didik meningkat maka hasil belajar peserta didik
turut meningkat. Selain itu guru juga menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian praktek baik diatas yang dijabarkan dengan menggunakan metode STAR dapat di
simpulkan sebagai berikut:
1. Dalam menyusun rancangan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik maka pemilihan
model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik materi pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran yang menarik akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik ,terlibat aktif dalam
memecahkan masalah, sangat antusias dalam mengikuti pelajaran.
2. Penggunaan model problem Based Learning pada materi kekuatan asam dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik. Presentase pada tes awalnya 40% dan tes akhirnya setelah
menggunakan model Problem Based Learning meningkat menjadi 100%.Hal ini dapat dilihat dari
pengisian angket atau kosioner motivasi belajar oleh peserta didik.
Daftar Pustaka
Ati, T. P., & Setiawan, Y. (2020). Efektivitas problem based learning-problem solving terhadap
kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran kimia siswa kelas
X.JurnalCendekia: JurnalPendidikan Kimia,4(1), 294-303.
Mashuri, S., Djidu, H., & Ningrum, R. K. (2019). Problem-based learning dalam pembelajaran
kimia: Upaya guru untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Pythagoras. Jurnal
Pendidikan Kimia, 14(2).
Pansa, H. E. (2016). Problem-based learning dalam pembelajaran kimia. Setyo,A.
A.,Fathurahman, M.,Anwar, Z., &PdI, S.(2020). Strategi Pembelajaran
ProblemBased Learning (Vol.1). Yayasan Barcode.

Anda mungkin juga menyukai