Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
KAITAN DENGAN 4 PILAR PENDIDIKAN UNESCO
“LEARNING TO LIVE TOGETHER”

Dosen Pengampu:
Dr. Yohannes Kurniawan Barus, M.Pd

Kelompok 4 Offering G21:

1. M Nuria Al-Muttaqinir Rosyidin 210151601920 (20)


2. Satria Wahyu As`ari 210151601890 (29)
3. Syifaa Ulinnuha Santosa 210151601739 (34)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRA SEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2023
A. Contoh Baik (Best Practice)
1. Menerapkan 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) baik itu di
rumah, di sekolah maupun di lingkungan sekitar.
2. Melaksanakan program di sekolah seperti sabtu bersih setiap dua minggu
sekali.
3. Kegiatan keagamaan Islam di luar kelas.
4. Melatih kemampuan berempati.

B. Contoh Buruk (Bad Practice)


1. Berbicara kotor kepada orang tua, teman, guru atau orang di sekitarnya.
2. Membuang sampah tidak pada tempatnya (sembarangan).
3. Perilaku intoleransi kepada orang yang berbeda latar belakang.
4. Pengucilan sosial atau penolakan teman sebaya.

C. Analisis Justifikasi Upaya Sekolah Mengimplementasikan (Learning to


Live Together)
1. Analisis Justifikasi Contoh Baik
a. 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun)
Upaya sekolah dalam menerapkan 5S (senyum, salam, sapa, sopan
dan santun) di sekolah adalah agar peserta didik terbiasa melakukan
senyum, salam, sapa, sopan dan santun setiap bertemu dengan orang
lain. Karakter tersebut merupakan budaya yang telah mendarah daging
dari leluhur bangsa Indonesia dan juga ciri khas karakter bangsa
Indonesia yang selalu ramah dengan siapapun tanpa memandang
agama, ras, suku dan budaya. Hal ini sejalan dengan semboyan bangsa
Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” dimana Bhinneka yang
bermakna beragam, Tunggal bermakna satu dan Ika bermakna itu,
sehingga jika digabungkan bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu
jua. Sesuai dengan (Learning to live Together) program 5S ini
diharapkan peserta didik mampu berinteraksi, berkomunikasi serta
hidup menjadi warga yang baik di rumah, sekolah dan lingkungan
masyarakat.
b. Sabtu Bersih
Pogram dilaksanakan supaya peserta didik mampu dan terbiasa
baik dalam menjaga kebersihan diri maupun lingkungan di sekitarnya.
Jika lingkungan kotor maka akan timbul berbagai macam penyakit
seperti gatal-gatal, diare dsb. Selain menimbulkan penyakit,
lingkungan kotor dan sampah yang berserakan menganggu
kenyamanan karena bau menyengat serta menjadi sarang nyamuk jika
terdapat genangan air yang diabaikan. Bau yang menyengat akan
mengganggu aktifitas kegiatan dalam pembelajaran tidak hanya
peserta didik namun seluruh warga sekolah juga akan terganggu
dengan bau tersebut. Dalam pelaksanaanya peserta didik bergotong
royong supaya lebih mudah dan cepat membersihkan sampah yang
berserakan. Sesuai dengan (Learning to live Together) diharapkan
peserta didik peduli dengan kebersihan, kenyamanan, dan keamanan
baik diri sendiri maupun orang lain karena hidup di lingkungan yang
sama.
c. Kegiatan Keagamaan Islam di Luar Kelas
Kegiatan keagamaan sangat penting dalam kehidupan sehari
hari, karena dengan kegiatan keagamaan akan dapat menambah
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Selain itu, sesuai dengan
Learning to Live Together, dengan kegiatan keagamaan, kita dapat
menyatu kepada masyarakat, berbangsa dan bernegara. Penanaman
nilai-nilai keagamaan tidak hanya melalui proses pengajaran saja,
tetapi ada banyak cara untuk menginternalisasikan nilai-nilai
keagamaan kepada peserta didik, yaitu dengan pemberian keteladanan,
pemberian motivasi, dan pembiasaan. Contohnya yaitu program sholat
berjamaan, tadarus Al-Qur’an, wisata religi, peringatan hari besar
Islam, dan lain-lain.
Kegiatan keagamaan di luar kelas mempunyai fungsi dan
tujuan sebagaimana berikut:
 Meningkatkan pemahaman siswa terhadap agama sehingga mampu
mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan
mampu mengamalkannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya di masyarakat.
 Meningakatkan pengetahuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya, dan alam semesta.
 Melatih sikap disiplin, jujur, percaya diri dan tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas.
 Memberikan bimbingan dan arahan serta melatih pada siswa agar
memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan, terampil dan
cerdas.
 Memberikan peluang siswa agar memiliki kemampuan komunikasi
(human relation) dengan baik.
d. Kemampuan Berempati
Berempati adalah kemampuan untuk merasakan dan
memahami perasaan atau pikiran orang lain. Kemampuan berempati
sangat penting untuk mengembangkan hubungan social yang sehat dan
harmonis. Pendekatan Learning to Live Together dapat membantu
siswa melatih kemampuan berempati mereka. Melalui pembelajaran
Learning to Live Together, siswa akan diajarkan untuk melihat dan
merasakan dunia dari sudut pandang orang lain. Langkah ini dapat
membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
tindakan atau perasaan orang lain.
Dalam pembelajaran ini, siswa juga diajarkan untuk
menghargai perspektif budaya atau religious lainnya. Kemampuan ini
bias membantu meningkatkan respek dan toleransi siswa terhadap
keanekaragaman sosial dan budaya di lingkungan sekitar mereka.
2. Analisis Justifikasi Contoh Buruk
a. Berbicara Kotor
Berbicara kotor adalah perilaku yang buruk karena biasanya kata-kata
ini jorok dan juga bisa menyinggung perasaan orang yang ada di
sekitarnya. Peserta didik tidak boleh dibiasakan berbicara kotor baik di
rumah, sekolah maupun masyarakat karena selain buruk juga akan
mendapat julukan atau sebutan sebagai anak yang nakal. Sesuai
dengan (Learning to live Together) berbicara dengan orang lain tidak
boleh menggunakan kata yang kotor karena dapat melukai perasaan
orang yang mendengarkan. Peserta didik ketika bersama orang tua,
teman, guru dan siapapun itu harus menggunakan bahasa tutur kata
yang baik, sopan serta santun.
b. Membuang Sampah Sembarangan
Membuang sampah sembarangan adalah perilaku yang buruk karena
menggangu kenyamanan bahkan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit. Peserta didik tidak boleh membuang sampah jajan
sembarangan di sekolah karena sampah menganggu kenyamanan
selama proses pembelajaran. Sesuai dengan (Learning to live
Together) peserta didik tidak boleh mengabaikan sampah yang
berserakan di dalam kelas karena selain menggangu dirinya juga
mengganggu guru dan teman-temannya ketika belajar di sekolahan.
c. Berperilaku Intoleransi
Intoleransi adalah sikap yang mempunyai makna negatif umumnya
sangat menentang perbedaan. Perilaku ini menjadi pemicu utama
rusaknya kerukunan antar individu dan kelompok. Contoh dari
perilaku intoleransi yang umum terjadi di lingkungan sekolah, yaitu
berteman dengan orang yang satu suku atau segama saja, berprasangka
buruk terhadap orang yang berbeda agama atau keyakinan,
mengganggu orang yang sedang beribadah, menjauhi kelompok yang
dinilai tidak satu pemikiran, dan lain-lain. Sesuai dengan Learning to
Live Together, peserta didik seharusnya bergaul dengan semua orang
tanpa membedakan kepercayaan masing-masing, menghargai dan
memberikan kesempatan kepada teman yang berbeda agama untuk
beribadah tanpa mendiskriminasi, menghormati teman yang sedang
melaksanakan perayaan hari besar keagamaannya, dan lain-lain. Maka
dari itu, toleransi menjadi sikap yang sangat penting karena
merupakan tindakan yang menghormati keragaman latar belakang,
pandangan, dan kepercayaan.
d. Pengucilan Sosial atau Penolakan
Pengucilan sosial dan penolakan teman sebaya merupakan fenomena
yang banyak terjadi dalam interaksi sosial anak-anak dan remaja.
Pengucilan dan penolakan dapat terjadi karena berbagai alasan, dan
meskipun pengucilan tidak selalu dimaksudkan untuk menyebabkan
kerugian psikologis, pengalaman pengucilan dapat berdampak buruk
pada kesehatan emosional dan perilaku. Banyak orang beranggapan
bahwa pengucilan dan penolakan sosial adalah bagian dari
pertumbuhan dan bukan merupakan penindasan atau agresi. Hal ini
merupakan pertimbangan penting karena tidak semua kejadian
penolakan atau pengucilan merupakan penindasan atau bahkan tidak
beralasan. Sesuai dengan Learning to Live Together, siswa seharusnya
dapat berteman dengan siapapun. Namun, dalam berteman siswa harus
memilih teman yang akan diajak berteman, jangan sampai salah
memilih teman yan tidak beretika dan tidak sopan sesuai dengan
normal yang ada di masyarakat. Kontrol dari masyarakat juga akan
membantu dalam meningkatkan peran dan minat dalam berpendidikan.
Tanpa adanya ikut serta maka mustahil pendidikan akan berkembang.
Sehingga antara orang tua dan masyarakat harus saling memberikan
dukungan dan masukan sehingga dapat tercapainya pendidikan sesuai
permintaan masyarakat. Seiring dengan peningkatan mutu pendidikan
maka pendidikan harus menyesuaikan dengan permintaan masyarakat
agar pendidikan dapat tercapai dan dapat meningkatkan mutu SDM.

Anda mungkin juga menyukai