Anda di halaman 1dari 13

Teori-Teori Sosiologi dan Paradigma

Resume

Yang diampu oleh:

Firdaus Mirza Nursuary, S.TP,M.A.

Disusun oleh:

Sabrina Izzati

NIM. 2310102010101

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Oktober 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas
perilaku manusia dalam bermasyarakat. Berbeda dengan psikologi yang
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas perilaku manusia
sebagai bawaan dari lahir dan bukan hasil dari interaksi atau hubungan
bermasyarakat. Sosiologi juga bukan cabang dari ilmu filsafat, sosiologi
berdiri sendiri sebagai cabang pengetahuan yang utuh.
Dalam perkembangannya mewujudkan sosiologi sebagai ilmu yang
berdiri sendiri, terdapat berbagai pandangan mengenai pokok persoalan
yang dibahas dan menjadi objek dalam kajian sosiologi. Inilah yang
disebut paradigma dalam sosiologi. Para tokoh sosiologi mempunyai
berbagai pandangan mengenai objek sosiologi sehingga menimbulkan
terbentuknya perbedaan paradigma.
Paradigma yang berbeda-beda inilah yang menimbulkan
pertanyaan mengenai mana yang lebih baik dan mana yang mendekati
kepada kebenaran. Bagaimana masing-masing paradigma dalam
menanggapi masalah sosial yang seringkali terjadi di dalam
bermasyarakat.Apakah setiap perilaku seseorang merupaka suatu tindakan
sosial. Dalam makalah ini sedikit akan memberi penjelasan mengenai
paradigma sosiologi.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep sosiologi menurut tokoh-tokoh sosiologi?
2. Bagaimana paradigma sosiologi?
3. Bagaimana teori-teori sosiologi?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji mengenai konsep sosiologi menurut tokoh-tokoh
sosiologi.
2. Untuk mengkaji mengenai paradigma sosiologi.
3. Untuk mengkaji teori sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Sosiologi
Berikut ini teori-teori sosiologi menurut tokohnya, antara lain: (Wahyu,
2020)
1. Emil Durkheim (1858-1917)
Menuut Durkheim berpendapat ada beberapa teori sosiologi, antara
lain sosiologi umum yang mencakup dalam kepribadian individu dan
kelompok manusia, sosiologi agama, sosiologi hukum dan moral yang
mencakup organisasi politik sosial, perkawinan dan keluarga, sosiologi
tentang kehajatan, sosiologi ekonomi yang mencakup aturan penelitian dan
kelompok kerja, demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan
pedesaan, serta sosiologi estetika.
2. Max Weber (1864-1920)
Dalam teori Weber, berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang
berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial. Teori ideal typus
yaitu suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Ajaran-
ajarannya sangat menyumbang sosiologi, misalnya analisis tentang
wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi dan
seterusnya.
Weber mempunyai latar belakang pendidikan hukum, dia mempelajari
pengaruh faktor-faktor politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan
hukum. Menurut Weber ada empat tipe ideal hukum
a. Hukum irasional dan materiil, yaitu dimana pembentuk undang-undang
dan hakim mendasarkan keputusan-kepurtusannya sematamata pada
nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun.
b. Hukum irasional dan formal, yaitu dimana pembentuk undang-undang
dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah di luas akal, oleh karena
didasarkan pada wahyu atau ramalan.
c. Hukum rasional dan materiil, di mana keputusankeputusan para
pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci,
kebijaksanaan-kebijaksaan penguasa dan ideologi.
d. Hukum rasional dan formal yaitu di mana hukum dibentuk semata-mata
atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum
3. Charles Horton Cooley (1864-1929)
Dalam teorinya, Charles mengungkapkan bahwa mengembangkan
konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak
terpisahkan antara individu dengan masyarakat. Dalam teorinya mengidamkan
kehidupan bersama, rukun, dan damai sebagaimana dijumpai pada
masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja. Dalam teorinya menyebutkan
bahwa Charles prihatin melihat masyarakat-masyarakat modern yang telah
goyah norma-normanya sehingga masyarakat bersahaja merupakan bentuk
ideal yang terlalu berlebih-lebihan kesempurnaannya.
4. Lester Frank Ward (1841-1913)
Dalam teorinya Ward berpendapat bahwa sosiologi bertujuan untuk
meneuliti kemajuan-kemajuan manusia. Ia membedakan antara puresociology
(sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala sosial,
dan applied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajarai
perubahan-perubahan dalam masyarakat karena usaha-usaha manusia. Dalam
teori ini, kekuatan dinamis terletak dalam gejala sosial adalah perasaan.
5. George Simmel (1858-1918)
Dalam teori ini, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
pengetahuan analitis yang abstrak diantara semua ilmu pengetahuan
kemsyarakatan. Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar
manusia.
6. Karl Mannheim (1893-1947)
Karl merupakan pelopor sosiologi pengetahuan, menelaah hubungan
masyarakat dengan ilmu pengetahuan. Akar dari segenap pertentangan yang
menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-ketegangan yang timbul di
semua lapangan kehidupan. Planning For Freedom, yaitu semacam
perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan
aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok manusia.

Teori Sosiologi Menurut Mahasiswa


Menurut saya, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu sosiologi membahas
tentang hubungan timbal balik dalam masyarakat, sehingga ilmu sosiologi objek
utamanya yaitu manusia itu sendiri. Dalam sosiologi manusia tidak bisa hidup
sendiri, sehingga harus menjalin hubungan di dalam lingkunannya. Dan dalam
menjalin hubungan tersebut, menusia sangatlah sensitif sehingga sering terjadi
kesalah pahaman pendapat dan dalam sosiologi akan dikaji mengenai sumber
penyebab perpecah belahan dalam bermasyarakat tersebut.

B. Paradigma Sosiologi
Ritzer berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang tersusun dari
beberapa paradigm (multiple paradigm). Dari beberapa paradigma tersebut ada
perbedaan mengenai konsep, teori, dan analisisnya. Paradigma tersebut dibagi
menjadi 3 macam, antara lain paradigma fakta sosial, definisi sosial, perilaku
sosial, dan interaktif. Berikut ini penjelasan masing-masing paradigma tersebut,
antara lain:
1. Paradigma Fakta Sosial
Fakta Sosial merupakan konsep yang menyatakan bahwa manusia
tidak hidup hanya berdasarkan keinginannya saja, tapi ada kekuatan duluar
manusia yang memaksa dia untuk bertindak dan melakukan sesuatu.
Durkheim berpendapat bahwa bila dia dapat menghubungkan perilaku
individu seperti bunuh diri itu dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial)
maka dia dapat menciptakan alasan yang meyakinkan tentang pentingnya
sosiologi. Penyebab bunuh diri diberbagai kelompok ataupun wilayah
lebih menarik perhatian Durkheim. Maka dari itu, Durkheim berpendapat
bahwa sifat dan perubahan fakta sosial yang menyebabkan seseorang itu
bisa mengambil langkah untuk bunuh diri (Zamroni, 1992).
Durkheim menyimpulkan ada tiga karakteristik fakta sosial, antara lain:
a. Gejala yang bersifat eksternal terhadap individu.
b. Fakta sosial bersifat memaksa individu.
c. Fakta sosial bersifat umum meluas dalam masyarakat.
Selain itu, ada Charles K. Warrier yang memusatkan perhatiannya
pada kelompok. Kelompok menurut Charles yaitu fakta sosial yang berada
disekeliling kita dan merupakan sesuatu yang nyata, meskipun tidak dapat
terlihat sebagaimana halnya sebuah benda tapi kelompok ini sangat terasa
keberadaannya dalam kehidupan dan kita tidak bisa melepaskan diri dari
sebuah kelomok dimanapun kita berada. Maka dari itu, Charles dapat
memisahkan sosiologi dari psikologi ada 4 hal, sebagai berikut:
(Ritzer,1992)
a. Kita dapat melihat orang atau individu tetapi tidak dapat melihat
kelompok kecuali dengan mengamati individu. Dengan kata lain
kelompok lebih abstrak dari individu.
b. Kelompok tersusun dari beberapa individu.
c. Fenomena sosial hanya mempunyai realitas dalam individu-individu.
d. Tujuan mempelajari individu adalah untuk membantu menerangkan
dan meramalkan perilaku individu.
Paradigma Fakta Sosial Menurut Mahasiswa
Menurut saya, dalam paradigma fakta sosial ini membahas mengenai
sebab atau penyebab seseorang melakukan hal tersebut. Dalam paradigma
ini dapat mempengaruhi cara berpikir masyarakat itu. Sebagai contoh,
pengendara dijalan akan berhenti apabila rambu lalu lintas menunjukkan
warna merah, dan akan jalan kembali apabila sudah berubah warna
menjadi hijau. Dalam hal tersebut, berarti harus mentaati peraturan yang
ada.
2. Paradigma Definisi Sosial
Paradigma definisi sosial merupakan sesuatu yang unik dari
Weber, yakni mengkaji aksi sosial dalam karyanya. Pada dasarnya, setiap
orang pasti memiliki penyebab atau dalam suatu hubungan dan tidak
adanya paksaan dari siapapun, sehingga keduanya struktur sosial yang
menjadi prinsip dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Weber ada lima
ciri pokok dalam paradigm definisi sosial ini, sebagai berikut: (Ritzer,
2011)
a. Tindakan manusia yang memnurut si aktornya mengandung makna
bagi dirinya sendiri.
b. Tindakan nyata yang bersifat membatin
c. Tindakan yang memiliki pengaruh positif dari satu sisi, tindakan yang
sengaja diulang serta tindakan berupa persetujuan secara diam-diam
d. Tindakan-tindakan itu diarahkan pada orang lain
e. Tindakan yang dilakukan itu memperhatikan tindakan orang lain atau
sebagai respon dari tindakan orang lain.
Dengan lima ciri pokok tersebut, paradigm definisi sosial
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang terus menerus
melakukan pergerakan dalam melakukan perubahan dan kegiatan
dilakukan karena pengalaman dari masing-masing individu.
Paradigma Definisi Sosial Menurut Mahasiswa
Dalam paradigma ini, menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat
itu dipengaruhi oleh penyebab. Sebagai contoh, seorang pengemis tampil
menyedihkan untuk mendapat simpati orang lain. Artinya, orang akan
simpati apabila melihat orang yang lebih menyedihkan dan akan ringan
tangan memberikan bantuan.
3. Paradigma perilaku sosial
Dalam karyanya Skinner mengemukakan bahwa prinsip-prinsip
psikologi aliran behavioralisme kedalam Sosiologi. Skinner
mengungkapkan bahwa paradigm fakta sosial dan paradigma definisi
sosial merupakan hal-hal yang penuh dengan tebakan, lebih dari itu
dianggap sebagai hal-hal yang tidak masuk akal dan mempertanyakan
fakta dari objek yang di teliti. Kebudayaan masyarakat tersusun dari
tingkahlaku yang terpola dan untuk memahaminya tidak tidak diperlukan
konsep nilai dan norma (Ritzer, 2012).
Paradigma perilaku sosial berfokus pada tingkah laku individu
yang terjadi sehubungan dengan lingkungannya, maka dari itu ada
perubahan faktor lingkungan mengubah perilaku mereka. Selain itu pokok
persoalan dari paradigma ini adalah bagaimana individu
menginterpretasikan proses interkasi yang diterimanya dengan caranya
sendiri kemudian mendefinisikan dan meberikan stimulus dari interaksi
tersebut (Ritzer, 2004).
Paradigma Perilaku Sosial Menurut Mahasiswa
Dalam paradigma ini, lebih berfokus pada hukuman apabila ada yang
berperilaku atau bertingka tidak sesuai norma atau aturan yang berlaku di
lingkungan. Misalnya, dalam lingkungan tersebut ada yang melakukan
pesta miras. Hal tersebut dilarang dalam lingkungan dan akan diberi
hukuman apabila ada yang melakukannya. Maka dari itu, perubahan dapat
terjadi yang semula dapat pesta miras karena ada hukumannya sehingga
dalam lingkungan tersebut tidak ada yang melakukan pesta miras.

C. Teori Sosiologi
Dibawah ini adalah teori-teori sosiologi, antara lain: (Jones, 2009)
1. Fenomenologi
Fenomenologi menggunakan pendekatan obyektif dengan mengumpulkan
data secara obyektif tentang fakta sosial. Dalam fenomenologi subyek
harus terbuka dan mengarahkan diri kepada obyek untuk mengetahui dan
mengenal sebagaimana adanya. Bahwa obyek memiliki arti dan nilai yang
sangat kaya, sehingga mengandung kemungkinan-kemungkinan bagi
diadakannya observasi yang lebih spesifik, misalnya melalui pendekatan
fenomenologis.
2. Teori Kritis
Menggunakan cara berpikir teknokratis untuk membantu kekuatan yang
mendominasi, untuk menemukan cara efektif untuk mencapai tujuan.
Penggunaan nalar dalam penelitian dilihat dari sudut nilai manusia
tertinggi yang berkenaan tentang keadilan, perdamaian dan kebahagiaan.
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek
kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah untuk
mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat. Titik tolak teori
kritis adalah kritik terhadap teori marxian yang menganut determinisme
ekonomi mekanistis.
3. Fungsionalisma Struktural
Dalam teori ini, sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian
saling tergantung. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses
perubahan yang teratur. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh
terhadap bentuk bagian-bagian lain. Sistem memelihara batas-batas
dengan lingkungannya. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses
fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.
Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri yang
meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-
bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang
berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem
dari dalam.
4. Interaksionisme Simbolik
Kemampuan untuk berpikir tersimpan dalam pikiran, tetapi teoritisi
interaksionis simbolik mempunyai konsep yang agak luar biasa mengenai
pikiran yang menurut mereka berasal dari sosialisasi kesadaran. Teoritisi
interaksionis simbolik tidak membayangkan pikiran sebagai benda,
sebagai sesuatu yang memiliki struktur fisik, tetapi lebih
membayangkannya sebagai proses yang berkelanjutan. Sebagai sebuah
proses yang dirinya sendiri merupakan bagian dari proses yang lebih luas
dari stimuli dan respon. Pikiran, menurut interaksionisme simbolik,
sebenarnya berhubungan dengan setiap aspek lain termasuk sosialisasi,
arti, simbol, diri, interaksi dan juga masyarakat.

Pandangan dan Kritik Mahasiswa dalam Pembelajaran Sosiologi


Program Merdeka Belajar yang digagas oleh Nadiem Makarim merupakan
gagasan penting untuk mengubah paradigma pendidikan Indonesia. Namun, para
guru sosiologi belum memahami sepenuhnya kebijakan pemerintah terkait
program Merdeka Belajar. Selain itu, belum ada sosialisasi terkait paradigma
metode Merdeka Belajar, dan sistem birokrasi yang ada masih menunjukkan
keengganan untuk berubah terkait dengan model Merdeka Belajar.
Kritik: Dalam program Merdeka Belajar tersebut tidak semua guru bisa
menjalankan dengan baik. Sebab, dalam program tersebut lebih memfokuskan
penggunaan media teknologi yang semakin canggih. Sehingga, hal tersebut
menjadi tantangan bagi guru-guru yang sudah senior karena sulit untuk mengikuti
perkembangan teknologi tersebut. Namun, dibalik itu semua menjadi peluang bagi
guru-guru yang masih muda dan mudah dalam mengikuti perkembangan
teknologi. Sehingga untuk menyeimbangkan kemampuan guru tersebut perlu di
adakan pelatihan atau seminar agar kemampuan guru senior bisa seimbang dengan
guru muda dan bisa menyampaikan materi pembelajaran dengan maksimal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Terdapat 6 tokoh yang mengemukakan teori sosiologi, dari ke enam tokoh
tersebut terdapat kesamaan teori yaitu sama-sama mengkaji dalam
hubungan manusia dengan lingkungan.
2. Terdapat tiga paradigma sosiologi, antara lain paradigma fakta sosial,
paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Ketiga
paradigma tersebut memiliki masing-masing teori. Dalam fakta sosial
teruraikan teori bahwa manusia tidak bisa hidup mengikuti diri sendiri
saja, namun ada faktor luar yang harus diperhatikan dalam bermasyarakat.
Definisi sosial mengkaji tentang sebab akibat dalam bermasyarakat dan
tidak adanya paksaan. Sedangkan perilaku sosial berpendapat bahwa
hubungan antara perilaku masyarakat dengan lingkungan sekitarnya yang
saling timbal-balik.
3. Dalam pembahasan disini, teori sosiologi ada 4 macam antara lain
fenomenologi, teori kritis, fungsionalisme structural, dan interaksionisme
simbolik.

B. Saran
Diharapkan agar seluruh masyarakat ataupun pembaca dapat
mengetahui dan menerapkan nilai-nilai pembahasan dalam resume ini.
Menyadari bahwa penulisan resume ini masih jauh dari kata sempurna, maka
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulisan makalah
ini lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor.


Ritzer, George. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
Tiara Wacana.
Ritzer, George dan Goodman, Douglass J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prenada Media.
Ritzer, George dan Goodman, Douglass J. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.
Ritzer, George dan Smart, Barry. 2012. Handbook Teori Sosial. Bandung:
Nusamedia.
Wahyu. 2020. Sosiologi: Tokoh, Teori, dan Berbagai Pemikirannya. Banjarmasin:
Tahura Media.
Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosiologi. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Anda mungkin juga menyukai