Anda di halaman 1dari 14

PARADIGMA TEORI SOSIOLOGI

ESSAY PENGANTAR ILMU SOSIOLOGI

INGRID EMMANUELA NAINGGOLAN


02011282328153

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
LATAR BELAKANG

Sifat fundamental dalam sosiologi tidaklah sama antara komunitas sosiologi yang satu
dengan yang lain. Berkenaan dengan adanya perbedaan filsafat atau asumsi dasar
tersebut menyebabkan sosiologi mempunyai beberapa paradigma. Menurut George
Ritzer yang dimaksud istilah paradigma menjadi terkenal oleh Thomas Kuhn dalam
bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution. Selanjutnya, oleh Kuhn
dinyatakan bahwa perkembangan setiap ilmu pengetahuan bukanlah merupakan
kumpulan data yang semakin banyak, akan tetapi karena adanya perubahan paradigma
yang digunakan. Selanjutnya, dinyatakan bahwa realitas (kenyataan) yang terdalam dari
manusia itu bersifat kejiwaan, sementara menurut kaum materialis dinyatakan bahwa
kenyataan yang terdalam dari manusia itu adalah bersifat kebendaan. Dengan
pernyataan tersebut, tampaklah bahwa yang membedakan paradigma yang satu
dengan yang lain tentang objek yang dipermasalahkan adalah perbedaan asumsi
mengenai pokok permasalahan suatu disiplin ilmu pengetahuan.
Telah dikemukakan bahwa tujuan yang fundamental dalam sosiologi adalah
menerangkan tentang kenyataan perubahan-perubahan sosial. Menurut Emile Durkheim
kenyataan perubahan-perubahan sosial atau gejala sosial itu riil. Namun, kalau dikaji
benar-benar pengertian riil yang ia maksud adalah mencakup baik sesuatu yang dapat
diserap dengan indra maupun tidak. Dengan perkataan lain, riil menurut Emile Durkheim
berupa kenyataan yang konkret dan kenyataan yang tidak konkret. Kenyataan yang riil
tersebut dapat dilihat dan diamati sebagaimana benda apa adanya, sedang kenyataan
yang tidak konkret adalah sekadar merupakan gejala yang bersifat intersubjektif yang
lahir dalam kesadaran manusia. Namun, oleh Emile Durkheim kenyataan yang tidak
konkret tersebut dianggap riil. Hal yang demikian bertujuan agar kenyataan yang tidak
konkret itu mudah dipahami sebagaimana yang konkret. Dengan adanya anggapan
yang demikian itu maka ia menyatakan bahwa objek penyelidikan dalam paradigma
fakta sosial, yaitu fakta sosial.

PEMBAHASAN

Paradigma fakta sosial adalah cara pandang yang dilakukan dengan kajian ilmu sosial
melalui fakta-fakta atau realitas yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Paradigma fakta sosial adalah cara pandang yang meletakkan fakta sosial sebagai
sesuatu yang nyata ada di luar individu, di luar diri sendiri, dan di luar subjek.
Penekanan lebihnya yaitu pada fakta sosial memiliki realitas sendiri. Garis besar
paradigma ini terbagi menjadi dua, yaitu struktur sosial dan institusi sosial.
Paradigma fakta sosial ini bersumber dari karya Emile Durkheim yang berjudul The
Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Selanjutnya, bertolak dari
karya tersebut di atas, ia mengemukakan suatu cara untuk menerangkan kenyataan
perubahan sosial secara ilmiah dan positif, dalam arti suatu analisis yang menggunakan
pemikiran yang bertumpu pada fakta yang bersifat empiris. Pandangannya yang
demikian itu adalah sebagai suatu upaya menyelamatkan sosiologi dari „cengkeraman‟
filsafat dan psikologi yang dianggap semata-mata tidak mendasarkan fakta empiris.
Dalam karyanya yang kedua tersebut di atas (Suicide), ia memberikan suatu ilustrasi
bahwa masalah bunuh diri adalah suatu fakta empiris yang terjadi di Prancis sebagai
akibat merosotnya perekonomian negara, yang mengakibatkan merajalelanya
pengangguran dan bunuh diri. Hal yang terakhir ini merupakan salah satu faktor yang
mendorong Emile Durkheim cenderung berkecimpung dalam bidang sosial.

PENGERTIAN MENURUT AHLI

1. KARL MARX TEORI KONFLIK DIALEKTIKA


Materialisme dialektika adalah dimana sebuah proses perubahan terjadi secara terus
menerus tanpa diketahui sebabnya, dalam proses itu menimbulkan kesadaran sosial
masyarakat. Ia juga mengutip dari Hegel, bahwa Dialektika merupakan suatu
petentangan antara segi-segi yang berlawanan dan segala sesuatunya berkembang
terus.
Dialektika adalah suatu metode diskusi tertentu dan satu cara tertentu dalam berdebat
yang didalamnya terdapat ide-ide kontradiktif serta pandangan yang bertentangan.
Setiap pandangan itu berupaya menunjukkan titik kelemahan dan kesalahan pada
lawannya, berdasarkan pada pengetahuan dan proporsi yang sudah diakui, dengan
demikian berkembanglah pertentangan antara penafsiran serta penetapan dilapangan
tentang pembahasan dan perdebatan, sampai menemui kesimpulan yang didalamnya
terdapat satu pandangan baru.
Konflik Karl Marx menyatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan konflik yang
tiada henti karena persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas. Teori
konflik berpendapat bahwa tatanan sosial dipertahankan melalui dominasi dan
kekuasaan, bukan melalui anjang dan konformitas.
Menurut teori konflik, mereka yang kaya dan berkuasa berusaha mempertahankannya
dengan segala cara, terutama dengan menekan kelompok miskin dan tidak berdaya.
Premis dasar teori konflik adalah bahwa individu dan kelompok dalam masyarakat akan
bekerja untuk memaksimalkan kekayaan dan kekuasaan mereka sendiri.

2. TALCOT PARSON TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL


Parsons membuat teori struktur fungsional berdasarkan anjang sosial yang dilakukan
oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Teori anjang l fungsional adalah salah satu pendekatan utama dalam studi sosiologi
yang menekankan pentingnya struktur sosial dan fungsi-fungsi dalam masyarakat. Teori
ini pertama kali dikembangkan oleh Émile Durkheim dan kemudian diperluas oleh
sejumlah sosiolog terkenal, termasuk Talcott Parsons.

Pada dasarnya, teori anjang l fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah sistem
yang terdiri dari berbagai elemen yang saling terkait. Elemen-elemen ini termasuk
institusi sosial, norma-norma, nilai-nilai, peran-peran, dan interaksi antarindividu. Teori
ini berpendapat bahwa setiap elemen dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu yang
berkontribusi pada kelangsungan dan keseimbangan sistem secara keseluruhan.

Teori anjang l fungsional berpendapat bahwa masyarakat perlu mempertahankan


keseimbangan dan harmoni untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Ketidakseimbangan atau disfungsi dalam satu bagian masyarakat dapat berdampak
anjang pada sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, teori ini menekankan
pentingnya stabilitas dan integrasi sosial dalam masyarakat.

3. MAX WEBER TEORI TINDAKAN SOSIAL


Teori anjang sosial adalah teori yang mengkaji tentang motif dan perilaku dari
seorang manusia. Pendekatan pemaknaan yang bersifat subyektif sehingga
memungkinkan seseorang mampu mempengaruhi dan menerima pengaruh orang lain.
Lebih lanjut Weber menyatakan bahwa setiap anjang individu kepada individu atau
kelompok lain memiliki makna yang bersifat subjektif.
Weber berpendapat bahwa cara terbaik untuk memahami berbagai kelompok adalah
menghargai bentuk-bentuk tipikal anjang yang menjadi ciri khasnya. Alhasil kita
dapat memahami anjang-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak.
Secara umum memang tujuan sosiologi salah satunya adalah memahami secara
mendalam makna subjektif dari anjang sosial seorang individu.
Tindakan sosial merupakan anjang yang didasari pada bentuk fakta sosial yang
memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat, dimana sistem sosial dalam
pengaruh ini diciptakan dari hubungan individu dan kelompoknya. Hal ini
mengindikasikan bahwa Weber mendalami tentang anjang sosial akan memiliki
akibat tertentu serta memberikan corak pada setiap individu.
Kesemua anjang -tindakan yang dilakukan oleh manusia dapat dianggap sebagai
anjang sosial jika hal tersebut dengan catatan mampu menjadi pertimbangan akan
perilaku orang lain, serta berorientasi pada perilaku kepada kelompok masyarakat lain.
Ia menambahkan isi dalam teori ini bahwa, segala perilaku yang dilakukan oleh manusia
dan dianggap memiliki nilai secara subjektif bagi pelakunya maka disebut sebagai
anjang .

4. EMILE DURKHEIM TEORI FAKTA SOSIAL


Bagi Durkheim, teori fakta sosial merupakan cara pandang seseorang dalam melakukan
tindak sosial melalui proses berpikir yang didasarkan pada sikap koersif dalam
kehidupan masyarakat. Lebih mendetail. Sosiologi harus menjadi ilmu yang mandiri
dengan menjadikan fakta sosial sebagai pokok persoalan melalui penelitian dan riset
empiris. Lebih mendetail fakta sosial menurut Durkheim adalah pola-pola atau sistem
yang memengaruhi manusia dari caranya bertindak, berpikir, dan merasa. Fakta sosial
ini bersifat memaksa dan mampu mengendalikan suatu individu karena diterima, diakui,
dan disepakati oleh banyak orang.

5. GEORGE HERBERT MEAD TEORI INTERAKSIONIS SIMBOLIK


Teori tersebut menganggap bahwa organisme hidup secara berkelanjutan sehingga
organisme itu akan mengalami perubahan secara terus menerus. Dengan dasar
pemikiran tersebut, Mead melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam
proses evolusi secara ilmian. Proses evolusi tersebut memungkinkan manusia
menyesuaikan diri secara alamiah pada lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya.
Bagi Mead, pikiran (mind) menjadi bagian fenomena sosial, pikiran bukanlah proses
percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang
dipengaruhi oleh proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran dan proses sosial
bukan menjadi produk pikiran.
Mead juga mengungkapkan bahwa pikiran memiliki kemampuan untuk memunculkan
tidak hanya satu respon dari diri sendiri, tetapi juga terdapat respon komunitas secara
keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan adanya keterhubungan antara pikiran
dengan respon terhadap organisasi tertentu. Selain diri, Mead juga mengungkapkan
mengenai teori diri (self). Baginya diri merupakan kemampuan untuk menerima diri
sendiri sebagai objek dan di lain pihak sebagai subjek. Dalam relasi sosial, diri
memegang peran sebagai objek dan subjek. Ia akan muncul dan berkembang ketika
terjadi komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia.
Interaksionisme simbolik pada intinya menjelaskan tentang metode individu yang dilihat
anjang dengan orang lain, menciptakan sistem simbolik dan bagaimana cara dunia
membentuk perilaku manusia. Pemaknaan individu terhadap lingkungannya
berlangsung dalam proses kurun waktu yang anjang.

PEMETAAN TEORI

1. TEORI KONFLIK DIALEKTIKA


Dialektika selalu dimulai dengan sebuah masalah yang sedang terjadi dalam
masyarakat atau antarmanusia. Dialektika pada dasarnya mau menghantar dan
menuntun manusia pada suatu pemahaman yang pasti dan universal. Oleh karenanya
melalui dialog (percakapan), setiap partisipan dibantu untuk menjelaskan ide-idenya,
dan bergerak menuju hasil akhir berupa definisi.
Dialektika ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang lahir di masyarakat dengan kondisi
sosial masyarakat yang bersifat sebagai intersubyektif dimana struktur sosial yang dapat
difahami oleh setiap individu yang ada kaitannya. Adapun pokok bahasan yang terdapat
dalam tulisan ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara masyarakat dan kebudayaan.
Teori dialektika ini berkaitan dengan proses sosial kehidupan masyarakat yang memiliki
struktur yang di dalamnya terdapat petentangan.

2. TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL


Parsons dalam membuat atau menciptakan teorinya memakai sebuah kerangka alat
tujuan yang berfungsi supaya teori yang dibuatnya mudah dipahami oleh setiap
manusia. Adapun kerangka alat tujuan yang dibuat oleh Parsons, yaitu: Pertama,
tindakan sosial akan diarahkan pada suatu tujuan atau sudah mempunyai suatu tujuan.
Kedua, tindakan sosial dapat terjadi karena adanya beberapa elemen sudah pasti ada,
sedangkan elemen-elemen lainnya dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Ketiga, secara normal, tindakan sosial itu dilakukan berdasarkan pemilihan
alat dan tujuan.

Dari kerangka tujuan yang diungkapkan oleh Parson, maka dapat disimpulkan bahwa
semua tindakan sosial yang dilakukan manusia dapat dilihat sebagai wujud dari
kenyataan sosial yang paling kecil dan paling fundamental. Sementara itu, dalam
kerangka tujuan Parsons itu, elemen-elemen dasar tindakan sosial adalah tujuan,
kondisi, norma, dan alat.
Teori struktur fungsional Talcott Parsons bukan hanya melalui tindakan sosial, tetapi
beliau juga mengungkapkan empat syarat agar fungsional dalam sebuah sistem sosial
dapat berjalan dengan baik, yaitu: Adaptation, Goal Attainment, Integration, Laten
Pattern Maintenance.
1. Adaptation
Syarat pertama adalah adaptation, pada syarat ini, sistem sosial dalam masyarakat
harus bisa menghadapi sebuah lingkungan yang sifatnya transformasi aktif.
Transformasi aktif ini biasanya berasal dari sebuah situasi atau keadaan yang dapat
dimanipulasi sebagai alat agar sebuah tujuan dapat tercapai. Tujuan yang ingin dicapai
itu merupakan suatu keadaan yang sudah tidak bisa atau sulit sekali untuk diubah.
2. Goal Attainment
Syarat kedua dari fungsional dalam sebuah sistem sosial adalah goal attainment.
Persyaratan yang dibuat oleh Parsons ini adalah suatu tindakan sosial yang selalu
diarahkan pada suatu tujuan khususnya tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sebuah
kelompok dalam suatu sistem sosial.
3. Integration
Syarat ketiga dari fungsional dalam sebuah sistem sosial adalah integration. Pada
persyaratan ini sebuah integritas anggota pada suatu sistem sosial harus diperhatikan.
Dengan kata lain, jika ada anggota yang memiliki sikap intoleransi, maka bisa
dikeluarkan atau dijauhkan dari suatu sistem sosial.
4. Laten Pattern Maintenance
Syarat keempat atau syarat fungsional pada sistem sosial yang terkahir adalah laten
pattern maintenance. Pada syarat ini, manusoa sudah mulai berhenti untuk melakukan
interaksi sosial dengan orang lain yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti
letih atau malas dan harus patuh pada suatu sistem sosial yang berlaku.

Dari keempat syarat fungsional pada sistem sosial di atas, maka dapat dikatakan bahwa
Parsons memandang lingkungan sosial terdiri dari lingkungan fisik, sistem budaya,
tingkah laku dan sistem kepribadian.

3. TEORI TINDAKAN SOSIAL


Teori tindakan sosial adalah teori yang mengkaji tentang motif dan perilaku dari seorang
manusia. Pendekatan pemaknaan yang bersifat subyektif sehingga memungkinkan
seseorang mampu mempengaruhi dan menerima pengaruh orang lain. Lebih lanjut
Weber menyatakan bahwa setiap tindakan individu kepada individu atau kelompok lain
memiliki makna yang bersifat subjektif.
Weber berpendapat bahwa cara terbaik untuk memahami berbagai kelompok adalah
menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri khasnya. Alhasil kita dapat
memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak. Secara
umum memang tujuan sosiologi salah satunya adalah memahami secara mendalam
makna subjektif dari tindakan sosial seorang individu.
Teori ini berguna untuk memahami tipe-tipe perilaku tindakan setiap individu maupun
kelompok. Dengan memahami perilaku setiap individu maupun kelompok, sama halnya
kita telah menghargai dan memahami alasan-alasan mereka dalam melakukan tindakan
tersebut.
Dalam konteks motif para pelakunya Weber membagi teori tindakan sosial menjadi
empat bagian yakni Tindakan tradisional, Tindakan afektif, Tindakan rasionalitas
instrumental dan Tindakan rasionalitas nilai.
1.Tindakan Tradisional
adalah tindakan yang berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara
turun temurun. Tindakan ini mengacu pada tindakan yang berdasarkan tradisi atau
tindakan yang telah dilakukan berulang-ulang sejak zaman dahulu.
Weber menilai tindakan tradisional merupakan tindakan yang tidak melalui pemikiran
yang rasional. Sebab tindakan ini berlangsung secara spontan tanpa melalui pemikiran,
perencanaan dan pertimbangan. Dasar dari tindakan ini biasanya adat, tradisi turun
temurun sejak lama. Artinya tindakan tradisional ini terjadi secara berulang dan sama
seperti sebelum-sebelumnya.
Dalam konteks Indonesia kita bisa melihat contoh tindakan tradisional ini dari fenomena
mudik. Bahwa masyarakat yang merantau di kota-kota besar akan melaksanakan mudik
ke kampung halaman di saat lebaran. Artinya apapun yang dilakukan masyarakat atas
dasar adat istiadat atau tradisi yang sudah ada merupakan salah satu bentuk tindakan
tradisional
2. Tindakan Afektif
adalah tindakan yang berdasarkan kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional
pelaku/aktor. Tindakan ini mengacu pada tindakan yang berlandaskan oleh perasaan
individu. Sama seperti sebelumnya bahwa tindakan afektif ini tidak melalui pemikiran
rasional sebab dorongan emosinal lebih kuat.
Kita perlu memahami bahwa emisional berbeda dengan rasional. Emosional lebih
mengedepankan reaksi spontan atas apa yang terjadi sedangkan rasional lebih
mengedepankan pertimbangan pemikiran.
Tindakan Afektif ini dapat kita lihat dari fenomena menangis saat prosesi pemakaman.
Tindakan menangis ini dilakukan secara spontan dan begitu saja. Bahagia saat
mendapat hadiah dari orang tua atau kekasih. Kedua tindakan di atas termasuk contoh
tindakan afektif
3. Tindakan Rasionalitas Instrumental
Tindakan yang berdasarkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang secara rasional
diperhitungkan dan diupayakan sendiri oleh aktor yang bersangkutan. Perilaku ini
mengacu pada tindakan yang berdasarkan pada rasionalitas sang aktor demi mencapai
tujuan tertentu.
Tindakan ini disebut juga tindakan instrumental bertujuan sebab tindakan ini dilakukan
melalui upaya dan usaha untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kata rasional
mengandung makna implisit logis dan instrumental untuk mencapai tujuan. Artinya
tindakan ini berdasarkan perencanaan yang matang serta pertimbangan sebelumnya.
4. Tindakan Rasionalitas Nilai
adalah tindakan rasional berdasarkan nilai, yang dilakukan untuk alasan-alasan dan
tujuan-tujuan yang ada kaitanya dengan nilai-nilai yang diyakini secara personal tanpa
memperhitungkan prospek-prospek yang ada kaitanya dengan berhasil atau gagalnya
tindakan tersebut. Tindakan ini mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh
kepercayaan terhadap nilai-nilai tertentu.
Tentu tindakan ini melalui pemikiran secara rasional dan memperhatikan berbagai
macam nilai-nilai yang ada. Artinya individu yang bertindak mengutamakan apa
yang baik, lumrah, wajar dan benar dalam masyarakat. Apa yang baik bisa bersumber
dari etika, agama, atau bentuk sumber nilai lain.
Kita dapat melihat tindakan rasionalitas nilai ini dari kita memilih memakai celana
panjang dari pada celana pendek saat sholat. Kita memilih berjabat tangan mengunakan
tangan kanan dari pada tangan kiri. Kedua keputusan tersebut berdasarkan adanya
pertimbangan nilai. Apabila tidak melakukan hal tersebut kita dianggap tidak wajar atau
malah dianggap menghina sehingga terjadi penolakan dari masyarakat.

4. TEORI FAKTA SOSIAL


Konsep teori fakta sosial memang dirancang dengan tujuan membahas mengenai
lingkungan sosial yang membatasi perilaku individu. Dengan teori fakta sosial, Durkheim
mencoba melepaskan sosiologi dari rumpun keilmuan filsafat dan psikologi.
Fakta sosial dilihat lebih sebagai sebuah fenomena dan bukan ide atau gagasan. Oleh
karena itu, fakta sosial tidak bisa dipelajari lewat introspeksi atau kegiatan mental murni
lainnya. Fakta sosial bisa diidentifikasi melalui proses penelitian dan penyelidikan
sosiologi.

Ilmu sosiologi tidak lagi membahas mengenai ide pokok persoalan seperti para pemikir
terdahulu. Namun, ia juga menjadi ilmu yang berbasis pada kegiatan empiris. Ilmu
sosiologi tidak diperkenankan menjadi seperti ilmu filsafat yang berbasis pada kegiatan
mental.

5. TEORI INTERAKSIONIS SIMBOLIK


Cabang dari sosiologi yang secara khusus membahas mengenai cara seorang individu
berperilaku dan membuat keputusan berdasarkan lingkungan yang ditempati individu
tersebut. Teori ini mengacu pada apa yang menjadi dasar seseorang melakukan
perbuatan yang diinginkan di suatu lingkungan.
Teori interaksionisme merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam
penelitian sosiologi, makna sosial diperoleh melalui proses interpretasi dan komunikasi
terhadap simbol-simbol di lingkungan sekitar. Dasar dari teori interaksionisme simbolik
adalah teori behaviorisme sosial, yakni memusatkan diri sendiri pada interaksi alami
yang terjadi antara individu dalam masyarakat dan sebaliknya, masyarakat dan individu.
Interaksi yang muncul berkembang lewat simbol-simbol yang diciptakan, meliputi gerak
tubuh, suara, gerak fisik, ekspresi hingga dilakukan dengan sadar.
Pada simbol-simbol yang dihasilkan oleh masyarakat mengandung makna yang bisa
dimengerti oleh orang lain, Herbert menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan
sementara gerak tubuh mengacu pada tiap tindakan yang memilki makna. Makna yang
ada ditanggapi oleh orang lain dan memantulkannya lagi sehingga terjadi adanya
interaksi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI


1. TEORI KONFLIK DIALEKTIKA
a. Kelebihan
1. Memberikan pemahaman yang kritis tentang ketimpangan sosial
Teori konflik memahami bahwa ketimpangan sosial adalah sumber utama konflik.
Dengan memahami teori konflik, kita bisa melihat dengan kritis bagaimana kekuatan
sosial bergerak dan mempengaruhi kehidupan kita.
2. Mengajarkan kita untuk melihat dunia dengan kritis Teori konflik mengajarkan kita
untuk melihat dunia dengan sudut pandang kritis, terutama dalam hal ketidaksetaraan
sosial. Dalam konteks ini, kita bisa lebih peka terhadap perubahan sosial dan membantu
memperjuangkan keadilan sosial.
3. Menjelaskan bagaimana konflik menggerakkan perubahan sosial Konflik sosial
merupakan salah satu sumber perubahan sosial. Dalam teori konflik, Marx memahami
bahwa konflik adalah motor penggerak sejarah dan perubahan sosial. Konflik yang
terjadi antara kelas pekerja dan kelas pemilik modal bisa memicu perubahan dalam
sistem ekonomi dan politik yang ada.
b. Kekurangan
1. Menekankan pada ketidaksetaraan social
Teori konflik menekankan pada ketidaksetaraan sosial, dan terkadang memandang
masyarakat dalam kerangka kelas sosial yang statis. Hal ini mengabaikan faktor-faktor
lain yang juga mempengaruhi perubahan sosial, seperti agama, budaya, dan teknologi.
2. Mengesampingkan faktor non-ekonomi
Teori konflik terlalu fokus pada faktor ekonomi dan mengesampingkan faktor-faktor non-
ekonomi yang juga mempengaruhi dinamika sosial. Hal ini membuat teori konflik kurang
komprehensif untuk menjelaskan perubahan sosial yang kompleks.
3. Tidak mengajarkan solusi konkret untuk perubahan social
Teori konflik memberikan pemahaman kritis tentang ketimpangan sosial dan konflik,
namun tidak memberikan solusi konkret untuk perubahan sosial yang lebih adil. Hal ini
membuat teori konflik kurang memadai dalam upaya memperbaiki keadaan sosial.

2. TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL


a. Kelebihan
1. Anggota masyarakatnya memiliki sifat konsensus dan volunteer.
2. Masyarakat menyerupai sebuah sistem dimana terdiri atas subsistem yang memiliki
perannya masing-masing lalu adanya ketergantungan antar subsistem.
b. Kekurangan
1. Parsons terlalu memfokuskan teori ini pada suatu mekanisme yang dapat
meningkatkan stabilitas dan keteraturan dalam sistem sosial.
2. Teori yang dicetuskan oleh Parsons ini terlalu kaku terutama ketika melihat suatu
perubahan yang terjadi di luar sistem sosial.
3. Teori ini terlalu memandang segala hal daru sudut pandang yang baik sehingga
konflik sosial dianggap sebagai hal yang remeh.
3. TEORI TINDAKAN SOSIAL
a. Kelebihan
1. Memahami Motivasi Individu dalam Berperilaku
Salah satu kelebihan tindakan sosial menurut Max Weber adalah mengajarkan kita
untuk memahami motivasi individu dalam berperilaku. Dengan memahami motivasi
individu, kita dapat lebih mudah memahami alasan di balik tindakan atau keputusan
seseorang.

2. Membantu Memahami Interaksi Sosial


Tindakan sosial juga membantu kita memahami interaksi sosial. Melalui tindakan sosial,
kita dapat mengetahui bagaimana individu atau kelompok berinteraksi dengan orang
lain.
3. Mengembangkan Keterampilan Sosial yang Baik
Dengan memahami tindakan sosial dan bagaimana individu melakukan interaksi sosial,
kita dapat mengembangkan keterampilan sosial yang baik.
4. Membangun Kesadaran Masyarakat tentang Perbedaan
Salah satu kelebihan tindakan sosial menurut Max Weber adalah membantu
membangun kesadaran masyarakat tentang perbedaan. Dengan memahami tindakan
sosial, kita dapat mulai menghargai perbedaan dalam masyarakat dan menghentikan
diskriminasi yang tidak perlu.
5. Meningkatkan Kemampuan Memimpin dan Berorganisasi
Tindakan sosial juga dapat membantu meningkatkan kemampuan memimpin dan
berorganisasi. Melalui memahami tindakan sosial, kita dapat memahami bagaimana
memimpin kelompok atau organisasi, dan bagaimana membangun hubungan yang baik
dengan anggota kelompok atau organisasi.
6. Mengurangi Konflik Sosial
Dengan memahami tindakan sosial, kita dapat meminimalkan konflik sosial yang terjadi
di masyarakat. Memahami tindakan sosial dapat membantu kita untuk lebih memahami
sudut pandang orang lain dan mencari solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi.
7. Memperkuat Hubungan Sosial
Tindakan sosial juga dapat membantu memperkuat hubungan sosial. Melalui memahami
tindakan sosial, kita dapat memahami bagaimana membangun hubungan yang baik
dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang harmonis.
b. Kekurangan
1. Kurangnya Perhatian terhadap Konteks Sosial yang Lebih Besar
Salah satu kekurangan tindakan sosial menurut Max Weber adalah kurangnya perhatian
terhadap konteks sosial yang lebih besar. Dalam memahami tindakan sosial, kita harus
mempertimbangkan faktor-faktor sosial yang lebih besar, seperti struktur sosial,
kebijakan publik, dan norma-norma sosial.
2. Membatasi Kemungkinan Perubahan Sosial
Tindakan sosial juga dapat membawa ke arah perubahan sosial yang lambat. Hal ini
terjadi karena tindakan sosial lebih mengarah pada tradisi atau kebiasaan yang sudah
ada, dan kurang mempertimbangkan kemungkinan perubahan sosial.
3. Kurangnya Perhatian terhadap Perbedaan Sosial
Tindakan sosial menurut Max Weber juga dapat menjadi kurang memperhatikan
perbedaan sosial, seperti perbedaan gender, ras, atau agama. Hal ini dapat
menyebabkan diskriminasi dan ketidakadilan di dalam masyarakat.
4. Membawa Dampak yang Negatif pada Hak Asasi Manusia
Banyak tindakan sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang melanggar hak
asasi manusia. Hal ini terjadi karena tindakan sosial lebih mengutamakan tradisi atau
kebudayaan daripada hak asasi manusia yang universal.
5. Kurangnya Fokus pada Keadilan Sosial
Salah satu kekurangan tindakan sosial menurut Max Weber adalah kurangnya fokus
pada keadilan sosial. Dalam memahami tindakan sosial, kita harus mempertimbangkan
faktor keadilan sosial agar masyarakat dapat hidup secara adil dan merata.
6. Membatasi Inovasi dan Kreativitas
Tindakan sosial yang mengutamakan tradisi atau kebiasaan dapat membawa ke arah
keterbatasan inovasi dan kreativitas. Hal ini terjadi karena individu atau kelompok lebih
cenderung mengikuti aturan atau adat istiadat daripada menciptakan hal-hal baru.
7. Kurangnya Perhatian pada Isu Lingkungan
Tindakan sosial menurut Max Weber juga kurang mempertimbangkan isu lingkungan.
Hal ini terjadi karena tindakan sosial lebih banyak mengutamakan ekonomi atau
efisiensi, daripada lingkungan atau keberlanjutan.

4. TEORI FAKTA SOSIAL


a. Kelebihan
1. Memperlihatkan adanya hubungan antara individu dan masyarakat.
Konsep ini membantu memahami bagaimana individu terbentuk dan berperilaku karena
pengaruh dari lingkungan sosial di sekitarnya.
2. Menjelaskan Pentingnya Norma Sosial
Fakta sosial memperlihatkan bagaimana norma sosial membentuk perilaku manusia
dalam masyarakat.
3. Memahami Aspek Kultural dalam Masyarakat
Fakta sosial adalah fenomena kultural dalam masyarakat yang memengaruhi perilaku
manusia di dalamnya.
4. Menggambarkan Struktur Sosial dalam Masyarakat
Fakta sosial mencerminkan bagaimana masyarakat memiliki struktur sosial dengan
peran, posisi, dan aturan yang jelas.
5. Mengidentifikasi Kekuatan Kepatuhan terhadap Norma Sosial
Konsep fakta sosial menunjukkan bahwa individu cenderung patuh terhadap norma
sosial yang ada dalam masyarakat.
6. Memberikan Melihat Perspektif Makro Masyarakat
Fakta sosial memperlihatkan bagaimana masyarakat sebagai suatu keseluruhan
mempengaruhi perilaku manusia secara makro.
7. Mengidentifikasi Hukum Sosial
Fakta sosial membantu mengidentifikasi hukum sosial yang ada dalam masyarakat.
b. Kekurangan
1. Kurang Menjelaskan Variasi Pada Individu
Fakta sosial kurang menjelaskan adanya variasi pada individu di dalam masyarakat,
hanya fokus pada kelompok dan mengabaikan perbedaan antara individu satu dengan
yang lainnya.
2. Kurangnya Perhatian terhadap Konflik Sosial
Fakta sosial menekankan pada kepatuhan terhadap norma sosial, sehingga agak
kurang memperhatikan adanya konflik social, cenderung memandang masyarakat
sebagai kesatuan yang homogen dan mengabaikan kepentingan dan konflik antara
kelompok yang berbeda.
3. Konsep yang Berfokus pada Kebudayaan Uraian
Konsep fakta sosial cenderung mengabaikan pengaruh faktor ekonomi dan politik dalam
masyarakat, terlalu terfokus pada aspek kultural saja.
4. Kurang Mempertimbangkan dalam Konteks Sejarah
Konsep fakta sosial kurang mempertimbangkan perubahan dan evolusi dalam
masyarakat, cenderung menilai masyarakat secara statis dan mengabaikan faktor-faktor
sejarah dan evolusi yang terjadi dalam masyarakat.
5. Terlalu Abstrak
Konsep fakta sosial terlalu abstrak dan sulit untuk diukur secara empiris, teoritis dan
kurang memberikan solusi praktis dalam menangani masalah sosial di masyarakat.
6. Keterbatasan Penjelasan dalam Kasus Spesifik
Konsep fakta sosial kurang memberikan penjelasan secara rinci dalam studi kasus yang
spesifik, cenderung bersifat umum dan kurang memberikan penjelasan yang mendalam
dalam kasus-kasus khusus dalam masyarakat.
7. Tidak Memberikan Solusi dalam Masalah Sosial
Fakta sosial hanya menyajikan konsep tentang norma sosial dan perilaku manusia di
dalam masyarakat, namun kurang memberikan solusi untuk menangani masalah sosial
dalam masyarakat.
5. TEORI INTERAKSIONIS SIMBOLIK
a. Kelebihan
1. Manusia dibekali kemampuan dasar berpikir sehingga bisa mengembangkan
pengetahuan.
2. Kemampuan berpikir manusia dibentuk oleh interaksi social.
3. Didalam interaksi sosial manusia belajar arti dan simbol yang memungkinkan mereka
menggunakan pikirannya.
4. Makna dan simbol tersebut memungkinkan manusia Melanjutkan tindakan khusus
dan interaksi nya.
5. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang digunakan dalam tindakan dan
interaksi nya berdasarkan penafsiran nya atas situasi tersebut.
6. Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, karena kemampuan
interaksi dengan dirinya sendiri sehingga menimbulkan peluang tindakan pilihan.
7. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dalam
masyarakat.
b. Kekurangan
1. Mereka tidak mempertimbangkan setiap individu. Beberapa orang tidak dapat
membuat pilihan dan memiliki sedikit kehendak bebas.
2. Kita tidak bisa memilih konsekuensi untuk tindakan.
3. Meremehkan kekuatan struktur.

PENERAPAN DALAM MASYARAKAT

1. TEORI KONFLIK DIALEKTIKA


Ketika satu karyawab bekerja di perusahaan dalam waktu yang cukup lama dan sudah
senior ingin meminta kenaikan gaji namun ternyata ditolak oleh atasan dengan alasan
suatu hal. Lalu kemudian ada karyawan baru yang masih dalam posisi junior memiliki
gaji lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan senior.

2. TEORI STRUKTUR FUNGSIONAL


Masyarakat membayar pajak, bagian kehidupan yang dapat diberikan penjelasan
mengenai teori struktural fungsional ini misalnya saja adalah membayar pajak yang
dilakukan masyarakat, sejatinya pajak yang dikelurakan tersebut untuk kepentingan
bersama, baik pembangunan infratruktur ataupun ekonomi yang dikelola dengan baik
oleh negara yang memenuhi unsur deklaratif dan unsur konstitutif.
Disinilah sangat terlihat bahwa kecenderungan masyarakat yang rajin dalam membayar
pajak secara tidak langsung telah memikirkan kebersamaan dalam hidupanya.
3. TINDAKAN SOSIAL
Adanya anggota legistatif yang ingin menjalankan di tingkat pusat ataupun daerah,
maka dapat dipastikan untuk mencapai yang diinginkan ia memiliki alat-alatnya,
diantaranya adalah partai politik, ataupun organisasi masyarakat.

4. TEORI FAKTA SOSIAL


Secara material adalah sistem hukum sebagaibentuk fakta sosial yang dilembagakan.
Meskipun sistem hukum dibuat dan ditegakkan oleh individu, namun mampu
mengendalikan dan mewakili seluruh masyarakat.
Secara non-material adalah norma juga merupakan contoh fakta sosial tak tertulis.
Norma memuat standar perilaku yang diharapkan bisa diterapkan oleh semua individu
sehingga masyarakat bisa berfungsi dengan baik.

5. TEORI INTERAKSIONIS SIMBOLIK


Salah satu tanda lalu lintas di memiliki bentuk lingkaran berwarna putih dengan huruf P
yang dicoret dengan warna merah. Tanda itu adalah simbol, yang disepakati bermakna
larangan untuk parkir di seputar tempat itu dan sudah diyakini di berbagai negara.
Simbol lalu disosialisasikan dan diperkenalkan sejak kecil yang tentang etika berlalu
lintas sampai pada saat mereka dewasa nanti ketika akan mendapatkan surat izin
mengemudi. Artinya, makna simbolik dari tanda larangan parkir itu telah dihadirkan
dalam interaksi sosial.

KESIMPULAN

Paradigma fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan


(realitas) yang mandiri dalam arti terlepas dari sikap individu yang ada di dalamnya,
misalnya apakah individu itu senang atau tidak senang.
Pada umumnya, keseluruhan kenyataan yang ada di dalam masyarakat dipandang
sebagai struktur yang di dalamnya terdapat sistem pengorganisasian, peraturan-
peraturan, pranata-pranata sosial, nilai-nilai yang disepakati, pembagian kekuasaan dan
kewenangan yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap individu.
Misalnya, seseorang yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu akan terpengaruh
oleh kenyataan yang terdapat di dalam masyarakat. Hal tersebut karena kenyataan
yang ada pada masyarakat dalam strukturnya, langsung ataupun tidak langsung dapat
memaksa individu yang bersangkutan dalam bersikap dan bertindak sehingga hal yang
demikian itu mengandung suatu konsekuensi logis bahwa individu tidak akan bertindak
yang cenderung menuruti kemauannya sendiri.
Dengan contoh di atas maka dapat dikatakan bahwa struktur yang ada dalam
masyarakat dapat digunakan untuk memahami kondisi pemikiran individu sebagai
anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai