Anda di halaman 1dari 21

TEORI UTAMA SOSIOLOGI

Teori Utama Sosiologi 

1. Teori Struktural 

a. Fakta Sosial Emile Durkheim

2. Teori Konflik

3. Teori Interaksionis Simbolik

TEORI SOSIOLOGI:

DAFTAR LENGKAP TEORI-TEORI ILMU SOSIAL

SUMBER : SOSIOLOGIS.COM

Teori sosiologi dan teori ilmu sosial lainnya yang diposting di sini didedikasikan untuk menjadi rujukan
online pembelajar ilmu sosial. Penjelasan daftar teori sosiologi ini meliputi definisi, gagasan inti, dan
tokoh utamanya. Sertakan sumber bila mengutip untuk menghindari plagiasi.

Teori Fungsionalisme Struktural

Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki


sebagai sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan
semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan kebutuhan dari
sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan tentang seseorang yang menempati
’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan organ
tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan
fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat
mengalami disorganisasi.

Gagasan inti: Sistem sosial ibarat organ tubuh

Tokoh: Emile Durkheim, Talcott Parsons


Teori Konflik

Teori konflik berkembang sebagai reaksi teori fungsionalisme struktural. Teori


konflik memiliki akar tradisi dari Marxian. Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah sistem sosial
sebagai pertentangan kepentingan. Masing-masing kelompok atau kelas memiliki kepentingan yang
berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan
subjektif terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang
mempunyai efek pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi
konflik interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya konfliktual.

Gagasan inti: Struktur relasi sosial dibentuk oleh konflik kepentingan

Tokoh: Karl Marx, Randal Collins

Teori Pertukaran

Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini


mengangap perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor.
Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik perilaku
setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik
sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa
positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan
pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh
sederhana adalah siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi
diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan harinya.

Gagasan inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.

Tokoh: Georg Homans, Peter Blau


Teori Dramaturgi

Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui


interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan
orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan
panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan
dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens bisa
berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi di depan
panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini
disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial
di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan
tampak ketika aktor berada di belakang panggung.

Gagasan inti: Dunia ini panggung sandiwara

Tokoh: Erving Goffman

Teori Interaksionisme Simbolik

Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas


untuk berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia
mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan
lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda,
misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap
suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam
proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol dilakukan dengan
pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya. Perbedaan pola tindakan dan interaksi
menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat.

Gagasan inti: Pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial


Tokoh: Herbert Blumer

Teori Marxian

Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa


penjelasan teoritis yang terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang
digunakan untuk menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita
bisa menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian adalah
asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar, menginspirasi
penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori marxian selalu
dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang lebih kontemporer.
Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.

Gagasan inti: Marx dan marxisme adalah poros utama

Tokoh: Karl Marx

Teori Neomarxian

Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep
yang datang dari teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga
teori neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori
kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori neomarxian
tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga menjadikannya pijakan
untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya. Sebagai contoh, konsep tentang
komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat masalah struktural dalam masyarakat
ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian
mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara
dan hukum yang dapat dilihat sebagai produk komoditas.
Gagasan inti: Reaksi ide-ide teori marxian

Tokoh: Georg Lukacs, The Frankfurt School

Teori Strukturalisme

Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam


memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia. Stuktur merupakan elemen tak kasat mata
yang mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur
berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang
mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat
lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup
kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori
strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.

Gagasan inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur

Tokoh: Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss

Teori Poststrukturalisme

Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide


marxian, teori poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme
berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin sosiologi. Teori
poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui penjelasan bahwa tindakan sosial
dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur
terdapat relasi kuasa yang berhubungn dengan pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini menjadi
pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya sangat sulit menarik garis besar dan
menjelaskan relasi antara keduanya

Gagasan inti: Diatas struktur ada relasi kuasa


Tokoh: Michel Foucault

Teori Modernisme

Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul


pada era filsafat modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme selalu
berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap
lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat
sebagai periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses
pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada perkembangan
sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini,
terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban umat
manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era ’modernisme
tingkat lanjut’, ’modernitas sebagai projek yang belum kelar’, ’masyarakat resiko’, dan lain sebagainya.

Gagasan inti: Kita sedang berada di era modern

Tokoh: Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann

Teori Postmodernisme

Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini
masih relevan disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter
yang berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir
dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori postmodernisme
tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum pernah
ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari modernitas atau
era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal
karena membongkar topeng-topeng kepalsuan modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan
kemajuan adalah penanda peradaban yang lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu.
Teori postmodernisme meletakkan ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme.
Gagasan inti: Modernisme telah mati

Tokoh: Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson

Teori Kritis

Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan


dikenal dengan nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun
sekaligus mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan. Teori kritis
mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis juga
mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme,
menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi
dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam penjelasan yang
sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang tidak kalah penting yaitu kultural.

Gagasan inti: Kritik teori atas teori

Tokoh: Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse

Teori Konstruksi Sosial

Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui
interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut
dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem yang
kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu melalui proses
internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam
institusi sistem sosial. Proses institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang
realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah
demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut
sebagai produk dari konstruksi sosial.
Gagasan inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial

Tokoh: Peter L. Berger, Thomas Luckmann

Teori Feminisme

Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial


dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam
teori feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan
pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan. Pekembangan teori
feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan didasarkan pada asumsi bahwa
pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini cenderung memarjinalkan perspektif
perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
filsafat mengakibatkan terpinggirkannya perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi,
hegemoni, diskriminasi terhadap kaum perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang
sistem dominasi yang memarjinalkan kaum perempuan.

Gagasan utama: Melawan dominasi terhadap perempuan

Tokoh: Harriet Martineau

Teori Globalisasi

Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal
dan global dalam menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke
dalam tiga dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi
pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik
globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural
globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi
melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid, dan pembedaan kultur
antar masyarakat atau negara bangsa.
Gagasan inti: Relasi timbal balik antara lokal dan global

Tokoh: Antonio Negri, Michael Hardt

Teori Pembangunan

Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini


berada pada tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara
sangat tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor
ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga tercapai kemajuan
kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak di jantung teori pembangunan.
Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk diterapkan di negara-negara berkembang.
Secara eksplisit negara maju menghendaki dibukanya pintu investasi di negara-negara berkembang
dengan tujuan agar negara berkembang dapat mengejar ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali
lagi, menjadi kuncinya.

Gagasan inti: Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial

Tokoh: W. W. Rostow

Teori Ketergantungan

Teori ketergantungan merupakan reaksi dari teori pembangunan atau ideologi


developmentalisme yang diusung oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara
di Eropa Barat. Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh Amerika Serikat saat perang dingin.
Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa investasi dan segala bantuan atau pinjaman finansial
yang digelontorkan oleh negara maju, alih-alih menciptakan kemajuan, justru menciptakan
ketergantungan negara-negara berkembang. Konsekuensinya, negara berkembang tidak akan pernah
berdaulat, melainkan berada di pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara maju atas negara
berkembang dipandang oleh teori ketergantungan sebagai bentuk kolonialisme dan imperialisme baru.
Sama dengan teori pembangunan, teori ketergantungan selalu berada pada konteks negara atau
regional.

Gagasan inti: Investasi asing merupakan bentuk imperialisme baru

Tokoh: Andre Gunder Frank

Teori Konsumsi

Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang
secara signifikan dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi
populer. Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi.
Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek produksi
dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi
tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh
moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung,
seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam dalam proses
produksi dan konsumsi.

Gagasan inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.

Tokoh: Jean Baudrillard

Teori Jejaring Aktor

Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan
yang lebih luas. Teori ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau
network dalam memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial yang lebih
luas. Perlu digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu, melainkan juga struktur
jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran mesin yang
signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen kecil yang
terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena jejaring berperan
lebih signifikan dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring aktor sebagai teori
sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti masyarakat jejaring, jejaring
sosial dan sebagainya.

Gagasan ini: Individu adalah komponen jejaring yang saling terkoneksi

Tokoh: Manuel Castells

Teori Sistem

Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah
sistem dan dunia sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh
masyarakat. Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih
dahulu bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang
lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori sistem
sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel
biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem
bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki
elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena sistem
memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena uang tanpa
sistem hanyalah secarik kertas.

Gagasan inti: Dunia berada dalam sebuah kompleksitas sistem

Konsep Dasar Sosiologi

Konsep Dasar Sosiologi dalam ilmu sosiologi dilakukan untuk meminimalisir segala bentuk kesalahan
yang dapat mendorong kerancuan dan salah pengertian. Konsep ialah kata, atau istilah ilmiah yang
berarti ide atau pikiran umum tentang sifat-sifat suatu benda, peristiwa, gejala, atau istilah yang
mengemukakan tentang hubungan antara satu gejala dan gejala lainnya.

Pengertian Konsep Dasar Sosiologi


Pengertian konsep dasar sosiologi adalah istilah yang sering dipergunakan dalam sosiologi sebagai studi
pengetahuan yang memberikan manfaat dalam hidup. Konsep sosiologi ini tergantung dari kebutuhan
dan keinginan ketika ingin meberikan penjalasan mengenai sosiologi, baik dari sisi cabang sosiologi
pendidikan, sosiologi hukum, sosiologi pedesaan, sosiologi pertanian, atau cabang ilmu sosiologi lainnya.

Baca Juga; Pengertian Sosiologi

Konsep Dasar Sosiologi

Beberapa macam dari konsep dasar sosiologi ini, antara lain adalah sebagai berikut;

Struktur sosial

Konsep dasar sosiologi yang pertama adalah strukstur sosial yang diartikan sebagai keseluruhan
komponen sosial yang pokok, yang di dalam struktur sosial ini meliputi kaidah-kaidah sosial (norma
sosial), lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, dan kelompok serta lapisan sosialnya. Baca juga;
“Lembaga Sosial” Pengertian, Ciri, Tipe, dan Fungsi

Proses Sosial

Konsep dasar sosiologi kedua adalah prose sosial, proses sosial ini diartikan sebagai timbal balik antara
masyarakat yang hidup dan berdampingan secara bersama-sama, misalnya pengaruh timbal balik antara
segi kehidupan ekonomi dan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan
agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi, antara segi kehidupan pendidikan
dan segi kehidupan hubukum, serta segi-segi kehidupan yang lainnya.

Perubahan sosial

Konsep dasar sosiologi selanjutnya adalah perubahan sosial, perbuahan sosial diartikan sebagai
perubahan yang mencakup seluruh lapisan dalam struktur sosial dan jalinan hubungan dalam
masyarakat. Perubahan sosial ini memiliki 2 dampak, yakni dampak postif dan dampak negatif. Yang
mana, readlisasi dalam dampak sosiologi ini tidak bisa untuk dihindari oleh masyarakat. Lantaran setiap
masyarakat pasti akan mengalami perubahan sosial.

Organisasi sosial
Konsep dasar sosiologi ke-4 adalah organisasi sosial, oragnisasi sosial ini menyangkut aspek kerja sama
yang mendasar, hingga akhirnya mampu untuk memberikan dorongan pada masyarakat agar tingkah
laku para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu.

Fakta Sosial

Konsep dasar sosiologi slenajutnya adalah fakta sosial, yang artinya keadaan sadar pada setiap individu
atau masyarakat untuk melakukan kegiatannya. Fakta sosial ini akan melahirkan padigma sosial, yang
satu dan lainnya saling berkaitan dan saling membutuhkan. Teori sosiologi dan tokohnya yang
menjelasankan tentang fakta sosial adalah Emile Durkheim. Baca juga; “Paradigma Fakta Sosial”
Pengertian dan Contohnya

Institusi sosial

Konsep dasar sosiologi selanjutnya ialah institusi sosial, yang dimaknai sebagai institusi legal (diakui) dan
dianggap mampu untuk memberikan dorongan kepada masyarakat, agar dapat menjalankan peranan
sosial dan norma-norma guna menjaga integratsi sosial dan menghindari atau mengenyampingkan
konflik sosial dalam masyarakat. Baca juga; Pengertian Integrasi Sosial, Proses, Bentuk, Faktor, dan
Contohnya

Individu

Individu dalam konsep dasar sosiologi berarti sebagai hubungan sosial yang terjadi antara pribadi dan
pribadi dalam kehidupan masyarakat. Definisi indviduini tentusaja identik dapat melakukan tindakan
dan kegiatannya yang sesuai dengan keiinginan dan fikiran yang di rasakannya. Oleh karenanya untuk
penilaian dalam individu sendiri hanya bisa dilakukan oleh masyarakat, terutama penilaian baik dan
buruknya tindakan yang dilakukan tersebut.

Masyarakat

Masyarakat, adalah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris “society” istilah ini berarti kawan. Pengertian
masyarakat secara luas adalah sekelompok manusia yang hidup bersama untuk daoat berinteraksi
mencapai kepentingan secara bersama-sama dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itulah
masyarakat bahasan pokok dalam konsep dasar sosiologi, lantaran sosiologi dan masyarakat adalah
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Hubungan Individu dan Masyarakat

Hubungan yang terjadi diantara individu dan masyarakat dalam Konsep dasar sosiologi akan mendorong
terbentuknya kebiasaan/adat. Kebiasaan ini terjadi karena seringnya interaksi yang dilakukan secara
bersama. Untuk menjaga kebiasaan hubungan individu dan masyarakat maka diperlukan bahasan
mengenai ketarturan sosial, hal ini dilakukan untuk meminimalisir masalah sosial yang ada dalam
hubungan individu dan masyarakat.

Kelompok Sosial

Konsep dasar sosiologi yang selanjutnya adalah kelompok sosial, yang diartikan sebagai himpunan
masyarakat yang saling hubungan secara teratur satu sama lainnya. Hubungan dalam kelompok sosial di
dalam konsep dasar sosiologi ini akan melahirkan integrasi sosial dan melahirkan konflik sosial dalam
masyarakat.

Komunitas (Community)

Kesatuan hidup yang dipilih oleh setiap manusia untuk dapat menempati wilayah-wilayah tertentu pada
umumnya dikenal dengan community/komunitas. Komunitas ini menjadi bagian daripada konsep dasar
sosiologi, karena dengan mengatahhui dan memahami komunitas masyarakat akan bisa bertahan dalam
keharmonisan sosial.

Pada hakekatnya, Semua konsep-konsep dalam ilmu sosiologi ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
seorang dalam mempelajari keluarga, kampung, masyarakat, fakta sosial, dan komunitas-komunitas.
Demikian juga dalam mempelajari wilayah-wilayah tertentu, manusia dari zaman tradisional sampai
peradaban masa kini membutuhkan. Oleh karena itulah ringkasan terhadap konsep dasar sosiologi
sangat penting untuk bisa di pahami.

Artikel Terkait; Sejarah Sosiologi [Awal-Akhir]

Demikianlah penjelasan mengenai konsep dasar sosiologi, semoga dengan adanya bahasan ini bisa
memberikan wawasan dan juga dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca, terutama yang
fokus pada studi sosiolog serta membutuhkan referensi mengenai “Materi Konsep Dasar Sosiologi”.
Trimakasih,

Gejala Sosial Dalam Masyarakat ( Materi pembelajaran sosiologi SMA Kelas X)

Hai para blogger yang sedang berbahagia, kali ini saya akan memposting materi Sosiologi SMA kelas X
nih tentang gejala sosial yang ada di dalam masyarakat. Yuk langsung saja untuk kalian yang pengen
nambah ilmu dan wawasan mengenai materi tersebut silahkan simak pembahasan dibawah ini ya..

A. KONSEP TENTANG GEJALA SOSIAL

Sebelum kita membahas lebih lanjut apa saja gejala-gejala sosial yang termasuk kajian sosiologi, mari
kita pahami terlebih dahulu pengertian fakta, konsep, definisi, konsep-konsep dasar dalam sosiologi
serta anti gejala sosial.

1. Pengertian Konsep

Menurut Drs. Robert M.Z Lawang dalam bukunya “Pengantar Sosiologi”, fungsi konsep dalam kehidupan
ada empat, yaitu sebagai berikut :

a. Kognitif, yaitu konsep untuk memahami sesuatu.

b. Evaluatif, yaitu konsep untuk menilai sesuatu.

c. Pragmatik, yaitu konsep yang digunakan untuk mengetahui nilai praktis dari sesuatu.

d. Komunikatif, yaitu konsep yang digunakan sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain.

Setiap konsep harus memiliki tiga unsur sebagai berikut :

a. Ada contoh

b. Ada ciri-ciri/atribut

c. Ada nilai atribut

2. Konsep-konsep Dasar Sosiologi

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, selain metode penelitian masih ada alat sosiologi lainnya, yaitu
berupa konsep-konsep sosiologi. Berbagai konsep yang muncul pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang berbagai realitas sosial yang terjadi. Beberapa konsep-konsep yang
berkembang pada ilmu sosiologi diantaranya sebagai berikut :
a. Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu itu, sejak masa kanak-kanak sampai
dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu yang
hidup dalam masyarakat di sekitarnya.

b. Kelompok sosial adalah kumpulan beberapa orang yang menyadari bahwa mereka merupakan bagian
dari suatu kelompok yang bersistem dan berproses. Di dalam kelompok tersebut dapat ditemukan
adanya hubungan timbal balik antara anggota dan juga faktor pemersatu.

c. Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat.

d. Lembaga sosial adalah sistem tata kelakuan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khusus
masyarakat.

e. Perubahan sosial adalah perubahan nilai-nilai, norma-norma, pola sikap, serta perilaku yang terjadi
pada lembaga sosial dan memengaruhi sistem sosial.

f. Konflik sosial adalah keadaan masyarakat yang ditandai pertentangan akibat hubungan yang tidak
serasi antara tindakan, norma, dan nilai sosial dalam interaksi.

3. Gejala Sosial

Gejala sosial merupakan semua peristiwa yang dibuat dan dilakukan oleh manusia. Kita dapat
menemukan berbagai gejala sosial di dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh gejala sosial yang dapat
kita temui adalah sebagai berikut :

a. Kemiskinan dapat memunculkan kecemburuan sosial antar masyarakat.

b. Kejahatan dapat disebabkan masalah kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan kurangnya lapangan
pekerjaan.

c. Kependudukan baik dalam hal jumlah dan persebaran penduduk, maupun kualitas penduduk serta
tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

d. Lingkungan hidup berkaitan dengan perilaku manusia yang menyebabkan pencemaran.

B. BERBAGAI REALITAS SOSIAL DI MASYARAKAT

1. Pengertian dan Jenis-jenis Realitas Sosial

Sosiologi berperan sebagai sarana untuk menganalisis fenomena yang terjadi di masyarakat. Oleh
karena itu, sosiologi berusaha mengupas realitas sosial untuk mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi
di balik gejala sosial. Seorang sosiolog begitu saja menerima apa yang tampak di permukaan sebelum
mengungkap apa yang tersembunyi di baliknya.

Emile Durkheim menyatakan bahwa realitas sosial disebut pula fakta sosial. Faktor sosial adalah cara-
cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang bersumber pada satu kekuatan di luar individu, bersifat
memaksa, dan mengendalikan individu. Emile Durkheim merinci fakta sosial meliputi hukum, moral,
kepercayaan, adat istiadat. Tata cara berpakaian, dan kaidah ekonomi yang berlaku di masyarakat.

2. Macam-macam Realitas Sosial

Menurut Soejono Soekamto, ada beberapa realitas sosial yang menyusun kehidupan masyarakat, antara
lain :

a. Interaksi sosial, hubungan timbal balik dan komunikasi antar individu, organisasi ataupun kelompok
sosial.

b. Nilai dan norma sosial, bersifat abstrak namun dapat dirasakan berupa patokan , prinsip-prinsip atau
keyakinan yang mendasari etika dalam kehidupan masyarakat yang dapat menghasilkan prestise.

c. Stratifikasi sosial adalah kenyataan bahwa setiap manusia memiliki strata yang berbeda dan tidak
boleh diabaikan.

d. Status sosial yaitu kedudukan suatu individu dalam kehidupan masyarakat.

3. Hubungan Antarrealitas Sosial

Setiap realitas sosial saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan saling menentukan. Hubungan yang
terjadi antar anggota masyarakat, mencerminkan adanya hubungan antar realitas sosial.

C. MEMAHAMI MASYARAKAT

1. Pengertian Masyarakat

Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa objek studi dari sosiologi adalah
masyarakat. Namun, sudah tahukah Anda tentang pengertian dan ciri-ciri masyarakat? Untuk
mengetahuinya, marilah kita bahas pengertian masyarakat berdasarkan pendapat dari beberapa ahli,
yaitu sebagai berikut :

a. Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.

b. Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
c. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi
atau perkembangan akibat adanya pertentangan kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

2. Ciri-ciri Masyarakat

Terbentuknya masyarakat pada hakekatnya disebabkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial, artinya
setiap manusia (individu) mau tidak mau, harus berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain agar ia
dapat hidup, berkembang, tumbuh, mencapai, tujuan hidupnya. Tanpa adanya orang lain, manusia tidak
mungkin dapat hidup karena sejak lahir pun kita sudah membutuhkan orang lain.

Soerjono Soekanto dalam bukunya merumuskan beberapa ciri masyarakat sebagai berikut :

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Tingkatan hidup bersama ini bisa dimulai dari
kelompok yang terdri atas dua orang.

b. Hidup bersama untuk waktu yang cukup lama. Dalam hidup bersama ini akan terjadi interaksi.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan

d. Mereka merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.

3. Unsur-unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsure sebagai berikut:

a. Beranggotakan minimal dua orang

b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan

c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama dan menghasilkan manusia baru yang saling
berkomunikasi serta membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain
sebagai anggota masyarakat.

D. MASALAH SOSIAL

Manusia merupakan makhluk yang terdiri dari beberapa kodrat tetapi manusia juga merupakan satu
kesatuan secara utuh. Susunan kodrat manusia adalah jiwa dan raga. Masalah sosial berkaitan dengan
konsep das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan). Das sollen dan das sein tidak selalu terjadi
keseimbangan. Kesenjangan itulah yang dinamakan dengan masalah sosial jika terjadi secara berlarut-
larut. Masalah sosial berkaitan dengan ukuran nilai-nilai dan norma-norma sosial.

1. Klasifikasi masalah sosial dan sebab-sebabnya


Berdasarkan sumber-sumber

 Faktor ekonomi : kemiskinan, pengangguran, dan lain-lain

 Faktor budaya : perceraian, kenakalan remaja dan lain sebagainya

 Faktor biologis : penyait menular, keracunan makanan dan lain sebagainya

 Faktor psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat dan lain sebagainya.

Gejala Sosial

Pengertian gejala sosial adalah fenomena yang menandai munculnya permasalahan sosial di
masyarakat. Gejala sosial ini perlu diwaspadai sejak dini agar tidak menjadi masalah yang besar,
sehingga tidak dapat merugikan individu maupun masyarakta di lingkungan sekitar.

Pengertian Gejala Sosial

Gejala sosial merupakan hubungan timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial yang terjadi
akibat adanya hubungan interaksi dalam masyarakat. Dalam hal dapatlah dikatakan bahwa hekekatnya
Btanda-tanda yang muncul dalam suatu lingkungan masyarakat yang disinyalir akan menimbulkan
permasalahan sosial apabila tidak diantisipasi dengan baik.

Faktor Terjadinya Gejala Sosial

Adapun faktor-faktor terjadinya gejala sosial adalah sebagai berikut:

Faktor Kultural, Faktor kultural ini merupakan nilai sosial yang tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan masyarakat maupun kelompok.

Faktor Struktural, Faktor struktural merupakan sebuah keadaan yang dapat mempengaruhi struktur
yang telah disusun oleh pola-pola tertentu. Faktor struktural dapat dilihat dari pola hubungan antara
individu maupun kelompok yang terjalin dalam lingkungan masyarakat.

Macam Gejala Sosial

Adapun bentuk-bentuk gejala sosial yang ada dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
Ekonomi, Tingkat pendapatan berbeda yang dimiliki oleh tiap individu dapat mengakibatkan gejala sosial
dalam masyarakat. Dalam aspek ekonomi, gejala sosial sangat berkaitan dengan perekonomian
masyarakat.

Budaya, Adanya perbedaan dalam pengertian budaya dapat memicu terjadinya gejala sosial. Hal
tersebut berupa peniruan terhadap budaya asing, kenalkalan remaja, dan lain sebagainya.

Lingkungan alam, Gejala sosial terkait lingkungan alam adalah menyangkut aspek kesehatan. Seseorang
yang tejangkit penyakit dapat menyebabkan gejala sosial di lingkungan masyarakat.

Psikologis, Perilaku seseorang dalam kehidupan sosial dipengaruhi oleh aspek psikologis. Jika seseorang
mengalami gangguan dalam kejiwaan, maka dapat menyebabkan gejala sosial dalam masyarakat seperti
disorganisasi jiwa, maupun ajaran aliran sesat.

Politik, Gejala sosial yang disebabkan oleh faktor politik terjadi karena adanya perbedaan kepentingan.
Apabila hal tersebut tidak ditanggulangi dengan keterbukaan pikiran, maka hal tersebut dapat menjadi
konflik dalam masyarakat.

Demografis, Gejala sosial yang muncul akibat demografis adalah karena adanya ketidakmerataan
persebaran penduduk. Akibatnya, bila suatu daerah mengalami kepadatan penduduk, gejala sosial yang
ditimbulkan adalah adanya ketimpangan sosial dan lain sebagainya.

Contoh Gejala Sosial

Adapun untuk beragam contoh-contoh gejala sosial di masyarakat yang mudah ditemukan dalam
keseharian, antara lain adalah sebagai berikut;

Timbulnya geng motor yang meresahkan lingkungan masyarakat sekitar.

Tawuran antar sekolah yang disebabkan adanya kesalahpahaman.

Tingkat kemiskinan yang tinggi akibat kepadatan penduduk di berbagai daerah.

Banyaknya pengangguran yang disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan di lingkungan


masyarakat.

Kasus pembunuhan dan perampokan yang semakin meningkat akibat terbatasnya kemampuan ekonomi
seseorang.

Pencopetan dan pemalakan yang terjadi di berbagai daerah.


Banyaknya anak jalanan yang disebabkan oleh perceraian orang tua mereka, sehingga mereka
ditelantarkan.

Munculnya pemukiman kumuh yang disebabkan kurangnya penataan kota.

Pencemaran lingkungan yang berdampak pada menurunnya kualitas air bersih di lingkungan
masyarakat.

Adanya pergolakan massa yang disebabkan oleh paksaan pengkudetaan pemimpin otoriter.

Banyaknya kasus busung lapar yang disebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan nutrisi.

Adanya beberapa aliran sesat yang sangat meresahkan masyarakat.

Adanya paham radikalisme yang menyerang beberapa kelompok sosial, sehingga menimbulkan
kekacauan di lingkungan masyarakat.

Timbulnya ancaman terorisme di berbagai daerah.

Terjadinya tragedi dalam pengertian genosida akibat adanya rasa benci terhadap ras tertentu.

Demikianlah penjelasan mengenai contoh gejala sosial di masyarakat. Semoga dengan adanya tulisan ini
bisa menambah wawasan, juga menambah pengetahuan bagi segenap pembaca yang sedang
mendalami serta mencari referensi mengenai ‘gejala sosial’. T

Anda mungkin juga menyukai