4TB03
ANGGOTA:
• Depi Mustika Sari (21315703)
• Dwi Rahmadiyah Fitriyani (22315056)
• Frida Rizky Adwitya (22315783)
• Irna Yulyanda Putri (23315448)
• Nur Hidayah (25315183)
• Nabilla Asadriana (24315891)
Dosen: Purwanto Joko Slameto
Sejarah
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang dihuni suku Dayak. Suku Dayak mayoritas hidup berkelompok
membentuk koloni dari anggota keluarga mereka sehingga mempengaruhi bentuk dan besar dari rumah yang ditempati, hal ini
sudah dilakukan secara turun temurun.
Rumah Betang dapat di temui di pinggiran sungai besar yang biasanya menjadi pusat permukiman suku Dayak. Rumah adat ini
berbentuk rumah panggung yang memanjang. Hal tersebut dikarenakan untuk menghindari musuh yang datang dengan tiba-tiba,
binatang buas, atau banjir yang terkadang melanda.
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari rumah adat Betang :
1. Arah hulu rumah menghadap timur yaitu searah matahari terbit dan hilir menghadap barat searah dengan matahari terbenam. Hal
ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.
Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalampeletakan ruang pada Rumah Betang yaitu:
• Pusat atau poros bangunan di mana tempat orang berkumpul melakukan berbagai macam kegiatan baik itu kegiatan
keagaman, sosial masyarakat dan lain-lain maka ruang los, harus berada ditengah bangunan.
• Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang. Peletakan ruang tidur anak dan orang tua ada ketentuan
tertentu di mana ruang tidur orang tua harus berada paling ujung dari aliran sungai dan ruang tidur anak bungsu harus
berada pada paling ujung hilir aliran sungai, jadi ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit dan apabila itu
dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah.
• Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya mendapat rezeki
• Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat lainnya.Posisinya berada didepan
bagian luar atap yeng menjorok ke luar. Lantai pante terbuat dari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan
sebesar pergelangan tangan atau dari batang papan.
• Serambi adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga. Di
depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarit
halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas.
• Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang memerlukan.
• Jungkar. Tidak seperti ruangan yang pada umumnya harus ada. Sementara Jungkar sebagai ruang tambahan di bagian
belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya menyambung atap rumah panjang atau adakalanya bumbung atap
berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah panjang. Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi
satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang. Jungkar yang atapnya menyambung pada atap rumah
panjang dibuatkan ventilasi pada atap yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu yang sewaktu hujan atau malam hari
dapat ditutup kembali.
6. Tangga dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah ganjil, tetapi umumnya berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan
kanan, satu lagi di depan sebagai penanda atau ungkapan rasa solidaritas menurut mitos tergantung ukuran rumah, semakin
besar ukuran rumah maka semakin banyak tangga.
6. Dinding dan tiangnya memiliki ukiran yang mengandung falsafah hidup suku Dayak.
Rumah Betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga masyarakat. Apabila
diamati secara lebih saksama, kegiatan di rumah panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-
formal. Rumah betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Dayak untuk membina
keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan satu sama lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dilakukan,
meskipun pada malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah satu atap. Demikianlah
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan kepada generasi penerus. Dalam suasana kehidupan rumah
panjang, setiap warga selalu dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan bimbingan
dalam mengerjakan sesuatu. Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok dari luar rumah panjang.
Elemen Struktural
Elemen Struktural
Filosofi
Selain bentuknya yang unik, rumah adat Kalimantan barat ini memiliki makna dan filosofi, seperti bentuknya, arah rumah, yakni:
1. Bentuknya yang tinggi, panjang dan lebar memiliki makna sifat toleransi dan kebersamaan dari anggota keluarga.
2. Bagian hulu rumah menghadap ke arah matahari terbit atau timur dan bagian hilirnya mengarah ke arah matahari terbenam atau
barat karena sesuai dengan mata pencaharian Suku Dayak, yaitu bertani yang mulai bekerja pada saat matahari terbenam dan
pulang pada saat matahari sudah mulai tenggelam.
3. Di bagian depan rumah umumnya disimpan patung berbentuk manusia terbuat dari kayu ulin. Berdasarkan kepercayaan Suku Dayak,
patung tersebut dapat mengantarkan arwah para leluhur ke surga. Selain itu, dipercaya dapat melindungi semua anggota keluarga
yang tinggal di rumah.
Bentuk rumah adat Panjang mencerminkan prinsip hidup masyarakat Dayak yang memiliki prinsip hidup berdasarkan kebersamaan,
solidaritas dan toleransi.
Tabel Elemen Bangunan (rumah dayak ) - Kalimantan Barat
NO. Bagian Amatan Keterangan Foto/Gambar
A. Pondasi
Pondasi Umpak Pondasi umpak adalah pondasi yang 60cm x 90cm
diletakkan diatas tanah yang telah padat Tinggi 60 cm
atau keras. Penggunakan Pondasi unpak
ini dapat menyelaraskan goyangan yang
terjadi pada permukaan tanah sehingga
bangunan tidak akan patah tiang-tiangnya
jija terjadi gempa.
B. Kolom / tiang
- Berbentuk segi Rumah betang identik dengan
delapan tiang-tiang berukuran besar sebagai
- Berdiameter struktur utama rumah karena kolom
40 cm berfungsi sebagai pengikat dinding
- Jarak antar bangunan agar tidak goyah dan sebagai
kolom 3 meter penunjang beban bangunan di atasnya.
- Terdapat 72 Tinggi tiang rumah dari permukaan
kolom (12 tanah minimum ±3 m, karena dulu alam
kolom x 6 masih asli sehingga tiang rumah harus
kolom) dibuat tinggi untuk menghindari binatang
- Tinggi dan banjir.
bangunan 6 m Tiang rumah betang dulu identik
dengan tiang berukuran besar dimana
diameter tiang bisa mencapai 40 cm - 80
cm. Tiang rumah betang dulu terbuat dari
kayu ulin (kayu besi) dipilih bahan ini
karena kayu ulin merupakan kayu yang
sangat kuat dan tahan lama sehingga
cocok untuk konstruksi utama bangunan.
(Kolom/ tiang)
Tabel Elemen Bangunan (rumah dayak ) - Kalimantan Barat
NO. Bagian Amatan Keterangan Foto/Gambar
C. Dinding
- Lebar dinding Dinding terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
papan kayu ulin
dinding luar terbuat dari kulit kayu dan dinding
15 cm
dalam terbuat dari papan ulin. Dinding tidak
tertutup keseluruhan tetapi hanya setengah
tinggi badan bangunan ±280 cm, sedangkan
tinggi badan bangunan secara keseluruhan ±6
m.
Suku dayak dulu menentukan tinggi
dinding menggunakan ukuran tubuh manusia
terutama ukuran tubuh wanita dengan cara
wanita berdiri diatas luntung (keranjang besar
tinggi ±80 cm) sehingga didapat tinggi dinding. (dinding papan kayu ulin)
D. Plafond
Rumah betang dulu tidak menggunakan
plafond, hanya terdiri dari kerangka-kerangka
yang memper-lihatkan struktur atap, dimana
struktur tersebut sudah menjadi satu kesatuan
dengan elemen ruang yang lain, sehingga tidak
perlu ditutup karena fungsi atap bukan hanya
sebagai pelindung terhadap cuaca tetapi juga
memberi efek bentuk bangunan eksterior
seutuhnya, terutama pada jaman dulu dimana
teknologi masih amat sederhana.
Tabel Elemen Bangunan (rumah dayak ) - Kalimantan Barat
NO. Bagian Amatan Keterangan Foto/Gambar
E. Lantai