Anda di halaman 1dari 7

BAHASA INDONESIA

KARYA TULIS ARSITEKTUR


RUMAH ADAT DAERAH
MALUKU

KELOMPOK 4

Abraham Taihuttu - 19021102027


Yosafat Silaen
Bayu Purbaya
Gabriella Mundung - 19021102014
Silvana Rorimpandey - 19021102018

Dosen: STEVEN LINTONG ST, M.Ars

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2020
ABSTRAK

Rumah Baileo adalah rumah adat dari daerah Maluku dan Maluku Utara. Baileo yang bisa berarti
Balai Bersama atau tempat pertemuan, dipakai untuk menamai rumah adat tersebut, karena salah
satu tujuan dan fungsi didirikan rumah adat baileo adalah untuk tempat bermusyawarah bagi
masyarakat adat atau kelompok-kelompok setempat yang terdiri dari tetua adat dan masyarakat,
dalam mencari solusi atau pemecahan atas permasalahan yang ada. Fungsi rumah
adat Baileo selain sebagai tempat musyawarah adalah juga sebagai tempat penyimpanan benda-
benda pusaka dan tempat upacara adat. Bentuk rumah baileo adalah panggung dengan tanpa
dinding rumah, namun demikian ada tempat khusus untuk menyimpan benda suci yang disebut
dengan Pamali. Saat ini rumah adat baileo memiliki beberapa perbedaan arsitektur di beberapa
desa di wilayah Maluku. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh perkembangan jaman dan
teknologi. Walaupun memiliki perbedaan, akan tetapi pada umumnya rumah baileo di beberapa
desa tersebut memiliki fungsi utama yang sama yaitu sebagai tempat bermusyawarah (Balai
Bersama).

SEJARAH MALUKU

Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan
kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang
berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang
menguasai pulau-pulau tersebut. Oleh karena itu, diberi nama Maluku yang berasal dari kata Al
Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja.

Arsitekur tradisional pada umumnya merupakan bentuk kearifan local suatu komunitas dalam
mempertahankan dan melanjutkan kehidupannya. Arsitektur Maluku adalah arsitektur yang
berkembang pada masyarakat Maluku. Di Maluku terdapat jenis dan bentuk bangunan
tradisional yang menggambarkan arsitektur di daerah Maluku. Bentuk bangunan arsitektur
tradisional daerah Maluku dapat dilihat dari rumah adat daerah Maluku yaitu biasa disebut
rumah adat Baileo.

KEBUDAYAAN

Di mata masyarakat Ambon (Maluku), kebudayaan sangat berkaitan dengan adat istiadat dan
kepercayaan.

Pada umumnya penduduk Maluku telah beragama Nasrani dan Islam. Meskipun begitu,
mereka masih percaya akan roh-roh yang harus dihornati dan diberi makan, minum, dan
tempat tinggal yang disebut dengan Baileu ( rumah adat maluku), agar tidak menjadi
gangguan bagi mereka yang hidup di dunia ini. Orang-orang pun diwajibkan melakukan
upacara terlebih dahulu sebelum memasuki baileu dengan melalui perantara antara manusia
dengan roh-roh nenek moyang. Selain itu juga harus berpakaian adat berwarna hitam dengan
saputangan merah yang dikalungkan pada bahu. Dalam baileu terdapat pamili yaitu batu yang
dianggap keramat (berkekuatan gaib) yang besarnya kira-kira dua meter persegi. Batu itu
digunakan sebagai altar tempat kurban-kurban dan sajian.

Dalam keyakinan religi mereka masih mempercayai hal-hal yang akan membawa bencana
bagi yang tidak menjalankannya. Misalnya menjalankan upacara ( Cuci Negri ) bersih desa,
yang mencakup bangunan-bangunan baileu, rumah-rumah dan pekarangan. Bila tidak
dilakukan dengan baik maka orang bisa jatuh sakit, kemudian mati. Seluruh desa bisa
terjangkit penyakit atau panennya

BANGUNAN TRADISIONAL / RUMAH ADAT BAILEO

Maluku memiliki bentuk rumah adat yang dikenal dengan sebutan Rumah Baileo. Rumah
tradisional ini menjadi symbol keanekaragaman budaya di Maluku yang berasal dari berbagai
latar belakang suku, agama, dan ras. Rumah tradisional ini sekaligus menjadi ikon budaya
dan jati diri masyarakat Maluku pada umumnya.

Baileo adalah rumah adat Maluku. Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku
dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Rumah Baileo adalah
identitas setiap negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja. Baileo berfungsi sebagai tempat
penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga.
Rumah adat Baileo memiliki fungsi utama sebagai tempat untuk menyelenggarakan upacara
adat, tempat untuk menyimpan benda-benda yang dikeramatkan, dan sebagai balai
permusyawaratan bagi masyarakat setempat. Dengan fungsi tersebut, maka bentuk rumah
adat ini memiliki ukuran yang relative besar dan desain yang berbeda dari rumah
kebanyakan.

Esensi Baileo

Nama Baileo berasal dari kata bale atau balai , yang dalam bahasa Melayu berarti tempat


pertemuan. Negeri-negeri di Maluku memiliki arsitektur Baileo yang berbeda, namun fungsinya
sama. Baileo dibuat dengan bahan yang kuat, dan dilengkapi dengan ornamen khas Maluku.

Rumah Baileo tak berdinding, hal ini dimaksudkan agar roh nenek moyang dapat leluasa masuk
dan keluar rumah Baileo. Rumah Baileo merupakan rumah panggung, yakni posisi lantainya
berada di atas permukaan tanah. Lantai yang tinggi ini mempunyai makna bahwa agar roh-roh
nenek moyang memilii tempat dan derajat yang tinggi dibandingkan masyarakat.

Esensi lainnya terdapat pada Bentuk ornamen atau hiasan di rumah adat Baileo yang memiliki
hubungan erat dengan adat istiadat dan kehidupan sehari-hari masyarakat Maluku.
Ciri Khas Baileo

BATU PAMALI

● Batu Pamali merupakan batu alas atau batu dasar berdirinya sebuah negeri adat yang
selalu diletakkan di samping rumah Baileo, sekaligus sebagai representasi kehadiran
leluhur (Tete Nene Moyang) di dalam kehidupan masyarakat.

● digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sesaji. Biasanya batu ini diletakkan di depan
pintu tepat di muka pintu rumah baileo

● Tujuan dari penempatan batu pamali adalah untuk menunjukkan bahwa rumah itu
merupakan balai adat. sebagai bentuk penyatuan soa-soa dalam negeri adat, dengan
demikian batu Pamali adalah milik bersama setiap soa.
TIANG BAILEO

Rumah adat baileo memiliki tiang-tiang penyangga yang berjumlah sesuai dengan jumlah marga
dalam desa yang bersangkutan dan berada di bagian depan dan belakang. Pada tiap-tiap tiang
tertulis tiap-tiap marga asli yang ada di desa yang bersangkuta.

Bentuk Bangunan Baileo

Bentuk rumah adat Baileo memiliki desain rumah panggung yang dilengkapi dengan tiga
buah tangga, yaitu tangga bagian depan, tangga sebelah kiri dan tangga belakang.

Khusus pada tangga bagian depan terdapat sebuah batu yang menjadi alas untuk pijakan
tangga. Batu tersebut berbentuk datar dan dikenal dengan istilah pamali. Peletakan batu
pamali didepan pintu rumah adat digunakan sebagai tempat untuk menaruh sesaji dan
sekaligus menandakan bahwa rumah tersebut merupakan balai adat.

Adapun bentuk rumah panggung pada rumah adat ini juga dilengkapi tiang-tiang penyangga
yang terdiri dari masing-masing 9 buah tiang didepan dan dibelakang, serta 5 buah tiang pada
sisi kanan dan kiri. Jumlah tiang pada rumah adat ini menjadi lambing persekutuan antar desa
dan kelompok masyarakat di Maluku.

Tiang utama pada rumah adat ini berfungsi sebagai penopang rangka lantai sementara untuk
bagian atasnya disambung menggunakan tiang balok yang ukurannya lebih kecil namun lebih
Panjang. Tiang ini berfungsi sebagai penopang kerangka atap. Selain itu juga berfungsi
sebagai penahan pagar yang mengelilingi bagian dalam rumah, dengan susunan kayu yang
saling silang yang direkatkan dengan ikatan ijuk.
Lantai rumah adat Baileo memiliki ukuran yang cukup luas dengan susunan papan yang
ditumpangkan pada kerangka atap. Papan-papan tersebut disusun tanpa menggunakan paku
namun direkatkan dengan cara mengunci pada kerangka lantai sehingga memungkinkan
papan lantai tidak bergeser dan tidak menimbulkan suara berdecit.

Bentuk arsitektur bagian-bagian baileo dapat dijelaskan sebagai


berikut:

a. Bagian bawah

Didirikan di atas tumpukan tanah yang agak tinggi, dibatasi dengan tumpukan batu atau
beton sebagai penahan tanah. Terdapat tiang-tiang yang ditancapkan pada tanah. Jumlah
tiang pada masing-masing baileo bervariasi. Selain tiang-tiang induk, terdapat pula tiang
tambahan yang diikatkan berimpit pada tiang induk, gunanya untuk memperkuat tiang induk
sebagai penopang seluruh bagian bangunan. Baileo Nolloth dan baileo Haria, tiang
penyangga ditanam separuh ke dalam tanah, sedangkan pada baileo Ihamahu dan baileo
Haria, tiang-tiang penyangga dipancangkan pada pondasi beton.

b. Bagian Tengah

Bagian tengah bangunan adalah lantai dan dinding. Lantai baileo umumnya terbuat dari
papan yang diletakan di atas tiang-tiang kayu dengan menggunakan pasak kayu atau paku.
Baileo yang tidak berkolong yaitu baileo Ihamahu dan baileo Ulath, namun pondasi kedua
bangunan ini dibuat tinggi, lantai dan tanah sekitarnya dihubungkan dengan tangga yang
diletakkan pada pintu masuk. Lantai papan terdapat pada baileo Nolloth, Ihamahu dan Haria,
sedangkan baileo Ullath menggunakan pasir pantai sebagai lantainya.

Bagian dinding baileo umumnya terbuat dari papan atau kayu, tinggi dinding kurang lebih 1
meter dari lantai. Dinding baileo Nolloth dan baileo Ihamahu terbuat dari balok kayu. Pada
baileo Nolloth, balok kayu disilang-silangkan sehingga menghasilkan bentuk tumpal.

Sedangkan baileo Ullath, balok kayu dijejerkan vertikal menyerupai pagar. Dinding baileo
Ihamahu terbuat dari papan yang diukir dengan motif ukiran khas Maluku. Dari keempat
sampel ini, hanya baileo Haria yang tidak berdinding.

Terdapat variasi jumlah pintu pada masing-masing baileo, baileo Haria dan baileo Ullath
memiliki 2 pintu, baileo Nolloth memiliki 4 pintu pada keempat sisinya, sedangkan baileo
Ihamahu memiliki 3 pintu. Masing-masing pintu terdapat tangga yang gunanya untuk
menghubungkan lantai bangunan dengan tanah atau pelataran sekeliling bangunan.
c. Bagian Atas

Bagian atas atau atap biasanya berbentuk tumpal atau segitiga sama kaki. Atap baileo
umumnya terbuat dari daun sagu atau daun rumbia. Konstrukksi atap mempergunakan bahan
kayu dan bambu dengan pasak kayu, pasak besi, paku, ataupun juga dengan cara ikat tali
ijuk. Baileo merupakan bangunan tradisional yang terdapat di Maluku. Bentuk arsitektur
bangunan baileo pada umumnya berbentuk rumah panggung atau rumah berkolong, terbuat
dari bahan organik dan dikerjakan dengan teknik yang sangat sederhana. Bentuk rumah
panggung atau rumah berkolong terbuat dari kayu merupakan salah satu unsur budaya
Astronesia. Bentuk rumah seperti ini lazim dijumpai pada sukusuku bangsa yang ada di
Indonesia.

Baileo oleh masyarakat dianggap sebagai rumah leluhur, karena hanya dipergunakan dalam
pelaksanaan upacara adat. Tiupan tahuri merupakan perlambang memohon restu leluhur
dalam proses pelaksanaan berbagai upacara di baileo. Dengan demikian maka baileo sebagai
bangunan yang walaupun sederhana secara fisik, namun kaya makna. Bagi masyarakat
Maluku Tengah, Baileo merupakan tempat interaksi manusia baik dengan sesama, dengan
alam lingkungan, dengan leluhur dan dengan sang pencipta.

Bangunan Baileo menggambarkan adanya stratifikasi sosial masyarakat Maluku Tengah


yang nampak jelas dalam pengaturan pintu masuk khusus untuk kepala negeri yang berbeda
dengan pintu masuk untuk masyarakat biasa. Demikian pula dalam pengaturan tempat duduk
dalam upacara adat, dimana raja menempati tempat paling depan dan agak tinggi,
berhadapan dengan masyarakat biasa. Aturan ini jelas, dan dipatuhi oleh msyarakat hingga
saat ini. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Saparua menghormati dan menghargai kepala
negerinya sebagai orang yang dipilih, dan disahkan secara adat.
Selain itu, posisi masing-masing soa dan marga dalam acara adat yang dilaksanakan dalam
baileo juga menuruti aturan yang ditentukan. Masing-masing soa atau marga memiliki tiang
yang diberi nama menurut nama soa atau marga dimaksud. Sehingga dalam pelaksanaan
upacara adat masing-masing marga atau soa menempati tiang milik marga atau soanya. Hal
ini juga nampak dalam pelaksanaan upacara tutup baileo. Terdapat pembagian tugas yang
jelas kepada seluruh masyarakat berdasarkan soa, mulai dari proses mempersiapkan bahan,
hingga proses mengganti atap. Ini menandakan adanya struktur masyarakat yang telah ada
sejak dahulu dan terus dipertahankan sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai