Anda di halaman 1dari 8

RUMAH ADAT NIAS

Lokasi dan 1.Lokasi


Zoning
 Rumah-rumah Nias Selatan: di ujung selatan Kabupaten Nias
Selatan termasuk Kepulauan Batu.
 Rumah-rumah Nias tengah: di bagian pedalaman dan timur
Kabupaten Nias Selatan, khususnya di Lahusa dan Gomo. Ada beberapa
variasi yang berbeda dalam gaya ini.
 Rumah-rumah Nias Utara: Kabupaten Nias Utara dan Nias Barat
dan Kota Gunungsitoli. Juga bagian utara Kabupaten Nias.

2. Zoning
 Zoning desa

STRUKTUR DESA NIAS. Utara: rumah berbentuk lonjong tersebar dalam


kelompok kecil. Tengah: rumah persegi panjang di desa-desa kecil.
Selatan: rumah persegi panjang berdekatan di desa-desa besar. Gambar
Oleh Prof. Alain Viaro

 Zoning rumah adat

Berdasarkan fungsi :
Rumah adat yang terdapat dinias tidak semua memiliki ukuran yang
sama, hal itu dilakukan untuk membedakan antara kalangan
bangsawan dengan rakyat biasa. Begitu juga dengan penempatannya,
kalangan bangsawan (raja) biasanya pada lahan yang lebih tinggi di
tengah kampung atau di ujung kampung.

Omo Sebua
Rumah ini hanya dibangun untuk kepala desa dan letaknya ada di pusat desa.
Pembangunan Omo Sebua dilakukan di atas tumpukan kayu ulin besar dengan
atap yang menjulang. Menurut keterangan sejarah, Omo Sebua pada zaman
dulu digunakan sebagai tempat pertahanan ketika budaya perang antar desa
masih sering terjadi. Ciri khas Omo Sebua terletak pada bagian atap yang
curam dengan tinggi mencapai 16 meter. Atap berbentuk pelana di bagian
depan dan belakang yang efektif melindungi rumah dari hujan.

Omo Hada
Omo Hada digunakan sebagai rumah tinggal rakyat jelata, seperti rumah adat
Jawa Barat, jolopong. Bentuknya persegi dengan pintu yang menghubungkan
satu rumah dengan rumah lain. Dengan pintu ini, warga dapat berjalan di
sepanjang teras rumah tanpa harus turun ke tanah.

Berdasarkan lokasi:
Nias Utara

-Rumah ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruang besar di


bagian depan untuk berkumpulnya keluarga dan di bagian belakang
terdapat ruangan lebih kecil untuk kamar tidur.
-Ndriwa yang berada di bawah rumah, juga diletakkan di atas rumah
untuk menahan atap. Nah, di situlah biasanya barang-barang rumah
tangga dan peralatan lainnya disimpan. Di atap depan ada suatu celah
yang bisa dibuka tutup yang berfungsi sebagai ventilasi udara. Atap
rumah bukan menggunakan genting, tapi menggunakan daun rumbia.
-Rumah ini juga memiliki keunikan lain, yaitu tangganya yang bisa
dipindah-pindah. Rumah ini merupakan rumah panggung sehingga
untuk masuk ke ruang utama, kita harus menaiki tangga. Nah,
karena budaya perang di Nias, tangga rumah dirancang untuk bisa
dilepas dan dipindahkan, sehingga musuh tidak bisa masuk.

Nias tengah

Pembagian rumah adat di Gomo dan sekitarnya dapat dibagi atas dua
bagian yaitu ruang depan dan ruang belakang.
⇒Ruang depan
Difungsikan sebagai tempat pertemuan dan lantainya ditata bertingkat
tiga.
• Lantai pertama disebut tawolo, dipakai tempat duduk orang – orang
kebanyakan pada waktu upacara adat.
• Lantai kedua disebut botonilui, digunakan untuk tempat duduk para
bangsawan dan orang – orang yang dihormati selain sebagai tempat
tidur para
tamu yang menginap di tempat itu.
• Lantai ketiga disebut salogoto, tempat lebih tinggi dibuat untuk
tempat duduk
raja adat (siulu). Bagi pengetua adat yang dipandang tertua
didudukkan di
sebelah kanan salagoto sebagai penghormatan tertinggi.
⇒Ruang belakang
Difungsikan sebagai dapur. 
⇒Ruang tubuh tengah
Bagian tubuh (boto homo) dari rumah adat Nias ialah bagian yang
langsung digunakan oleh penghuninya dalam kehidupan sehari – hari
seperti ruang depan digunakan untuk menerima tamu, tempat rapat
dan tempat tidur tamu di malam hari. Sedangkan ruang tidur yang
disebut foroma atau bate’e jumlah ruangannya berbeda – beda
tergantung kebutuhan. Bagian lantainya terdiri dari boto dan sinata.
Boto adalah lantai yang sejajar / rata di seluruh bagian rumah
sedangkan sinata adalah bagian lantai yang lebih tinggi berkisar 10 –
15 cm dari lantai boto biasanya tempat tamu / orang yang dihormati.

Nias selatan
Struktur
bangunan

Metode atap jerami Sistem tiang dibangun untuk


digunakan di seluruh Nias melindungi rumah terhadap

 Nias utara

-atap

Adapun bagian atap bangunan tradisional Nias bagian utara :


1. Sago, atap dari daun rumbia yang telah dianyam dan dikeringkan.
2. Gaso, rusuk tempat pemasangan atap.
3. Famao’o, balok yang membentuk lingkaran atap.
4. Buato hare dufo, balok lintang di atas buato yang sejajar dengan
alisi (khusus bagian tengah mengokohkan tarombumbu).
5. Buat fangali gaso, balok lintang sebagai pengganti kuda – kuda.
6. Sanari, tiang – tiang penyangga buato di setiap tingkat atap.
7. Boto mbu – mbu, balok bubungan.
8. Lago mbubu,rabung penutup bubungan.
9. Lango mbubu, kayu penahan penutup bubungan.
-Tiang & dinding
Rumah Nias Utara berbentuk lonjong yang sangat tidak biasa di dunia
arsitektur vernakular. Rumah ini tidak dibangun secara dinding ke
dinding tapi berdiri bebas. Di ruang depan lantai di sepanjang dinding
umumnya sengaja ditinggikan dan sebuah bangku diletakkan
menempel sepanjang dinding. Tiang-tiang pendukung disini diatur
dengan cara yang berbeda daripada di selatan. Balok-balok diagonal
tidak bersandar terhadap satu sama lain di tanah, tetapi disangga oleh
balok-balok kayu yang berselang lintas di tengah. Rumah Nias Utara
biasanya menggunakan pemberat batu dalam ruang yang diciptakan
oleh balok-balok yang berselang lintas. Tidak ada dinding papan di dua
sisi rumah yang memikul atap rumah tetapi 4 tiang utama yang
memikul seluruh atap. Nama ke-4 tiang adalah silalö yaŵa (yang
menuju ke atas artinya). Di atas 2 silalö yaŵa  sebelah kiri dalam rumah
dan begitu pula di sebelah kanan  dalam rumah melintang satu balok
yang disebut alisi (pundak)
-Pondasi
Seperti rumah adat Melayu, rumah Nias Utara juga ditopang oleh pilar-pilar.
Bedanya pilar tidak didirikan di atas tanah, melainkan di atas fondasi batu.

 Nias Tengah

-Dinding dan tiang


Jumlah tiang dalam deret depan selalu ganjil, entah 5 atau 7 tiang.
Sering kelihatan satu lengan keluar dari tiang yang dengan tangan
terangkat memberi Salam. Rumah di Gomo sering memakai satu balok
panjang yang melintang di atas kediaman rumah, persis dalam
pertengahan rumah. Balok ini dibentuk dari satu pohon yang bersama
dengan akar pohon digali dari dalam tanah. Balok ini disebut hulu, dan
ujungnya yang dibentuk dari akar pohon itu disebut balö hulu (ujung
punggung)

Bagian tapak, tiang penyangga terdiri dari lapik dan kayu – kayu
penyangga yang kuat. Adapun bagian – bagian dari tapak dan tiang
penyangga tersebut ialah:
1. Toyo gehomo, batu yang menjadi umpak / tapak / alas tiang.
2. Ehomo, tiang pendukung / penyangga dari tubuh bangunan.
3. Diwa, balok siku kiri – kanan sebagai tempat meletakkan pemberat.
4. Siloto, balok lintang yang menghubungkan tiang – tiang penyangga.
5. Laliowo, balok lintang yang membagi rata beban tubuh bangunan
dan tempat memaku papan lantai.
6. Tambua, sejumlah batu – batu sebagai pemberat yang diletakkan
pada balok siku kiri – kanan (diwa) yang kegunaannya sebagai
penyeimbang berat bagian bawah dengan bagian atas bangunan
sekaligus sebagai pemberat bila terjadi gempa.
7. Ora, tangga memasuki rumah.

 Nias Selatan

Rumah-rumah di selatan adalah bentuk persegi panjang dan sering


mempunyai tambahan perluasan ke belakang. Mereka dibangun saling
menempel dinding ke dinding dengan rumah-rumah tetangga dan
hanya terbuka di depan dan belakang. Dinding papan di sisi kiri dan
kanan pada rumah ini berdiri tegak dan memikul atap. Dalam rumah
bangsawan di ruang umum di depan, persis di pertengahan, terdapat 1
atau 2 tiang yang di Gomo disebut handro mbatö atau handro lawa-
lawa, di Nias Selatan namanya kholo-kholo. Tiang itu selalu pakai
ukiran. Jumlah tiang dalam deret depan rumah ini selalu genap, entah
4 atau 6 tiang. Balok panjang melintang di atas tiang-tiang, di deret kiri
dan kanan rumah.
  Di bagian depan ujungnya melengkung ke atas, disebut
Ewe, dan dihias dengan ukiran-ukiran seperti ayam jantan,
biawak, ukiran hiasan emas, matahari dlsb. Di Nias
Selatan Ewe ini disebut Sikhöli, dan hiasan hanya seperti
ornamen. Bentuk Ewe ini sering menyerupai depan sebuah
perahu.
Budaya
masyarakat
Kepercayaan Owo (perahu) – omo (rumah) – gomo (nama sungai dan daerah, kecamatan
/ symbolis Gomo). Mereka mencapai  Pulau Nias, tempat baru mereka,  dengan naik
perahu (owo), membuat tempat tinggal (omo), di salah satu wilayah di Nias
yang disebut Gomo.
 Nama dua leluhur terkemuka di Gomo adalah Hia dan Ho. Nama
seperti di Cina.
 Tradisi memberitahukan, Ladada Hia fabaya osali-Ladada fabaya
omo. Artinya: Leluhur Hia diturunkan bersama dengan rumahnya. Berarti:
Imigran Hia datang ke Nias dengan perlengkapan.
 Nama kuno untuk perahu adalah lasara. Banyak desa di Nias
disebut Lasara.
 Lebih menarik lagi suatu istilah di Nias Selatan: omo nifolasara,
rumah yang dibentuk seperti lasara, seperti satu perahu.
 Artinya: elemen-elemen spesifik dari kapal laut atau perahu menjadi
unsur penting dalam arsitektur rumah adat di Nias.
 Perlu lagi suatu penelitian tentang dua leluhur, yakni Hulumbörödanö
dna Luome-wöna

 Orang Nias mengakui, bahwa budaya mereka berasal dari Gomo


(fakta). Kami asumsikan, bahwa begitu pula arsitektur rumah adat Nias.
Mula-mula berpangkalan di Gomo dan dari situ dikembangkan dan
tersebar ke seluruh Pulau Nias.

Penyesuaian Rumah-rumah di Nias Selatan di bagian utara dari Gomo sedikit


bangunan berbeda dari rumah lainnya di Nias Selatan. Rumah-rumah disini
dengan alam menunjukkan variasi besar dan membuktikan kreativitas para
penduduk di kecamatan-kecamatan yang berbeda: Lölömatua,
Lölöwa’u, Bawölato dan Idanoi (Holi). Dasar juga rektanguler, tetapi
lebih ke arah quadrat.  Dan semua rumah yang bervariasi masih tetap
memakai Ewe, balok panjang di sisi kiri dan kanan rumah. Model-
model rumah juga memperhatikan iklim dan lokasi rumah, entah itu di
atas gunung dengan suhu lebih dingin atau di lembah. Di lokasi yang
lebih panas, mungkin ada bukaan jendela di semua tiga sisi depan,
sesuatu yang tidak pernah dilakukan di wilayah lain rumah-rumah Nias
Selatan atau Nias Tengah.
Desa di Nias, khususnya di selatan, sering dibangun di atas bukit untuk
tujuan defensif

Anda mungkin juga menyukai