1
ANALISA INTERNAL & ARSITEKTURAL “SUKU SASAK”, LOMBOK - NUSA TENGGARA BARAT
1
1.1 ANALISA INTERNAL SUKU SASAK
1.1.3 KEBUDAYAAN
Kesenian
• Perisean, seni pertunjukan yang menampilkan pertarungan 2 orang lelaki dengan menggunakan rotan &
perisai
• Peresean, seni bela diri
• Gendang Beleq, pertunjukan dengan alat perkusi gendang berukuran besar (beleq)
• Tandang Mendet, tarian perang uku Sasak sejak zaman dahulu, sekarang menjadi tarian khas suku Sasak
Kuliner
• Plecing kangkung, kangkung yang direbus da disajikan dingin dan segar plus sambal tomat Ayam taliwang
• Ayam taliwang, Ayam taliwang biasanya menggunakan ayam kampung bukan ayam ras dan tidak boleh tua
• Sate bulayak, sejenis lontong yang dibungkus dengan daun arena dengan bentuk memanjang seperti spiral
• Nasi balap puyung, suwiran daging ayam yang diolah bersama bumbu rempah, udang kering, & belut goreng
• Ares, sayuran Lombok yang bahas asalnya dari pelapah atau gedebok pisang yang masih muda
• Poteng jaje tujak dan iwel, makanan ringan sejenis tape, disediakan seminggu setelah lebaran
• Bebalung, iga sapi, yang diracik dengan bumbu cabe rawit, bawang putih, dll
Mata Pencaharian
• Berburu, istilahnya Nyeran, biasanya dilakukan di hutan-hutan, umunya hewan hasil buruan berupa; kijang,
rusa, dan kambing liar. Beburu biasa dilakukan ketika musim kemarau setelah selesai menanam dan musim
hujan selesai dengan pekerjaan di kebun.
• Bertani, agar dapat mempertahankan hidup, mereka menanam dari padi sawah, ubi kayu, ubi jalar dan jagung
dan cara pengolahan tanah dalam bercocok tanam ini masih menggunakan cara tradisional.
• Bertenak, masyarakat suku sasak juga sebagai sambilan bertenak seperti sapi, kambing, ayam dan kerbau.
• Kerajinan Tangan, pada masayarakat suku sasak memiliki beberapa kerajinan seperti menenun, anyaman,
barang-barang dari rotan, ukiran-ukiran tenunan, barang dari tanah liat, logam dan sebagainnya.
• Nelayan, umumnya mata pencaharian ini dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak yang berada di pesisir pantai.
• Menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata untuk
mememenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah, maka komplek perumahan adat
Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan harmoni penduduk setempat.
• Rumah berada dalam dimensi Sakral (suci) dan Profan (duniawi) secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak disamping
sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral
yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk) bale (penunggu rumah), dan
sebaginya.
• Sarat unsur Islam, Konstruksi rumah tradisional Sasak agaknya terkait pula dengan perspektif Islam. Adanya Anak tangga
sebanyak tiga buah (Wetu Telu) adalah simbol daur hidup manusia: lahir, berkembang, dan mati. Juga sebagai keluarga batih
(ayah, ibu, dan anak). Ada juga yang 5 buah anak tangga (Wetu Lima), sebagai simbol dari 5 waktu sholat.
• Penghargaan terhadap yang lebih Tua, Rumah orang tua berada di tingkat paling tinggi, disusul anak sulung dan anak
bungsu berada di tingkat paling bawah. Ini sebuah ajaran budi pekerti bahwa kakak dalam bersikap dan berperilaku
hendaknya menjadi panutan sang adik.
• Penghargaan terhadap Perempuan, Sejak proses perencanaan rumah didirikan, peran perempuan atau istri diutamakan.
Umpamanya, jarak usuk bambu rangka atap selebar kepala istri, tinggi penyimpanan alat dapur (sempare) harus bisa dicapai
lengan istri, bahkan lebar pintu rumah seukuran tubuh istri.
• Penghormatan untuk tuan rumah, Tamu pun harus merunduk bila memasuki pintu rumah yang relatif pendek (sengaja
dibuat pendek). Posisi membungkuk itu secara tidak langsung mengisyaratkan sebuah etika atau wujud penghormatan
kepada tuan rumah dari sang tamu.
• Pemilihan Waktu, Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun rumah adalah pada
bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan Zulhijjah pada kalender Islam. Ada juga
yang menentukan hari baik berdasarkan nama orang yang akan membangun rumah. Sedangkan bulan yang paling dihindari
(pantangan) untuk membangun rumah adalah pada bulan Muharram dan Ramadlan. Pada kedua bulan ini, menurut
kepercayaan masyarakat setempat, rumah yang dibangun cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran,
sulit rizqi, dan sebagainya.
• Pemilihan Lokasi, Orang Sasak juga selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa
lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan membangun
tumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur, dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur
gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang
lebih dahulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).
• Pemilihan material / bahan bangunan, untuk menjaga tradisi, orang Sasak tetap kukuh dalam memilih bahan bangunan dari
material alam untuk membuat rumah & tidak memilih bahan-bahan modern seperti saat ini. Material yang dibutuhkan
antara lain: kayu-kayu penyangga, bambu, anyaman dari bambu untuk dinding, jerami dan alang-alang digunakan untuk
membuat atap, kotaran kerbau atau kuda sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai, getah pohon kayu banten dan
bajur, abu jerami, digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai.
1. BALE LUMBUNG
Fungsi
Sebagai tempat penyimpanan padi dan juga simbol kemakmuran suku
Sasak, karena bentuknya yang sangat unik Bale lumbung ditetapkan sebagai
ciri khas rumah adat suku sasak dari pulau Lombok.
Bentuknya yang menjulang ke atas agar tikus dan hama tidak masuk ke
dalamnya. Satu lumbung biasanya dimiliki oleh lima sampai dengan enam
kepala keluarga, dikarenakan dalam membangun lumbung memerlukan
upacara yang memakan banyak biaya dan memiliki banyak persyaratan.
Cara untuk masuk ke dalam Lumbung adalah dengan menggunakan tangga
kayu, yang setelah selesai dipakai dapat dilepas kemudian disimpan di dekat
lumbung.
Filosofi
• Bentuk yang lonjong ke atas dan memanjang ke belakang sebagai bentuk
rasa terimakasi kepada Tuhan.
• Pintu masuk yang kecil sebagai perwujudan sifat serakah mereka dan
tidak boleh di masuki oleh wanita yang belum menikah untuk
menghindari kemandulan pada wanita yang di sebabkan bulu padi dalam
lumbung.
• Bentuk dari Lumbung merupakan pengingat bagi Suku sasak untuk selalu
mensyukuri berkah dari Yang Maha Kuasa
Bahan bangunan
Atap dan bubungannya dibuat dari jerami atau alang-alang, dindingnya
terbuat dari anyaman bambu (bedek), lantainya menggunakan papan kayu,
dan bale lumbung ini disangga oleh empat tiang yang terbuat dari tanah
dan batu sebagai fondasi.
Fungsi
Sebagai rumah tinggal masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Pintu dan
jendela hanya ada di bagian depan rumah dan pintu dibuat lebih rendah
agar orang masuk ke dalam rumah menunduk seakan memberi salam
sebagai lambang rendah hati dan menghargai sesama.
Ruangan pada Bale Tani terdiri dari Bale Luar atau disebut juga Sesangkok
(serambi) yang digunakan sebagai tempat menerima tamu dan kamar tidur
dan juga Bale Dalam yang terbagi lagi menjadi Dalem Bale (kamar) dan
Pawon (dapur). Dalem Bale ini khusus digunakan oleh anggota keluarga
perempuan, diantaranya tempat menaruh harta berharga, ruang tidur anak
gadis, ruang persalinan, dan ruang menaruh jenazah sebelum dikuburkan.
Pada bagian bale luar tidak di beri sekat sehingga bisa berinteraksi tanpa
halangan sebagai keterbukaan dan hubungan dengan sesama.
Kamar tidur anak perempuan yang sudah dewasa berada di bale dalam dan
lebih tersembunyi karena mereka sangat menjaga anak perempuan yang
sudah dewasa.
Dalem Bale berada di atas Luar Bale sehingga untuk mencapai Dalem Bale
terdapat tiga anak tangga. Tiga anak tangga ini memiliki arti Wetu Telu yaitu
kepercayaan tiga waktu oleh suku sasak yang terdiri dari lahir, tumbuh dan
mati. Saat Islam mulai memasuki Pulau Lombok, suku sasak melakukan
sholat sesuai adat Wetu Telu yaitu sholat tiga waktu. Namun saat ini warga
Sade telah menunaikan sholat lima waktu atau Wetu Lima yang ditandai
dengan tambahan dua tangga pada bagian muka Bale Luar di Bale Tani.
Bahan bangunan
• Atapnya terbuat dari alang-alang membentuk limasan yang memanjang
hingga ujung atapnya (serambi) mendekati tanah.
• Dinding dan penyekat setiap ruangan terbuat dari anyaman bambu
(bedek), sedangkan tiang penopang rumah terbuat dari batangan bambu.
• Lantainya terbuat dari kombinasi antara tanah liat, batu bata, abu jerami,
getah pohon dan kotoran sapi atau kerbau. Walaupun dilapisi oleh
kotoran ternak tetapi rumah tidak menjadi bau karena kotoran sudah
dibakar dan dihaluskan terlebih dahulu.
Fungsi
Bale jajar adalah tempat hunian suku sasak dengan ekonomi menegah ke
atas. Bentuknya serupa dengan Bale Tani, perbedaannya terletak pada
ruang Dalem Bale yang lebih banyak. Bale Jajar memiliki dua Dalem Bale
dan satu serambi (sesangkok) dan ditandai dengan adanya sambi yaitu
tempat penyimpanan bahan makanan dan keperluan rumah tangga.
Perbedaan lain yang mencolok dengan Bale Tani adalah Pada bagian depan
Bale Jajar terdapat Sekepat dan pada bagian belakangnya terdapat
Sekenam.
Filosofi
( Sama dengan Bale Tani )
Bahan bangunan
( Sama dengan Bale Tani )
Fungsi
Sekepat ini biasa digunakan untuk menerima tamu karena tradisi sasak tidak menerima sembarang orang ke dalam
rumah. Bila pemilik rumah memiliki anak perempuan, sekepat dapat digunakan untuk menerima pemuda yang datang
midang (melamar). Selain itu juga digunakan untuk berkumpul dan beristirahat setelah kerja di sawah / ladang.
Berugaq atau sekepat biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau Bale Jajar. Berugaq sekepat ini
didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih dahulu kemudian didirikan tiangnya.
Filosofi
-
Bahan bangunan
• Bahan atap dari alang - alang dan ditopang oleh empat tiang bambu membentuk segi empat.
• Lantai terbuat dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam dengan tali pintal (Peppit) dan tingginya 40–50 cm
dari tanah dan terletak di bagian depan Bale Jajar.
• Pilarnya juga terbuat dari Kayu
Fungsi
Sekenam digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama,
nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
Sekenam memiliki bentuk yang serupa dengan
berugaq sekepat, perbedaannya terletak dari jumlah tiangnya
yaitu sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah.
Filosofi
-
Bahan bangunan
( Sama dengan Berugaq Sekepat )
Fungsi
Bale Bonder atau disebut juga Gedeng Pengukuhan memiliki design segi
empat bujur sangkar dan ditopang oleh tiang dengan jumlah minimum 9
tiang dan maksimum 18 tiang.
Bale Bonder biasanya dihuni oleh pejabat desa atau dusun dan terletak di
tengah pemukiman. Fungsinya yaitu sebagai tempat persidangan adat,
seperti tempat diselesaikannya kasus pelanggaran hukum adat. Selain itu
Bale Bonder digunakan sebagai tempat menaruh benda-benda bersejarah
atau pusaka warisan keluarga.
Filosofi
-
Bahan bangunan
Dindingnya terbuat dari anyaman bamboo dan bagian dalamnya seperti
ruang serbaguna. Atapnya tidak memakai nock/sun, namun ujung atapnya
menggunakan penutup berbentuk kopyah berwarna hitam. Selebihnya,
bahan bangunan yang digunakan tak jauh beda dari Berugaq Sekepat dan
Berugaq Sekenam.
Sesuai dengan ketentuan desain Kelurahan, bahwa Kemudian dari ketentuan-ketentuan tersebut akan diletakkan
nantinya kelurahan tersebut harus mempunyai ruang & kedalam site yang telah ditentukan, yaitu site Kelurahan
fasilitas sebagai berikut, antara lain : Menur Pumpungan, Surabaya. Dengan data sebagai berikut :
1. ZONA PEMERINTAHAN U
• Ruang Kepala Kelurahan
• Ruang Kerja Staff
• Ruang Rapat internal kelurahan
• Ruang Pelayanan Masayarakat
2. ZONA PENDIDIKAN
• Perpustakaan, atau Taman Bacaan Masayarakat
• Taman Kanak - Kanak (TK), atau Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD)
PENJELASAN FILOSOFIS
Seluruh massa bangunan sengaja dibuat
menghadap ke arah Timur, karena kembali lagi
pada acuan kebudayaan suku sasak, bahwa
rumah/bangunan harus menghadap ke arah
Kantor Kelurahan Timur, dan tidak boleh menghadap ke arah
Utara & Selatan, dengan alasan :
Jalan Setapak
Jalan Setapak
Bacaan matahari pagi ketimbang yang muda yang
Ruang secara fisik lebih kuat.
Publik
Jalan Setapak Jalan Setapak
• Arah rumah tidak boleh menghadap utara
atau selatan, Letak gunung dan laut berada
TK / PAUD Posyandu Pos di utara dan selatan pulau Lombok, apabila
Lansia rumah langsung menghadap ke arah utara
atau selatan, penghuni rumah tersebut
Lahan Senam dianggap menentang dewa dan dapat
Taman bermain Lapangan
anak Badminton mendatangkan kesialan kepada pemilik
rumah.