Anda di halaman 1dari 7

KARAKTER IKLIM

Ciri-ciri iklim tropis basah


1. Curah hujan tinggi
2. Kelembaban tinggi
3. Temperatur udara panas sampai dengan nikmat
4. Angin (aliran udara) sedikit
5. Radiasi matahari sedang sampai kuat (matahari bersinar sepanjang tahun)
6. Pertukaran panas kecil karena kelembaban tinggi (udara sudah jenuh oleh uap air), sehingga air
tidak mudah menguap.

Deskripsi Iklim Makro


• Iklim pada suatu lingkungan merupakan keadaan atmosfer yang dipengaruhi oleh lima unsur
utama, yakni :
– Radiasi Matahari (W/m2)
– Suhu Udara (Kelvin/Celcius)
– Kelembaban (RH %)
– Angin (m/dt , knot)
– Curah Hujan (mm/thn)
Pembagian Iklim
• Iklim Dingin
– Radiasi Matahari kecil
– Suhu Udara rata-rata -15 Celcius
– RH tinggi
• Iklim Moderat
– Terdapat 4 musim dalam setahun
– Kondisi panas atau dingin yang berlebih
• Iklim Panas Kering
– Panas berlebih pada siang hari (25-40 C), malam hari 10C.
– RH rendah (kering)
Pengaruh Iklim terhadap Arsitektur

Iklim dan arsitektur adalah bagian dari sains bangunan dan sains arsitektur. Sains bangunan
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Bangunan dan shelter
dalam hal ini berlaku sebagai perubah (modifier) lingkungan luar (outdoor environment) menjadi
lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat habitasi dan
penghunian bagi manusia. So what nature give of uncomfortable can be corrected by art. (Vitruvius,
De Architectura, 20 B.C).
Dalam arsitektur, iklim merupakan tantangan yang harus diselesaikan, karena ia dapat
menjadi potensi yang dapat menunjang kenikmatan dan kenyamanan yang tentu dapat kita
manfaatkan dan kita gunakan semaksimal mungkin, ia juga dapat menjadi hambatan atau gangguan
dalam menciptakan kenyamanan dan kenikmatan, yang tentu harus kita tanggulangi.
Sebelum kita merancang mungkin perlu kita mengkaji atau mempelajari rancangan lain yang
telah jadi, yang telah dibuat oleh perancang atau arsitek pendahulu kita. Hal ini sangat baik
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman kita, serta sangat berguna sebagai bahan
pertimbangan dan perbandingan. Demikian juga dengan mempelajari masalah iklim dan segala
aspeknya dalam perancangan arsitektur. Pada setiap rancangan minimal memenuhi kenyamanan
perorangan, struktural, fungsional, serta selera (kenikmatan fisik). Iklim sangat mempengaruhi hal-hal
tersebut, oleh karenanya setiap karya arsitektur harus dapat memanfaatkan sebesar-besarnya iklim
yang ada pada lingkungan atau tempat karya arsitektur tersebut berdiri, dalam memenuhi tuntutan
tersebut.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain:
- iklim setempat
- lingkungan panas, suara dan penerangan
- manusia dan cara habitasinya
- sistem lay-out bangunan
- bentuk bangunan
- sistem konstruksi bangunan
- pemilihan material bangunan
Selain itu, terdapat pula berbagai problem yang membatasi desain dalam perancangan bangunan.
Beberapa masalah umum yang kerap menimpa dalam bangunan yang berdiri di iklim tropik anatara
lain :
1. Panas bangunan tidak menyenangkan
2. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat
3. Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, dan serangga
Dan permasalahan yang kerap menimpa bangunan yang berdiri di iklim sedang adalah :
1. Panas yang berada dalam suhu nyaman
2. Penguapan tinggi karena gerakan udara cepat
3. Perlu perlindungan terhadap perubahan suhu yang ekstrem

Beberapa permasalahan diatas dapat diatasi dengan strategi sebagai berikut :


Iklim Tropik Iklim Sedang

Bangunan sebaiknya terbuka


dengan jarak yang cukup antar
masing-masing bangunan untuk Bangunan sebaiknya tertutup
menjamin sirkulasi udara yang dengan jarak yang rapat antar
baik masing-masing bangunan

Orientasi bangunan adalah


utara selatan untuk mencegah Orientasi bangunan adalah
pemanasan matahari pada selatan untuk menangkap sinar
fasad matahari

Bangunan harus memiliki lebar Bangunan harus memiliki sekat


yang cukup untuk yang banyak untuk membatasi
mendapatkan ventilasi silang pertukaran udara dalam dan luar

Ruang di sekitar bangunan


harus diberi peneduh tetapi
tidak mengganggu sirkulasi Ruang di dalam bangunan diberi
udara pemanas listrik atau perapian

Tidak harus dipersiapkan saluran


Harus dipersiapkan saluran air hujan karena jarangnya
hujan dari atap ke halaman intensitas hujan

Bangunan ringan dengan daya Bangunan berat dengan daya


serap panas yang rendah serap panas tinggi
MESINIAGA

Gedung jangkung itu memiliki tiga bagian struktur. Pertama, bagian


'kaki' dengan unsur panggung yang hijau. Kedua, bagian 'badan'
dengan balkon- balkon taman berjenjang berbentuk spiral dan
selubung kisi- kisi yang memberikan bayangan pada ruang kantor.
Ketiga, bagian 'kepala' yang berisi fasilitas rekreasi yaitu kolam
renang dan sun roof.

Yeang menyebut pendekatannya dengan "gedung jangkung


bioklimatik" yang memberikan kontrol iklim yang peka terhadap
hemat energi, termasuk di dalamnya penggunaan unsur hijau,
pengudaraan dan pencahayaan alami secara intensif..

Kepedulian Yeang dalam menggali gedung tinggi secara bioklimatik


bertujuan untuk mengurangi biaya bangunan dengan cara menekan
konsumsi energi dan mengembangkan keuntungan bagi pengguna
dengan memberikan nilai-nilai ekologis.

Dia percaya bahwa bangunan yang tanggap terhadap iklim adalah


bangunan yang berhasil.

Kontras

Menurut arsitek Han Awal, Yeang menggali arsitektur tropis dengan


suatu konsep integrasi dari penggunaan tanaman dan ruang terbuka
secara vertikal terhadap ruang kerja di gedung tinggi.

"Namun bagaimana kita hidup di alam bangunan tinggi, itu yang


harus dijawab dahulu," urai dirut PT Han Awal & Rekan.

Meski penyesuaian terhadap iklim merupakan prioritas utama,


keistimewaan rancangan MM ternyata membuahkan kekontrasan
dengan lingkungannya.

Di samping berbagai keberhasilannya, MM ternyata tidak bebas


masalah. Karena berada di iklim tropis dengan kelembaban tinggi,
beberapa material jadi mudah berkarat dan berlumut, khususnya
pada atap datar.

"Dia kurang memperhitungkan curah hujan, dan lebih


mengutamakan sinar matahari," kata Budi.

Zachri Zunaid, dirut PT Team 4 mengemukakan sebagai sebuah


langgam arsitektur, karya Yeang kelihatannya kurang mampu
bertahan lama. Karena, bentuknya terlalu dipengaruhi oleh pelbagai
pertimbangan, sehingga sepintas terlihat kaku dan kurang nikmat
dipandang.

Optimisme Yeang barangkali ada benarnya. Paling tidak, Pemda DKI


kini tengah mengkaji kemungkinan diwajibkannya kehadiran
tanaman pada gedung tinggi untuk lebih mempedulikan aspek
ekologi.

Pemikiran demikian, ungkap sumber Bisnis, muncul setelah melihat


upaya yang dilakukan Ken Yeang pada Menara Mesiniaga, yang
justru mengangkat ciri ketropisan suatu kawasan.
Peneliti Tema Karakteristik

Saud, Mohammad Ibnu dan Aufa, Iklim sebagai Arsitektur vernakular bisa dilihat sebagai naungan
Naimatul (2012). Tanggapan Elemen pengendali kenyamanan termal. Rumah Bubungan
terhadap Iklim sebagai Pembentuk Tinggi di Kalimantan, sebuah tipe bangunan adat
Perwujudan Nilai Vernakular Arsitektur tradisional di wilayah tersebut, digunakan sebagai studi
pada Rumah Bubungan . kasus. Penelitian ini diakhiri dengan kesimpulan bahwa
LANTING Journal of Architecture, bangunan vernakular, mempertimbangkan faktor iklim
Volume 1, Nomer 2, Agustus untuk mencapai kenyamanan termal. Tanggapan
2012, Halaman 106-116.ISSN tersebut disesuaikan dengan konteks iklim lokal yaitu
2089-8916. pada hal-hal berupa bentuk, material dan konstruksi,
serta elemen-elemen pengendali iklim.

Gambar 1. Bagian atap dan teritisan Rumah


Bubungan Tinggi (Sumber: Said dan Aufa, 2012)

Gambar 2. Potongan membujur yang menunjukkan


elemen-elemen pengendali termal pada Rumah
Bubungan Tinggi (Sumber: Said dan Aufa, 2012)
Peneliti Tema Karakteristik

Suwantara, I Ketut, Arsitektur sebagai Adaptasi terhadap iklim mempengaruhi penentuan


Damayanti, Desak Putu, dan Ungkapan Teknologi bentuk pada arsitektur.
Suprijanto, Iwan (2012). untuk Menanggapi
Iklim
Karakteristik Termal pada
Uma Lengge di Desa Mbawa
Nusa Tenggara
Barat.DIMENSI (Journal of
Architecture and Built
Environment), Vol. 39, No. 1,
July 2012, 5-14.ISSN 0126-
219X.

Gambar 3. Uma Lengge (Sumber: Suwantara,


Herniwati, Andi (2008). Damayanti, dan Suprijanto, 2012)
Penghematan Energi pada
Arsitektur Tradisional Suku
Kaili (Rumah Panggung
Souraja). Jurnal SMARTek,
Vol. 6, No. 1, Pebruari 2008:
63 – 70.

Saud, Mohammad Ibnu dan


Aufa, Naimatul (2012).
Tanggapan terhadap Iklim
sebagai Perwujudan Nilai
Vernakular pada Rumah
Bubungan. LANTING Journal
of Architecture, Volume 1,
Nomer 2, Agustus 2012,
Halaman 106-116. ISSN 2089- Gambar 4. Rumah Souraja dan sirkulasi angin pada
8916. daerah atap (Sumber: Suwantara, Damayanti, dan
Suprijanto, 2012)

Bentuk Arsitektur dan


Tanggapan terhadap
Iklim
Gambar 5. Potongan melintang ruang atap utama
(Sumber: Saud dan Aufa, 2012)

Variabel iklim berupa temperatur, kelembaban, angin,


curah hujan, serta radiasi dan pencahayaan menjadi
pertimbangan utama dalam tanggapan bangunan
terhadap iklim. Tanggapan tersebut bisa
dikelompokkan ke dalam faktor-faktor bentuk,
material, dan elemen pengendalinya

Anda mungkin juga menyukai