Anda di halaman 1dari 39

ANALISA RUMAH JOGLO PONDOKREJO

DENGAN MODEL GRIYA JAWA


Mira Annisa Rezeki 21020116120030
Reggy Junior Muslih 21020116130053
Yusuf Ari R 21020116130076
Latar Belakang
Bangunan berbentuk Joglo adalah arsitektur tradisional yang dikenal sebagai
representasi budaya Jawa merupakan perwujudan ruang hidup fisik budaya
Jawa yang terpopuler (Pitana, 2013). Walaupun Joglo bukan satu-satunya
bentuk arsitektur Jawa, namun bentuknya sudah menjadi citra atau simbol
budaya Jawa selain bentuk tajuk, kampung,limasan atau panggangpe
dengan semua variasi perkembangannya (Wibawa, 2018).

Dalam prakteknya, bangunan beratap joglo sering menghadapi kendala pada


beberapa aspek, utamanya untuk mendapatkan material kayu jatinya yang
mahal, umur kayu yang terbatas, dan lain-lain (Wibawa, 2018). Beragam
kendala ini membuat bangunan joglo, seringkali tidak mampu bersaing
dengan rumah modern dengan semua kelebihannya. Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa keberadaan arsitektur joglo sangat terikat pada masa
lalu dan tidak cukup fleksibel untuk mengikuti perkembangan global.
Metode
Pembahasan
Namun, terdapat fenomena keberadaan rumah joglo yang terus bertahan,
malah berkembang, di Desa Pondokrejo, Kec. Bulu, Rembang. Pada kawasan Studi ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yang
permukiman tersebut, jumah rumah dengan bentuk joglo ternyata dapat dilakukan dengan studi lapangan. Pendekatan kuantitatif dilakukan
bertahan dan malah menunjukkan adanya pertumbuhan dari tahun ke dengan melakukan pengukuran elemen-elemen fisik rumah.
tahun. Kenyataan ini kemudian memunculkan pertanyaan, apa yang Selanjutnya pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara secara
membuat Desa Pondokrejo dapat mempertahankan Joglonya, dan seperti lisan dengan pemilik rumah sebagai narasumber, untuk memperoleh
apa Joglo yang berkembang pada desa tersebut. Berangkat dari pertanyaan- data non-fisik. Analisis kualitatif dilakukan melalui pengolahan data
pertanyaan tersebut, studi ini dilakukan dengan bertujuan untuk menggali yang didapat dan membandingkan data eksisting/empiris dengan data
lebih dalam rumah joglo pada Desa Pondokrejo dan menganalisa perubahan model griya jawa.
yang mungkin berbeda dari tipologi rumah jawa tradisional.
Deskripsi Umum
Desa Pondokrejo
Deskripsi umum
—lokasi
Desa Pondokrejo terletak di
Kec. Bulu, Kab. Rembang yang
terdiri dari 10 RT. Desa
tersebut di dominasi oleh
rumah tradisional Jawa yaitu
Joglo. Keberadaan rumah
Joglo yang saat ini sudah
cukup sulit untuk ditemukan,
justru berbanding terbalik
dengan pemukiman yang ada
di Desa Pondokrejo. Kawasan
pemukiman di desa tersebut
menunjukkan adanya
pertambahan jumlah rumah
joglo dari tahun ke tahun.
Deskripsi umum
—data penduduk
Total jumlah bangunan rumah
di Desa Pondokrejo adalah 814
rumah yang dimiliki 422
Kepala Keluarga (KK). Dari
pendataan lengkap (2017)
terdapat 229 rumah yang
berbentuk Joglo (47,3%) dari
422 keluarga yang ada (Arie
Wibawa, Baju, Widiastutui,
Kurnia, Nindita, Velma 2019).

Sumber: Arie Wibawa, Baju, Widiastutui, Kurnia, Nindita, Velma


2019
Deskripsi umum
—mata pencaharian
penduduk Aktivitas utama masyarakat di Desa
Pondokrejo adalah bercocok tanam
sehingga dominasi matapencaharian di
desa tersebut adalah petani yaitu
sebesar 79%. Hal itu di dukung dengan
banyaknya area persawahan dan
tembakau di sekitar lingkungan
pemukiman desa. Selain petani,
matapencaharian masyrakat di Desa
tersebut adalah pedagang/wiraswasta
sebesar 10%, buruh tani 6% dan
tukang 2%. Kehidupan agraris di Desa
Pondokrejo yang dekat dengan alam
menjadikan masyarakatnya selalu
menghargai apa yang alam telah
Sumber: Arie Wibawa, Baju, Widiastutui, Kurnia, Nindita, Velma 2019 berikan kepada mereka serta sangat
menghormati tradisi leluhur.
Deskripsi umum
—persebaran fasilitas sosial
Persebaran fasilitas Desa Pondokrejo
yang didata pada studi lapangan ada di
area RT 01,02,03, dan 07; yang
kemudian didapat adanya balai desa, SDN Pondokrejo TK Pertiwi
tempat ibadah berupa masjid &
musholla, sekolah (baik TK, SD,
maupun madrasah TPQ), open space
berupa lapangan dan embung, serta
sendang (tempat penggelaran tradisi
setempat) pada kawasan tersebut. Lapangan Embung

Musholla Masjid

Balai Desa Pos Kamling Sendang


Deskripsi umum
—kegiatan rutin
Terdapat dua kegiatan rutin yang selalu
masyarakat desa dilaksanakan oleh masyarakat di desa
pondokrejo, yang pertama adalah
tradisi bersih desa yang dilaksanakan Sedangkan untuk tradisi sedekah bumi
sebelum awal musim tanam dan yang adalah tradisi yang dilaksanakan secara
kedua tradisi sedekah bumi yang turun temurun yang dilaksanakan
dilaksanakan sesudah musim panen. sesudah musim panen sebagai wujud
rasa syukur warga desa kepada alam
Tradisi bersih desa adalah tradisi yang dan sang pencipta agar lebih
dilakukan secara turun temurun untuk dimudahkan rejekinya, panjang umur
menyambut awal musim tanam. serta selamat di dunia.

Tradisi ini dilaksanakan dengan kegiatan Acara sedekah bumi ini biasanya
gotong royong bersih bersih saluran air dilaksanakan setahun sekali yaitu
disekitar desa sebelum memasuki sesudah panen , biasanya dilaksanakan
musim tanam padi.Pada tradisi bersih pada hari rabu pon. Pemilihan hari
desa warga bekerja secara sukarela rabu pon ini sesuai dengan tradisi
Tradisi Sedekah Bumi untuk membersihkan saluran. turun-temurun dari leluhur desa.
Pertumbuhan bangunan berupa
rumah-rumah Joglo ini tidak terlepas
Deskripsi umum dari tradisi masyarakat Desa
Pondokrejo. Tradisi masyarakat yang Di desa ini memiliki Perdes (peraturan
—tradisi masyarakat tetap dipertahankan hingga saat ini desa) yang mengatur perlindungan dan
adalah jika orang tua memilki anak keberlanjutan rumah joglo berusia tua.
perempuan ( Wedhok) maka orang Peraturan itu mampu mengurangi
tuanya akan membangunkan rumah penjualan joglo kuno yang sebenarnya
joglo untuk anak perempuannya dapat menjadi benda cagar budaya.
tersebut. Orang tua yang memilki anak Perdes No. 3 Tahun 2007 tentang
perempuan akan mulai menanam Pelestarian dan Perlindungan Rumah
pohon jati disekitar rumah yang nanti Joglo tertanggal 20 November 2007 ini
sekitar umur 20 tahun akan ditebang dibuat berdasarkan musyawarah warga
untuk dijadikan material pembangunan bersama pemerintah desa. Salah satu
rumah Joglo. Bagi masyarakat kurang pasal terpenting peraturan itu adalah
mampu, awalnya akan membangun melarang warga desa untuk menjual
rumah di bagian belakang dengan rumah joglo. Mereka yang menjual
bentuk lain yang lebih murah rumah joglo memang tidak dikenai
(kampung/rongpyak/limasan) yang sanksi, tetapi akan malu karena secara
kemudian jika sudah mampu akan sosial melanggar peraturan yang telah
dibangunkan Joglo di depannya. Hal dibuat dan disepakati secara bersama
tersebutlah yang memberikan dampak (Arie Wibawa, Baju, Widiastutui,
terhadap pertumbuhan bangunan Kurnia, Nindita, Velma 2019).
rumah-rumah Joglo yang pesat.
STUDI KASUS
—Rumah Mbah Kaji
Kondisi Non-Fisik Kepemilikan
bangunan
Mbah Kaji & Istri

Rumah Mbah Kaji Mata


pencaharian/profesi
Mantan lurah (tokoh masyarakat)

pemilik
Keluarga dari mbah kaji merupakan keluarga dengan latar
belakang yang cukup kuat di desa pondokrejo. Hal ini dapat Riwayat rumah Dibangun oleh kakek buyut (generasi 1) untuk generasi
dilihat dari posisi mbah kaji sebagai tokoh desa serta pernah ke-3.
Generasi ke-1 dan ke-2 tidak menempati rumah
menjabat posisi sebagai lurah. tersebut lagi (alm).
Generasi ke-4 dan ke-5 tidak menempati rumah
Selain itu juga hal ini diperkuat dengan latar belakang keluarga tersebut karena tidak tinggal di desa lagi.
yang sudah turun temurun menghuni desa pondokrejo. Hal ini Taraf perekonomian Menengah ke atas
dapat dibuktikan dari umur bangunan yang sekarang dihuni oleh -mempunyai 1 mobil
keluarga mbah kaji yang mencapai >100 tahun. Mempunyai asset pemenuhan kebutuhan (sumber air
sendiri)
Jumlah massa 3 massa bangunan
bangunan -1 joglo
-1wedhok
-1kampung
Umur bangunan >100 tahun (1900-an awal)
Dulunya rumah tesebut dibangun oleh keluarga generasi
pertama yaitu kakek dari istri mbah kaji pada awal tahun 1900-
an. Rumah tersebut hanya dihuni oleh mbah kaji dan istri yang
saat ini merupakan keluarga genersai ke 3.Sedangkan untuk
generasi ke 4 dan 5 tidak menghuni rumah tersebut karena
tidak tinggal di desa pondokrejo.
Kondisi Fisik Rumah Lokasi
Mbah Kaji—Eksterior

Gambar: musholla

Lokasi rumah mbah Kaji ada di RT03 Desa


Pondokrejo, Kec. Bulu, Rembang. Tepatnya
di belakang TPQ, diseberang Musholla.
Gambar: TPQ Miftahul Huda
Pencapaian&
Kondisi Fisik Rumah Orientasi
Rumah
Mbah Kaji—Eksterior

#1 PENCAPAIAN
MENUJU
RUMAH
Musholla
Embung
Rumah Mbah kaji
#2
dapat dicapai melalui
#3 #1 gang yang ada di
TPQ #2 depan musholla dan
disebelah TPQ.

ORIENTASI
RUMAH Rumah #3
Orientasi rumah Mbah walet
Kaji menghadap jalan.
Kondisi Fisik Rumah Lanskap
Mbah Kaji—Eksterior

Pada lanskap Rumah Mbah Kaji,


Halaman belakang rumah
Terdapat halaman depan yang mbah kaji ditanami
merupakan emperan lapang dengan dengan pohon pisang,
beberapa vegetasi (seperti pohon singkong, dan palm.
manga di ujung kanan bawah (gambar: halaman belakang)
gambar); kebun kecil yang
bersandingan dengan halaman depan Pada halaman depan
namun dipisahkan dengan pagar rumah mbah kaji terdapat
(ditanami pohon pisang dan beberapa tempat penumpukan kayu
bakar; dan juga
perdu); dan halaman belakang yang bersandingan dengan
ditanami tanaman kebun seperti kebun kecil di depan
pohon pisang, singkong, dan palm. pawon
(gambar: halaman depan)
Kondisi Fisik Rumah Atap
Mbah Kaji—Eksterior (kategori
rumah)
Massa bangunan dengan
atap joglo menaungi
Rumah Mbah Kaji terdiri atas tiga ruang yang bersifat publik
massa bangunan dengan jenis atap (menerima tamu)
yang berbeda, yaitu: atap/rumah (gambar: atap joglo rumah
mbah kaji)
joglo, menaungi ruang yang sifatnya
publik (menerima tamu); atap/rumah Massa bangunan dengan
wedhok, menaungi ruang-ruang yang atap wedhok menaungi
ruang-ruang privat
lebih privat (seperti kamar tidur dan
(seperti kamar tidur)
ruang keluarga); dan atap kampung, (gambar: atap wedhok
yang menaungi fungsi servis (seperti rumah mbah kaji)
dapur dan kamar mandi)
Massa bangunan dengan
atap kampung menaungi
fungsi servis (seperti
dapur dan kamar mandi)
(gambar: atap kampung
rumah mbah kaji)
Kondisi Fisik Rumah Pola
Mbah Kaji—Eksterior tumbuh

Pola tumbuh rumah mbah kaji


#1 dimulai dengan mengadakan rumah
wedhok dan pawon yang secara
esensial memenuhi kebutuhan fungsi
ruang sebuah keluarga (kamar, ruang
keluarga, dapur, kamar mandi); lalu
kemudian berkembang dengan
#2 mengadakan rumah joglo yang
fungsinya sebagai ruang penerima
tamu.
Kondisi Fisik Rumah FASAD
Mbah Kaji—Eksterior
BUKAAN
MATERIAL Bukaan pada rumah mbah kaji
Material fasad pada rumah Mbah Kaji cenderung dibuat kesan simetris.
hampir sepenuhnya merupakan kayu Namun nyatanya jendela di sebelah
jati, terkecuali material lantainya yang kiri rumah hanya sebuah “gambar”
merupakan keramik. yang dicat dipermukaan dinding yang
merupakan pintu garasi mobil.
Tata ruang (Layout Ruang)
Kondisi Fisik Rumah dan Fungsi Ruang
Mbah Kaji—Interior

Ruang tamu yang berfungsi sebagai Ruang tamu 2 yang berfungsi sebagai
Pada tata ruang rumah ruang penerimaan ruang penerimaan
dengan atap joglo difungsikan
sebagai area publik terdapat 2
ruang tamu, 2 kamar tidur
dan meja untuk menyiapkan
`teh atau kopi bagi tamu.

Garasi yang berfungsi untuk parkir Ruang untuk meletakkan kopi atau
mobil teh.

Dua kamar tidur untuk tamu atau saudara


yang mengunjungi Mbah Kaji.
Tata ruang (Layout Ruang)
Kondisi Fisik Rumah dan Fungsi Ruang
Mbah Kaji—Interior

Pada tata ruang rumah R. Keluarga yang berfungsi untuk Selasar menuju dapur
Selasar menuju pintu belakang
wedhok difungsikan sebagai menonton tv dan berkumpul

area privat terdapat selasar,


1 ruang ruang keluarga, 4
kamar tidur, musholla, ruang
makan, ruang penyimpanan
makanan, dan ruang
makanan.
Satu Kamar tidur di bagian
Tiga kamar tidur tengah antara r. makanan dan Musholla
musholla

Ruang yang berfungsi meletakkan


Ruang makan Ruangan penyimpanan makanan makanan yang sudah dimasak
Tata ruang (Layout Ruang)
Kondisi Fisik Rumah dan Fungsi Ruang
Mbah Kaji—Interior
Dapur (Pawon) yang berfungsi
untuk kegiatan masak
memasak.

Pada tata ruang rumah kampung


difungsikan sebagai area servis
terdapat dapur (pawon), 1 toilet
dan sumur. Toilet yang berfungsi untuk
BAB, BAK dan mandi

Sumur
Kondisi Fisik Rumah Struktur
Mbah Kaji—Interior

Tumpang Sari dan soko guru

Struktur utama bangunan rumah


mbah kaji menggunakan kolom
kayu jati dengan ukuran 18x18
dan umpaknya yang berukuran
20x22, di bagian dapur
menggunakan kolom kayu ukuran
10x10. Jarak antar soko guru dari SOKO
rumah joglo adalah 460 x 285 cm2 GURU Kolom 18 x 18 Umpak ukuran 20x22

Kolom kayu di bagian dapur


ukuran 10x 10
Kondisi Fisik Rumah Material
Mbah Kaji—Interior

Ceramic tile
dengan pattern
mozaik ukuran
30 x 30 pada
teras

Lantai semen
20 x 20, untuk
ruangan tanpa
Rumah Joglo, rumah sekat
wedhok dan Kampung
milik mbah kaji
memiliki atap yang Ceramic Tile
bermaterial genteng. ukuran 30 x 30
untuk kamar
tidur dan
Musholla

Dapur
menggunakan
lantai tanah.
Kondisi Fisik Rumah Material
Mbah Kaji—Interior

Dinding bermaterial
kayu jati

Material dinding yang mendominasi rumah


Mbah Kaji adalah dinding dengan material
kayu jati.
Dinding bermaterial
Material dinding berupa dinding yang di cat beton plaster cat
putih berada di area toilet dan sumur. putih untuk sumur

Dinding bermaterial
beton plaster cat
putih untuk toilet
Analisis data
Menyandingkan data rumah Mbah Kaji
dengan model griya Jawa
Griya Jawa
Common characteristics of house type-2:
Griya

 Consists of more than three buildings.


 Although there are more than three
buildings in a parcel, all of them called
‘griya’.
 One or two nuclear family (usually parent
with their child who has married) lived in
this house.
 The main buildings are the house (griya
wingking=back) and the ‘pendhapa’. The
others are service buildings.
 The positition between the house and the
‘pendhapa’ always permanent. The
‘pendhapa’ located in front of the house.
 For a plain explanation, each building is a
shelter for a room with one specific
function.
 The orientation (front side) of the ‘pendhapa’
entrance
and the house are south.
Griya Jawa
1

Fig. 8. A house (griya) in Tegalsari, Ponorogo, East 3 entrance


Java. Owned by Ki Ageng Besari.
Glosarium jedhing
amben (ruang keluarga/living room): pawon
a multi function room for various
domestic activities such: work-
Griya Jawa ing, sleeping, rest, interacting
between family member, etc
Spatial configuration gandhok: a room for children or the
other family member senthong senthong senthong
jedhing/pekiwan (kamar mandi): tengen tengah kiwa
kitchen/pawon bathroom/jedhing
bathroom
senthong senthong senthong
jogan (ruang tamu/guest room): a
jogan
tengen tengah kiwa room for receiving guest and gandhok
private area

expressed the owner status


guest longkang: corridor
room/ gandhok
pawon (dapur): kitchen
amben amben
jogan
pelataran (pekarangan): house yard
living living
room/ room/ pendhapa: a room for ritual or social peringgitan
amben amben activities
peringgitan (serambi/porch): a
porch/peringgitan transition room between out -
side and inside; a place for a
puppeteer (dalang) play wayang
kulit (shadow puppet) pendhapa
senthong tengah: a room for ritual
offering to holy spirit or God; or
pendhapa
public area

a room for keeping valuable


objects; or as a bridal chamber
senthong tengen: a room beside
senthong tengah and used to
be a bedroom for older family
member
senthong kiwa: a room beside
yard/pekarangan
senthong tengah and used to
be a bedroom for younger entrance
family member;or as a rice barn ‘griya’ floorplan
Analisa rumah joglo dilakukan dengan menggunakan teori ‘tipe’ dari Gottfried Semper (1803-1879) yang
diungkap dalam beberapa istilah, seperti: uniformen, normalformen, urkeim atau urmotiven. Berdasarkan
penyelidikannya yang dilakukan terhadap rumah vernacular Karibia, Semper menyatakan adanya empat
elemen dasar arsitektur, yaitu:
1)Perapian (hearth) sebagai elemen terpenting yang mengawali pembentukan ruang arsitektur
2)Pekerjaan tanah (earthwork/mound)
3)Kerangka/atap (framework/roof)
4)Selubung penutup (enclosing/membrane)
Keempat elemen ini kemudian akan menjadi koridor dalam analisa rumah joglo Pondokrejo, dengan
menyandingkannya dengan model griya joglo solo-jogja.
Analisis Data (Posisi)
—Hearth
Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Posisi ruang berada di bawah saka guru. - Posisi ruang berada di bawah saka guru.
-Saka guru sebagai pedoman dalam -Saka guru sebagai pedoman dalam
mebagi ruang. Dengan area publik mebagi ruang. Dengan area publik
didepan sedangkan privat di belakang. didepan sedangkan privat di belakang.
Konklusi : Tidak terdapat perubahan posisi ruang utama maupun pergeseran letak
area publik dan privat dari ruang utama rumah. Diduga karena bangunan yang sudah
berusia >100 tahun jadi tidak banyak perubahan posisi dan pembagian ruang.
Analisis Data (Pembagian Ruang)
—Hearth
Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

-Saka guru sebagai pedoman dalam -Saka guru sebagai pedoman dalam
mebagi ruang. Dengan area publik mebagi ruang. Dengan area publik
didepan sedangkan privat di belakang. didepan sedangkan privat di belakang.
Konklusi : Tidak terdapat perubahan dalam sisem pembagian raung pada rumah.
Diduga karena bangunan yang sudah berusia >100 tahun jadi untuk posisi ruang
masih berpedoman pada saka guru.
Analisis Data (Bentukan Arsitektural dan Fungsi Ruang)
—Hearth

Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Hearth berupa ruang kosong yang - Hearth berupa ruang tamu dan ruang
berfungsi sebagai jogan. keluarga dengan perabot didalamnya.
Konklusi : Terdapat perubahan pada bentukan arsitektural dan fungsi ruang. Diduga
dipengaruhi oleh pergeseran budaya masyarakat.
Analisis Data (Sub Struktur)
—Earthwork
Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Pondasi berupa pondasi umpak kayu - Pondasi berupa pondasi umpak kayu
pada tiap tiang kolom. pada tiap tiang kolom.
Konklusi : Tidak terdapat perubahan pada pondasi rumah. Diduga karena bangunan
ingin mempertahankan struktur kayu. Selain itu bangunan yang sudah berusia >100
tahun jadi tidak banyak perubahan pada material yang digunakan.
Analisis Data (Material Lantai)
—Earthwork

Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Ruang dalam mengunakan bahan lantai - Beberapa ruang dalam mengunakan


berupa lantai tanah, kayu ataupun beton. bahan lantai berupa lantai tegel.
Konklusi : Terdapat perubahan pada bahan material lantai. Diduga dipengaruhi oleh
perkembangan bahan material, tuntutan kebutuhan rumah yang lebih bersih dan
sehat, ataupun dipengaruhi status sosial sang pemilik rumah.
Analisis Data (Struktur dan Material)
—Framework
Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Struktur menggunakan rangka kayu - Struktur menggunakan rangka kayu


(saka guru). (saka guru).
- Struktur atap menggunakan struktur - Struktur atap menggunakan struktur
rangka atap kayu berupa blandar dan rangka atap kayu berupa blandar dan
pangeret. pangeret.
Konklusi :Tidak terdapat perubahan dalam sisem struktur dan material yang
digunakan. Diduga karena bangunan yang sudah berusia >100 tahun jadi untuk
struktur dan material masih asli.
Analisis Data (Material Dinding)
—Enclosing

Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Selubung bangunan berupa dinding - Selubung bangunan berupa dinding


berbahan kayu. berbahan kayu.
Konklusi :Tidak terdapat perubahan material dinding rumah. Diduga karena
bangunan yang sudah berusia >100 tahun jadi tidak banyak perubahan pada material
yang digunakan.
Analisis Data (Arah Orientasi dan Posisi Bukaan)
—Enclosing
Model Griya Jawa Data Rumah Mbah Kaji

- Bukaan berada pada sisi pamanjang - Bukaan berada pada sisi pamanjang
dengan orientasi bukaan pada arah utara namun orientasi bukaan mengarah pada
selatan. arah akses jalan.
Konklusi :Tidak terdapat perbedaan pada posisi bukaan namun terdapat pebedaan
pada arah orientasi bukaan dan bangunan. Diduga dipengaruhi oleh kemudahan
akses menuju bangunan.
— Kesimpulan
Berdasarkan perbandingan antara model dan studi kasus terdapat beberapa perubahan dari model griya
jawa dengan kondisi eksisting, yang disebabkan oleh beberapa factor antara lain: pergeseran budaya,
perkembangan bahan material, tuntutan kebutuhan, status social di masyarakat, kemudahan akses, dsb.
— sekian, Daftar Referensi:
Bharoto. 2019. A Brief Explanation about Javanese Architecture.

terimakasih! Materi dipresentasikan pada IFES 2019, Solo.

Bharoto. 2019. Sejarah dan Teori Arsitektur 2: Teori “type” masa


Pencerahan [enlightment]. Materi dipresentasikan pada mata kuliah
SATA 2, Semarang.

Wibawa, B.A., Widiastutui, K. and Nindita, V., 2019. Eksistensi Dan


Keberlanjutan Kampung Joglo Dalam Masyarakat, Budaya Dan
Lingkungan Aslinya. Teknik Sipil dan Arsitektur, 24(1)

Anda mungkin juga menyukai