Anda di halaman 1dari 4

ARSITEKTUR INDONESIA

STRUKTUR RUMAH ADAT SUKU BADUY


BANTEN

PUTU BILLY DESYANTA MANIKA


1705521048

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Di Indonesia terdapat beberapa jenis arsitektur dari masa ke masa seperti arsitektur
vernacular atau tradisi, arsitektur Hindu – Budha, arsitektur Islam, arsitektur colonial, arsitektur
pasca kemerdekaan hingga arsitektur modern di zaman sekarang ini. Setiap daerah di Indonesia
memiliki arsitektur tradisionalnya masing – masing seperti Rumah Bolon dari Sumatera Utara,
Rumah Joglo dari Jawa Tengah, Rumah Betang dari Kalimantan Tengah dan rumah tradisional
lain dari provinsi lainnya di Indonesia. Dalam kesempatan ini, saya akan membahas tentang
Rumah adat suku Baduy di Banten, Jawa Barat, dan akan lebih mengkhususkannya pada struktur
dan material rumah tradisional suku Baduy tersebut.

Teknologi yang digunakan dalam membuat struktur dari rumah tradisional suku Baduy ini
terbilang memang masih sangat sederhana. Bangunan rumah Suku Baduy biasanya berbntuk sama
berupa rumah panggung sederhana dengan bahan – bahan seperti kayu, bambu, ijuk dan rumbia.
Menurut salah seorang warga dari suku Baduy, terdapat alasan kenapa tinggi dan ukuran bangunan
rumah Suku Baduy harus sama yaitu mereka tetap menjunjung tinggi kesederhanaan dan kesamaan
strata sosial dan hanya akan berbeda nanti saat sudah di alam setelah meninggal sesuai dengan
amal ibadahnya.
Secara struktur rumah adat suku baduy berbentuk rumah panggung, pemilihan rumah
panggung sebagai struktur rumah adat selain untuk mitigasi bencana juga memiliki makna sebagai
pusat antara dunia atas dan bawah, karena itulah rumah tidak boleh dibangun langsung menyentuh
tanah. Berdasarkan susunan struktur rumah adat ini melambangkan jagat raya. Kaki atau tiang
melambangkan dunia bawah, tubuh atau dinding dan ruang di dalamnya melambangkan dunia
tengah, dan kepala atau atap melambangkan dunia atas. Menurut kepercayaan jika tidak
menggunakan kaki sama saja dengan tinggal di dunia bawah, dan pemilihan atap ijuk juga bukan
tanpa alasan, jika menggunakan genting sama saja artinya dengan dikubur hidup – hidup karena
genting terbuat dari tanah.

Berkaitan dengan mitigasi bencana teknik konstruksi yang digunakan dalam rumah adat
Baduy adalah teknik sambung dan ikat bangunan, serta penggunaan umpak. Struktur bangunan
didirikan atas sistem rangka yang terbuat dari kayuverupa balok atau persegi empat. Struktur
penutup dinding terbuat dari anyaman bamboo ( geribig ). Bambu – bambu yang dibelah juga
digunakan untuk menjadi struktur penutup anyaman bambu. Untuk struktur lantai, biasanya dibuat
dari lembaran – lembaran bambu yang disebut palupuh. Sedangkan untuk struktur utama atap
digunakan atap rumbia dengan bambu dan rotan sebagai pengikat sedangkan untuk kerangka atap
biasanya digunakan bambu, hal ini digunakan agar saat gempa bangunan bisa bergerak secara
dinamis dan tidak menimbulkan kerusakan. Bangunan rumah adat Baduy juga didirikan diatas
umpak batu atau yang disebut dedel. Secara praktis umpak batu digunakan untuk menghindari
rayap atau pelapukan tiang rumah akibat udara basah dan lembabnya pegunungan. Secara filosofis
makna penggunaan umpak batu adalah agar rumah tidak langsung menyentuh tanah yang dianggap
sebagai dunia bawah
DAFTAR PUSTAKA

Eka Permana, Raden Cecep, Nasution, Isman Pratama & Gunawijaya, Jajang, H 2011, ‘Kearifan
Lokal Tentang Mitigas Bencana Pada Masyarakat Baduy’, Makara, Sosial Humaniora, vol. 15, no
1, hh. 67-76.

Zulkarnain, Endra, H 2018, ‘Pemkab Undang Suku Baduy Bangun Rumah Adat di Tubaba’ dilihat
pada 16 Oktober 2018 < http://lampung.tribunnews.com/2018/07/20/pemkab-undang-suku-
baduy-bangun-rumah-adat-di-tubaba >

Yusuf, Arief, H 2017, ‘Mengenal Arsitektur dan Filosofi Rumah Adat Baduy’ dilihat pada 16
Oktober 2018 < https://rumahulin.com/rumah-adat-baduy/ >

Anda mungkin juga menyukai