Anda di halaman 1dari 28

1.

Rumah Adat Banten


Rumah adat Baduy merupakan rumah tempat tinggal suku baduy yang ada di
Banten, dimana pemukiman suku adat Baduy belum mengalami perubahan sejak abad
ke-16.

https://humaspdg.files.wordpress.com/2010/05/03022008042.jpg

Bentuk Struktur

Sistem
Elemen konstruksi Material Asal material Pembuatan pembuatan

1. Atap
 Penutup Atap Rumbia Reuma Kampung Gotong royong
 Rangka Atap Leuweung lembur Huma Keluarga
Bambu
 Kuda-kuda Leuweung Lembur Kampung Gotong royong
Kayu
Reuma Keluarga
Leuwung kolot Kampung Gotong royong
Reuma Keluarga
2. Kolom Kayu Leuweung kolot Huma Keluarga
Reuma
3. Balok Kayu Leuweung kolot Huma Keluarga
Reuma
4. Dinding Bambu Leuweung lembur Huma Keluarga
5. Lantai
 Penutup Lantai Leuweung lembur Kampung Gotong royong
Bambu
 Rangka Lantai Reuma Huma Keluarga
Kayu Kampung Gotong royong
Bambu

6. Pondasi Batu Kali Sungai Kampung Gotong Royong

Sistem pembangunan yang berkelanjutan


Ornamen Khas
Pada rumah Baduy, cabik lingkaran berhubungan dengan kepercayaan sebagai
lambang lingkaran hidup (Riyadi, 1994:63). Di samping itu, bentuk lingkaran juga
merupakan simbol bahwa langit dan bumi serta isinya merupakan kesatuan alam
jagad raya (Riyadi, 1988:60). Pada pintu, jendela dan pagar teras, mereka membuat
kupatan (ragam hias adat) dengan bentuk menyilang sebagai simbol penolak bala.
Pada rumah Baduy, bentuk menyilang pada kusen pintu rumah merupakan simbol
keselamatan dan rejeki (Riyadi, 1988:55). Sasag dan golodog termasuk ragam hias
non adat yang tidak memiliki makna simbolik, tetapi lebih sebagai fungsi semata.
http://syahid.hdpin.net/2011/12/pola-kampung-dan-rumah-tinggal-warga.html

Bentuk & Material


Secara umum bentuk rumah adat banten (Suku Baduy), merupakan rumah
panggung.
 Bentuk rumah dibuat tinggi, berbentuk pangung, mengikuti kontur atau
tinggi rendahnya permukaan tanah. Apabila permukaan tanah tidak rata atau
anah miring, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang
dgunakn adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan
menahan tanah agar tidak longsor.
 Atapnya terbuat dari daun yang disebut Sulah Nyanda. Nyanda berartisikap
bersandar, sandarannya tidak lurus teapi agak merebah ke belakang. Salah
satu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang dan memeliki kemiringan yang
lebih rendah pada bagian bawah rangka atap.
 Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam
secara vertical. Teknik anyaman bambu yang sering disebut atau lebih
dikenal dengan nama Sarigsig ini hanya dibuat berdasarkan pekiraan, tidak
diukur lebih dulu. Kunci pintu rumah dibuat dengan memalangkan dua kayu
yang di dorong atau ditarik dari luar bangunan rumah.
 Ada tiga ruangan dalam bangunan rumah adat ini, yaitu ruangan yang
dikhususkan untuk ruang tidur kepala keluarga juga dapur yang disebut
ilmah, ruang tidur untuk anak-anak sekaligus ruang makan yang disebut
tepas dan ruang untuk menerima tamu disebut sosoro.
 Seluruh bangunan rumah dibuat saling menghadap satu dengan yang lain,
hanya diperbolehkan membangunan rumah mengahadap ke utara-selatan
saja. Menghadap ke arah timur-barat tidak diperbolehkan secara adat.
http://www.anneahira.com/rumah-adat-banten.htm

Makna & Filosofi


Rumah panggung penuh arti dan kaya makna. Ada tiga bagian dari rumah
panggung menurut adat Kasepuhan Banten Kidul Setataran Sunda, yakni Kolong,
Beuteung (tengah) dan Para (bagian atas). Ketiga bagian itu memiliki arti dan fungsi
yang berbeda-beda. Kolong merupakan simbol alam raya, tempat di mana manusia
mencari makanan untuk kelangsungan hidupnya. Beuteung menjadi tempat di mana
manusia mewariskan budayanya, bersyukur dan memuji penciptanya atas semua hasil
alam raya yang bisa ia dapatkan. Di situ, manusia harus ingat bahwa dia bukan
penguasa di dunia ini, tetapi masih ada kekuatan lain yang berada di atasnya; yang
mendiami para (bagian atap). Serta sangat erat kaitannya dengan kepercayaan, rumah
itu juga memiliki kekuatan netral. Terletak antara dunia bawah dan dunia atas. Rumah
yang di bangun tidak boleh langsung menyentuh tanah. Tiang- tiang kolong rumah
harus di beri alas batu atau umpak. http://jan.shnews.co/kasepuhan/read/40/filosofi-
rumah-panggung-#.VQUJevmUeSo

2. Rumah Adat Madura


Masih termasuk dalam provinsi Jawa Timur, suku bangsa Madura memiliki
rumah adat yang tidak termasuk dalam rumah adat serontong, limasan atau joglo.
Rumah Adat yang dimiliki oleh masyarakat Madura adalah halaman panjang yang
biasa disebut Tanian Lanjang yang membuktikan kekerabatan masyarakat madura.
Tanian Lanjeng terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah
induk yang berada di tengah-tengah.

Rumah
Langgar Rumah

Tanean Lajhang
Dapur/Kandanghttp://stevenbrahma.deviantart.com/art/05-Tanean-Lanjeng-House-by-
StevenBrahma-446294273

Bentuk Struktur
Di bagian dalam rumah, berdiri 4 buah pilar penyanggah yang tampak kokoh.
Pilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur
sangkar. Pilar-pilar ini, kemudian di sebut dengan pilar pasarean. Sejumlah perabotan
keluarga, juga masih tampak terpelihara di bagian dalam rumah ini. Di antaranya,
sebuah bayang besar, terbuat dari kayu jati dengan ujung sebelah kiri lebih tinggi,
yang berfungsi mengganjal kepala, agar bisa ber-isitirhat, melepas kepenatan tubuh.

Gambar : Peninggian Lantai dirumah Madura


http://iswartirasjid.wordpress.com/2010/09/16/berwisata-tembakau-gratisan-
di-meddalansumenep-2-of-2/sam_2795_resize/

Ornamen khas

http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/06_Rekayasa%20Vol
%203%20No%202%20Oktober%202010%20fix.pdf

Bahan Bangunan / Material


Rumah khas Madura dibuat dari bata dan bata kapur, dikapur putih dan
memiliki atap joglo seperti yang dijumpai di Nusa Tenggara maupun di Jawa. Atap
bangunan dalam budaya Madura mirip di Jawa yaitu merupakan atap naungan yang
sifatnya lebar, melindungi dari terik matahari serta memberikan pembayangan bagi
penghuni sehingga merasa nyaman. Bangunan rumah berdiri di atas tanah, dengan
peninggian kurang lebih 40 cm. Bahan lantai sangat bervariasi mulai dari tanah yang
dikeraskan sampai dengan pemakaian bahan lain seperti plesteran dan terakota.
Pemakaian bahan tergantung kepada kemampuan ekonomi masing-masing keluarga
yang menempati. Bahan untuk dinding dan struktur terdiri dari kayu, bambu, tabing
atau bidik dan tembok. Penutup atap menggunakan genteng dan sebagian
menggunakan bahan dari belli (daun nipah), atau ata’ alang (ilalang). Bahan pintu
utama rumah selalu terbuat dari kayu, sedangkan ukiran hanya digunakan pada
masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi. Sedangkan bangunan-
bangunan semi permanen dari pedagang-pedagang Madura tampaknya merupakan
fenomena yang khas, biasanya dibuat dari bambu. Setiap rumah adat, di lengkapi
dengan sebuah surau. Surau ini, disamping berfungsi sebagai tempat sholat, juga
menjadi tempat bagi Kepala Somah, untuk memantau orang-orang yang keluar masuk
halamannya. Orang Madura menyebut surau ini dengan langgar. Atap surau adat,
menggunakan daun ilalang yang membentang memayungi penghuninya dari air hujan
dan sengatan matahari.

Makna & Filosofi


Rumah induk ini biasanya, di tandai dengan jengger ayam di atapnya. Rumah
induk, ditempati orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tertua ini kemudian di
sebut kepala somah. Ibarat raja kecil, kepala somahlah yang menguasai semua
kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perkawinan. Rumah adat Madura,
hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan, agar pemilik rumah, dapat
mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli
Madura, dengan warna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan. Sebuah
lukisan bunga, juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan ini,
menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang
bahagia.

http://brainly.co.id/tugas/70050

3. Rumah Adat Dki Jakarta

Jakarta adalah kota terbesar di Indonesia sekaligus ibukota negara. Karena


keunikannya, Jakarta dijadikan provinsi dengan status daerah otonomi khusus. Namanya
DKI Jakarta. Kota ini dulu bernama Sunda Kelapa, Batavia, Jayakarta dan akhirnya
menjadi Jakarta. Rumah adat Dki Jakarta

http://www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/kidnesia/indonesiaku/propinsi/dki-
jakarta/seni-budaya/rumah-kebaya/438373-2-ind-ID/Rumah-Kebaya.jpg

Bentuk dan Struktur

Rumah adat Betawi pada umumnya mengenal 4 ragam bentuk arsitektur tradisonal yaitu :

1. Rumah Tipe Gudang


2. Rumah tipe bapang / tipe kebaya
3. Rumah tipe joglo, dan
4. Rumah tipe panggung

1. Rumah Tipe Gudang

Rumah adat betawi asli yang belum pernah terpengaruhi oleh budaya lain yang
ada di indonesia. Rumah gudang bisa di bilang sebagai rumah adat betawi yang sudah
ada semenjak masuknya etnis budaya betawi. Rumah gudang letaknya di daerah
pedalaman dengan bentuk yang menyesesuaikan dengan bentuk alam. Denag dari
rumah ini sendiri berbentuk segi empat dengan memanjang ke bagian belakang, atap
bentuk pelana dan struktur atap tersusun dari kuda-kuda berbentuk pelana.
2. Rumah Tipe Bapang / Kebaya

Rumah tipe ini sama juga berada di daerah pedalaman seperti rumah gudang.
Rumah adat ini di sesuaikan dengan etnis jawa. Selain itu rumah jenis ini adalah
rumah yang di tujukan untuk keluarga terpandang yang pada jenis jawa disebut
ningrat. Sangat luas dan terdapat teras di bagian depan yang di fungsikan untuk
menyambut tamu yang jumlahnya banyak. Rumah tipe bapang memiliki bentuk
pelana tidak berbeda dengan rumah gudang, bentuk dari pelana adalah tidak penuh
karena kedua sisi luar dari atap tipe rumah bapang sebenarnya berbentuk terusan dari
bentuk atap pelana di bagian tengah, oleh karena itu struktur kuda-kuda terdapat di
bagian tengah. Bentuk denah dari rumah bapang ini memiliki denah empat persegi
panjang yang memiliki tiga kelompok ruang yang jelas, yaitu ruang depan ( bisa juga
disebut dengan serambi depan ), ruang tengah dan ruang belakang. Ruang depan
berfungsi sebagai teras sama seperti rumah gudang, ruang tengah berfungsi sebagai
ruang keluarga; ruang makan dan juga ruang
3. Rumah tipe joglo

Rumah adat joglo terlahir dari pengaruh arsitektur jawa. Namun tidak seperti
rumah tipe joglo yang berada di daerah Jawa Tengah. Bentuk denah, tiang penopang
terhadap atap dan struktur pada rumah Betawi tidaklah nyata. Pada umumnya, rumah
tipe joglo Betawi ini memiliki denah bujur sangkar, namun dari seluruh bentuk dari
bujur sangkar tersebut bagian yang sebenarnya membentuk rumah joglo adalah suatu
dari bagian segi empat yang pada salah satu garis panjangnya terdapat dari kiri ke
kanan pada bagian ruang depan rumah tersebut. Rumah joglo merupakan rumah
penduduk yang tinggal di daerah tengah kota. rumah ini dalah penggambaran dari
penduduk Betawi yang termasuk keturunan dari keluarga kerajaan Keraton Jawa.
Dalam budaya Jawa, keluarga dari keturunan raja keraton hanya tinggal dikeraton.
Jadi rumah Joglo merupakan rumah Betawi yang sudah menyesuaikan terhadap
lingkungan sekitarnya. Rumah Joglo memiliki denah berbentuk bujur sangkar yang
terbagi kedalam tiga kelompok ruang sama seperti rumah bapang. Kelompok ruang
pada rumah joglo mempunyai fungsi yang sama dengan rumah bapang.
4. Rumah Tipe Panggung

Merupakan rumah adat Betawi yang tinggal didaerah pesisir pantai. Bentuk
rumah panggung semua bahannya menggunakan material kayu, bentuk rumah
panggung tercipta sebagai pengamanan terhadap air pasang. Selain itu pula, pada
awalnya masyarakat Betawi didaerah pesisir hanya menggantungkan hidupnya dengan
mencari ikan di laut saja. Jadi bentuk dari rumah panggung tersebut hanya mengikuti
budaya dari etnis Betawi yang tinggal dipesisir pantai dengan mata pencaharian
sebagai nelayan saja. Dalam sejarahnya, sebagian ibu kota Jakarta juga dibangun
diatas daerah rawa. Rawa ditutup dengan bebagai macam material sesuai
perkembangan zaman, seperti batu dan puing-puing bangunan, dan kemudian
dimanfaatkan sebagai lahan hunian. Akan tetapi, rumah tradisional Betawi bukanlah
berbentuk rumah panggung dikarenakan masyarakat Betawi pada zaman dahulu
sepertinya tidak harus tinggal didaerah rawa.

Gambar. Rumah Panggung


Ada keuntungan ekologis dari rumah tipe panggung, yaitu tanah dibagian bawah
bangunan akan berfungsi sebgai tempat untuk resapan air. Pada saat air pasang atau banjir, air
akan menggenang di bawah rumah tersebut sampai kemudian pada akhirnya dapat surut dan
terserap kedalam tanah. Dan sementara itu tempat tinggal keluarga masih akan tetap aman
dan para anggota keluarga masih tetap bisa menjalankan aktifitas mereka masingmasing di
dalam rumah tersebut.
Berdasarkan pola strukturnya, arsitektur tradisional Betawi dapat dilihat dari beberapa
segi, yaitu sebagai berikut :
1. Pondasi

Gambar. Pondasi
Pondasi pada rumah rumah betawi kebanyakan menggunakan pondasi setempat batu
kali pada setiap kolom kolom utamanya. Namun pada rumah betawi yang sudah dimodifikasi
pada bagian lantainya maka digunakan pondasi batu kali menerus.

2. Kolom

Gambar. Kolom
Kolom pada rumah betawi terbuat dari kayu kelapa atau nangka yang bayak
digunakan pada jaman itu, namun kayu nangka lebih banyak digunakan karena proses
penggunaan kayu kelapa lebih sulit dan memakan waktu yang cukup lama.

3. Dinding

Gambar. Dinding
Rumah Betawi memiliki struktur rangka. Baik sebagai bahan maupun sebagai pengisi
penggunaan dinding. Kayu dari pohon nangka cukup dominan pada pengerjaan dari dinding
pada rumah Betawi. Namun, pada daerah pesisir ada yang menggunakan bambu sebagai
bahan pengisi dinding. Pada daerah tengah sudah terdapat penggunaan dinding setengah
tembok yang sedikit banyak merupakan pengaruh dari arsitektur Belanda.
4. Ventilasi
Ventilasi merupakan sebuah lubang cahaya yang berfungsi sebagaijalur keluar dan
masuknya cahaya dan udara. Dan juga sebagai pelindung dari angin,hujan, udara
dingin/panas, kebisingan serta pencuri. Penempatan serta besar kecilnya jendela pada
bangunan disesuaikan dari fungsi penghawaan dan kebutuhan cahaya kedalam ruangan.
Jendela yang digunakan pada rumah adat Betawi sangat unik dan khas, bahan yang
digunakan adalah kayu.
Gambar. Ventilasi
5. Lantai
Pengaruh dari arsitektur Belanda dapat terlihat dari penggunaan bata sebagai
penghubung antara struktur tegak baik berupa dinding setengah tembok maupundinding
kayu/bambu dengan lantai. Pada rumah panggung, penggunaan alas untuk lantai adalah
papan yang dilapisi anyaman kulit bambu. Pada rumah biasa, pada mulanya beralaskan tanah.
Kemudian dipergunakan ubin tembikar sebagai pelapis lantai tanah. Tetapi hanya orang-
orang tertentu saja dikarenakan harganya yang mahal. Pada perkembangan selanjutnya
kemudian digunakan ubin semen. Penggunaan ubin tembikar dan ubin semen dipengaruhi
oleh bangunan-bangunan Belanda.

6. Pintu
 Gerbang
Dari banyak ciri-ciri dari rumah adat Betawi yang paling menonjol adalah pintu
gerbangnya. Karena pintu gerbang rumah adat Betawi sangat berbeda dengan pintu
gerbang lainnya, bahan yang digunakan untuk pintu gerbang tersebut adalah kayu.
 Pintu Rumah
Pintu melambangkan pengalihan, lubang pada pembatas ruang dimana sekaligus
memungkinkan orang untuk melewati lubang tersebut.

7. Jendela
Jendela dalam rumah adat Betawi memiliki dua jenis :
 Jendela kaca
 Jendela tanpa daun
Jendela pada rumah adat Betawi pada zaman dahulu hanya digunakan untuk
penghawaan dan pandangan keluar rumah saja.

8. Atap
Pada struktur atap, sangat bervariasi jenisnya dikarenakan pengaruh dari arsitektur
luar yang bermacam-macam seperti sekor sebagai penahan dak/markis dan struktur overstek
atau penanggap. Untuk sekor sebagai penahan dak, selain terbuat dari kayu terdapat pula
yang terbuat dari logam yang merupakan pengaruh dari arsitektur Eropa. Untuk siku
penanggap, selain kedua variasi terlihat dari pengaruh arsitektur Eropa terdapat pula
pengaruh dari arsitektur cina yaitu adanya konstruksi Tou-Kung pada banyak rumah Betawi
khususnya di daerah Angke. Pada struktur vertikal, variasipun dapat dilihat pada hubungan
antara tiang penanggap (balok lingkar) atau pada hubungan antara tiang (khususnya tiang
guru) dengan lantai

Ornamen Khas

Ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari


sebuah bangunan atau obyek. Ornamen arsitektural dapat terbuat dari batu, kayu atau logam
mulia yang diukir, selain itu ornamen juga dapat dibuat dari plesteran adukan beton atau
tanah liat yang dibentuk.Kekayaan Betawi akan seni dan budaya mendukung terciptanya
ornamen-ornamen yang menjadi ciri khas pada arsitektur Betawi, ornamen-ornamen tersebut
tak hanya sebagai penghias bangunan namun juga memiliki falsafah dalam kehidupan
masyarakat Betawi.Beberapa ornamen yang terdapat pada rumah adat Betawi antara lain
sebagai berikut:

1. Lisplang berornamen gigi balang berupa papan kayu berbentuk ornamen segitiga
berjajar menyerupai gigi belalang yang melambangkan bahwa hidup harus selalu
jujur, rajin, ulet dan sabar, karena belalang hanya bisa mematahkan kayu jika
dikerjakan secara terus menerus dan biasanya dalam tempo waktu yang dapat
dikategorikan lama namun secara keseluruhan bisa bermakna ‘pertahanan yang kuat’.

2. Selain gigi balang, ornamen pada rumah Betawi lainnya adalah banji. Banji memiliki
pola segi empat, pola ini dikembangkan dari ornamen dasar Swastika yang
merupakan pengaruh kebudayaan Hindu yang artinya dinamis. Ornamen banji sering
dikombinasi dengan unsur tumbuh-tumbuhan. Yang paling banyak dipilih adalah
bunga lima atau bunga tapak dara.Ornamen bunga melati terdapat pada sisi
penutup depan atap, ornamen ini merupakan simbol keceriaan, keharuman, dan
keramahan terhadap siapapun, tidak heran jika masyarakat betawi selalu terbuka bagi
siapapun yang ingin bertamu ke kampungnya. Seperti halnya bunga melati, ornamen
bunga cempaka merupakan simbol bahwa kehidupan pemilik rumah haruslah selalu
wangi dan harmonis.

Berikut beberapa bentuk lisplang gigi balang yang terdapat pada rumah-rumah betawi:

ornamen bunga melati


Sedangkan ornamen bunga matahari berupa ukiran tembus yang biasanya terletak pada
bagian atas pintu ruang tamu ini sebagai perlambang bahwa kehidupan pemilik rumah harus
menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar, karena matahari dilambangkan sebagai sumber
kehidupan dan terang, terang matahari disini diartikan bahwa pemilik rumah harus selalu
memiliki pemikiran dan batin yang terang.Langkan yang merupakan pagar pembatas yang
ada di teras dari halaman berbahan kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga
memiliki pesan moral, yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari halaman
depan rumah. Sebab, ketika bertamu lewat belakang atau samping rumah, bagi masyarakat
Betawi merupakan etika yang kurang baik.
( Cinta betawi.2013)

Bahan Bangunan atau Material

Bahan lantai yang diterapkan pada rumah Betawi juga nampak unik. Masyarakat
Betawi biasanya menggunakan bahankayu, bambu, tegel untuk lapisan lantainya selain lantai
yang hanya berupa tanah saja. Bahan tegel memiliki pola dan struktur yang unik dengan pola
warna dan gambar yang sangat khas. Pada umumnya masyarakat Betawi menyusun pola tegel
yang memakai border dengan tegel yang polos dan menglilingi tegel yang berpola tersebut.
Menerapkan pola semacam itu bisa menambah kesan dekoratif pada rumah adat Betawi yang
menyerupai bentuk karpet yang biasa diterapkan pada rumah bergaya modern.

Makna dan Filosofi

Rumah adat Dki Jakarta adalah rumah Kebaya sebagai rumah tradisional Jakarta,
Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya. Seperti : Rumah
Gudang dan Rumah Joglo. Rumah mengambil bentuk rumah tradisional suku Betawi, suku
asli Jakarta yang terjadi karena percampuran budaya Sunda, Melayu, Cina dan Arab.
Rumah ini mempunyai teras yang dipakai sebagi ruang tamu. Di dalam rumah merupakan
ruang keluarga, ruang makan dan ruang tidur. Di belakang terdapat dapur. Rumah ini
masih dilengkapi dengan aneka perabot rumah tradisional.

Ciri Khas

Keunikan yang nampak jelas pada rumah khas Betawi adalah ruang tamu yang
terbuka untuk umum, berbeda dengan rumah jaman sekarang yang memiliki bentuk ruang
tamu tertutup. Konsep ruang tamu terbuka menggambarkan bahwa masyarakat Betawi
memiliki kebiasaan ramah tamah dan terbuka dengan semua orang. Ruang tamu tidak hanya
menjadi tempat favorit anggota keluarga akan tetapi ruang tamu masyarakat Betawi bisa
disinggahi semua orang yang berkunjung di rumah anda. Keunikan rumah Betawi juga
terlihat pada rangka terbuat dari kayu dan bambu. Selain itu bagian dinding rumah orang
Betawi biasanya terbuat dari bambu dan juga kayu. Uniknya lagi lantai rumah masyarakat
Betawi beralaskan tanah tanpa dilapisi semen atau bahan apapun. Lantai semacam ini yang
menampakkan ciri khas rumah Betawi yang unik dan sangat tradisional serta sederhana.
Karena pada dsarnya orang Betawi memang mengutamakan kesan alam pada rumahnya
sehingga tidak terlalu banyak menggunakan bahan-bahan bangunan yang permanen.

Kesan unik lainnya dari rumah khas Betawi bisa terlihat dari bentuk lisplang atau atap
bagian dalam yang diberikan sentuhan ornamen ‘gigi balang’ yaitu papan kayu yang dibentuk
dengan ornamen segitiga sejajar. Dengan bentuk atap yang penuh dengan ornamen seperti itu
suasana rumah Betawi sangat terlihat unik dan nyaman.

Pada bagian teras depan biasanya dikelilingi dengan pagar rendah yang terbuat dari
kayu. Sisi uniknya biasanya pagar teras ini tidak bersifat permanen dan bisa di bongkar
pasang, tujuannya saat sang pemilik rumah sedang mengadakan acara hajatan, pagar tersebut
bisa di bongkar agar teras bisa langsung menyatu dengan halaman rumah. Untuk elemen
furniturenya biasanya mengadopsi dari bentuk furniture bergaya kolonial Belanda. Hal ini
bisa terlihat dari kursi yang biasa disebut dengan kursi Betawi dengan ciri khas yang unik.

4. Rumah Adat Sunda

Salah satu suku yang terbesar di Indonesia ialah suku Sunda. Suku Sunda
sendiri ialah sebuah suku yang berasal dari bagian barat pulau Jawa.Suku sunda juga
merupakan suku terbesar kedua di Indonesia.Suku sunda memiliki rumah adatnya
sendiri. Rumah adat itu pun dipengaruhi oleh filosofi-fiosofi yang berada
dilingkungan orang suku sunda sendiri. Filosofi-filosofi tersebut mempengaruhi
bentuk rumah adat sunda, material-material yang diterapkan pada bangunan rumah,
hingga tatanan ruang rumah itu sendiri.
Bentuk dan Struktur
Bentuk rumah masyarakat Sunda adalah panggung, yaitu rumah berkolong dengan
menggunakan pondasi umpak. Di samping itu, panggung merupakan bentuk yang paling
penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung yang
mendominasi sistem bangunan di Tatar Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik.
Secara teknik rumah panggung memiliki tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang
resapan air, kolong sebagai media pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara
silang baik untuk kehangatan dan kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan
persediaan kayu bakar dan lain sebagainya (Adimihardja dalam Nuryanto, 2006). Adapun
pada umumnya bentuk rumah panggung ini memiliki fungsi dan tata ruang yang sama
namun apabila dilihat dari bentuk atap dan pintu masuknya memiliki nama yang berbeda,
diantaranya :

1. Julang Ngapak
 Bentuk : Bentuk atap julang ngapak adalah bentuk atap yang melebar dikedua sisi
bidang atapnya, jika dilihat dari arah muka rumahnya bentuk atap demikian
menyerupai sayap burung julang yang sedang mengepakkan sayapnya.
 Ornamen : Pada puncak atap terdapat capit hurang atau cagak gunting yang
berfungsi secara teknis untuk mencegah air merembes ke dalam dan sebagai lambang
kesatuan antar rumah dengan alam jagat raya berdasarkan masyarakat orang Sunda,
 Material : penutup atap dibuat dari daun alang-alang (tepus) atau rumbia dan ijuk
yang diikat dengan tali dari bambu (apus) ke bagian atas dari rangka atap.
 Bentuk-bentuk atap demikian dapat dijumpai di kabupaten Tasikmalaya (kampung
Naga) dan Kampung Dukuh, Kuningan dan tempat-tempat lain di Jawa Barat. Salah
satu gedung yang menggunakan model atap julang ngapak adalah Gedung Institut
Teknologi Bandung (ITB) di Bandung.
2. Parahu kumureb

 Bentuk : Bentuk atap ini memiliki empat buah bidang atap, sepasang bidang atap
sama luasnya, bentuk trapesium sama kaki, kedua bidang atap lainnya berbentuk
segitiga sama kaki dengan kedua titik ujung suhunan merupakan titik-titik puncak
segitiga itu. Kaki-kakinya merupakan sisi bersama dengan kedua bidang atap
trapesium.
 Struktur : Pada bentuk ini memiliki dua jure atau batang kayu yang menghubungkan
satu diantara ujung batang kepada kedua sudut rumah, secara landai sehingga
terbentuknya satu bidang atap segitiga. Sisi bidang atap segitiga inilah yang dijadikan
sebagai sebagian depan rumah. Bila dilihat bentuk atap parahu kumureb ini dari
samping mirip dengan jubleg (lesung) yang nangkub (telungkup). Bentuk rumah
seperti ini dapat dijumpai di Kampung Kuta Kabupaten Ciamis.

3. Suhunan jolopong
Suhunan jolopong dikenal juga dengan sebutan suhunan panjang, di kecamatan Tomo
Kabupaten Sumedang pada era tahun 30 an atap ini disebut dengan suhunan Jepang. Jolopong
adalah istilah Sunda artinya tergolek lurus,
 Bentuk : bentuk jolopong merupakan bentuk yang cukup tua sekali karena bentuk ini
terdapat pada bentuk atap saung (dangau). Bentuk jolopong memiliki dua bidang atap
saja, kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur suhunan ditengah bangunan rumah.
Kebalikan jalur suhunan itu sendiri merupakan sisi yang sama atau rangkap dari kedua
bidang atap. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah
bidang atap yang bersebelahan. Sedangkan pasang sisi lainnya lebih pendek dibanding
dengan suhunan dan memotong tegak lurus kedua ujung suhunan itu, dengan demikian di
kedua bidang atap itu berwujud dua buah bentukan persegi panjang. Sisi-sisinya bertemu
pada kedua ujung suhunan. Pada tiap ujung batang suhunan, kedua sisa atap pendek
membentuk sudut pundak dan apabila kedua ujung bawah kaki itu dihubungkan dengan
suatu garis imajiner akan terwujudlah segitiga sama kaki Bentuk rumah semacam ini
dapat dijumpai di Kampung Dukuh Kabupaten Garut.

4. Tagog anjing
 Bentuk : Bentuk rumah tagog anjing menyerupai anjing yang sedang duduk. Bentuk
atap ini memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada garis batang suhunan (segi tiga
atap), bidang atap bagian depan lebih lebar dibanding dengan bidang atap bagian
belakang atau bidang lainnya, serta merupakan penutup ruangan, sedangkan atap lainnya
yang sempit memiliki sepasang sisi yang sama panjang dengan batang suhunan bahkan
batang suhunan itu merupakan puncaknya, pasangan sisi (tepi) bidang sebelah depan
sangat pendek bila dibandingkan dengan panjang sisi bidang sebelah belakang suhunan.
 Bentuk atap rumah tagog anjing ini pada saat sekarang banyak ditemui di rumah adat
Kampung Dukuh Kabupaten Garut dan tempat-tempat peristirahatan, bungalow maupun
hotel.

5. Badak heuay
 Bentuk : Bentuk rumah dengan model atap badak heuay sangat mirip dengan atap
tagog anjing. Perbedaanya hanya pad bidang atap belakang, bidang atap ini langsung
lurus ke atas melewati batang suhunan sedikit, bidang atap yang melewati suhunan ini
dinamakan rambu.
 Daerah-daerah di Jawa Barat masih banyak ditemukan pemukiman penduduk yang
masih menggunakan bahan tradisional dengan bentuk atap badak heuay salah satunya
didaerah Sukabumi.

6. Capit gunting
 Bentuk : yaitu bentuk bangunan rumah yang atap (suhunan) bagian ujung belakang
atas dan depan atas menggunakan kayu atau bambu yang bentuknya menyilang
dibagian atasnya seperti gunting.
 Material : Bambu dan Kayu

Bahan Bangunan atau Material

Material yang digunakan untuk membangun semua bersumber dari alam


seperti Bambu, rotan, alang-alang, ijuk, kayu, rumbia, tali bambu. Hasil karya mereka
tampak harmoni dengan lingkungan sekitarnya sehingga keberlangsungan hidup
generasi pada masa yang akan datang tetap terjaga dengan baik.

Makna & Filosofi

Bentuk rumah adat sunda ialah


rumah panggung. Hal tersebut dikarenakan oleh filosofi sekitar yang mengatakan
bahwa tempat manusia tinggal itu berada
itengah bukan di bawah maupun di atas. Apabila rumah menyentuh atau menempel ke
tanah maka dianggap tidak menghormati orang yang sudah meninggal dunia.Terlihat
jelas bahwa filosofi yang berada di sekitar masyarakat sunda mempengaruhi bentuk
dari rumah adat sunda. Masyarakat Sunda juga membagi ruang dengan fungsinya
masing-masing berdasarkan filosofi-filosofi yang mereka yakini. Pembagian ini
dibagi berdasarkan jenis kelamin dan urutan keluarga. Sistem pembagian ruangan
pada rumah tempat tinggal berhubungan
dengan pandangan masyarakat tentang kedudukandan fungsi masing-masing anggota
keluarga penghuni suatu rumah.Pembagian itu didasarkan pada tiga daerah yang
terpisah dibedakan penggunaannya,yaitu: daerah wanita, daerah laki-laki, dan
daerah netral (dipergunakan bagi wanita )

Ciri Khas

Rumah tradisional Sunda memiliki ciri yang khas, yaitu bentuk atap yang
menyesuaikan terhadap keadaan alam, fungsi, dan adat istiadat dari kampung
setempat (Anwar dan Nugraha, 2013).

5. Rumah Adat Jawa Tengah ( Joglo )

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penting di Pulau Jawa. Selain
karena hiruk-pikuk ekonominya, Provinsi ini juga tersohor karena unsur
kebudayaannya yang masih terjaga. Joglo adalah sebutan bagi rumah adat Jawa
Tengah. Bangunan ini menarik dikaji, baik itu dari segi historis maupun arsitekturnya
yang sarat dengan nilai filosofis khas Jawa.
Gambar : Rumah Adat Jateng ( Joglo )

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTgBxY4LWciWtV-
tAf5tHGmeOguhQJ4wl7cgsMCnSNBwR9arpYhtw

Bentuk dan Struktur

Sebutan Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah
gunung. Stilasi bentuk gunung bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung
di dalamnya dan diberi nama atap Tajug , tetapi untuk rumah hunian atau sebagai
tempat tinggal, atapnya terdiri dari 2 tajug yang disebut atap Joglo/Juglo/Tajug Loro.
Di dalam kehidupan khas orang Jawa gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan
disakralkan karena banyak dituangkan ke dalam berbagai simbol, terutama untuk
simbol-simbol yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau magis atau mistis. Hal ini
karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi
adalah tempat yangdianggap suci dan tempat tinggal para Dewa. Sebagian besar
material yang digunakan berupa kayu jati.
Ornamen Khas

Dalam sebuah bangunan Jawa biasanya dapat dijumpai banyak kayu yang diukir.
Ornamen ukir ini sarat mengandung makna simbolis. Ornamen ini bermacam
ragamnya, misalnya gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu-tetes,banaspati
dan sebagainya. Bentuk dan makna ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya
pada beberapa ornamen yang umum dipakai.
http://2.bp.blogspot.com/_wC8_9aR_6uE/THUn7b3JxiI/AAAAAAAADdc/T
hW2tqRQrtY/s400/ornamen+adat+jawa.JPG

Gunungan (Kayon / kekayon)


Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan
keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering dipakai
dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif
gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan
lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.
Lung-lungan
Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan yang
masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis
tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin,
buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber
penghidupan di muka bumi.

Wajikan
Berasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula
kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di
tengahnya terdapat stilasi bunga.

Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran
ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.

Banyu-tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya,
oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang
berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.

Banaspati / Kala / Kemamang


Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa
yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke
dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan,
seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.
Makna dan Filosofi
Jika bagian-bagiannya dibedah, maka rumah adat Jawa Tengah ini terdiri atas
beberapa bagian yakni pendhopo, pringgitan dan juga omah ndalem/omah njero. Yang
dimaksud dengan Pendhopo adalah bagian Joglo yang lazim dipakai untuk menjamu
tetamu. Sementara itu, Pringgitan sendiri merupakan bagian dari ruang tengah yang
umum dipakai menerima tamu yang lebih dekat. Sementara itu, yang dikenal dengan
istilah Omah Ndalem atau Omah Njero adalah ruang dimana keluarga bisanya
bercengkrama. Ruang keluarga ini pun dibagi lagi ke dalam beberapa ruangan
(kamar/senthong), yakni senthong tengah, kanan dan juga kiri.

Tak hanya pembagian ruangan, beberapa fitur Joglo juga melambangkan nilai
filosofis yang dalam. Sebut saja bagian pintu rumah Joglo yang berjumlah tiga. Pintu
utama di tengah, dan pintu lainnya ada di kedua sisi (kanan dan kiri) rumah.Tata letak
pintu ini tidak sembarangan. Ia melambangkan kupu-kupu yang sedang berkembang
dan berjuang di dalam sebuah keluarga besar.

Selain itu, di dalam Joglo juga dikenal sebuah ruangan khusus yang diberi nama
Gedongan. Ia berperan sebagai tempat perlindungan, tempat kepala keluarga mencari
ketenangan batin, tempat beribadah dan masih banyak lagi kegiatan sakral lainnya. Di
beberapa rumah Joglo, Gedongan biasa digunakan multi rangkap sebagai ruang
istirahat atau tidur. Di lain waktu, ia juga bisa dialih fungsikan sebagai kamar
pengantin yang baru saja menikah.

6. Rumah Adat Jawa Timur ( Joglo )


Rumah adat Jawa Timur hampir sama dengan rumah adat di Jawa Tengah
Joglo. Rumah adat Joglo di Jawa Timur masih dapat kita temui banyak di daerah
Ponorogo. Pengaruh Agama Islam yang berbaur dengan kepercayaan animisme,
agama Hindu dan Budha masih mengakar kuat dan itu sangat berpengaruh dalam
arsitekturnya yang kentara dengan filsafat sikretismenya.

Bentuk dan Struktur


Untuk bentk dan struktur tidak terlalu banyak perbedaan hanya perbedaan
nama dan pemaknaannya saja dengan joglo Jawa Tengah. Dengan bentuk atap
menyerupai gunung karena gunung dianggap suci
Gambar : Pasangan Struktur Pada Jumah Joglo

Ornamen Khas

Ornamen pada ruma joglo di jawa timur tidakjauh berbea dengan ruma joglo di jawa
tengah. Berikut gambar Ornamen rumah joglo jawa timur :

http://2.bp.blogspot.com/_wC8_9aR_6uE/THUn7b3JxiI/AAAAAAAADdc/T
hW2tqRQrtY/s400/ornamen+adat+jawa.JPG

Makna dan Filosofi

Pada ruang bagian dalam yang disebut gedongan dijadikan sebagai


mihrab, tempat Imam memimpin salat yang dikaitkan dengan makna simbolis
sebagai tempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan. Gedongan juga
merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati dan pada waktuwaktu
tertentu dijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya. Ruang
depan yang disebut jaga satru disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua
bagian, sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah
pria. Masih pada ruang jaga satru di depan pintu masuk terdapat satu tiang di
tengah ruang yang disebut tiang keseimbangan atau soko geder, selain sebagai
simbol kepemilikan rumah, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pertanda atau
tonggak untuk mengingatkan pada penghuni tentang keesaan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai