Anda di halaman 1dari 17

Arsitektur Tradisional

Siwaluh Jabu , Batak Karo


Alfi Zulfa (I0213005)
Astri Dezza Priyanti (I0213014)
Dea Sekar D. A (I0213026)
tahapan-tahapan pembangunan
rumah adat ini sebagai berikut :
1. Padi-padiken Tapak Rumah

2. Ngempak

3. Ngerintak Kayu

4. Pebelit-belitken

5. Mahat

6. Ngempaken Tekang

7. Ngempaken Ayo

8. Memasang Tanduk
Pondasi
Pondasi tradisional yang terbuat dari batu kali yang besar
Oleh masayarakat Batak Karo disebut sebagai batu palas
Mempunyai bentukan yang bulat panjang, dengan diameter 60 cm dan
panjang 80 cm

Pemasangan batu palas sebagai batu pondasi ini mirip dengan


pembuatan pondasi umpak yang sering digunakan pada rumah
panggung
Batu palas yang sering digunakan biasanya ditanam
setengah dari panjang batu
Pada bagian atas batu palas yang menyembul keluar
biasanya di buat lubang sesuai dengan ukuran dari ujung tiang
bangunan
Tiangnya diruncingkan dengan membentuk segi delapan,
Pada lubang pondasi
kemudian dimasukan
1. Belo cawir Daun
sirih
2. Besi mersik sejenis besi
yang keras rapuk
3. Ijuk
yang dapat mengurangi
pergerakan dari kolom
bangunan.

Tiang tiang bangunan yang


berbentuk bulat dengan
diameter 4cm tersebut lalu
ditancapkan kedalam lubang
pondasi
Tangga

ada 2
Yang terdapat di pintu masuk
dan satunya lagi di bagian
belakang
Terbuat dari bambu dan juga
kayu yang bernama kayu
tempawa
Bambu dan kayu berdiameter
15cm
Anak tangganya biasanya
berjumlah ganjil yaitu Di
bagian muka berjumlah tiga
sedangkan di bagian belakang
berjumlah lima.
Ture
Tangga ini langsung bersandar ke teras yang di sebut
dengan ture
Ture in terbuat dari bambu juga dan berdiameter 15 cm
Tinggi dari ture dari permukaan tanah kira-kira 1,5 m.
Fungsi dari ture :
Tempat jaga malam atau ronda
Tepian ture sebelah kiri dan kanan, sering
dijadikan tempat buang hajat
Tempat mencuci
Menyiapkan makanan
Tempat pembuangan (kotoran hewan)
Tempat bertenun
Mengayam tikar atau pekerjaan lainnya
Pada malam hari berfungsi sebagai tempat naki-
naki atau tempat perkenalan para pemuda dan
pemudi untuk memadu kasih
Dinding
Terbuat dari kayu ndrasi
berbentuk papan

Papan-papan ini disambung


dengan memakai sambungan pen
dan di bantu dengan ikatan ijuk.
Ikatan tali yang membentuk
jajaran cicak dengan kepala dan
ekor yang saling berhadapan, hal
ini berarti bahwa penghuni rumah
saling menghormati

Dinding dibuat miring keluar


supaya ruangan di dalamnya
luas dan asap dari dapur bisa
lebih mudah keluar.
Suhi (Cuping) Sudut Dinding
Terbuat dari kayu yang sudah tua berupa lembar papan yang
berukuran 4 x 30 cm
Terletak pada sudut-sudut dinding
Berfungsi untuk menahan dan memikul dinding
Cara memasangnya dengan menggunakan sambungan kayu
pen
Dibentuk dengan pola ukiran
Pintu
memiliki 2 pintu,
di bagian depan menghadap ke hulu sugai (julu)
di belakang menghadap ke muara (jahe)
Kedua pintu terhubung langsung lurus membelah rumah
adat sebagai jalan tengah
Sebelah kanan dihuni empat keluarga dan sebelah kiri
dihuni pula oleh empat keluarga

Berukuran kecil
Sehingga orang tidak dapat langsung masuk ke rumah tanpa harus
menundukan kepalanya
Makna yang dapat dipetik adalah bagi setiap orang yang masuk rumah
harus taat dan tunduk dengan peraturan yang berlaku di dalam rumah
tersebut
Buang Para (Tempat Kayu
Bakar)
Sebagai tempat kayu-kayu bakar
Letaknya persis di atas dapur
Berfungsi juga sebagai tempat hasil panen agar
hasil panen cepat kering
Terbuat dari kayu ukuran 20 x 30 cm.
cara penyambungannya memakai teknik
sambungan pen
Atap
Penutup atap terbuat dari ijuk hitam yang
bersusun-susun hingga mencapai tebal 20
cm
Rangka terbuat dari bambu yang dibelah 1
x 3 cm dan diikat dengan rotan
Jarak antar bambu 4 cm
Bumbungan atap terbuat dari jerami yang
tebalnya 15 sampai 20 cm.
Bagian terendah dari atap pertama di bagian
pangkalnya ditanami tanaman menjalar
pada semua dinding dan berfungsi sebagai
penahan hujan deras.
Ujung dari atap yang menonjol ditutup
dengan tikar bambu yang indah
Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol
ini adalah untuk memungkinkan asap
keluar dari tungku dalam rumah
Atap bertingkat tiga dan berbentuk segitiga
Pembagian serba tiga ini melambangkan
adanya ikatan sangkap sitelu yaitu
ikatan tiga kelompok keluarga yang terdiri
dari Kalimbutu, Senina dan Sembunyak,
sebagaimana pengertian dalihan na tolu
(tungku nan tiga) pada masyarakat Batak
Toba dan Tapanuli Selatan
Pinggiran atap rumah yang sama di semua
sisi bermakna bahwa keluarga yang
mendiami memiliki tujuan yang sama
Tunjuk Langit
Tiang pemikul
bubungan atap
Terbuat dari kayu
berukuran 7 x 15 cm
Letaknya di paling
atas atap dengan
mengikatnya
dengan memakai
tali ijuk
Tanduk Rumah
Pahatan berbentuk tanduk kerbau di ujung-
ujung bubungan rumah
sebagai ornamen rumah
sebagai penjaga penghuni rumah dari
kekuatan roh jahat

Anda mungkin juga menyukai