2. Ngempak
3. Ngerintak Kayu
4. Pebelit-belitken
5. Mahat
6. Ngempaken Tekang
7. Ngempaken Ayo
8. Memasang Tanduk
Pondasi
Pondasi tradisional yang terbuat dari batu kali yang besar
Oleh masayarakat Batak Karo disebut sebagai batu palas
Mempunyai bentukan yang bulat panjang, dengan diameter 60 cm dan
panjang 80 cm
ada 2
Yang terdapat di pintu masuk
dan satunya lagi di bagian
belakang
Terbuat dari bambu dan juga
kayu yang bernama kayu
tempawa
Bambu dan kayu berdiameter
15cm
Anak tangganya biasanya
berjumlah ganjil yaitu Di
bagian muka berjumlah tiga
sedangkan di bagian belakang
berjumlah lima.
Ture
Tangga ini langsung bersandar ke teras yang di sebut
dengan ture
Ture in terbuat dari bambu juga dan berdiameter 15 cm
Tinggi dari ture dari permukaan tanah kira-kira 1,5 m.
Fungsi dari ture :
Tempat jaga malam atau ronda
Tepian ture sebelah kiri dan kanan, sering
dijadikan tempat buang hajat
Tempat mencuci
Menyiapkan makanan
Tempat pembuangan (kotoran hewan)
Tempat bertenun
Mengayam tikar atau pekerjaan lainnya
Pada malam hari berfungsi sebagai tempat naki-
naki atau tempat perkenalan para pemuda dan
pemudi untuk memadu kasih
Dinding
Terbuat dari kayu ndrasi
berbentuk papan
Berukuran kecil
Sehingga orang tidak dapat langsung masuk ke rumah tanpa harus
menundukan kepalanya
Makna yang dapat dipetik adalah bagi setiap orang yang masuk rumah
harus taat dan tunduk dengan peraturan yang berlaku di dalam rumah
tersebut
Buang Para (Tempat Kayu
Bakar)
Sebagai tempat kayu-kayu bakar
Letaknya persis di atas dapur
Berfungsi juga sebagai tempat hasil panen agar
hasil panen cepat kering
Terbuat dari kayu ukuran 20 x 30 cm.
cara penyambungannya memakai teknik
sambungan pen
Atap
Penutup atap terbuat dari ijuk hitam yang
bersusun-susun hingga mencapai tebal 20
cm
Rangka terbuat dari bambu yang dibelah 1
x 3 cm dan diikat dengan rotan
Jarak antar bambu 4 cm
Bumbungan atap terbuat dari jerami yang
tebalnya 15 sampai 20 cm.
Bagian terendah dari atap pertama di bagian
pangkalnya ditanami tanaman menjalar
pada semua dinding dan berfungsi sebagai
penahan hujan deras.
Ujung dari atap yang menonjol ditutup
dengan tikar bambu yang indah
Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol
ini adalah untuk memungkinkan asap
keluar dari tungku dalam rumah
Atap bertingkat tiga dan berbentuk segitiga
Pembagian serba tiga ini melambangkan
adanya ikatan sangkap sitelu yaitu
ikatan tiga kelompok keluarga yang terdiri
dari Kalimbutu, Senina dan Sembunyak,
sebagaimana pengertian dalihan na tolu
(tungku nan tiga) pada masyarakat Batak
Toba dan Tapanuli Selatan
Pinggiran atap rumah yang sama di semua
sisi bermakna bahwa keluarga yang
mendiami memiliki tujuan yang sama
Tunjuk Langit
Tiang pemikul
bubungan atap
Terbuat dari kayu
berukuran 7 x 15 cm
Letaknya di paling
atas atap dengan
mengikatnya
dengan memakai
tali ijuk
Tanduk Rumah
Pahatan berbentuk tanduk kerbau di ujung-
ujung bubungan rumah
sebagai ornamen rumah
sebagai penjaga penghuni rumah dari
kekuatan roh jahat