Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CHINA DI SEMARANG

Karakter fisik arsitektur kawasan merupakan hasil perpaduan antara


karakter arsitektur Cina bercampur dengan arsitektur Melayu.

Perpaduan arsitektur tersebut terlihat dalam tipologi bangunan berupa


rumah deret baik rumah toko maupun rumah tinggal dimana bentuk atapnya
berkarakter arsitektur Cina tapi pada detail-detail fasade terdapat
keberagaman arsitektur yang mempengaruhinya, misalnya beberapa bangunan
yang terdapat di Gang Tengah dan Gang Besen fasadenya mendapat pengaruh
dari arsitektur Selat Malaka yang banyak kita jumpai di Medan.

Karakter non fisik terwujud dalam kehidupan sosial-budaya yang


merupakan hasil perpaduan dari berbagai kebudayaan yaitu budaya Cina yang
kemudian berpadu dengan budayabudaya lokal seperti budaya Pekojan dan
budaya Melayu. Ini berarti bahwa karakter visual Kawasan Pecinan
menampilkan perpaduan kebudayaan pada masyarakat Pecinan yang
diwariskan turun temurun.

Kekhasan pada kawasan ini diperkuat pula dengan keberadaan


kelenteng-kelenteng yang merupakan bangunan religi masyarakat Pecinan dan
merupakan landmark atau tetenger kawasan.Kota Semarang terkenal dengan
sebutan Kota Seribu Kelenteng karena memiliki jumlah klenteng terbanyak
dibanding kota lain. Di core Pecinan saja sudah terdapat 8 kelenteng besar dan
kecil, belum lagi di bagian Pecinan lainnya dan di luar Pecinan.

Kelenteng sebagai pusat peribadatan masyarakat Pecinan memiliki


karakter yang khas baik karakter fisik maupun karakter non fisik. Secara fisik,
karakter kelenteng relatif tetap dan sulit berubah dibandingkan dengan
bangunan lain di kawasan tersebut. Secara non fisik, aktivitas peribadatan
dalam klenteng tersebut juga relatif tetap. Integrasi dari karakter fisik dan non
fisik yang ada tersebut membentuk suatu karakter pada sequence area
kelenteng yang relatif tetap dan tidak banyak berubah. Karakter yang bertahan
ini merupakan karakter asli yang menjadi identitas kawasan.

Dari hal tersebut di atas area kelenteng berperan mendukung identitas


kawasan pecinan. Penampilan karakter visual suatu kawasan dapat
menimbulkan perasaan bangga bagi warganya, karena memiliki karakter yang
kuat dimata pengamatnya. Kenyataanya kawasan yang demikian sulit
diwujudkan. Apalagi meski ada yang bertahan dewasa ini banyak penataan dan
tampilan bangunan di kawasan Pecinan yang berubah dan tidak
memperhatikan kaidah arsitektural yang ada sehingga menimbulkan
keragaman yang tinggi dan cenderung mengarah ke tatanan yang tidak teratur.
Hal tersebut berdampak buruk pada karakter fisik kawasan dan akibatnya
kawasan Pecinan akan kehilangan jejaknya sebagai peninggalan sejarah. Akibat
lain yang timbul jika kondisi tersebut dibiarkan, adalah munculnya masalah
kualitas visual di kawasan Pecinan Semarang.
Sejarah Perkembangan Semarang
Tempo Dulu di Kali Mberok

Kali (Sungai) Mberok, begitu masyarakat Kota


Semarang menyebutnya. Kali Mberok (Berok) terletak persis di jantung ekonomi tradisional
Semarang Pasar Johar yang menghubungkan antara Kota Lama Semarang dan Kota modern
Semarang sekarang. Berkerumun pula sejarahmasjid-masjid kuno Semarang yang ada disekitar
Kali Mberok. Kata Mberok sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda, dalam pelafalan
lidah Belanda sebenarnya adalah Burg (jembatan), karena kebanyakan orang jawa sulit untuk
melafalkan dalam bahasa Belanda maka kemudian lama-kelamaan kata Burgberubah menjadi
Berok atau Mberok. Jembatan yang dimaksud berjajar mengubungkan aktivitas masyarakat
Semarang yang terdapat di Jalan Pemuda Kota Lama, area pasar Johar, dan Jalan Layur
berdekatan dengan Masjid Menara Kampung Melayu.

Meskipun bukan merupakan tempat melancong


bagi para wisatawan, namun kebaradaan kali Mberok tidak bisa dipisahkan begitu saja dari
tempat yang menarik seperti Kawasan Kota Lama Semarang, Masjid Besar Kauman, Masjid
Menara Jalan Layur, Pasar Tradisonal terbesar di kota Semarang pasar Johar, Kawasan
Ekonomi Pecinan dan Stasiun Tawang beserta Poldernya. Dalam beberapa literatur disebutkan
bahwa kawasan yang dilewati Kali Mberok merupakan kawasan terpenting dari cikal bakal
Semarang tempo dulu. Keberadaannya sangat dibutuhkan dan merupakan sarana transportasi
penting dari pesisir pantai utara menuju darat. Mulai dari ekspedisi Belanda hingga Cheng Ho
(Sam Po Kong)pernah melewati kali Mberok.
Kali mberok di era kejayaannya menjadi saksi
bisu kemeriahan ekonomi Semarang tempo dulu, di kali ini juga menghubungkan antara strata
sosial budaya berbeda menjadi satu kawasan yang sangat menarik. Dimulai dari kawasan
kampung melayu disebelah utara dan barat kali mberok, dimana sekarang masih ada sisa
peninggalan berupa masjid Menara yang terletak di jalan Layur. Disebut masjid Menara karena
memang dari dekat sekalipun masjid ini tidak nampak Masjidnya karena tertutup pagar yang
tinggi dan hanya nampak menara yang menjulan tinggi. Menara tersebut jaman dulu digunakan
untuk muadzin (orang yang mengkumandangkan adzan).
Dari kawasan utara kali Mberok hingga pasar johar merupakan perkampungan warga muslim,
terutama orang-orang melayu yang singgah dan bertempat tinggal di jawa. Selain masjid
Menara, warga muslim pribumi jawa juga membangun Masjid Kauman yang letaknya disebelah
barat kali Mberok berdekatan dengan pasar Johar.

Selain komunitas warga melayu dan pribumi


yang berada paling awal menempati area sekitar kali mberok, disusul oleh warga Tionghua yang
kebanyakan berasal dari Cina. Warga Tionghua tersebut membentuk kawasan yang padat
ekonomi diselatan Pasar Johar hingga menerobos kali mBerok yang dikenal dengan Kawasan
Pecinan Semarang. Saat ini kawasan pecinan banyak terdapat toko-toko yang berjajar
melingkari area kota lama seperti toko emas, kelontong, plastik, dan lain sebagainya. Yang
sangat special adalah warung Semawis dengan menu khas oriental yang berada persis di
sebelah kali mBerok dekat dengan Klenteng dan Replika Kapal Cheng Ho. Ketika imlek tiba,
kawasan ini berubah penampilan dengan aneka lampion dan ektra warna merah yang berjajar
sepanjang jalan.
Disekitar pecinan terdapat pula toko dengan
aneka macam jualan yang menarik, lengkap dan padat. Masyarakat menyebutnya dengan nama
gang baru. Dimana dua etnis Jawa dan Tionghua berdampingan dalam perekonomian. Kawasan
Pecinan Semarang terbilang panjang dan luas, dimulai dari jalan Kranggan lalu Gang Beteng,
Wot Gandul hingga kembali ke Kranggan melewati Gang Warung merupakan jalanan Pecinan
yang paling populer dilewati masyarakat Semarang. Diera modern saat ini, kawasan Pecinan
Semarang tidak hanya berada di kawasan sekitar aliran kali Mberok saja, namun sudah mulai
merangsek keluar area seperti sepanjang Jalan MT Haryono dan bundaran Bubaan.

Komunitas yang lain di era Semarang tempo


dulu adalah warga Eropa ketika jaman penjajahan terutama warga Belanda. Kawasan kota lama
Semarang dimulai dari ujung jembatan kali mberok depan Kantor Pos Pusat Semarang melewati
jalan Merak dan Poldel Tawang lalu Bundaran Bubukan hingga kembali kali mberok. Kawasan
Kota lama ini berada di sebelah timur kali mberok Semarang. Bangunan yang sangat terkenal
adalah gereja mblenduk. Bangunan ini berusia lebih dari 200 tahun dan masih kokoh berdiri dan
dirawat dengan baik. Masyarakat Semarang memberi nama dengan Blendukkarena dibagian
atas ( menara) bangunan ada sebuah kubah besar berbentuk setengah bola, orang jawa
menyebutnya Mblenduk (mengembang ke atas). Bangunan ini dibangun tahun 1753, digunakan
untuk gereja Nederlandsche Indische Kerk. Gedung telah mengalami beberapa kali renovasi
hingga nampak seperti saat ini. Perancang bangunan ini adalah De Wilder dan W. Westamas.
Kali mberok dalam sejarahnya telah
menghubungkan etnis yang berbeda sepanjang zaman, dari Melayu, Jawa, Tionghua dan Eropa.
Menyatukan sisi ekonomi yang terdapat di Pasar Johar dan Kawasan Pecinan, Sisi Religi
dengan beragamnya bangunan ibadah seperti Masjid Besar Kauman, Masjid Menara Jalan
Layur, Gereja Mbleduk Kota Lama dan Klenteng di Pecinan. Memadukan sistem Pemerintaahan
yang keberadaannya dari Tugu Muda hingga menembus Kota Lama melewati kali mberok yang
gagah.

Namun saat ini disayangkan, pengelolaan kali


mberok seperti tidak ada habisnya kapan akan berhenti. Sampah yang mulai mengenang
disepanjang kali mberok di sebelah utara dan tingginya debit air sekitar pasar Johar hingga rob
air laut sehingga sering membanjiri kawasan ekonomi Pasar Johar dan sekitarnya. Belum bau
yang tercium tidak sedap disepanjang kali mberok. Selain diakibatkan oleh penurunan tinggi
daratan daerah sekitar Semarang, juga di akbatkan sistem selokan yang tidak begitu lancar di
seluruh kawasan yang dilewati Kali mberok. Bagaimanapun juga, kali mberok merupakan saksi
bisu Semarang tempo dulu, jangan sampai keberadaan justru menimbulkan ketidaknyamanan
masyarakat sekarang.

Anda mungkin juga menyukai