Anda di halaman 1dari 4

KETERKAITAN FILOSOFI RUMAH ADAT ACEH DENGAN

ARSITEKTUR ISLAM

Meri Rahayu

Prodi Arsitektur, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh Indonesia

merirahayu0505@gmail.com

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang penelitian

Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh adalah rumah tradisional yang berasal

dari suku Aceh. Rumoh aceh bentuknya panggung, memiliki tiang yang

hitungannya genab, jumlah ruangannya selalu ganjil dan anak tangganya

berjumlah ganjil. Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagan utama

dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë

keuë(serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë

likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh

dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan

pusaka keluarga.

Bentuk rumah adat Aceh bukan hanya sebagai hunian, tetapi meupakan

cara msayarakat Aceh mengekspresikan keyakinan terhadap Tuhan dan

adaptasi terhhadap alam. Dalam bentuk adaptasi terhadap lingkungan bisa kita

lihat dari bentuk rumoh Aceh yang berbentuk panggung, tiang penyangganya

yang terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan atapnya dari
rumbia. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika hendak menggabungkan

bagian-bagian rumah yang tidak menggunakan paku tetapi menggunakan

pasak atau tali pengikat dari rotan. Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap

daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, rumoh Aceh bisa bertahan hingga

200 tahun.

Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan

rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk

memanjang dari timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan

sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat. Arah Barat

mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner

dengan Ka’bah yang berada di Mekkah. Selain itu, pengaruh keyakinan dapat

juga dilihat pada penggunaan tiang-tiang penyangganya yang selalu berjumlah

genap, jumlah ruangannya yang selalu ganjil, dan anak tangganya yang

berjumlah ganjil.

Adanya bagian ruang yang berfungsi sebagai ruang-ruang privat, seperti

rumoh inong, ruang publik, seperti serambi depan, dan ruang khusus

perempuan, seperti serambi belakang merupakan usaha untuk menanamkan

dan menjaga nilai kesopanan dan etika bermasyarakat. Keberadaan tangga

untuk memasuki rumoh Aceh bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk naik

ke dalam rumah, tetapi juga berfungsi sebagai titik batas yang hanya boleh

didatangi oleh tamu yang bukan anggota keluarga atau saudara dekat.

Apabila dirumah tidak ada anggota keluarga yang laki-laki, maka (pantang

dan tabu) bagi tamu yang bukan keluarga dekat ( muhrim) untuk naik ke
rumah. Dengan demikian, reunyeun juga memiliki fungsi sebagai alat kontrol

sosial dalam melakukan interaksi sehari-hari antar masyarakat.

Namun saat ini, seiring perkembangan zaman yang menuntut semua hal

dikerjakan secara efektif dan efisien serta semakin mahalnya biaya pembuatan

dan perawatan rumoh Aceh, maka lambat laun semakin sedikit orang Aceh

yang membangun rumah tradisional ini. Akibatnya, jumlah rumoh Aceh

semakin hari semakin sedikit.

Masyarakat lebih memilih untuk membangun rumah modern berbahan

beton yang pembuatan dan pengadaan bahannya lebih mudah dari pada rumoh

Aceh yang pembuatannya lebih rumit, pengadaan bahannya lebih sulit, dan

biaya perawatannya lebih mahal. Namun, ada juga orang-orang yang karena

kecintaannya terhadap arsitektur warisan nenek moyang mereka ini membuat

rumoh Aceh yang ditempelkan pada rumah beton mereka.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah rumah adat Aceh ada kaitannya dengan arsitektur islam?

2. Bagaimana mengetahui bahwa filosofi rumah adat Aceh ada kaitannya

dengan arsitektur islam?


1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rumah adat Aceh apakah ada kaitannya dengan dengan

arsitektur islam.

2. Untuk mengetahui bagaimana filosofi rumah adat Aceh ada kaitannya

dengan arsitektur islam.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuna pembaca tentang kaitan filosofi rumah adat Aceh

dengan arsitektur islam

2. Memperluas pengetahuan tentaang arsitektur islam bagi arsitek

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena dalam

pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang

diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan

mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui

faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

Berangkat dari pokok permasalahan yang diangkat pada penelitian, maka metode

yang dianggap sesuai dengan realitas yang ada dilapangan adalah pendekatan

kualitatif dengan strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan studi

sejarah arsitektural.

Anda mungkin juga menyukai