Anda di halaman 1dari 142

Ashadi

Peradaban dan Arsitektur


KLASIK
YUNANI-ROMAWI

Arsitektur UMJ Press


Peradaban Yunani-Romawi
diyakini menjadi dasar
utama bagi Peradaban
Barat. Proses pembentukan
Peradaban dan Arsitektur
Yunani-Romawi dikenal
dengan Peradaban dan
Arsitektur Klasik. Hasil
ekskavasi dan rekonstrusi
Kota dan Arsitektur Klasik
Yunani-Romawi, yang
banyak disajikan dalam
bentuk photo dan ilustrasi
gambar, memudahkan kita
memahami pengaruhnya
terhadap Peradaban dan
Arsitektur Dunia Barat

Ashadi, lahir 25 Pebruari 1966, di Cepu, Jawa Tengah. Pendidikan


terakhir: sedang menempuh S3 Arsitektur di Unpar. Ia aktif
sebagai dosen di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT-UMJ), sejak tahun 1993.
Jabatan Struktural yang pernah dan sedang diemban yakni:
Kepala Laboratorium Arsitektur FT-UMJ (1996-2000); Ketua
Program Studi Arsitektur FT-UMJ (2000-2004 dan 2015-sekarang);
Wakil Dekan FT-UMJ (2004-2006); Kepala Pusat Afiliasi, Kajian
dan Riset Teknologi FT-UMJ (2007-2011); Kepala Lembaga
Pengembangan Bisnis FT-UMJ (2011-2015). Kegiatan ilmiah yang
pernah dan sedang dilakukan: Penelitian Hibah Bersaing DIKTI,
publikasi jurnal nasional maupun internasional, dan presentasi
ilmiah pada forum-forum seminar skala nasional maupun
internasional. Jabatan Fungsional Dosen terakhir: Lektor Kepala.
Peradaban dan Arsitektur
KLASIK
YUNANI-ROMAWI

Ashadi

Penerbit Arsitektur UMJ Press


2016
Peradaban dan Arsitektur
KLASIK YUNANI-ROMAWI

|arsitekturUMJpress|
|
Penulis: ASHADI

CETAKAN PERTAMA, AGUSTUS 2016

Hak Cipta Pada Penulis


Hak Cipta Penulis dilindungi Undang-Undang Hak Cipta 2002
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Desain Sampul : Abu Ghozi


Tata Letak : Abu Ghozi

Perpustakaan Nasional – Katalog Dalam Terbitan (KDT)


ASHADI
Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi
Jumlah halaman 134

ISBN 978-602-72929-8-7

Diterbitkan Oleh Arsitektur UMJ Press


Jln. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
Tetp. 021-4256024, Fax. 021-4256023
E-mail: arwityas@yahoo.com

Gambar Sampul: Akropolis


(http://www.zadumanie21w.republika.pl, akses 3 Juli 2016)

Dicetak dan dijilid di Jakarta


Isi di luar tanggung jawab percetakan
Sanksi Pelanggaran Pasal 72:
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda
paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR

Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi


merupakan pondasi Peradaban dan Arsitektur Dunia
Barat. Ilmu-ilmu yang lahir dan berkembang di Dunia
Barat, seperti filsafat, keagamaan, astronomi, matematika,
logika, fisika, biologi, hukum, politik, pemerintahan,
sosial, ekonomi, estetika dan arsitektur, semuanya
mengacu kepada pemikiran para filsuf besar Yunani,
Sokrates, Plato, Aristoteles, dan seorang teoritikus ilmu
arsitektur dan rekayasa Romawi, Vitruvius.
Buku ini mencoba mendeskripsikan secara detail
Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-Romawi, mulai
dari kejayaan dan keruntuhan puncak hasil karya
manusia Pulau Krete hingga lahirnya Kekaisaran Romawi,
dengan mengeksplorasi kota-kota, bangunan-bangunan,
ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa, dan kehidupan
manusianya.
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada
Penerbit Arsitektur UMJ Press, yang telah bersedia
menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi
kalangan pencinta buku.

Jakarta, Agustus 2016


Penulis

i
PENGANTAR PENERBIT

Alhamdulillah, tulisan Ashadi, berjudul Peradaban dan


Arsitektur Klasik Yunani-Romawi, dapat kami terbitkan.
Buku ini adalah buku kedua dari empat buku yang
diterbitkan dalam waktu bersamaan. Empat buku
tersebut: (1) Peradaban dan Arsitektur Dunia Kuno:
Sumeria-Mesir-India; (2) Peradaban dan Arsitektur Klasik
Yunani-Romawi; (3) Peradaban dan Arsitektur Zaman
Pertengahan Byzantium, Kekristenan, Arab dan Islam; dan
(4) Peradaban dan Arsitektur Modern.
Dalam buku ini, penulis mendeskripsikan secara
detail peradaban dan arsitektur Yunani dan Romawi,
melalui tema-tema yang menarik, dengan menempatkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu yang
panjang, dengan dilengkapi gambar-gambar foto dan
ilustrasi, yang dapat membantu memahami isi buku ini
dengan baik.
Buku ini bagaikan penyejuk dahaga bagi kalangan
pencita buku akan pengetahuan dan pemahaman
Peradaban dan Arsitektur Yunani dan Romawi, dan
kehadirannya perlu mendapat apresiasi sebagai suplemen
dalam khasanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, Agustus 2016


Penerbit

iii
DAFTAR ISI

HAL.
KATA PENGANTAR i
PENGANTAR PENERBIT iii
DAFTAR ISI v

Bagian 1 Peradaban Pulau Krete 1


Bagian 2 Bangsa Yunani 11
Bagian 3 Sparta Dan Athena 21
Bagian 4 Para Filsuf Yunani 37
Bagian 5 Arsitektur Yunani 51
Bagian 6 Alexander Menggenggam Dunia 63
Bagian 7 Bangsa Romawi Menggeliat 69
Bagian 8 Perang Funisia 79
Bagian 9 Pemerintahan Triumvirat 85
Bagian 10 Kalender Romawi 93
Bagian 11 Nubuat Juru Selamat 99
Bagian 12 Kaisar Membangun Forum 107
Bagian 13 De Architectura Libri Decem 119

DAFTAR PUSTAKA 125

v
BAGIAN 1
PERADABAN PULAU KRETE

Peradaban awal dari sejarah Yunani Kuno berada di


Kepulauan Lautan Aegean, tepatnya di Pulau Krete, di
sebelah Selatan Semenanjung Yunani, yang telah
berlangsung sejak sekitar 3000 SM.

Gambar 1.1 Peta lokasi wilayah Pulau Krete


(Sumber: http://www.keyword-suggestions.com, akses 21 Juni 2016)

Peradaban Krete yang tumbuh selama 2500-2000


SM, bisa jadi terilhami dan dipengaruhi oleh peradaban-
peradaban Sumeria dan Mesir yang usianya lebih tua.
Peradaban Asli Krete adalah Peradaban Minoan,
didasarkan atas nama rajanya, Minos dari Kota Knossos.

1
2

Peradaban Minoan telah mampu memproduksi barang-


barang seperti tembikar, perhiasan, logam, dan tekstil
yang telah memberikan kehidupan masyarakatnya dan
memperluas perdagangan dengan negara-negara seberang
Laut Mediterranean (Sumeria dan Mesir).

Gambar 1.2 Peta Pulau Krete


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 21 Juni 2016)

Pada 2000-1700 SM, Peradaban Minoan di Krete


sedang berada di puncak pertumbuhannya. Tiga buah
kota istananya yang termasyhur: Knossos, Phaistos, dan
Mallia dibangun pada masa ini; semuanya telah hancur
atau dihancurkan. Kota-kota ini menampung keluarga
istana, pelayan, seniman, pengrajin, dan budak yang
semuanya diatur oleh seorang Priest-King. Kehancuran
kota-kota tersebut disebabkan oleh bencana gempa bumi,
letusan gunung berapi dan serangan musuh. Bencana
pertama yang meluluh-lantakkan istana-istana Krete
terjadi sekitar 1750-1700 SM, namun kemudian dibangun
lagi.
3

Dilihat dari berbagai segi, Peradaban Krete adalah


yang termaju di seantero Laut Mediterranean sesudah
Mesir. Krete seolah menjadi batas yang memisahkan
daerah yang maju dan kaya, Mesir, di sebelah Selatan,
dengan daerah-daerah miskin di Yunani, Sisilia, Italia dan
sekitar Laut Adriatik.
Lewat perdagangan dan pelayaran, Pulau Krete,
memainkan peranannya yang amat berarti. Hubungan
yang erat dengan Mesir telah menciptakan ketinggian
corak ketata-negaraan di Pulau Krete sebagai suatu
negara maritim yang terus berkembang.
Krete seolah pantulan berbagai hal yang datang
dari Mesir. Bahkan Krete juga berdagang ke tanah
Spanyol untuk mengambil perunggu dan perak; perunggu
yang merupakan campuran tembaga dan timah itu oleh
Bangsa Krete dijual ke Mesir. Timah itu oleh Bangsa
Spanyol diambil dari Pulau Scilly di Inggris Selatan. Ketika
kekuasaan Bangsa Krete itu runtuh, perdagangan timah
dilanjutkan oleh Bangsa Funisia dari Sydon dan Tyrus
(Tyre), di pesisir Asia Barat.
Salah satu peninggalan Peradaban Minoan yang
monumental adalah istana di Knossos (sekarang dikenal
Heraklion), yang terletak di atas suatu bukit; Kota
Knossos tidak memiliki dinding, bentuk tapaknya secara
tidak langsung telah memberikan perlindungan alami.
Dengan tanpa dinding perlindungan kota, memperlihatkan
bahwa masyarakatnya menyukai jalan masuk dan keluar
yang bebas ke arah lautan dan mengadakan kontak
dagang dengan pulau-pulau lain di sekitarnya.
4

Gambar 1.3 Denah Istana Knossos


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 21 Juni 2016)

Hal yang menarik dari arsitektur istana Knossos


adalah bentuk denahnya serba tidak beraturan, banyak
lorong di sana sini. Mengapa demikian, bisa jadi susunan
kamar-kamar, ruangan-ruangan dan lorong-lorong yang
dapat dikatakan ruwet dan membingungkan itu
dimaksudkan untuk menghalang-halangi para musuh
atau pengganggu yang ingin masuk istana.
Model istana Knossos ini dikenal dengan labyrint,
suatu bangunan yang dirancang sedemikian rupa hingga
seseorang, terutama orang asing, akan menjadi bingung
dan mudah tersesat. Demikian pula letak singgasana raja,
yang seringkali oleh beberapa ahli sejarah disamakan
dengan singgasana fir’aun dari Mesir.
Istana Knossos adalah situs arkeologi zaman
perunggu terbesar di pulau Kreta dan diduga sebagai
pusat upacara, politik, dan budaya Peradaban Minoa.
5

Istana ini berbentuk seperti lorong-lorong rumit yang


digunakan sebagai ruang kerja, tempat tinggal, dan
gudang yang terletak dekat dengan lapangan tengah.

Gambar 1.4 Reruntuhan Istana Knossos


(Sumber: http://love.flawlesslogic.com, akses 21 Juni 2016)

Karena tanahnya menurun ke lembah, maka


ruang-ruang istana Knossos ditata sedemikian rupa
sehingga ruang-ruang mendapatkan pemandangan yang
luas dan lepas.

Gambar 1.5 Pilar Istana Knossos


(Sumber: http://www.sherwoodonline.de, akses 21 Juni 2016)
6

Gambar 1.6 Perspektif Istana Knossos (sebuah model)


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 21 Juni 2016)

Selain Knossos, Mallia adalah kota berperadaban


tinggi di Pulau Kreta. Mallia yang terletak di kawasan
pantai Utara Pulau Krete, tepatnya di Timur Laut Knossos.
Kota Mallia memiliki istana terbesar ketiga dari
peninggalan peradaban Minoan. Kompleks istana Mallia
luasnya sekitar 7500 meter persegi. Banyak ruangan
terdapat di istana Mallia, di antaranya hall utama, ruang-
ruang untuk pejabat, ruang pemujaan, ruang pertemuan,
ruang workshop dan gudang, dan ruang penyiksaan.
Kompleks istana Mallia pertama dibangun sekitar 2000-
1900 SM. Istana ini sempat hancur akibat perang dan
dibangun ulang pada 1650 SM. Lagi-lagi istana baru
tersebut pun dihancurkan pada 1450 SM, bersama
kehancuran istana-istana lain yang dibangun peradaban
Minoan.
7

Gambar 1.7 Denah Istana Mallia


(Sumber: http://backscreenpass.blogspot.co.id, akses 21 Juni 2016)

Keagamaan orang-orang Krete adalah politeisme,


mengenal banyak dewa. Peradaban Krete pun mengenal
Dewi Kesuburan, sebentuk patung wanita berpotongan
langsing dengan dada yang menonjol. Ada pula Dewa
Velchanos, yang ditakuti karena seringkali bangkit dari
kubur.
Ketakutan orang-orang Krete kepada hal-hal yang
sudah mati, diperlihatkan ketika mereka memperlakukan
orang yang meninggal dunia. Mayat biasanya ditaruh di
dalam peti, alasannya adalah supaya si mayat tidak bisa
bangkit lagi ke dunia. Agar tidak bangkit dan betah di
dalam petinya, si mayit ditemani oleh benda-benda
kesukaannya saat masih hidup di dunia. Maka, semenjak
8

itu, muncul tradisi memasukkan mayat ke dalam peti


dalam peradaban masyarakat Barat.

Gambar 1.8 Reruntuhan Istana Mallia


(Sumber: http://www.villadiktynna.gr, akses 21 Juni 2016)

Gambar 1.9 Perspektif Istana Mallia (sebuah model)


(Sumber: http://www.visioninconsciousness.org, akses 21 Juni 2016)
9

Gambar 1.10 Jambangan dari tanah liat di reruntuhan Istana Mallia


(Sumber: http://www.afar.com, akses 21 Juni 2016)

Gambar 1.11 Fresco bergambar banteng melompat di Istana Knossos


(Sumber: http://www.funkystockphotos.com, akses 21 Juni 2016)
10

Gambar 1.12 Denah Istana Phaistos


(Sumber: http://backscreenpass.blogspot.co.id, akses 21 Juni 2016)

Gambar 1.13 Reruntuhan Istana Phaistos


(Sumber: http://www.dreamstime.com, akses 21 Juni 2016)
BAGIAN 2
BANGSA YUNANI

Sementara itu di wilayah utama Yunani, invasi


barbar, oleh penyerbu dari Utara, sekitar 1900 SM, yang
mungkin berperan dalam memperkenalkan Bahasa
Yunani, tidak diragukan lagi telah memperlambat lahirnya
sebuah peradaban regional di sana. Krete, yang lolos dari
invasi tersebut, mengalami kemajuan pesat melampaui
wilayah utama Yunani selama tiga abad berikutnya,
sehingga kemudian pada akhir abad ke-17 atau awal abad
ke-16 SM, orang-orang di wilayah utama Yunani itu tiba-
tiba menerima seni-seni yang berasal dari Peradaban
Minoan. Penerimaan ini berjalan sampai sedemikian jauh
sehingga wilayah utama Yunani mungkin memang telah
ditakdirkan untuk berasimilasi dengan kebudayaan
Minoan secara utuh.
Peradaban Mycenae, demikian nama peradaban
itu, tumbuh berdampingan dengan Peradaban Minoan
pada sekitar 1480/1450 SM. Seniman-seniman Mycenae
sama pentingnya dengan guru-guru Minoan. Tapi
anehnya, kemudian, tidak lama setelah tahun 1450 SM,
orang-orang Mycenae menyerang dan menduduki istana
Knossos yang memanfaatkannya sebagai kubu
pertahanan untuk menyerang dan menghancurkan pusat-
pusat Peradaban Minoan lainnya di Pulau Krete.
11
12

Gambar 2.1 Peta Wilayah Yunani Kuno


(Sumber: http://www.kenney-mencher.com, akses 24 Juni 2016)

Sebelumnya, Sekitar 1500 SM, Gunung Thera,


yang letaknya 100 km sebelah Utara Krete, meletus, dan
konon dianggap telah menghancurkan aktifitas kehidupan
rakyat Krete. Setelah menguasai wilayah Krete, Mycenae
memperkuat angkatan perangnya dan juga membangun
istana-istana di Mycenae dan Tiryns pada 1300 SM.
Namun tidak lama, sekitar 1200-1150 SM, terjadi
pengrusakan dan perampasan di istana-istana Mycenae,
kecuali sebuah benteng di Athena, oleh orang-orang
barbar dari Utara, yakni Suku Doria. Maka berakhirlah
Peradaban Mycenae yang sebelumnya orang-orang
Mycenae juga telah merontokkan Peradaban Minoan.
13

Istana di Mycenae adalah salah satu peninggalan


Peradaban dan arsitektur Mycenae yang penting di
daratan Yunani Kuno. Istana Mycenae terletak di atas
sebuah bukit, berada di dalam benteng, artinya dikelilingi
oleh dinding perlindungan. Denah ruangannya tidak
serumit istana Knossos. Di salah satu gerbang masuk
istana, di bagian atasnya terdapat dua patung singa
kembar dengan posisi setengah berdiri berhadapan,
hingga dikenal dengan Lion Gate.

Gambar 2.2 Denah Kota Berbenteng (citadel) Mycenae


(Sumber: http://arthistoryresources.net, akses 24 Juni 2016)
14

Gambar 2.3 Reruntuhan Kota Berbenteng (citadel) Mycenae


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 24 Juni 2016)

Gambar 2.4 Kota Berbenteng (citadel) Mycenae (rekonstruksi)


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 24 Juni 2016)
15

Gambar 2.5 Lion Gate


(Sumber: http://arthistoryresources.net, akses 24 Juni 2016)

Istana Tiryns yang dibangun tidak jauh dari istana


Mycenae, juga merupakan warisan peradaban suku
bangsa Mycenae yang penting. Istana Tiryns letaknya di
atas bukit.
Arsitektur istana Tiryns memiliki halaman
belakang yang sangat luas (lower terrace). Untuk
memasuki ruang-ruang istana melalui halaman depan
(courtyard dan palace forecourt). Bagian penting yang ada
di istana Tiryns (dan juga Mycenae) adalah megaron.
Megaron (domos) adalah balai pertemuan besar yang
dilengkapi dengan tempat perapian yang berbentuk bulat
besar di tengahnya. Tempat perapian itu memiliki struktur
atap yang didukung oleh empat kolom. Pada bagian atap
terdapat bukaan asap dan berfungsi juga untuk melarikan
diri. singgasana raja terletak ke satu sisi. Keberadaan
tempat perapian di istana Tiryns terkait dengan musim
dingin Eropa yang juga dialami oleh daratan Yunani.
16

Beberapa ruang penting istana Tyrins, dindingnya


dicat dengan band-band dari spiral dan gambar-gambar
adegan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
Mycenae, seperti adegan berburu, adegan perang dan
adegan prosesi ritual.

Gambar 2.6 Denah Istana Tyrins


(Sumber: http://class.lism.catholic.edu.au, akses 24 Juni 2016)

Keberadaan benteng pada komplek istana Tiryns


(dan juga di Athena-Mycenae) mengawali tumbuh dan
berkembangnya kota-kota Yunani yang dikenal dengan
Akropolis (negara kota). Orang-orang Yunani hidup di
dalam polis, hal inilah yang membedakan dengan bangsa-
bangsa lain. Dan Peradaban Yunani yang sebenarnya
berawal dari sini.
17

Gambar 2.7 Reruntuhan Istana Tyrins


(Sumber: http://navarinonetwork.org, akses 24 Juni 2016)

Gambar 2.8 Perspektif Istana Tyrins (rekonstruksi)


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 24 Juni 2016
18

Bangsa Yunani tiba di Yunani dalam tiga


gelombang berturut-turut. Yang pertama adalah Bangsa
Ionia, kemudian Bangsa Achaea, dan terakhir Bangsa
Doria. Meskipun penakluk, Bangsa Ionia tampak
mengambil-alih Peradaban Krete secara lengkap. Namun
kemudian Bangsa Ionia disisihkan, dan sebagian
kekuasaannya direbut oleh Bangsa Achaea (sepupu jauh
para pengendara kereta perang Hyksos) yang
menggantikannya (mungkin sekitar 1500-an SM).
Peradaban Mycenae, yang telah melemah karena
peperangan antara Ionia dan Achaea, sepenuhnya
dihancurkan oleh Bangsa Doria, penyerbu Yunani
terakhir. Baik selama masa-masa akhir zaman Mycenae
maupun sesudah kepunahannya, sejumlah penyerbu
telah hidup menetap dan mengembangkan pertanian,
sementara sebagian lainnya terdesak, pertama ke pulau-
pulau sekitar dan ke Asia Kecil, Asia Barat, kemudian ke
Sisilia dan Italia Selatan, dimana mereka mendirikan kota-
kota yang dikembangkan lewat perdagangan bahari. Di
kota-kota bahari inilah Bangsa Yunani pertama kalinya
memberikan sumbangan baru secara kualitatif pada
peradaban; supremasi Athena terjadi belakangan, dan
berkaitan juga dengan kekuatan angkatan laut.
Wilayah Yunani daratan berupa gunung-gunung
dan sebagian besar tanahnya tandus. Tetapi di antara
gunung-gunung itu, yang menyulitkan saling komunikasi
lewat darat, terdapat banyak lembah-lembah subur
dengan akses yang mudah menuju laut. Di masing-masing
lembah itu berkembanglah komunitas kecil yang terpisah
dengan komunitas lain, hidup bertani, di sekeliling kota
yang menjadi pusatnya, yang biasanya dekat laut; ia
19

merupakan kota pelabuhan atau kota dagang. Keadaan


kota yang saling terisolir itu, dan masing-masing terbuka
ke arah laut, maka sifat orang Yunani Kuno adalah
merdeka dan bebas.
Tiap-tiap kota di Yunani Kuno mempunyai
pemerintahan sendiri dan tidak ada hubungan antara
kota satu dengan kota lainnya. Oleh karena jiwa yang
bebas dan merdeka itu, maka pemerintahan kotanya
bersifat demokratis – pemerintahan oleh seluruh warga,
dengan mengecualikan para budak dan kaum perempuan.
Kota-kota semacam ini disebut Negara Kota atau Polis. Di
antara pemerintahan kota yang terkemuka di Yunani pada
saat itu adalah Sparta dan Athena.

Gambar 2.9 Gambar cat (berburu babi) di dinding Istana Tyrins


(Sumber: http://www.kenney-mencher.com,
akses 24 Juni 2016)
20

Gambar 2.10 Megaron Istana Mycenae (sebuah model)


(Sumber: https://arsartisticadventureofmankind.
wordpress.com, akses 24 Juni 2016)

Gambar 2.11 Interior Megaron Istana Mycenae (sebuah model)


(Sumber: http://www.irasov.com, akses 24 Juni 2016)
BAGIAN 3
SPARTA DAN ATHENA

Negara Kota Sparta terletak di bukit-bukit di atas Padang


Lakedaemon yang terkurung daratan. Penduduk Sparta
adalah kaum bangsawan Doria, yang curiga terhadap
orang luar dan terlalu angkuh untuk mengotori tangan
dengan bekerja. Mereka juga tidak suka berbagi hak milik.
Kalau seorang Sparta meninggal, satu anak laki-laki
menjadi pewaris, dan anak lainnya mencari tanah baru.
Ketika Yunani bangkit dari ‘zaman kegelapan’,
sekitar 750 SM, orang-orang Sparta bersiap memecahkan
‘masalah kembar’ mereka – tenaga kerja dan tanah –
melalui perang. Mereka mulai berlatih taktik baru: Falanx
Hoplite. Falanx adalah barisan rapat, 8 orang ke samping,
8 orang ke belakang. Hoplite adalah prajurit infantri
bersenjata berat. Perlengkapan Hoplite terbuat dari
perunggu dan besi. Lalu, mereka berangkat untuk
memperbudak tetangga mereka di dataran Messenia. Dan
setelah 20 tahun melakukan perlawanan sengit, akhirnya
Messenia berhasil ditaklukkan oleh Bangsa Doria.
Suku Doria (diambil dari nama leluhur legendaris
mereka Dorus), memiliki dialek bahasa yang terdengar
sedikit kasar di telinga orang-orang Selatan yang lebih
beradab. Relatif tak dimanja oleh peradaban, mereka
masih menikmati kebiasaan kesukuan seperti
21
22

musyawarah umum. Dan seperti banyak suku terbelakang


lain, mereka sangat peduli pada sesama mereka, tapi
sangat kejam pada orang luar. Suku Doria melindas
semua yang ada di depan mereka, menduduki sebagian
besar Peloponnesos (paro Selatan Yunani), membuat
penduduknya mengungsi kocar-kacir ke segala arah.
Konstitusi orang-orang Sparta seluruhnya dibuat
oleh seorang pembuat hukum yang hebat dan misterius,
Lykurgos. Garis besarnya: untuk memberikan ‘orang
Sparta sejati’ andil dalam negara, tanah dibagi-bagi
kembali di antara warga kota. Tanah itu diolah para Helot,
penggarap tanah yang ‘memberi’ separo panen mereka
kepada para bangsawan Sparta. Orang Sparta harus
hidup sederhana. Perak, emas, dan perhiasan lainnya
dilarang. Menurut hukum, langit-langit rumah Sparta
harus dibuat kasar dengan kapak. Sang Efor, atau kepala,
diangkat oleh Majelis Warga. Ia memimpin suatu dewan
yang terdiri dari 30 laki-laki ‘terbaik’. Semua orang Sparta
harus bergabung dalam ‘klub makan’ dan sepanjang
hidup harus makan bersama; mereka dilarang makan di
rumah. Perempuan Sparta selalu bebas, menikmati lebih
banyak hak ketimbang perempuan di manapun di Yunani.
Mereka berlatih militer, punya harta, dan memerintah
Sparta ketika kaum laki-laki Sparta berangkat berperang.
Agar semua orang Sparta tahu hukum, hukum itu tak
pernah ditulis, tetapi dinyanyikan dalam festival dari
waktu ke waktu.
Orang Sparta mengutamakan kebugaran jasmani:
bayi penyakitan ditelantarkan sampai mati, dan yang
hidup tidak dimanjakan. Atlet-atlet terbaik dikirim ke
Olimpiade di Elis, yang dimulai sejak 776 SM, dan
23

diselenggarakan setiap empat tahun. Orang Sparta yang


memulai kebiasaan bertanding telanjang di Olimpiade,
biasa berhasil baik dalam pertandingan yang mereka ikuti.
Pada usia 7 tahun anak-anak Sparta meninggalkan
rumah dan masuk asrama. Pada usia 12 tahun, dia
menyerahkan seluruh bajunya dan hanya diberi satu
jubah – pakaian satu-satunya, sekaligus selimut. Pada
umur 16 tahun, dia pergi sendirian untuk beberapa
minggu ‘hidup seperti manusia serigala’, dianjurkan
merampok dan membunuh kaum Helot. Namun jika
tertangkap dia mungkin dicambuk sampai mati – sehingga
yang lain belajar hidup bersama kematian.
Pada 550 SM, Sparta menjadi negara terkuat di
Yunani. Seluruh Peloponnesos gemetar di hadapan para
penghuni Lakedaemonia.
Berbeda dengan kebanyakan orang Yunani
lainnya, orang Athena selalu ada di satu tempat, Athena,
kotanya Dewi Athena, dan pedesaan Attika di
sekelilingnya yang terkenal dengan tanahnya yang jelek
dan hanya bagus untuk membuat guci. Dalam kekacauan
setelah Perang Troya, ketika orang-orang Yunani lainnya
berpindah-pindah dan saling bantai, Athena tetap tak
tertaklukkan. Tapi sejumlah orang Athena memang kabur
menyeberangi Laut Aegean dan mendirikan duabelas kota
Ionia (sesuai dengan nama Suku Bangsa nenek
moyangnya), dan belakangan para perempuan Athena
meniru gaya Ionia.
Perdagangan mengakibatkan kemakmuran yang
melimpah di Yunani Selatan dan kemakmuran ini disusul
oleh meningkatnya jumlah penduduk. Sekitar tahun 600-
24

an SM, karena penduduk di daratan Yunani selalu


bertambah, Bangsa Yunani menyeberang lautan dan
mendirikan tempat kediaman baru di pantai Barat Asia
Kecil, seperti Ionia, Ephesus, Miletus, Pergamum; di Italia
Selatan, seperti Croton dan Sybaris; dan di Sisilia dengan
kota Syracus sebagai kota yang terbesar.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Koloni Yunani Kuno


(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Hingga akhirnya, Bangsa Yunani terlibat pertikaian


dengan Persia yang meluaskan wilayahnya di Asia Kecil.
Pertikaian itu dipicu oleh orang-orang Athena yang
membantu saudaranya di kota-kota koloni Yunani di Asia
Kecil. Dalam pertikaian itu, yang berlangsung antara
tahun 500-494 SM, Bangsa Yunani di Asia Kecil dapat
25

dikalahkan oleh Raja Persia, Darius. Persia terus


menyerang daratan Yunani. Pada 490 SM, terjadi
pertempurang sengit di Maraton, tentara Athena di bawah
komando Miltiades berhasil mengalahkan pasukan Persia.
Berita kemenangan ini disampaikan oleh salah seorang
prajurit Athena dengan berlari dari Maraton hingga
Athena sejauh 42 kilometer lebih (Kejadian itu mengilhami
lari jarak jauh Maraton di Abad Modern).

Gambar 3.2 Peta Peperangan Yunani-Persia


(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Raja Xerxes, pengganti Darius, melanjutkan


peperangan dengan Yunani. Tentara Persia berangkat dari
Sardes, setelah menyeberangi Selat Dardanella, mereka
26

mulai menyerang Yunani dari arah Utara. Meskipun


berhasil menghancurkan Athena, pada akhirnya Persia
dapat dikalahkan pasukan gabungan Athena dan Sparta,
di Plateae, pada 479 SM. Di kemudian hari, Athena
dibangun kembali.

Gambar 3.3 Formasi Militer Yunani Kuno


(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Ribuan orang Yunani daratan yang tak punya


tanah, ada juga yang pergi ke Mesir untuk bekerja
menjadi tentara fir’aun, yang lain datang sebagai
pedagang. Terkesan pada kekayaan Mesir, pedagang
Yunani datang berbondong-bondong sehingga fir’aun
memberikan satu kota, Naukratis, untuk mereka
gunakan. Orang Yunani terkesan dengan agama dan
mistisisme Mesir, hingga mereka mengubah beberapa
27

ritus Yunani dengan meniru cara-cara Mesir yang lebih


beradab.
Di Yunani Utara sejumlah penduduk pedesaan
memuja Dionysos, Dewa Anggur. Mereka memuja
Dionysos dengan meminum berguci guci minuman
sucinya dan berkeliaran dari ujung ke ujung desa pada
malam hari. Dalam keadaan mabuk, mereka menggotong
kambing, sapi jantan, atau bahkan bayi, segala lambang
Dionysos, lalu, dengan gigi dan tangan saja, mereka
merobek-robeknya hingga berkeping-keping. Bagi
kebanyakan orang Yunani, ritus ini kelihatan agak kasar,
sehingga pada mulanya Dionysos tidak popular.
Sementara di Mesir, dalam mitos, tubuh Raja
Osiris juga terpotong-potong. Ratunya, Isis,
mengumpulkan semua potongan tubuhnya, kecuali
penisnya, menyatukan lagi tubuh itu, menambahkan
pembungkus mummi dan falus kayu, dan menghidupkan
Osiris kembali. Orang-orang Yunani yang berada di Mesir
memperhatikan ritus Osiris: drama, doktrin rahasia,
parade boneka Osiris, yang falusnya dikibas-kibaskan
untuk merayakan kebangkitan kembali sang dewa, tanpa
adanya kesadisan. Kemudian mereka membawa tata cara
ritual Osiris ke daratan Yunani. Dan kultus Dionysos –
yang tidak lagi berdarah-darah – segera mendapat
dukungan resmi. Diduga kultus ini tumbuh bersamaan
dengan pertumbuhan perdagangan anggur. Seperti di
Mesir, bagian yang berdarah-darah masih dimainkan, tapi
dalam sandiwara.
Festival Dionysia (Dionysos) Yang Agung (The Great
Dionysia), peristiwa besar bagi tragedi dan komedi di
28

dalam polis dalam masa kejayaan, adalah pengumpulan


warga negara formal yang terbesar dalam kalender; angka
standar memperkirakan total 14.000-17.000 orang.
Mayoritas dari yang hadir adalah warga negara – orang
dewasa, laki-laki yang memiliki hak suara. Duta besar
negara asing dan beberapa tamu dari negara lain juga
hadir.
Ada empat upacara besar yang dilaksanakan di
teater di depan warga negara sebelum pertunjukan
dimulai. Yang pertama, sepuluh orang jenderal, tokoh-
tokoh politik dan militer negara yang terkemuka,
menuangkan a libation untuk pengorbanan pembuka.
Yang kedua, ada pengumuman dari sebuah bentara dari
nama-nama warga negara yang telah menyumbang
sesuatu bagi negara dan telah mendapatkan tanda jasa
atas sumbangan mereka. Yang ketiga, ada sebuah prosesi
yang memperlihatkan semua perak yang dibayarkan
sebagai upeti dari negara-negara dalam kekaisaran
Athena. Yang keempat, ada perarakan ephebes yang ayah-
ayah mereka terbunuh dalam pertempuran membela
negara; anak-anak yatim ini dipelihara dan dididik atas
biaya negara, dan ketika mereka dewasa, mereka
dihadirkan dalam teater, dengan pakaian tempur lengkap,
dan mereka bersumpah untuk bertempur dan mati bagi
negara sebagaimana ayah-ayah mereka.
Agama tradisional orang-orang Yunani menurut
pujangga Yunani, Homerus (Homer), adalah agama yang
tumbuh berdasarkan kepercayaan terhadap kekuatan
alam yang berada di lingkungan hidup orang-orang
Yunani pada masa itu. Hubungan manusia dengan Tuhan
(Dewa) nya bersifat formalistik. Tuhan digambarkan dalam
29

bentuk muka yang menakutkan dan menyeramkan.


Kepala Tuhan digambarkan besar, mulut lebar, mata
melotot, dan rambut panjang tidak teratur. Kedudukan
Tuhan terpisah dari kehidupan masyarakat. Tuhan tidak
menyatu dengan manusia yang memujanya.

Gambar 3.4 Pertunjukan di Teater Dionysia (rekonstruksi)


(Sumber: http://www.allposters.com, akses 24 Juni 2016)

Homerus tidak senang terhadap agama tradisi


orang-orang Yunani, karena selain bentuk Tuhan yang
sangat menakutkan, juga penganutnya terperangkap oleh
tradisi agama itu. Homerus kemudian mengkritik agama
yang mengikat kebebasan manusia itu. Sikap Homerus ini
adalah merupakan perkembangan baru terhadap sistem
kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Tindakan
Homerus ini mempunyai pengaruh dalam kehidupan
masyarakat, dan dalam perkembangan kemudian, sistem
30

kepercayaan yang hidup di Yunani berubah menjadi


agama yang rasionalistis.
Di dalam sistem agama yang baru, Tuhan tidak
lagi digambarkan dalam bentuk yang mengerikan, tapi
telah dirubah bentuknya seperti bentuk manusia biasa,
yang dikenal dengan istilah anthropomorah (Tuhan
berbentuk manusia). Karena Tuhan sudah berbentuk
manusia, maka Tuhan itu diberi pakaian seperti manusia,
wajah, rambut, hidung dan semua anggota badannya
mengikuti bentuk manusia. Sifat-sifatnya pun
digambarkan seperti halnya dengan manusia yang hidup
di muka bumi ini. Tuhan mempunyai istri dan anak,
berjudi, berpesta sambil menari, minum anggur, dan lain
sebagainya.
Pada 477 SM, sebagian besar Pulau Aegean dan
kota-kota Ionia bergabung dengan Athena dalam
persekutuan militer, Liga Delia. Masing-masing kota
setuju untuk memberi sumbangan tahunan dalam bentuk
kapal atau uang pada liga. Banyak sekutu yang merasa
lebih mudah menyumbang uang; Athena selalu
menyumbang kapal. Pada 468 SM, ketika anggota liga,
Naxos, tak mau menyumbang, Athena menyerang Naxos
dan mengambil uangnya. Dengan angkatan laut yang
hampir semuanya berasal dari Athena, dan dibiayai pajak
oleh sekutu lainnya, ‘liga’ jadi dikenal sebagai
kemaharajaan Athena.
Masa 470-an SM dikenang oleh warga sesudahnya
sebagai ‘masa lalu yang bahagia’ ketika para sekutu setia,
Sparta bersahabat, dan para warga kaya mengatur negara.
‘Masa lalu bahagia’ secara resmi berakhir pada 463 SM,
dengan bangkitnya kelompok politik baru, bernama
31

Demokrat Radikal. Kaum radikal memperjuangkan hak


politik lebih besar untuk kelas bawah. Mereka umumnya
memusuhi pemerintah aristokrat, dan juga memusuhi
Sparta. Akhirnya, pada 461 SM, kaum radikal sekarang
berkuasa. Setelah dua bulan memerintah, pemimpin
radikal, Efialtes, terbunuh. Tokoh Demokrat yang
menggantikan Efialtes, yaitu Perikles, terus mendominasi
politik Athena selama tigapuluh tahun berikutnya.
Zaman keemasan Athena disebut Zaman Periklean.
Tidak korup, kalem, menjaga jarak, berwawasan masa
depan, cerdik, tegar, dan pembicara yang menggeledek,
Perikles disebut Sang Olympian (dari gunung Olympus,
kediaman para dewa).

Gambar 3.5 Perikles


(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)
32

Berikut adalah pemerintahan Perikles: Majelis


warga laki-laki, memutuskan hampir segala urusan.
Ruang sidang majelis menampung 18.000 orang, sebagian
besarnya adalah jago bicara. Dewan beranggotakan 500
orang, yang dipilih setiap tahunnya dengan undian,
menentukan agenda majelis. Setiap bulan (kalender
Athena terdiri dari sepuluh bulan), 50 anggota bergiliran
bertugas selama 24 jam di Gedung Bulat. Tuntutan
hukum dan kejahatan diadili oleh juri berjumlah 501,
1001, atau lebih; tak boleh ada pengacara. Hakim atau
Arkhon, dipilih lewat pemilu; inilah Saung Agung Arkhon,
yang selalu berasal dari sisa keluarga Kerajaan Athena
Kuno. Sepuluh jenderal yang dipilih lewat pemilu
mengurus masalah militer. Areopagus atau Majelis orang
kaya masih bersidang, tapi kekuasaannya berkurang.
Ya, inilah demokrasi total – tapi tetap saja
perempuan dan budak tidak dianggap, padahal
seharusnya demikian. Dan demokrasi itu juga tidak punya
presiden atau perdana mentri. Warga terkemuka, seperti
Perikles, hanya dapat mempengaruhi Athena melalui
bujukan, dan segera setelah mulai berkuasa, Perikles
membujuk Athena untuk berperang. Selama limabelas
tahun mereka berperang untuk memperluas wilayah
kekuasaan dan pengaruh mereka, bahkan sampai ke
Mesir, sampai mereka jenuh, pada 445 SM, terwujud
perdamaian. Pada 445 SM, Athena, ibukota kemaharajaan
yang kaya akhirnya damai, dan ribuan laki-laki yang biasa
mengandalkan perang untuk nafkah, mendadak jadi
pengangguran.
33

Bagi pengunjung, Athena pada 445 SM, tak


tampak seperti ibukota kemaharajaan, kotanya jorok –
Akropolis masih polos. Maka Perikles mengusulkan untuk
menyalurkan pendapatan kemaharajaan – dan para pelaut
serta prajurit yang nganggur – untuk mempercantik
Athena dengan kuil-kuil, patung-patung, lukisan-lukisan,
taman umum, dan sarana olah raga. Majelis menyetujui
proyek pekerjaan umum itu, dan pembangunan dimulai.
Sebenarnya sebagian besar pekerja bukan orang Athena
merdeka, melainkan budak. Dari mana budak itu ?
Athena yang kerap menang perang, mendapat banyak
budak dalam perang. Budak dianggap bukan sebagai
warga-negara.
Pada zaman Perikles, warga negara yang
jumlahnya 40.000 orang menghasilkan sejumlah seniman,
penulis, dan pemikir terbesar dalam sejarah. Dramawan
Sofokles (496-406 SM) menyempurnakan seni tragedi,
meletakkan dasar segala drama Barat setelahnya. Fidias
(500-sekitar 430 SM) adalah pematung paling kesohor
pada Zaman Yunani Kuno.
Sebelum Fidias, patung berbentuk kaku. Apa
kesamaan para seniman itu ? proporsi seimbang,
kemurnian ekspresi, ornamen tak berlebihan, emosi yang
dikendalikan nalar – itulah unsur-unsur gaya klasik yang
mencapai puncaknya di satu bangunan. Bangunan itu
adalah Parthenon, Kuil Athena yang membuat terpana
para pelancong zaman dahulu maupun sekarang. Di
bagian dalamnya yang teduh berdirilah patung raksasa
Athena dari gading dan emas yang dipahat Fidias. Para
arsiteknya membuat bangunan menjadi lebih enak dilihat
34

dengan sedikit kemiringan tiangnya ke dalam dan


mengangkat lantai membentuk lengkung yang lembut.
Panel-panel berwarna cemerlang memeriahkan marmer
putih yang mengkilap.

Gambar 3.6 Reruntuhan Kuil Parthenon


(Sumber: http://www.britannica.com, akses 24 Juni 2016)

Gambar 3.7 Kuil Parthenon (rekonstruksi)


(Sumber: https://www.tripadvisor.com.pe, akses 24 Juni 2016)
35

Gambar 3.8 Dewi Athena di Kuil Parthenon (rekonstruksi)


(Sumber: https://ferrelljenkins.wordpress.com, akses 24 Juni 2016)

Nama ‘Parthenon’ berasal dari ‘parthenos’ berarti


‘sang perawan’, dilahirkan secara perawan pula – muncul
berbentuk dewasa dari kening Zeus, tanpa ibu. Parthenon
memiliki tiang marmer putih yang menopang atap
bergenteng merah berhias emas dan patung-patung yang
warnanya benar-benar hidup. Orang Yunani suka
mengecat patung-patung marmer, tetapi warnanya
dipudarkan waktu. Duaribu tahun kemudian ketika
arsitektur klasik dihidupkan kembali, warna terlupakan.
Inilah mengapa bangunan neo-klasik tampak kelabu dan
tidak hidup.
Pada akhir 430-an SM, Athena agresif lagi,
berseteru dengan sejumlah sekutu Sparta. Jelaslah
Perikles menghendaki perang. Pada 431 SM, Sparta sudah
cukup terpancing, dan tentaranya berbaris ke Utara
untuk membakar ladang-ladang Athena. Perikles
mengusulkan strategi: semua penghuni pedesaan Athena
36

harus meninggalkan ladang mereka dan masuk tembok


kota. Dengan angkatan laut, kemaharajaan dan uangnya,
Athena dapat dengan mudah membeli dan mengimpor
banyak makanan selama perang. Tapi kota menjadi
sumpek. Seperti dinyatakan teori kuman penyakit,
kerumunan itu jadi tempat mikroba berpesta. Pada musim
panas 430 dan 429 SM, wabah datang lewat kapal,
membunuh seperempat dari orang-orang yang berjubel
dalam tembok Athena. Guncangan itu terlalu berat buat
Perikles, hingga ia mati pada 429 SM. Akhirnya pada 421
SM, Sparta dan Athena menyepakati genjatan senjata.
Perikles, sosok negarawan yang membawa Yunani
mencapai puncak kejayaannya, menjadi penyumbang
besar Peradaban Hellenis. Kata ‘Hellenis’ yang merupakan
nama umum baru orang-orang Yunani, berarti ‘penduduk
Kota Hellas’, sebuah distrik di Yunani Tengah yang
mempunyai banyak kuil seperti Kuil Artemis di Athena
dekat Thermopylae, Kuil Dewa Apollo dan Kuil Dewa
Dionysos di Delphi. Kuil kembar ini dikelola oleh dua belas
wilayah negara kota Yunani yang berdampingan
(Amfiksionis). Pengembangan wilayah ini dilakukan sambil
menyebarluaskan nama ‘Hellas’ dan ‘Hellenis’, sebagai
penanda peradaban baru yang tumbuh di Lembah Aegean
abad 11 SM yang semakin meluas sejak abad 8 SM.
Sehingga, abad 8 SM dianggap sebagai awal mula
pengetahuan tentang Yunani Kuno, yakni saat
merebaknya Peradaban Hellenis.
BAGIAN 4
PARA FILSUF YUNANI

Kebebasan berpikir Yunani telah melahirkan


orang-orang yang memahami fenomena alam semesta
dengan menggunakan metode berpikir, logika,
pengamatan, dan bahkan beberapa percobaan; dan ini
mengawali studi filsafat (bahasa Yunani: philosophos =
pencinta kebijaksanaan). Filsafat adalah sesuatu yang
berada di tengah-tengah antara sains dan teologi. Semua
pengetahuan definitif masuk ke dalam sains, dan semua
dogma, yang melampaui pengetahuan definitif, masuk ke
dalam teologi. Tetapi, di antara sains dan teologi terdapat
sebuah wilayah yang tidak ‘bertuan’ yang disebut filsafat.
Hampir semua persoalan yang sangat menarik bagi
pikiran-pikiran spekulatif tidak bisa dijawab oleh sains,
dan jawaban-jawaban yang meyakinkan dari para teolog
tidak lagi terlihat begitu meyakinkan.
Filsuf ilmiah pertama yang dikenal adalah Thales
(636-546 SM) dari Miletus, di Asia Kecil, sebuah kota
niaga yang maju. Ia percaya bahwa segala sesuatu berasal
dari air, dan terdiri dari air, dalam berbagai bentuk yang
berbeda. Dia juga menghitung tinggi piramida dengan
mengukur bayangannya.
Murid Thales, Anaximander (610-545 SM), menolak
gagasan bahwa segala sesuatunya berasal dari air. Dia
37
38

menganggap bumi berevolusi dan orang adalah keturunan


ikan. Anaximander juga membawa jam matahari, alat dari
Babilonia ke Yunani; dan berteori tentang jagat raya. Ia
konon adalah orang pertama yang membuat peta. Ia
berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti silinder.
Anaximenes (570-500 SM), yang juga dari Miletus, berkata
bahwa segala sesuatu terbuat dari berbagai bentuk udara,
dan bahwa pelangi adalah sesuatu yang alamiah bukan
ghaib dari dewa.
Sementara itu, Phytagoras (540-480 SM) dari
Samos, yakin bahwa matematika bisa menjawab
kebanyakan pertanyaan, dan bahwa segala sesuatu
adalah angka. Kepercayaan pada bilangan tersebut,
membawa Pythagoras ke wilayah-wilayah memukau.
Dengan mempelajari getaran dawai, ia menemukan
harmoni musik yang bisa dituliskan sebagai nisbah
bilangan bulat tertentu. Dalam geometri, ia membuktikan
Teorema Pythagoras: pada segitiga siku-siku, jumlah
kuadrat dua sisi siku-sikunya sama dengan kuadrat garis
miringnya (‘Hipotenusa’).
Dalam bidang filsafat, rupanya Athena hanya
menyumbang dua nama besar: Sokrates (469-399 SM) dan
Plato (427-348 SM). Apa yang kita ketahui tentang
Sokrates berasal dari catatan muridnya, Plato.
Sokrates selalu bertanya dan mencari tahu tentang
segalanya yang ada di sekelilingnya. Ia percaya bahwa
orang, apabila ditanya dengan cara yang benar, akan
mendapatkan jawaban dari dalam dirinya sendiri, dan
dengan demikian mendidik diri sendiri. Dari sinilah
muncul tradisi Sokrates, menambah pengetahuan dengan
cara bertanya, yaitu dialog. Dan banyak muridnya dari
39

kalangan anak muda. Namun, pada usia 70 tahun, ia


dituduh menyesatkan dan merusak kehidupan anak-anak
muda Athena dengan pertanyaan-pertanyaannya; ia
kemudian dihukum mati dengan minum racun.
Tujuan filsafat Sokrates ialah mencari kebenaran
yang berlaku untuk selama-lamanya. Pandangannya
sangat berbeda dengan guru-guru sofis yang mengajarkan
bahwa semuanya adalah relatif dan subyektif, dan harus
dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Kaum sofis
beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif
kebenarannya, dan tidak ada pengetahuan yang bersifat
umum. Sokrates berpendapat bahwa kebenaran itu ada
yang tetap dan bersifat umum, dan harus dicari.
Filsafat Sokrates adalah suatu reaksi dan suatu
kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami
perkembangan sendiri. Sebelum abad ke-5 M, istilah itu
berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4 M, para
sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”,
melainkan “filosofis”, filsuf. Sementara sebutan “sofis”
dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari kota ke
kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak
harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang
menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan yang
tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang
-orang yang minta uang bagi ajaran mereka.
Sokrates mengajarkan cara berfikir dengan konsep
pertanyaan yang dilontarkan pada lawan bicara. Setelah
mendapatkan jawaban dari pertanyaan pertama, maka
dilakukan pertanyaan kedua untuk mendapatkan jawaban
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, sehingga kita
40

bisa mengambil kesimpulan dari jawaban-jawaban tadi.


Hal ini bisa dianggap sebagai metode dialektika.
Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan yang
umum dari berbagai jawaban yang bersifat khusus.
Metode seperti ini juga dinamakan metode induksi.
Sokrates menganggap bahwa objek yang sangat
penting bagi filsafat bukanlah alam seperti apa yang telah
disinggung oleh para pendahulunya, akan tetapi adalah
manusia. Manusia bagi Sokrates haruslah menjadi sosok
yang bersifat melindungi baik alam maupun sesamanya.
Oleh karenanya, Sokrates dalam kehidupanya jarang
sekali membicarakan masalah alam, sebab baginya alam
adalah urusan tuhan. Dunia ini dijadikan dari apa dan
untuk tujuan apa dunia diciptakan merupakan urusan
tuhan semata, manusia hanyalah pemelihara alam yang
telah dititipkan kepadanya sebagai mahkluk yang berakal.
Tentang jiwa manusia, Sokrates mengatakan
bahwa jiwa adalah intisari manusia, hakekat manusia
sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Menurut
Sokrates, manusia wajib mengutamakan kebahagiaan
jiwanya dari pada kebahagiaan tubuhnya atau
kebahagiaan yang lahiriah. Manusia harus membuat
jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Jikalau hanya
hidup saja, hal tersebut belum ada artinya.
Pendirian Sokrates yang terkenal adalah
“Keutamaan adalah Pengetahuan”. Manusia yang memiliki
keutamaan tentu menjadikan dia dapat hidup dengan
baik, dengan cara mempraktekkan pengetahuan yang
dimilikinya tentang bagaimana hidup baik itu. Jadi baik
dan jahat perilaku manusia dikaitkan dengan soal
pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
41

Sokrates percaya bahwa ada kehidupan setelah


mati, dan mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke
dunia selanjutnya. Orang mati hanya meninggalkan jasad.
Sokrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum
manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui.
Kendatipun ruh itu telah bertali dengan tubuh manusia,
tetapi diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali kepada
asalnya semua. Dalam kematian, yang hancur luluh
adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal (abadi).
Setelah kematian Sokrates, sebagai muridnya,
Plato membuka sekolah filsafat yang dinamakan
akademia, di Athena pada tahun 387 SM. Salah satu
murid akademia ini adalah Aristoteles (384-322 SM) dari
Stagira di Thracea.

Gambar 4.1 Filosof Besar Yunani Kuno


(Sumber: http://www.slideshare.net, akses 24 Juni 2016)

Plato adalah salah satu filsuf terbesar sepanjang


masa. Ia lahir sekitar 427 SM, dekat dengan waktu
kematian Perikels, dan ia meninggal pada 348 SM, tak
lama setelah kelahiran Aleksander Agung. Plato lahir di
42

Athena, dari keluarga yang kaya dan kuat. Gagasan-


gagasan Plato telah ikut membentuk pondasi peradaban
Barat, mulai dari bidang filsafat, etika, estetika, politik,
astronomi, matematika, metafisika, fisika, pemerintahan,
hingga ilmu logika.
Karya-karya Plato semuanya berbentuk dialog,
terbagi ke dalam tiga periode dialog. Pertama, Dialog Awal,
meliputi: Apologia, Hippias Meizon (minor), Hippias Elatton
(mayor), Laches, Xarmides, Protagoras, Eutyphron, Menon,
Gorgias, Euthydemos, Lysis, Menexenos. Kedua, Dialog
Pertengahan, meliputi: Politeria, Phaidros, Phaidon,
Symposion, Republica. Dan ketiga, Dialog Akhir, meliputi:
Theaitetos, Parmenides, Sophistes, Politikos, Philebos,
Timaeus, kritias, Nomoi.
Seluruh filsafat Plato bertumpu pada penalaran
tentang Dunia Ide. Ia mengajarkan bahwa dunia yang
kelihatan hanyalah merupakan bayangan dari dunia yang
asli yaitu dunia ide-ide yang abadi. Jiwa manusia berasal
dari dunia ide yang terkurung di dalam tubuh. Manusia
itu sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia
pengalaman dan dunia ide. Dunia pengalaman memiliki
sifat tidak tetap, bermacam-macam, dan berubah-ubah.
Sementara, dunia ide memiliki sifat tetap, hanya satu
macam, dan tidak berubah-ubah. Dunia pengalaman
merupakan bayang-bayang dari dunia ide. Sedangkan
dunia ide sendiri merupakan dunia yang sesungguhnya,
yaitu dunia realitas. Dengan demikian, dunia yang
sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide. Dunia
ide ini hanya dapat ditangkap oleh akal.
Menurut Plato, ide mendasari dan menyebabkan
benda-benda jasmani (yang bisa ditangkap panca indera).
43

Hubungan antara ide dan realitas jasmani bersifat


sedemikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa
berada tanpa pendasaran oleh ide-ide itu. Hubungan
antara ide dan realitas jasmani ini melalui tiga cara:
pertama, ide hadir dalam benda-benda konkrit, kedua,
benda konkrit mengambil bagian dalam ide, dan ketiga,
ide merupakan model atau contoh bagi benda-benda
konkrit. Benda-benda konkrit itu merupakan gambaran
tak sempurna yang menyerupai model tersebut.
Pandangan Plato tentang ide, mempengaruhinya
dalam menilai karya seni. Plato menilai karya seni
sebagai mimesis (tiruan). Menurut Plato, karya seni
hanyalah tiruan dari realitas yang ada. Realitas yang ada
adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah
yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik,
dan lebih indah daripada yang nyata ini. Keindahan yang
sesungguhnya terletak pada dunia ide. Kesederhanaan
adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta
maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan
yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan
semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang
lebih rendah.
Ajaran Plato tentang manusia dalam sejarah
filsafat dinamakan “dualisme”. Menurut Plato, manusia itu
terdiri atas jiwa dan tubuh. Jiwa dan tubuh tidak
merupakan kesatuan. Jiwa dan tubuh dipandang sebagai
dua kenyataan yang harus dibedakan dan dipisahkan.
Jiwa berada sendiri.
Jiwa terdiri dari tiga bagian atau fungsi: bagian
rasional, bagian keberanian, dan bagian keinginan. Plato
44

menghubungkan ketiga bagian dengan masing-masing


keutamaan. Bagian rasional memiliki hubungan dengan
keutamaan kebijaksanaan. Bagian keberanian memiliki
hubungan dengan keutamaan kegagahan. Bagian
keinginan memiliki hubungan dengan pengendalian diri.
Dalam Timaeus (deskrpsi dialog antara Sokrates,
Timaeus, Hermokrates, dan Kritias), sebuah dokumen
yang sangat berpengaruh dalam pembentukan teori
arsitektur Dunia Barat, Plato menyatakan bahwa segala
sesuatu harus mewadaq, kasat mata, dan teraba. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat kasat mata tanpa adanya api.
Tidak ada sesuatu pun yang dapat teraba kecuali
bermassa. Tidak ada sesuatu pun yang bermassa tanpa
adanya unsur tanah. Maka Tuhan pun menciptakan
dunia dari api dan tanah. Tuhan membuat dunia ini
sebagai kesatuan yang kasat mata dan teraba dengan
menambahkan dan meletakkan unsur air dan udara di
antara api dan tanah sedemikian rupa sehingga antara
yang satu dengan lainnya sebanding (God accordingly set
air and water between fire and earth, and making them as
far as possible exactly proportional, thus he compacted and
constructed a universe visible and tangible). (Archer-Hind,
1888:97-99).
Empat elemen mendasari bentuk-bentuk geometri:
tetrahedron (4 bidang), hexahedron(6 bidang), oktahedron
(8 bidang), dan ikosahedron (20 bidang), dimana masing-
masing bentuk tersebut menggambarkan elemen api,
tanah, udara, dan air. Plato sempat menyebut elemen
kelima. Api diasosiasikan dengan bentuk 4 bidang, tanah
diasosiasikan dengan bentuk 6 bidang, udara
diasosiasikan dengan bentuk 8 bidang, air diasosiasikan
45

dengan bentuk 20 bidang, dan elemen kelima


diasosiasikan dengan bentuk 12 bidang (dodekahedron).
Bentuk-bentuk ini kemudian lebih dikenal dengan nama
Platonic Solid (Padatan Platonik). Belakangan, Aristoteles
menyebut eter sebagai elemen kelima.
Tentang eksistensi dan ruang, Plato, dalam
Timaeus, memberi penjelasan sebagai berikut. Terdapat
jenis pertama, yaitu Yang Ada (Being): ide yang senantiasa
tetap, tak diciptakan dan tak termusnahkan, tak pernah
menerima apapun ke dalam dirinya sendiri dari ketiadaan,
tak pula ia keluar menuju apa pun yang lain, melainkan
tak terlihat dan tak tercerap oleh indera apapun, dan
itulah yang dapat ditangkap melalui kontemplasi yang
dimiliki oleh pikiran. Dan ada jenis kedua yang bernama
seperti itu: dapat diterima akal (sensible), tercipta dan
senantiasa bergerak, datang untuk berada di tempat yang
tertentu dan kemudian musnah dari tempatnya, yang
dipahami oleh opini dan sensasi. Dan ada jenis ketiga,
yaitu ruang: yang abadi, terhindar dari kemusnahan, dan
menyediakan tempat bagi semua ciptaan yang datang
untuk menjadi Yang Ada (Being), dan bisa dipahami tanpa
sensasi, melainkan dengan akal yang tak murni, dan ia
hampir tidak nyata (hardly matter of belief); sesuatu yang
kita lihat seperti dalam mimpi, dan demikianlah segala
eksistensi pasti berada di suatu ruang (space) dan
menempati suatu tempat (place), sedangkan apa yang tak
berada di langit atau di bumi adalah sia-sia (tak
bereksistensi). (Archer-Hind, 1888:183-185; Russel,
2002:198).
46

Filsuf besar ketiga Yunani Kuno adalah Aristoteles.


Pada 343 SM, Aristoteles menjadi guru bagi seorang
Pangeran Macedonia berumur 13 tahun, Alexander. Ketika
berusia 20 tahun (336 SM), Alexander siap menaklukkan
dunia. Pada 337 SM, ayah Alexander, Philip, nyaris telah
menaklukkan hampir seluruh Yunani. Athena tidak lagi
merdeka. Pada 335 SM, Aristoteles kembali ke Athena dan
mendirikan sekolahnya sendiri, Lykeum. Aristoteles
menyarankan agar orang dibiarkan bebas mencari
kebenaran, terutama dengan logika dan deduksi, dan juga
dengan mengamati dunia nyata.
Karya-karya Aristoteles, yang kemudian banyak
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, yaitu Organon
(terdiri atas: Categories, On Interpretation, Prior Analitics,
Posterior Analytics, Topics, On Sophistical Refutations),
Physics, On the Heavens, On Generation and Corruption,
Meteorology, On the Soul, Parva Naturalia, History of
Animal, On the Parts of Animals, On the Motion of Animals,
On the Gait of Animals, On the Generation of Animals,
Metaphysics, Nicomachean Ethics, Politics, Athenian
Constitution, Rhetoric, dan Poetics.
Dalam Organon (Prior and Posterior Analitics),
Aristoteles menjelaskan, bahwa pengetahuan baru dapat
dihasilkan melalui dua cara yaitu induksi dan deduksi.
Induksi yaitu bertolak dari kasus-kasus yang khusus
menghasilkan pengetahuan tentang yang umum.
Sedangkan deduksi bertolak dari dua kasus yang tidak
disangsikan dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran
yang ketiga. Cara deduksi inilah yang di sebut silogisme.
Induksi tergantung pada pengetahuan indrawi, sedangkan
deduksi atau silogisme sama sekali lepas dari pegetahuan
47

indrawi. Itula sebabnya mengapa Aristoteles menganggap


deduksi sebagai salah satu cara, selain induksi, menuju
pengetahuan baru. Contoh pemikiran silogisme: semua
manusia akan mati (premis mayor), Aristoteles seorang
manusia (premis minor), dengan demikian, Aristoteles
akan mati (kesimpulan).
Pandangan-pandangan Aristoteles tidak jarang
berbeda dengan gurunya, Plato. Menurut Plato, realitas
tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita,
sementara Aristoteles berpendapat bahwa realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles
mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk
mencapai pengetahuan yang sempurna. Akal merupakan
ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-
makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong
sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut
Aristoteles, pada manusia tidak ada ide bawaan.
Tentang alam semesta, Aristoteles menuturkan
sebagai berikut. Segala sesuatu di bawah bulan tunduk
pada kebangkitan dan keruntuhan; sedangkan dari bulan
ke atas, segala sesuatu tidak dibangkitkan dan tidak
diruntuhkan. Bumi, yang bentuknya bulat, berada di
pusat alam semesta. Di dalam lingkungan sublunary,
segala sesuatu tersusun dari empat unsur (elemen), ialah
tanah, air, udara, dan api; namun masih ada unsur
kelima (eter), yang menyusun benda-benda langit.
Gerakan alami unsur-unsur di bumi adalah lurus, namun
gerakan unsur kelima adalah sirkular. Langit berbentuk
bulat sempurna, dan bagian yang lebih atas lebih suci
daripada bagian yang lebih bawah. Bintang-bintang dan
48

planet-planet tidak tersusun dari api, melainkan dari


unsur kelima; gerakan mereka bersumber dari gerakan
bola di mana mereka melekat. (Russel, 2002:281).
Aristoteles juga menjelaskan tentang matter
(materi?) dan form (bentuk?). Matter dan form itu bersatu,
matter memberikan subtansi sesuatu, form memberikan
pelingkupnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form.
Matter itu potensial dan form itu aktualitas. Namun ada
sesuatu yang murni form, tanpa matter yaitu Tuhan.
Aristoteles percaya adanya Tuhan. Bukti adanya Tuhan
menurutnya adalah Tuhan sebagai yang pertama
penyebab gerak (a first cause of motion).
Tentang jiwa dan tubuh, Aristoteles berpendapat
bahwa jiwa dan tubuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa
adalah bentuk dan tubuh adalah materi. Jiwa merupakan
asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan.
Jiwa adalah penggrak tubuh. Kehendak jiwa menentukan
perbuatan dan tujuan yang akan dicapai. Secara spesifik
jiwa adalah pengendali atas reproduksi, pergerakan dan
persepsi. Aristoteles mengibaratkan jiwa dan tubuh
bagaikan kampak. Jika kampak adalah benda hidup,
maka tubuhya adalah kayu atau metal, sedangkan
jiwanya adalah kemampuan untuk membelah. Sebuah
kampak tidak bisa disebut kampak apabila tidak bisa
untuk membelah atau memotong. Tubuh bisa mati dan
oleh sebab itu, maka jiwanya juga ikut mati. Seperti
kampak tadi yang kehilangan kemampuannya, manusia
juga demikian ketika mati, ia akan kehilangan
kemampuan berfikir dan berkehendak.
Tentang manusia dan politik negara, Aristoteles
menekankan bahwa tujuan alamiah manusia adalah
49

kebahagiaan. Kebahagiaan adalah aktivitas jiwa agar


sesuai dengan kebijakan yang sempurna. Kebahagiaan
yang sejati hanya mampu dicapai dengan mengupayakan
kehidupan moral dan kebaikan intelektual. Sebagai
mahluk hidup manusia memerlukan kebersamaan sosial
dan politik dengan semua yang implikasinya untuk
memperoleh keuntungan, kesempatan pendidikan,
pertumbuhan asketik, keilmuan moral dan pengetahuan
yang luas. Terbentuknya suatu negara yang bermula dari
kehidupan manusia secara terpisah yang kemudian
membentuk komunitas yang lebih besar merupakan
proses alamiah yang didirikan atas struktur faktual watak
manusia.
Tentang keindahan, Aristoteles menyatakan bahwa
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni
ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni
adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil
chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah
pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke
luar, yang disertai dorongan normatif. Dorongan normatif
yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi
wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru
dari apa yang ada di dalam kenyataan.
Dalam bidang arsitektur, Aristoteles menyumbang
teori topos. Arsitoteles merangkum karakteristik hakiki
ruang sebagai berikut: (a) tempat melingkupi objek yang
ada padanya (Place is what contains that of which it is the
place); (b) tempat bukan bagian dari yang dilingkupinya
(Place is no part of the thing); (c) tempat sesuatu objek
tidak lebih besar dan tidak lebih kecil daripada objek
tersebut (The immediate place of a thing is neither less nor
50

greater than the thing); (d) tempat dapat ditinggalkan oleh


objek dan dapat dipisahkan dari objek itu (Place can be left
behind by the thing and is separable); dan (e) tempat selalu
mengikuti objek, meskipun objek terus berpindah ke atas
dan ke bawah sampai berhenti pada posisinya (All place
admits of the distinction of up and down, and each of the
bodies is naturally carried to its appropriate place and rests
there, and this makes the place either up or down). (Ross,
tt:684-685); van de Ven,1991:18-19).

Gambar 4.2 Platonic Solids


(Sumber: http://www.archiestudio.in, akses 28 Juni 2016)
BAGIAN 5
ARSITEKTUR YUNANI

Di bidang arsitektur, berkembang tiga aliran –


order – yang didasarkan pada susunan atau konstruksi
kolom dan balok pada bangunan, terutama kuil, yaitu
order Dorik, Ionik, dan Korinthian. Masing-masing order
mempunyai ciri khas.

Gambar 5.1 Order Yunani


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 2 Juli 2016)

51
52

Order Dorik, (Doric) yang dikembangkan mula-


mula oleh Suku Bangsa Doria, bentuknya sederhana dan
terkesan kokoh, mempunyai ciri-ciri : kolom bulat gemuk,
berdiri tanpa base, kapitel tanpa ornamen. Salah satu
peninggalan bangunan ber-order Dorik adalah Kuil
Parthenon di Akropolis Athena.
Order Ionik (Ionic) mula-mula dikembangkan oleh
Suku Bangsa Ionia, bentuknya agak rumit terutama pada
bagian atas kolom, dan terkesan anggun, memiliki ciri-ciri
: kolom bulat ramping, mempunyai base pada bagian
bawah kolom, kapitel dipenuhi ornamen dengan motif
hiasan flora dan fauna. Order Ionik dapat dijumpai pada
Kuil Erechtheion di Akropolis Athena.
Sementara order Korinthian (Corinthian) mula-
mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin, dan
kemudian dimatangkan oleh orang-orang Romawi,
bentuknya paling rumit dan indah terutama pada bagian
atas kolom, dan terkesan elegan, memiliki ciri-ciri : kolom
bulat ramping, mempunyai base pada bagian bawah
kolom, kapitel dipenuhi ornamen, paling banyak dengan
motih flora, berupa daun Acanthus. Ornamen pada balok –
Entablature – order Korinthian umumnya juga lebih rumit
dan indah dibandingkan dengan order Dorik dan Ionik.
Sementara pertumbuhan dan perkembangan kota-
kota Yunani Kuno, pada umumnya, bermula dari suatu
tempat yang dibentengi untuk suatu perlindungan.
Kemudian secara bertahap menjadi singgasana kekuatan
yang dominan dan akhirnya menjadi area yang sakral,
dimana kuil, monumen, dan altar terletak. Akropolis, inti
dari kota-kota Yunani Kuno, dibentengi tapi tidak pernah
menjadi bagian dari perbentengan hunian/permukiman
53

yang merentang di bawahnya. Selama permulaan abad


kuno, Akropolis juga menjadi tempat berkumpul, sebuah
fungsi yang kemudian digantikan oleh Agora dengan
perkembangan dan pertumbuhan kota selanjutnya.
Hippodamus, kelahiran Miletus pada 480 SM, yang
dianggap sebagai salah seorang perencana kota kuno
Yunani, mengembangkan konsep sebuah Agora – sebuah
pasar sentral – yang diatur disepanjang garis-garis segi
empat. Di lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan.
Di beberapa kota periode awal, Agora ditemukan dekat
gerbang kota. Aristoteles mempertalikan nama
Hippodamus pada penemuan metode pembagian kota
dengan penyediaan tapak untuk tujuan publik seperti
kuil, kantor-kantor pemerintah, teater, stadium,
gymnasium dan Agora, dan mengatur hunian di sepanjang
jalan lurus dari susunan yang cukup lebar pada sebuah
grid atau lebih dikenal dengan pola papan catur. Agora
tersebut berbeda dari lapangan majelis politik rakyat yang
disebut pnix, tetapi sering kali berdekatan letaknya. Di
lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan. Terdapat
beberapa bukti bahwa peraturan-peraturan bangunan
telah dikembangkan untuk mencegah pelanggaran
perorangan pada tempat-tempat publik dan jalur umum.
Tanpa keraguan, keberadaan kuil, patung, dan
monumen yang lain dari Akropolis membuktikan bahwa
permulaan Yunani telah mencoba secara sadar untuk
mempercantik dan menghias areal sakral mereka. Tetapi
cukup jelas bahwa mereka tidak mengarahkan kepada
jenis penyatuan dan integrasi ruang. Teknik pendefinisian
ruang pada kesetaraan skala dengan kebutuhan manusia
54

belum dikembangkan oleh Yunani. Pada umumnya


keinginan untuk membentuk ruang berkembang sangat
lambat setelah abad 5 SM, secara perlahan meningkat
hingga pada puncaknya pada zaman arsitektur dan
perencanaan kota Romawi.
Akropolis Athena adalah sebuah pemandangan
dari eksperimen arsitektural secara terus-menerus yang
mencapai puncaknya pada zaman Perikles; ia
memperlihatkan sebuah kemegahan, keagungan dan
martabat yang tidak ada sejajarnya dengan Peradaban
Dunia Kuno manapun.
Akropolis dikelilingi tembok; masuk ke dalamnya
harus melewati Propylea. Di bagian atas tapak, terdapat
Kuil Parthenon yang terkesan agung; dan Kuil Erechtheion
yang anggun, juga ada Kuil Nike Athena yang sederhana
dan elegan, dan kuil-kuil lainnya yang disertai patung-
patung yang kesemuanya berkombinasi menghasilkan
sebuah halaman yang sifatnya religius. Di luar tembok
bagian Selatan terdapat Teater Dionysos, menjadi tempat
lahirnya drama-drama Yunani. Teater Dionysos yang
dibangun pada tahun 330 SM, seluruhnya dapat
menampung 18.000 penonton, suatu ukuran luar biasa
besar pada masa itu.
Di luar Akropolis yang berada di atas bukit di
Athena, terdapat komplek lain yang juga penting yakni
Agora. Pada mulanya, Agora merupakan sebuah tempat
untuk perkumpulan politik dan pertemuan wakil rakyat.
Kemudian berubah secara bertahap menjadi sebuah pusat
untuk kegiatan pasar, dan akhirnya kegiatan komersial
sangat mendominasi Agora. Sedangkan fungsi politik
55

Agora diambil alih oleh pertemuan wakil rakyat di areal


sakral Akropolis.
Selama periode kuno, dari akhir abad 8 SM hingga
menjelang abad 5 SM, tata letak Agora Athena belumlah
teratur dan kurang terorganisir, hanya didefinisikan oleh
bentuk kondisi topografi. Faktor penentu yang
menghalangi keteraturan adalah arah dari Rute
Panathenaik, sebuah jalan yang terbentuk untuk
memfasilitasi pergerakan dari suatu prosesi di Zaman
Yunani Kuno, yang memotong secara diagonal areal
komplek Agora.

Gambar 5.2 Peta wilayah Athena Kuno


(Sumber: https://en.wikipedia.org, akses 2 Juli 2016)
56

Salah satu contoh sejarah yang brilian dari sebuah


pergerakan aliran manusia adalah apa yang dinamakan
prosesi Panathenaik di zaman Yunani Kuno, yang terjadi
setiap tahun sekali dan pada setiap empat tahun
dirayakan secara mewah dan megah, sebagai peristiwa
yang sangat utama dalam kehidupan masyarakat Athena.
Prosesi mengambil tempat di sepanjang rute yang telah
ditandai dengan jelas dari gerbang Dipylon, di dinding
luar kota, melintasi Athena dan terus naik ke lereng
dataran tinggi Akropolis untuk menuju titik kulminasi
yaitu Patung Athena.

Gambar 5.3 Lay Out Agora Athena


(Sumber: http://www.gogreece.com, akses 2 Juli 2016)
57

Key
1. Parthenon
2. Temple of Athene Polias
3. Altar of Athene Polias
4. Erechtheion
5. Statue of Athene Promachos
6. Propylaia
7. Temple of Athene Nike
8. Sanctuary of Aphrodite Pandemos and Peitho
9. Pelasgian Wall (Mycenaean Wall)
10. Sanctuary of Artemis Brauronia
11. Chalkotheke
12. Sanctuary of Athene Ergane (possible location)
13. Pandroseion
14. Arrhephoreion
15. Sanctuary of Zeus Polieus
16. Sanctuary of Pandion
17. Temple of Augustus and Roma
18. Memorial of Agrippa
19. Beule Gate
20. Odeon of Herodes Atticus
21. Stoa of Eumenes
22. Asclepieion
23. Theatre of Dionysus
24. Sanctuary of Dionysus Eleuthereus
25. Choragic Monument of Thrasyllos
58

26. Choragic Monument of Nicias


27. Odeon of Pericles
28. Peripatos
29. Klepsydra
30. Caves of Apollo Hypoakraios, Olympian Zeus and Pan
31. Mycenaean Fountain
32. Sanctuary of Aphrodite and Eros
33. Peripatos inscription
34. Aglaureion
35. Panathenaic Way

Gambar 5.4 Lay Out Akropolis Athena


(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 3 Juli 2016)

Pertumbuhan Agora Athena, pada awalnya, sekitar


500 SM, terlihat Rute Panathenaik melewati secara
diagonal tempat pasar yang tidak berbentuk dan bekas
gedung pemerintah yang merentang di sepanjang kaki
punggung bukit di sebelah Baratnya. Ke arah Selatan
terdapat Bouleuterion Lama atau Council House. Dan ke
arah Utara terdapat tiga kuil kecil.
Sekitar 420 SM, memperlihatkan perkembangan
dari sebuah Agora segera setelah dibangunnya Kuil
Hephaisteion. Satu lorong yang sangat kuat menuju ke
arah kuil ini, yang pengaruhnya terasa sebagai sebuah
elemen pengarah. Bouleuterion Baru dengan bentuk semi-
circularnya dibangun di sisi bukit di belakang bangunan
lama. Stoa Zeus terletak memanjang secara lurus
mengikuti garis horizontal pada kaki bukit. Definisi dari
batas-batas ruang Agora masih belum terbentuk.
Sekitar tiga abad sebelum dimulainya Abad
Masehi, Agora telah membentuk dirinya semakin dewasa
dalam perkembangannya. Bouleuterion Lama dihadapkan
dengan Metroon yang berada di sepanjang garis dasar
horizontal, berupa sebuah Collonade yang melengkapi
59

Stoa Zeus yang terlebih dulu ada, ke arah Utara. Di


sebelah Selatan Stoa telah dibangun sebuah Kuil Apollo
Patross, dan Stoa Baru ditambahkan. Stoa Attalos
dibangun tegak lurus Apollo Patross dari garis Rute
Panathenaik. Sehingga pada periode ini, ruang Agora lebih
terisi.

Key
S : Agora dan Stoa
T : Temple (Kuil)
C : Council-House (Gedung Pertemuan)
F : Fountain-House (Rumah Air Mancur)
O : Odeion (Teater Tertutup)
L : Lybrary (Perpustakaan)
A : Akropolis

Gambar 5.5 Perspektif Kompleks Agora Athena (Burke, 1971)


60

Gambar 5.6 Perspektif Kompleks Akropolis Athena


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 5.7 Denah Kuil Erechtheion


(Sumber: http://www.hellenicaworld.com, akses 3 Juli 2016)
61

Gambar 5.8 Perspektif Kuil Erechtheion (Rekonstruksi)


(Sumber: https://www.flickr.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 5.9 Denah dan Potongan Kuil Parthenon


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 3 Juli 2016)
BAGIAN 6
ALEXANDER
MENGGENGGAM DUNIA

Pada 431 SM, Athena dan Sparta terlibat dalam


perang melawan satu sama lain, yang berakibat fatal bagi
keduanya. Kekaisaran Athena jatuh pada 405 SM, Sparta
yang menggantikannya juga dijatuhkan pada 371 SM.
Semua negara kota di Yunani, kecuali Sparta, dikuasai
secara cepat oleh tetangga Utaranya, Raja Philip II dari
Macedonia yang akhirnya berhasil dipaksa olehnya untuk
membentuk liga baru, dengan pusat di Corinth, tapi
dengan Raja Philip sebagai presidennya. Tujuan Liga
Corinth ini adalah menyerang Kekaisaran Persia dengan
pasukan yang dimilikinya.
Tentara terlatih Macedonia sudah tiba di Asia saat
pada tahun 336 SM, Raja Philip II dibunuh di puncak
karirnya. Putra Philip II, Alexander, dengan energi yang
nyaris di luar kemampuan manusia biasa, meneruskan
cita-cita ayahnya, menyerbu kemaharajaan Persia. Dia
memasuki Asia pada 334 SM, menaklukkan Syria pada
333 SM, menaklukkan Funisia dan Mesir pada 332 SM.
Alexander telah berada di Timur Sungai Tigris pada 331
SM; kemudian, pada 330 SM, pusat Kekaisaran Persia

63
64

dijatuhkan dan Macedonia memulai penaklukkan Iran


Timur.
Dalam tiga tahun yang luar biasa, Alexander dan
pasukannya menjelajahi gunung-gunung Asia Tengah.
Datang dari Kashmir, mereka menyusuri Sungai Jhelum
menuju Rann Kutch (India sekarang). Pada tahun 323 SM,
Alexander meninggal secara tiba-tiba dan tanpa disangka-
sangka. Akibatnya keberhasilan politiknya meskipun
sangat luar biasa, berakhir dengan buruk.
Dua negara pengganti Kekaisaran Persia yang
penting didirikan oleh dua perwira Alexander, yaitu
Ptolomeus dan Seleucus. Ptolomeus memperoleh Mesir
dan separoh daerah Selatan Syria. Seleucus memperoleh
daerah terpenting, semua sisa daerah warisan Kekaisaran
Persia.

Gambar 6.1 Peta Wilayah kekuasaan Alexander


(Sumber: https://www.britannica.com, akses 3 Juli 2016)

Kemenangan demi kemenangan yang diraih


Alexander dan pasukannya ikut pula menyebar-luaskan
65

Peradaban Hellenis ke wilayah-wilayah yang ditaklukkan.


Mereka menyebarkan peradaban itu dalam skala luas
secara sadar. Selama selang waktu empat abad sebelum
ekspedisi Alexander ke Timur, generasi awal Hellenis telah
membukakan jalan baginya. Mereka telah mengunjungi
Syria dan Mesir sebagai pedagang, mengabdi di Mesir dan
Babilonia serta Kekaisaran Persia sebagai prajurit
bayaran.

Gambar 6.2 Alexander memimpin pasukan perang Macedonia


(Sumber: http://republic-of-macedonia.jimdo.com, akses 3 Juli 2016)

Koin mata uang Yunani telah beredar di pasaran


Kekaisaran Persia dan bersaing dengan mata uang resmi
kekaisaran. Yunani telah menduduki secara paksa pantai-
pantai Tenggara Italia dan Sisilia. Mereka juga telah
mendirikan pos-pos dagang di sepanjang bagian besar
Laut Hitam yang paling luar. Pada tahun 334 SM, di
Sisilia, penduduk asli yang bertahan di pedalaman pulau
66

dipaksa untuk berbicara dalam Bahasa Yunani dan hidup


di kota yang bergaya Hellenis.

Gambar 6.3 Koin Alexander


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 3 Juli 2016)

Sementara itu di Italia, orang Etrusca, Apelia dan


orang-orang non Yunani lainnya telah meniru gaya hidup
Hellenis dengan taraf yang berbeda-beda. Setelah
Kekaisaran Persia yang luas ditaklukkan oleh tentara
Yunani, Yunani harus memutuskan apakah mereka akan
menjadikan dirinya sebagai ras yang berkuasa terhadap
populasi yang mereka taklukkan, atau mereka berniat
untuk hidup dan mungkin mengadakan pernikahan
dengan orang non-Yunani tersebut, dan menempatkan diri
mereka sejajar dengan bangsa taklukannya tersebut dan
hidup berdampingan sebagai sesama manusia.
Dan sesaat sebelum kematiannya yang terlalu
cepat, Alexander sudah mulai menerapkan pemikiran
tentang persamaan hak terhadap kesejahteraan penduduk
Iran yang menjadi bawahannya dalam semua taraf. Dia
67

telah merayakan festival perdamaian dan telah mendorong


dan menghargai perkawinan campuran antara Yunani-
Iran dan dengan bangsa Asia lainnya. Untuk memperkuat
kedudukannya, begitu pula untuk memajukan
perekonomian dan peradaban, dimana-mana (Mesir,
Mesopotamia dan India) didirikan kota-kota yang indah
dan kebanyakan diberi nama Alexandria.
Sebagai jalan untuk memperdalam ilmu
pengetahuan, di Alexandria, Mesir, didirikan sebuah
Universitet yang disebut Mouseion (kata ini kelak menjadi
Museum), lengkap dengan perpustakaan, yang
menyimpan berpuluh-puluh ribu buku pengetahuan yang
ditulis di atas daun papyrus atau di atas perkamen
(sejenis kulit). Berkat kegiatan ahli filsafat Yunani di
Alexandria, banyak buku-buku pengetahuan yang
tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di wilayah-
wilayah Hellenis.
Seperti di pusat Peradaban Hellenis di Syria,
banyak ilmuwan pada saat itu yang menerjemahkan
filsafat-filsafat Yunani itu ke dalam Bahasa Aramean,
bahasa perantara di Asia Barat. Nanti, ketika Islam mulai
berkembang di Syria dan Mesir, filsafat Yunani dalam
Bahasa Aramean itu diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab. Dan ketika Bangsa Arab menaklukkan Spanyol,
Spanyol menjadi pusat pengetahuan Islam yang
berdasarkan filsafat Yunani; dan banyak pemuda-pemuda
Eropa belajar di Spanyol untuk memperdalam Bahasa
Arab dan filsafat Yunani. Dengan melalui Bahasa
Aramean, Bahasa Arab, dan Bahasa Spanyol, filsafat
Yunani masuk dan mulai menyebar di Eropa. Sebagai
68

akibat meluasnya Peradaban Hellenis, di negeri-negeri


seperti Afrika Utara, Italia Selatan, Yunani dan Macedonia,
Mesir, Syria, Persia, Babilonia, dan India, berkembang
suatu kebudayaan dunia yang dalam garis besarnya
sama.

Gambar 6.4 Alexander sedang berguru kepada Aristoteles


(Sumber: http://www.greece-is.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 6.5 Kota Alexandria Kuno di Mesir (sebuah model)


(Sumber: https://jumpingpolarbear.wordpress.com, akses 3 Juli 2016)
BAGIAN 7
BANGSA ROMAWI MENGGELIAT

Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh


Alexander, selama sepuluh tahun antara 334-323 SM, di
wilayah-wilayah Kekaisaran Persia, sebagian Mesir dan
India, menjadikan kawasan Mediterranean Barat tak
terjamah; wilayah itu, pada awal abad 3 SM, dikuasai oleh
salah satu negara kota yang kuat, yakni Karthago.
Karthago (Tunisia modern), yang ditakdirkan
menjadi salah satu kota mandiri paling berkuasa di
seluruh wilayah Mediterranean Barat, ditemukan oleh
Bangsa Funisia, yakni orang-orang yang berdiam di
wilayah pantai Levant (Asia Barat), yang kini disebut
Lebanon, pada tahun 810 SM.
Sebelumnya, armada Funisia – yang mencakup
kapal militer dan kapal dagang – telah menyinggahi setiap
pelabuhan, besar atau kecil, di sepanjang pantai Laut
Mediterranean. Armada itu berlayar sampai Selat Gibraltar
di Samudra Atlantik, berlabuh di pelabuhan-pelabuhan di
Eropa Utara dan menelusuri pantai Afrika. Bangsa Funisia
juga menjajah sejumlah wilayah, dari Siprus hingga
Korsika dan kemudian Spanyol.
Sementara Roma yang semula berupa sebuah
dusun pertanian, yang terletak di atas Sungai Tiber, di
Bukit Palatinus, memerlukan waktu sekitar 550 tahun,
69
70

sejak didirikan oleh Romulus pada 753 SM, untuk


meneguhkan pengaruh kekuasaannya hingga melewati
Semenanjung Italia sebagai sebuah pemerintahan
Romawi.

Gambar 7.1 Peta Wilayah Semenanjung Italia Kuno


(Sumber: http://pirate.shu.edu, akses 3 Juli 2016)
71

Gambar 7.2 Roma: Kota di Bukit Yang Tujuh


(Sumber: https://www.mirrorservice.org, akses 3 Juli 2016)

Kalau Yunani berorientasi ke Timur, tempat


lahirnya peradaban, Roma berpaling ke Barat. Dalam
proses memperluas lingkaran kekuasaannya, Roma harus
berbenturan dengan Karthago. Pemenang dalam adu
kuasa ini nantinya akan menjadi penguasa Eropa bagian
Barat dan akhirnya seluruh wilayah Timur Laut
Mediterranean.
Sekitar tahun 800 SM, Suku Bangsa Etrusca, yang
tidak diketahui asal-usulnya, mungkin dari Asia Kecil,
mendarat di pesisir Italia sebelah Utara Sungai Tiber dan
masuk ke pedalaman; bahasa mereka tidak dimengerti.
72

Kemudian menyusul Suku Bangsa Etruria yang mendiami


Latium sebelah Utara yang berbatasan dengan Laut
Mediterranean.
Tidak ketinggalan Suku Bangsa Campania juga
masuk dan bermukim di sebelah Selatan Latium.
Sementara itu Suku Bangsa Latin menempati muara
Sungai Tiber, yang kemudian, setelah tumbuh besar,
dikenal dengan Bangsa Romawi.
Usaha pertama untuk menyatukan Italia secara
politik dilakukan oleh Bangsa Etrusca sekitar 550-423
SM. Pada abad 6 SM, Bangsa Etrusca menguasai dua
jembatan utama, Fidenae dan Roma, di tepi sungai
sebelah kanan Sungai Tiber di bagian yang lebih rendah,
dan kemudian mereka menduduki dataran rendah,
menuju Tenggara, sejauh daerah pedalaman Cumae. Pada
arah yang berlawanan mereka menduduki dari dataran
tinggi Liguaria jalan utama dari Faesulae (Fiesde) ke
Felsina (Bologna). Mereka mulai mengembangkan
kekayaan agraria yang berpotensi di Lembah Sungai Po
dengan mulai mengalirkan sungai tersebut, dan mereka
bekerja sama dengan Yunani dalam mendirikan
pelabuhan dagang di Spina, di daerah rawa sekitar mulut
Sungai Po.
Keberuntungan yang menyenangkan bagi Bangsa
Etrusca, karena sekitar tahun 500 SM, pergolakan di
bagian dalam perdagangan Benua Eropa yang dialihkan
dari Lembah Rhone ke Lembah Sungai Po melewati Alps
(Pegunungan Alpen).
Sekitar 525 SM nampak seolah-olah Bangsa
Etrusca akan menyatukan di bawah kekuasaan mereka
tidak hanya Italia Peninsular tetapi juga Lembah Sungai
73

Po. Tetapi pada tahun 524 SM mereka berusaha dan gagal


mengambil alih Cumae; antara sekitar 509 dan 474 SM,
mereka kehilangan kekuasaan mereka terhadap Latium
dan Roma; pada tahun 474 SM, mereka dikalahkan dalam
pertempuran Laut Sumae oleh Bangsa Syracuse; antara
sekitar 450 dan 350 SM, sebagian besar perkampungan
mereka di Lembah Sungai Po diserbu oleh orang-orang
berbaris Celtic (Gauls) dari Alps.
Pada tahun 423 SM orang-orang Pegunungan
Oscan dari dataran tinggi Campania mengambil Capua
dari tangan Etrusca dan kemudian pada tahun 421 SM
merebut Cumae dari Bangsa Yunani. Akhirnya, negara-
negara bagian Etrusca membiarkan diri mereka
ditaklukan, satu per satu oleh Roma. Pada tahun 264 SM,
Roma berhasil dalam usahanya menyatukan seluruh Italia
Peninsular di bawah kekuasaannya.
Tata Pemerintahan Romawi, pada awalnya, hingga
pada 507 SM, berbentuk kerajaan. Raja-raja dipilih oleh
lapisan rakyat kelas tertinggi, yakni kaum bangsawan.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, seorang raja
dibantu oleh Majelis Senat, yang anggotanya terdiri dari
orang-orang bangsawan. Rakyat jelata yang sebagian
besar adalah petani dan prajurit dianggap rendah
kedudukannya. Raja Romawi terakhir, Lucius Tarqin,
adalah seorang tiran sejati; dia membunuh musuh-
musuhnya, merampas harta mereka, dan memicu
peperangan. Salah satu peninggalannya yang
monumental: Kuil Yupiter yang dua kali lebih besar
daripada Parthenon Athena.
74

Pada 507 SM, terjadi pemberontakan melawan


keluarga Tarqin, dan berhasil menurunkan raja dari
takhta; sejak itu Romawi menjadi republik. Pemerintahan
dijalankan oleh dua orang konsul, kepala pemerintahan
dengan kekuasaan setingkat raja, yang dipilih senat untuk
masa jabatan satu tahun. Para senator, para putra
keluarga-keluarga paling tua dan terhormat di Roma,
merupakan anggota seumur hidup dalam lembaga
pembuat hukum itu. Para senator dipilih oleh senat. Jadi,
mula-mula Roma diperintah oleh keluarga-keluarga tua
dan terhormat atau kaum Patricia. Warga lainnya adalah
orang-orang kelas bawah atau kaum Plebeia, atau yang
dikenal dengan Pleb saja.
Sejarah Republik Romawi awal adalah perjuangan
rakyat kelas bawah, Plebeia, untuk mendapatkan suara
yang lebih banyak agar dapat duduk di pemerintahan, dan
memperjuangkan persamaan social. Hal ini dikarenakan
perbedaan dan batas antara kaum bangsawan, Patricia,
dengan rakyat kelas bawah begitu jelas dan menyolok
sehingga praktis merupakan kelompok masyarakat
terpisah.
Sepanjang waktu kaum Patricia barangkali hanya
memikirkan kebaikan negeri. Jadi ketika kaum Pleb pergi
berperang kaum Patricia membantu keluarga mereka
dengan memberi pinjaman. Dan pinjaman harus dibayar.
Para serdadu pada dasarnya hidup dari barang-barang
rampasan, namun jika mereka gagal merampas harta, ia
akan kehilangan tabungan, tanah, bahkan kebebasan.
Setelah para bangsawan pemberi pinjaman,
memiskinkan, menyiksa, memperbudak, dan membunuh
cukup banyak pengutang, kaum Pleb menuntut
75

perubahan. Pihak senat menunda-nunda pembahasan


tentang perubahan itu. Kaum Pleb yang memberontak
menuntut perubahan bergerak keluar kota dan
mendirikan kamp; mereka melepaskan diri dari negara.
Akhirnya, kaum Pleb dan senat setuju menciptakan
lembaga baru dalam pemerintahan Roma. Lembaga ini
dirancang semata-mata untuk melindungi kaum Pleb:
Tribun Rakyat. Dipilih oleh rakyat, masing-masing
anggota tribun tidak boleh diusik secara pribadi, dengan
kata lain mengganggu mereka dianggap melanggar
hukum.
Selama masa peralihan, dipilih lima anggota tribun
– termasuk Sicinus. Tribun berhak mem-veto hukum
apapun yang disahkan senat. Selama berabad-abad, veto
mendengung di Roma. Beberapa orang Patricia
memberontak, salah satunya Coriolianus. Yang lain
bereaksi dengan mencoba merangkul kaum Pleb.
Selama 60 tahun berikutnya pertentangan antar
kelas timbul-tenggelam. Pertentangan tersela sejenak
sekitar 390 SM, ketika Bangsa Galia menyerbu Italia. Pada
387 SM, Bangsa Galia menyerbu dan membumi-
hanguskan Roma. Seluruh catatan sejarah yang ada
hancur jadi abu. Karena itulah segala sesuatu yang terjadi
sebelum 387 SM kini hanya legenda. Kemudian tanpa
alasan yang jelas Bangsa Galia angkat kaki.
Sementara di dalam negeri, Roma menghadapi
pemberontakan kaum Pleb, kerusuhan, goyahnya
pemerintahan, malah kadang-kadang ketiadaan
pemerintahan. Pada 367 SM, dua orang Plebeia anggota
tribun, Licinius dan Sextus, berhasil mendorong
76

disahkannya program yang menjadi dasar konstitusi


klasik Republik Roma : selain memutihkan utang, mereka
mengijinkan kaum Pleb memegang jabatan pada semua
lembaga negara. Pada tahun itu juga, Camillus tua si
veteran perang membangun kuil kerukunan untuk
melambangkan harmoni antar kelas. Akhirnya pada 326
SM, perbudakan akibat utang dihapuskan; tak bisa lagi
orang Roma memperbudak sesamanya. Kejadian ini
menyodorkan tantangan baru bagi orang kaya Roma.
Selain senat, konsul, dan tribun, sekarang di Roma
terdapat lebih banyak jabatan: Praetor, Quaestor, dan
Sensor, dengan tugasnya masing-masing. Sederhana,
Praetor seperti walikota, Quaestor itu hakim, dan Sensor
melakukan sensus dan melarang pornografi. Ada pula alat
pemerintah yang popular, Dewan Suku. (Istilah ‘tribun’
dan ‘tribut’ sama-sama berasal dari kata ‘tribe’
atau’suku’). Tapi tidak seperti dewan rakyat lainnya,
dewan ini tidak bekerja dengan prinsip satu orang satu
suara. Untuk kepentingan pemilihan, setiap orang Roma
dimasukkan ke satu suku, dan masing-masing suku
punya satu suara. Meskipun kaum Pleb adalah mayoritas
dalam populasi Roma, suku-suku Pleb jumlahnya kurang
daripada setengah keseluruhan jumlah suku yang ada.
Perwakilan yang tidak memadai tersebut melindungi
kepentingan kelas atas.
Sekarang setelah saling gempur antar kelas
berhenti, mereka lalu siap menggempur semua bangsa
lain. Dimulai pada 290 SM, mereka mendesak ke Selatan,
menyerang Samnium.
Ada jeda singkat pada 280-an SM, ketika Raja
Pyrrhus dari Epirus, yang datang dari daratan Yunani,
77

menyerang Italia. Pyrrhus memenangkan pertempuran


demi pertempuran, tapi ia kehilangan banyak prajurit
sehingga ia harus mundur. Itulah asal-muasal timbulnya
ungkapan ‘pyrrhic victory’ – kemenangan yang ongkosnya
begitu besar bagi sang pemenang hingga tidak berarti.
Roma memulai kembali Perang Samnium, dan pada 260
SM, Bangsa Romawi telah menguasai seluruh Italia, dari
Sungai Po di Utara sampai ujung Selatan Italia.
Di bawah arahan Appius Claudius, seorang konsul
sekaligus insinyur, Roma membangun jalan militer
mereka yang pertama, Jalan Appius, Akuaduk, dan Circus
Maximus, arena pertandingan kereta. Seluruh
pembangunan menggunakan bahan-bahan yang kuat,
pondasi kokoh, dan saluran air yang baik. Karena itulah
banyak jalan Romawi yang masih bertahan sampai
sekarang.

Gambar 7.3 Aquaduk The Aqua Appia di Roma, dibangun 312 SM.
(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 3 Juli 2016)
78

Gambar 7.4 Peta Wilayah Kota Roma Kuno


(Sumber: https://newsela.com, akses 3 Juli 2016)

Gambar 7.5 Circus Maximus


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 3 Juli 2016)
BAGIAN 8
PERANG FUNISIA

Ketegangan antara Roma dan Karthago untuk


saling menguasai perdagangan laut di wilayah Barat Laut
Mediterranean, akhirnya berubah menjadi bentrokan
bersenjata, maka pecahlah Perang Funisia Pertama (264-
241 SM).

Gambar 8.1 Peta Rute Perdagangan Funisia


(Sumber: http://www.lascelleshistory.com, akses 4 Juli 2016)

79
80

Perang terus berlangsung selama hampir


seperempat abad, terutama, di Sisilia, dan akhirnya
Karthago yang lebih dulu kelelahan dan menyerah.
Karthago membayar sejumlah besar uang pampasan
perang, dan Roma kemudian mengendalikan Sisilia dan
Sardinia. Tapi Karthago bangkit kembali berkat Jenderal
Funisia, Hamilcar Barca, yang menyerang Spanyol,
merampas tambang-tambang yang kaya dan
menggunakan warganya yang miskin sebagai serdadu.
Sesudah mendirikan Carthagena (Kota Karthago di
Spanyol) mereka terus meluaskan daerahnya ke Utara.
Pada 218 SM, cucu Halmicar yang pemberani, Hannibal,
dengan pasukan gajah, bergerak menuju Roma dari arah
Utara. Maka Perang Funisia Kedua (218-202 SM) tidak
terelakkan.

Gambar 8.2 Peta Rute Invasi Hannibal pada Perang Funisia II


(Sumber: https://www.britannica.com, akses 4 Juli 2016)
81

Gambar 8.3 Salah satu tipe Kapal Perang Romawi


(Sumber: http://www.twcenter.net, akses 4 Juli 2016)

Hannibal bergerak dari Ebro menyeberangi


Pyrenees, Rhone, dan Alpen (Alps) menuju ke Lembah
Sungai Po. Tentara pertama Romawi yang mencoba
menghambat laju Hannibal dapat dikalahkan, kemudian
pasukan Hannibal menyeberangi Appennines, dan
menghancurkan tentara kedua Romawi di Danau
Trasimene, di Etruria, pada 217 SM.
Klimaks kehancuran tentara Romawi terjadi di
Cannae, pada 216 SM; puluhan ribu prajurit, tentara
terbesar dari tiga satuan tentara yang dikirim Romawi,
ditewaskan serbuan kavaleri Hannibal yang terkoordinasi.
Namun, walaupun tinggal selangkah lagi, karena
perbekalan tidak cukup, Hannibal tidak dapat menyerbu
ibukota Roma.
Kini keadaan mulai berbalik. Pasukan Romawi di
bawah pimpinan Jenderal Publius Cornelius Scipio (237-
183 SM), yang juga dikenal sebagai Africanus berhasil
82

mendaratkan pasukannya di Spanyol dan menghancurkan


benteng Funisia di Carthagena, dan kemudian terus
menuju Afrika. Dan pada 205 SM, Scipio berhasil
menginvasi wilayah jantung Karthago di Afrika Utara.
Pada 203 SM, Hannibal dan pasukannya
meninggalkan Italia berusaha kembali ke Karthago untuk
menghentikan sepak terjang pasukan Romawi. Dalam
pertempuran di Zama (sebelah Barat Daya Karthago),
tahun 202 SM, Scipio berhasil mengalahkan pasukan
Hannibal. Dengan kekalahan itu, segala kekuasaan
perdagangan di Lautan Mediterranean jatuh ke tangan
Bangsa Romawi.
Antara 200 dan 168 SM, Roma memantapkan
dominasinya di seluruh pinggiran lembah sungai
Mediterranean bagian Timur. Pada 197 SM, Roma
mengalahkan Macedonia secara telak di Cynoscephalae,
Thessaly dan mengusir penduduk Macedonia dari semua
milik mereka di Yunani ke Selatan Gunung Olympus dan
di Asia Kecil Barat Daya.
Pada 195 SM, kekuatan ekspedisi Roma di Yunani
menumbangkan Sparta dengan mengusirnya dari semua
pelabuhannya. Sparta sekarang adalah negara kecil yang
dikelilingi daratan sebagaimana keadaannya dulu sebelum
ia memperluas wilayahnya selama paruh kedua abad ke-8
SM. Pada 192 SM, Antiochus (Antioch, Antiokhia) dan
Aetolia bersama-sama berperang dengan Roma. Antiochus
dipaksa menyerah pada 190 SM, dan Aetolia tahun 189
SM. Antiochus harus menyerahkan semua wilayah
Seleucid sampai Barat Laut barisan Taurus. Dalam Perang
Romano-Macedonia Ketiga (171-168 SM), Roma
menggulingkan kerajaan Macedonia dan membagi bekas
83

wilayahnya menjadi empat kanton republik di bawah


kekuasaan kerajaan Roma.
Sementera itu, sekitar tahun 146 SM, pada saat
kekuatan lama, Karthago, dapat menghidupkan kembali
perdagangannya, Roma menanggapinya dengan sangat
serius, maka pecahlah Perang Funisia Ketiga, dengan
akibat yang sangat fatal bagi Karthago; sebab Roma tidak
hanya berhasil melumpuhkan bala tentara Karthago, tapi
juga membakar dan menghancurkan kota tersebut.
Namun demikian, secara material Karthago tidak begitu
menderita dibandingkan Roma dalam Perang Funisia.
Karthago berperang di wilayahnya sendiri hanya selama
tiga tahun (205-202 SM), sementara Hannibal
menghancurkan Semenanjung Italia selama lima belas
tahun (218-203 SM). Hal ini mempunyai dampak ekonomi,
sosial, dan politik.
Pada 215 SM, tahun keempat Perang Funisia
Kedua, perbendaharaan Roma bangkrut, tetapi
kontraktor-kontraktor yang mensuplai makanan, pakaian
dan senjata bagi tentara Roma di Italia dan di luar negeri
terus menyediakan suplai yang sangat diperlukan dengan
cara kredit selama berlangsungnya perang, dan mereka
terbukti mempunyai modal cair yang cukup untuk terus
melakukan hal ini dari 215 sampai 201 SM. Lebih dari itu,
tahun 205 SM, sejumlah negara-kota yang belum hancur
di Semenanjung Italia Barat Laut – sebagian adalah
kotapraja Roma dan sebagian adalah sekutu Roma –
melengkapi pasukan ekspedisi dengan banyak hadiah
sukarela yang dikumpulkan Scipio untuk invasinya ke
Karthago Afrika. Pada tahun yang sama, perbendaharaan
84

Roma yang bangkrut menawarkan penjualan sebagian


tanah yang mempunyai nilai tinggi yang diambil alih dari
kotapraja Roma di Campania yang menyerah pada 215
SM, dan ditundukkan kembali pada 211 SM, dan ini
merangsang para pembeli yang bisa membayar dengan
uang tunai.
Dari tahun 215 SM seterusnya, pemerintah Roma
berada di bawah kendali kreditor swasta; ia harus
membuat ketentuan-ketentuan yang memberikan
kesempatan emas kepada mereka untuk melakukan
kecurangan; dan, ketika kecurangan mereka sudah
mencolok, pejabat negara tidak serius dalam mengadili
kontraktor-kontraktor yang curang; mereka takut para
terdakwa ini akan memotong suplai dan ini akan
menyebabkan Roma menderita kekalahan militer secara
cepat.
Pada 204 dan 202 SM, sebelum perang berakhir,
perbendaharaan harus mulai membayar kembali kreditor
dengan angsuran, dan pada 200 SM, ia harus mengubah
bentuk angsuran terakhir, sangat menguntungkan bagi
kreditor, yaitu melakukan pembayaran dalam bentuk
tanah umum dalam radius limapuluh mile dari Roma,
lokasi dimana nilai tanah jelas semakin bertambah. Selain
menambah kredit dengan ketentuan yang tidak
menguntungkan, perbendaharaan sudah membiayai
Perang Funisia sebagian dengan menetapkan pajak modal
tahunan kepada pembayar pajak. Jadi, dari 215 SM
seterusnya, minoritas orang kaya Roma menjadi semakin
kaya dan mayoritas orang miskin menjadi semakin
miskin.
BAGIAN 9
PEMERINTAHAN TRIUMVIRAT

Pada 133 SM, rakyat memilih seorang tribun yang


radikal, Tiberius Gracchius. Gracchius mengusulkan
rancangan undang-undang pemberian tanah bagi warga
yang tak memiliki tanah. Senat yang dipenuhi para tuan
tanah memusuhi Tiberius, tapi secara hukum mereka tak
bisa menghalangi undang-undang buatan Gracchius.
Maka mereka menuduhnya berkhianat, menggalang
massa, dan menyerang si tribun. Tiberius dan 300
pengikunya dipukuli sampai mati dan dilempar ke sungai.
Tapi Tiberius mempunyai seorang adik laki-laki
pemberani, Gaius Gracchius, yang pada 126 SM, diangkat
sebagai tribun. Ia tidak hanya mengesahkan rancangan
undang-undang pembaruan tanah, tapi sampai 122 SM
ialah bos Roma yang sesungguhnya. Lagi-lagi senat
mengirim massa dan Gaius mengalami nasib yang sama
seperti kakaknya. Meskipun Graccius bersaudara telah
tewas, program mereka terus dijalankan, dan banyak
orang miskin Roma yang kembali ke tanah mereka.
Pada 107 SM, terpilih konsul yang baru, Gaius
Marius. Meskipun Marius sendiri tak tersentuh, banyak
teman-temannya dari kelompok liberal yang dibunuh.
Maka Marius meninggalkan Roma.

85
86

Sementara itu, tetangga-tetangga Roma, orang-


orang Italia non-Roma sedang kelabakan, program
pembaruan tanah menempatkan orang-orang Romawi
sebagai pemilik tanah orang-orang Italia. Di bawah hukum
Roma, orang-orang Italia itu bukan warga negara,
melainkan ‘sekutu’ karena tidak bisa menuntut,
merekapun menyatakan perang pada 90 SM.
Ketika Italia bergolak, pada 90 SM, tampillah
Jenderal Cornelius Sulla yang menyalurkan
kemurkaannya pada kaum liberal; dia menggerakan
pasukannya ke Roma dan ikut mengawasi pembantaian
ratusan ‘musuh negara’. Tapi ketika Sulla pergi berperang
ke luar negeri pada 86 SM, Marius kembali. Ia membantai
teman-teman Sulla. Marius meninggal di usia tua. Sulla
kembali pada 82 SM, dan kali ini ia membunuh ribuan
orang secara sistematis. Setelah membatalkan semua
reformasi populer yang dipraktekkan 200 tahun
belakangan, Sulla berhenti sebagai diktator dan kembali
ke rumahnya di pedesaan. Di sana ia meninggal pada
tahun 78 SM.
Pada 74 SM, seorang gladiator bernama Spartacus
memimpin pemberontakan pembebasan budak-budak dari
penjara. Para budak bangkit di seluruh Italia dan selama
dua tahun mereka mengalahkan tentara Romawi dalam
berbagai pertempuran. Crassus, jenderal yang akhirnya
mengalahkan Spartacus, dan Pompeius, yang juga
berperan serta, membantai dan menyalib ribuan budak.
Mereka menggerakkan tentara ke Roma dan minta
dijadikan konsul. Meskipun Crassus dan Pompeius adalah
bawahan Sulla, sebagai konsul mereka membatalkan
seluruh program Sulla. Bahan pangan menjadi murah,
87

veteran mendapat tanah, senat bisa diajak kerjasama.


Roma menjadi stabil untuk sementara. Pada 66 SM,
Pompeius pergi ke Timur, menjadikan Asia Kecil, Suriah,
dan Palestina jajahan Romawi.
Sementara di Roma, muncul seorang tokoh yang
tak tertandingi oleh siapa pun dalam hal: ambisi,
kecerdikan, kefasihan bicara, energi, dan nafsu birahi; ia
adalah Julius Caesar, keponakan Marius, berusia 32
tahun, berasal dari keluarga Patricia tua. Untuk
meningkatkan karirnya, Caesar menghabiskan
bertumpuk-tumpuk uang – yang dipinjam dari Crassus
dan orang-orang lain – untuk (mensponsori) gladiator;
rakyat menyukainya. Dan ketika Pompeius pulang, Caesar
membujuk Crassus dan Pompeius untuk membentuk
kemitraaan tiga pihak (‘triumvirat’) dengannya.
Caesar dipilih sebagai konsul pada 59 SM.
Sekarang giliran Caesar memperoleh kejayaan, ia
membentuk pasukan, menyerbu dan menaklukkan Galia
(sekarang Perancis); peristiwa ini terjadi pada 55 SM.
Selama dua tahun berikutnya, Caesar melancarkan
serangan dan mengklaim telah menguasai sebagian besar
tanah Inggris. Ia juga menyeberangi Sungai Rhein untuk
memerangi orang Jerman. Di Roma, Caesar dianggap
sebagai pahlawan yang perkasa, dielu-elukan rakyat,
namun ia menghadapi pertikaian politik dengan Pompeius
yang sekarang menduduki jabatan sebagai Kepala Pejabat
Sipil di bidang hukum.
Tanda-tanda kehancuran triumvirat sudah
nampak: Crassus mati konyol ketika sembarangan
menyerang Irak. Karena ingin mendapatkan kemenangan
88

militer bagi dirinya dan untuk meningkatkan popularitas,


seperti apa yang telah dicapai oleh dua koleganya,
Pompeius dan Caesar, Crassus membawa satu pasukan
Romawi ke Timur Tengah; dan ia dikalahkan oleh orang
Parthia.
Di Roma, Pompeius bersekongkol dengan anggota
senat yang anti-Caesar, memberi perintah kepada Caesar
supaya meletakkan jabatan sebagai Kepala Daerah
Propinsi Galia dan kembali ke Roma sendirian tanpa
pasukan. Memang menurut hukum yang berlaku, jenderal
tidak diizinkan untuk membawa masuk pasukannya ke
dalam Kota Roma, melainkan meninggalkannya di suatu
tempat di sebelah Utara Sungai Rubikon. Sebagai
imbangan, Caesar meminta Pompeius juga meletakkan
jabatannya, namun Pompeius menolak mentah-mentah.
Dengan mengabaikan hukum, Caesar dan
tentaranya menyeberangi Rubikon pada 50 SM dan
menyerbu Kota Roma untuk melancarkan sebuah kudeta.
Pompeius dan beberapa orang senat takut dan lari ke
Timur. Caesar terus mengejar hingga ke Mesir. Dalam
perburuannya, pasukan Caesar berhasil memenggal
kepala Pompeius. Setelah ikut campur tangan dalam
kemelut di kerajaan Mesir, dengan mendudukkan kembali
Cleopatra sebagai Ratu Mesir, Caesar menuju Asia Kecil
dan memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang
ingin merobohkan pemerintahan Romawi di Asia Kecil. Di
dalam peristiwa itu, karena selalu dengan mudah dapat
mengalahkan lawan-lawannya, Caesar berkata: Veni, Vidi,
Vici – saya datang, saya melihat, dan saya menang. Pada
46 SM, Caesar pulang membawa kemenangan. Sejak itu
Caesar memerintah sebagai diktator. Pada 15 Maret 44
89

SM, Caesar didekati oleh segerombolan senator, termasuk


Junius Brutus, keturunan Brutus yang menggulingkan
Tarqin, dan kemudian membunuhnya.
Kematian Caesar menimbulkan pergulatan sengit
dan lama di antara petinggi politik dan militer untuk
menduduki kursi kekuasaan. Octavianus, cucu
keponakan Julius Caesar, yang baru berumur delapan
belas tahun, ikut terlibat dalam pergulatan ini. Karena
merasa seperti anak Caesar (Caesar sendiri tidak
mempunyai anak), Octavianus berusaha merebut
kemenangan politik dengan mencari dukungan pasukan-
pasukan Caesar dan menunjuk Marcus Antonius, ajudan
dan sahabat terdekat Caesar, sebagai pendukung
utamanya. Serangkaian pertempuran pada tahun-tahun
berikutnya dapat menyingkirkan lawan-lawan politiknya
dalam rangka merebut kekuasaan. Kemudian, bersama
Lepidus, seorang abdi negara yang dihormati, mereka
bertiga membentuk ‘triumvirat’ kedua. Untuk
menyederhanakan pemerintahan, ketiga orang ini, pada
36 SM, membagi kekaisaran Romawi menjadi tiga unit
administrasi. Octavianus menguasai Roma dan wilayah
bagian Barat (Spanyol), Lepidus di wilayah Tengah (Afrika
Utara dan Sisilia), dan Marcus Antonius menguasai Mesir
dan wilayah bagian Timur. Namun tidak lama, Lepidus
digulingkan oleh kedua koleganya tersebut.
Marcus Antonius mengawali pemerintahannya di
kota kosmopolitan Alexandria (Afrika Utara), dimana ia
jatuh cinta kepada Ratu Mesir, Cleopatra, yang kemudian
dinikahinya. Dia sering menghadiahi istrinya dengan
benda-benda yang mahal, yang kemudian menimbulkan
90

kabar angin bahwa ia berniat memberikan kota Roma


kepada istrinya sebagai hadiah. Octavianus menggunakan
ini sebagai alasan menyerang Antonius. Perang saudara
pecah lagi, berakhir pada 28 SM, dengan kekalahan
Antonius di Actium dan bunuh dirinya Cleopatra dengan
gigitan ular. Sekarang Roma benar-benar diperintah oleh
satu orang, Octavianus, yang bergelar Caesar Augustus.
Masa pemerintahan Augustus merupakan zaman
emas Kekaisaran Romawi. Wilayah kekuasaannya
membentang hingga Laut Atlantik, di sebelah Barat;
Sungai Donau (Danube) dan Sungai Rhine, di sebelah
Utara; Gurun Sahara, Afrika, dan Gurun Arab, di sebelah
Selatan; dan Sungai Eufrat dan Laut Hitam, di sebelah
Timur. Kesenian dan kesusasteraan mulai menjadi bagian
kehidupan yang penting di banyak kota besar di Roma.
Karena Peradaban Yunani dinilai lebih halus dan
tinggi, banyak pemuda Roma lebih suka mempelajari
kebudayaan dan bahasa Yunani di Athena. Sehingga di
seluruh wilayah Kekaisaran Romawi berkembang dua
kebudayaan dan bahasa: di bagian Timur berkebudayaan
dan berbahasa Yunani, dan di bagian Barat
berkebudayaan dan berbahasa Latin. Negeri-negeri yang
terpengaruh oleh bahasa Latin sampai kini mempunyai
bahasa yang berdekatan dengan bahasa Latin, seperti
bahasa Italia, Spanyol, Portugal, dan Perancis.
Proyek-proyek pembangunan dilaksanakan untuk
membuat jalan, jembatan, terowongan air, stadion besar,
apartemen, dan bangunan-bangunan publik lainnya di
Kota Roma maupun di seantero kekaisaran. Kuil-kuil
dibangun dan Augustus mendorong ketaatan kepada
agama Romawi. Augustus mengizinkan penghormatan
91

atas pribadinya selagi masih hidup, tapi belum sampai


menjadi sosok ilahi. Dan hal ini akan semakin meningkat
pada masa kaisar-kaisar sesudahnya, yang pada akhirnya
bertemu dengan konsep keilahian Kristen.
Kaisar Augustus senang ikut campur langsung dan
memilih penguasa kerajaan-kerajaan kecil yang berada di
tepi-tepi kekaisarannya. Contohnya ketika Raja Herodes
dari Yudea (Yehuda), Palestina, meninggal pada 4 SM,
Augustus lah yang menjadi wali atas wilayah itu. Herodes
tercatat sebagai raja bertangan besi: membebankan pajak
yang berat, menindas tanpa ampun, dan mengabdikan
dirinya dan seluruh kota bagi orang Romawi majikannya.
Pada 37 SM, ia menyerang Yerusalem, darah manusia
mengalir dan memerciki halaman Bait Suci. Setelah
kemenangannya, Herodes memasang Garuda Emas,
lambang Romawi di atas pintu gerbang Bait Suci. Pada 4
SM, di ranjang kematiannya, Herodes mendengar kabar
bahwa para rabi pemberontak tertangkap basah sedang
menurunkan Garuda Emas dari atas gerbang Bait Suci. Ia
memerintahkan mereka dibakar hidup-hidup, seluruh
pemuka warga Yudea ditangkap dan dibantai segera
setelah kematiannya sendiri. Dan begitulah Herodes
Agung meninggal. Dalam wasiatnya, ia menyerahkan
takhta pada anak tertuanya yang masih hidup, Archelaus.
Dia langsung pergi ke Bait Suci untuk mengambil hati
orang banyak. Namun para pemberontak telah menduduki
Bait Suci, menuntut hukuman bagi para pembunuh
teman-teman mereka, yaitu para pencuri Garuda Emas.
Ketika negosiasi gagal, Archelaus mengirim pasukan, dan
membantai para pemberontak, lalu ia pergi ke Roma. Saat
92

itu sepertinya semua orang Israel mendambakan seorang


Mesias: Juru Selamat yang akan menyalamatkan Bangsa
Israel dari tangan keturunan Herodes yang mereka benci
dan dari penindasan Romawi di seluruh negeri.
Pemberontakan terus berlangsung dimana-mana. Pada 6
SM, Augustus memecat Archelaus dan mengasingkannya
ke Galia. Untuk pertama kalinya Yudea berada di bawah
kendali langsung Romawi.
Augustus hanya punya satu anak perempuan,
Julia, dari perkawinan pertamanya. Istri kedua Caesar,
Livia, punya anak laki-laki dari perkawinan pertamanya;
anak itu adalah Tiberius. Augustus memerintahkan
Tiberius menceraikan istrinya, mengawinkan Tiberius
dengan Julia dan mewariskan takhta kepada Tiberius.
Pada tahun 14 M, Augustus meninggal, dan Tiberius
menjadi kaisar.
BAGIAN 10
KALENDER ROMAWI

Romawi memiliki kalender sejak Kota Roma didirikan oleh


Romulus tahun 753 SM. Kalender yang digunakan adalah
lunisolar, yang didasarkan pada pergerakan bulan dan
matahari. Awal tahun adalah awal musim semi, dan
bertepatan dengan awal pembangunan Kota Roma, yang
ditetapkan sebagai tahun 1 AUC (ab urbi condita=sejak
kota dibangun). Kalender Romawi memiliki sepuluh bulan.
Nama-nama bulan dalam kalender Romawi adalah
Martius (Mars, dewa perang) sebagai bulan pertama,
Aparailis (Aprilia, dewi cinta) sebagai bulan kedua, Maius
(Maia, dewi kesuburan) sebagai bulan ketiga, Junius
(Juno, istri dewa Jupiter) sebagai bulan keempat, Quintilis
(Quinque, artinya 5) sebagai bulan kelima, Sextilis (Sex,
artinya 6) sebagai bulan keenam, September (Septem,
artinya 7) sebagai bulan ketujuh, October (Octo, artinya 8)
sebagai bulan kedelapan, November (Novem, artinya 9)
sebagai bulan kesembilan, December (Decem, artinya 10)
sebagai bulan kesepuluh.
Pada tahun 717 SM, Raja Roma, Numa Pompillus,
menambahkan dua bulan dalam kalender Romawi, yaitu
bulan Januarius dan Februarius. Bulan Januarius
ditetapkan sebagai bulan pertama dan bulan Februarius
ditetapkan sebagai bulan kedua. Januarius adalah nama
93
94

yang berasal dari nama dewa Janus, dewa ini berwajah


dua, menghadap kemuka dan kebelakang, hingga dapat
memandang masa lalu dan masa depan, oleh sebab itu
Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama. Februarius
diambil dari upacara Februa, yaitu upacara semacam
bersih desa untuk menyambut kedatangan musim semi.
Dengan ini februarius menjadi bulan yang kedua, sebelum
musim semi datang pada bulan Martius.
Demikianlah, maka bulan-bulan yang terdahulu
letaknya di dalam kalender baru menjadi tergeser dua
bulan, dan susunannya menjadi: Januarius, Februarius,
Martius, Aparailis, Maius, Junius, Quintilis, Sextilis,
September, October, November, dan December.
Masing-masing bulan 30 hari, kecuali bulan
Februarius sebagai bulan terakhir hanya 24 atau 25 hari,
sehingga jumlah setahun 354 atau 355 hari. Agar tahun
baru tetap jatuh pada tanggal 1 Martius (awal musim
semi), maka setiap tiga tahun sekali disisipkan bulan
interkalasi, setelah bulan Februari.
Pada tahun 46 SM (708 AUC), Julius Caesar,
merubah kalender lunisolar Romawi menjadi kalender
solar. Julius Caesar mengambil sistem kalender dari
bangsa Mesir. Masyarakat Mesir purba menyembah dewa
matahari dan kehidupan mereka sangat tergantung pada
pasang dan surut Sungai Nil, sehingga mereka sejak
tahun 4236 SM membuat kalender solar untuk menandai
musim banjir, musim tanam dan musim panen.
Dengan bantuan Sosigenes, seorang ahli astronomi
Yunani di Iskandariah, Mesir, awal tahun Romawi serta
jumlah hari dalam setiap bulan disesuaikan dengan
kalender Mesir. Tahun baru digeser dari Martius menjadi
95

Januarius. Akibatnya, September menjadi bulan


kesembilan. Nama bulan Quintilis diganti bulan Julius,
diambil dari nama Julius Caesar. Banyaknya hari dalam
sebulan: Januarius 31, Februarius 28 atau 29, Martius
31, Aparailis 30, Maius 31, Junius 30, Julius 31, Sextilis
31, September 30, October 31, November 30, dan
December 31.
Tahun 708 AUC ditetapkan oleh Julius Caesar
menjadi tahun 1 Julian, yang kemudian dikenal sebagai
kalender Julian. Oleh karena merupakan tahun transisi
dari sistem lunar ke sistem solar, tahun itu ditambah 90
hari: 67 hari diletakkan antara November dan December,
dan 23 hari sesudah Februari. Jadi tahun 1 Julian
berjumlah 445 hari.
Kaisar Romawi berikutnya, Octavianus Augustus,
ingin juga mengabadikan namanya dalam kalender.
Namanya, Augustus, dipakai mengganti nama bulan
Sextilis. Lengkaplah sudah nama-nama bulan dalam satu
tahun kalender Romawi, yang bertahan sampai hari ini:
Januarius (Januari), Februarius (Pebruari), Martius
(Maret), Aparailis (April), Maius (Mei), Junius (Juni), Julius
(Juli), Augustus (Agustus), September, October (Oktober),
November, dan December (Desember).
Setelah orang-orang Romawi memeluk agama
Nasrani, kalender Julian tetap digunakan, bahkan makin
meluas pemakaiannya di kalangan bangsa-bangsa Eropa.
Pada tahun 572 Julian, seorang pejabat tinggi kepausan
di Roma, Dionysius Exiguus, menetapkan perhitungan
tahun Anno Domini (“Tahun Tuhan”).
96

Berdasarkan perkiraan Dionysius bahwa Nabi Isa


al-Masih lahir pada tahun 47 Julian, maka tahun 47
Julian ditetapkan sebagai tahun 1 Anno Domini, dan
angka tahun 572 Julian diganti dengan memundurkannya
menjadi 526 AD. Jadi sejak tahun 526 berlakulah
hitungan tahun AD yang berlangsung sampai sekarang. Di
Indonesia, Anno Domini disebutnya tahun Masehi.
Kalender Masehi atau kalender Julian memakai
patokan 365,25 hari (365 hari 6 jam) setahun dengan
kabisat empat tahun sekali, yaitu yang angka tahunnya
habis dibagi empat. Patokan ini berlebih 11 menit 14 detik
(0,0078 hari) dari yang seharusnya. Akibatnya terjadi
kesalahan satu hari dalam setiap 128 tahun, atau tiga
hari dalam 400 tahun. Pada tahun 1582 kesalahan
kalender mencapai sepuluh hari. Saat matahari melintasi
khatulistiwa atau awal musim semi (vernal equinox) jatuh
pada 11 Maret, padahal seharusnya 21 Maret.
Maka Paus Gregorius XIII membentuk komisi yang
dipimpin Christophorus Clavius dan bertugas mengoreksi
kalender berdasarkan naskah Novae Restituendi
Calendarium dari Luigi Giglio, ahli astronomi dari
Universitas Perugia. Hasil revisi komisi itu disahkan Paus
Gregorius XIII melalui keputusan yang berjudul
Calendarium Gregorianum. Hari Santo Francis tanggal 4
Oktober 1582 merupakan hari terakhir kalender Julian.
Selanjutnya angka tanggal dilompatkan sepuluh: Kamis 4
Oktober 1582 harus diikuti oleh Jum’at 15 Oktober 1582.
Untuk memperkecil kesalahan pada masa mendatang, tiga
dari empat sentesimal (tahun peralihan abad) yang selalu
kabisat dibuat sebagai tahun biasa. Jadi 1600 kabisat;
1700, 1800 dan 1900 tahun biasa; 2000 kabisat lagi, dan
97

seterusnya. Sistem Gregorian ini ternyata cukup akurat,


hanya berlebih 0,0003 hari per tahun. Untuk mencapai
kesalahan satu hari diperlukan waktu 3333 tahun. Jadi,
kalender Gregorian baru perlu dikoreksi pada awal abad
ke-50 Masehi.
Pada mulanya yang mengikuti keputusan Paus
untuk mengubah kalender sudah tentu hanyalah negara-
negara Eropa yang mayoritas Katolik. Adapun negara-
negara Protestan, Anglikan dan Ortodoks tetap memakai
kalender Julian. Mereka mencurigai jangan-jangan
keputusan Paus itu hanya taktik untuk mengembalikan
otoritas Katolik Roma di bidang agama. Apalagi Paus
Gregorius XIII sangat dibenci kaum Protestan, sebab
memprakarsai pembunuhan massal orang Protestan pada
Hari Santo Bartholemeus di Paris tahun 1572.
Menjelang akhir abad ke-17 Masehi, tahun 1698,
seorang ilmuwan Jerman yang berwibawa saat itu, Prof.
Dr. Erhard Weigel, berkirim surat kepada raja-raja Eropa
yang beragama Protestan agar menerima kalender
Gregorian. Weigel menegaskan bahwa pemakaian kalender
itu tidaklah berarti tunduk kepada Paus. Ini masalah
ketepatan peredaran benda langit, kata Weigel, bukan
masalah agama. Maka pada awal abad ke-18 Masehi,
negara-negara Protestan menerima kalender Gregorian.
Inggris negara Anglikan mengikuti pada tahun 1752,
dengan menyatakan tanggal 2 September 1752 langsung
disusul oleh 14 September 1752. Hal ini juga berlaku
untuk seluruh jajahan Inggris, termasuk Amerika Utara
yang saat itu belum merdeka.
98

Negara-negara Eropa Timur yang menganut


Kristen Ortodoks baru menerima kalender Gregorian
sesudah Perang Dunia Kesatu berakhir. Rusia
memberlakukannya tahun 1918 dengan menyatakan
bahwa 31 Januari langsung disusul 13 Februari. Negara
Eropa terakhir yang menerima kalender Gregorian adalah
Yunani tahun 1923.
Akan tetapi kalender Julian tetap digunakan oleh
Gereja Ortodoks khusus untuk menentukan Hari Natal.
Sampai sekarang mereka merayakan Natal pada tanggal 7
Januari (25 Desember menurut kalender Julian), dua
minggu lebih lambat daripada umat Kristen lainnya.
Di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin,
penyebaran kalender Gregorian dilakukan oleh negara-
negara Eropa yang menjajahnya.
Di Indonesia sampai awal abad ke-20 Masehi,
kalender Hijriyah masih dipakai oleh raja-raja Nusantara.
Bahkan raja Karangasem yang beragama Hindu, Ratu
Agung Ngurah, dalam surat-suratnya kepada Gubernur
Jenderal Hindia Belanda yang beragama Nasrani, Otto van
Rees, pada tahun 1894 masih menggunakan tarikh 1313
Hijriyah. Kalender Gregorian secara resmi dipakai di
seluruh Indonesia mulai tahun 1910 dengan berlakunya
Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap, hukum yang
menyeragamkan seluruh rakyat Hindia Belanda. (Anshory,
http://irfananshory.blogspot.co.id, akses 4 Juli 2016).
BAGIAN 11
NUBUAT JURU SELAMAT

Pada masa itu, tradisi nubuat seperti dalam


Alkitab masih berlangsung. Orang Yahudi menantikan
kembalinya Elia, mereka ingat bahwa Yesaya pernah
menjanjikan Juru Selamat bagi Israel. Dan kini, meskipun
berbahaya, beberapa pengkhotbah tak resmi ikut
menyumbangkan pendapat mereka ke dalam pemikiran
utama Yahudi. Salah seorang pengkhotbah itu: Yohanes,
mengajarkan bahwa dosa bisa dibersihkan dengan mandi
di Sungai Yordan. Paling tidak bagi satu orang, Yesus bin
Yusuf, pemandian membawa pencerahan.
Seperti orang lain yang sudah tercerahkan, Yesus
perlu bertapa di gurun pasir untuk merenung. Setelah
beberapa saat ia kembali untuk mencari pengikut – dari
umat Yohanes pembaptis. Yesus bersama murid-muridnya
pergi dan melihat Bait Suci, dengan gerbang emasnya,
halamannya yang penuh sesak, koridornya yang dipenuhi
pedagang, kemenyan, dan persembahan, serta tempat-
tempat penukaran mata uang asing. Karena suatu alasan,
para penukar uang itu membuat Yesus marah, dan
mengobrak-abriknya. Tak lama kemudian pihak
berwenang pun memutuskan untuk melenyapkan si
pembuat onar. Lalu, Yesus diadili, dijatuhi hukuman,
dianiaya, dan, disalib di antara dua pencuri, atas perintah
99
100

Pontius Pilatus (seorang Prokurator baru untuk Palestina,


yang ditunjuk langsung oleh Tiberius pada 21 M).
Dalam Alkitab diceritakan, sebenarnya Pontius
Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, tapi ia takut
para pemimpin agama Yahudi akan mengatakan kepada
Kaisar bahwa dirinya dianggap musuh Kaisar karena telah
membebaskan seseorang (Yesus) yang mengaku dirinya
sebagai raja orang Yahudi. Karena itulah, ia menyerahkan
Yesus kepada para prajurit untuk disalibkan. Jenazahnya
segera diturunkan karena Jum’at malam telah tiba – tidak
ada hukuman mati di hari Sabat – dan disemayamkan di
gua yang ditutupi sebongkah batu. Minggu paginya,
tubuhnya lenyap. Maria Magdalena, salah satu muridnya
(murid ke 13 dari 13 murid) mengaku melihat kuburan
Yesus dalam keadaan kosong. Murid-murid Yesus yakin
bahwa Yesus hidup, dia bangkit dari kematian. Mereka
kembali ke Bait Suci untuk menyiarkan Injil: Yesus wafat
di kayu salib, bangkit dari kematian, dan naik ke surga, ia
bisa kembali kapan saja. Perlahan-lahan para pengikut
Sang Jalan, begitulah mereka menyebut diri mereka
sendiri, bertambah banyak jumlahnya.
Pada tahun 37 M, Kaisar Tiberius meninggal,
digantikan keponakannya, Gaius, yang dijuluki Caligula.
Ia memanjakan Romawi dengan kekayaan yang ditimbun
pamannya. Setelah menghabiskan kekayaan yang tak
terhingga dan membunuhi teman-teman dekat secara
berlebihan, akhirnya Caligula dibunuh oleh seorang
pengawalnya pada 41 M.
Gaius Caligula adalah Kaisar Romawi yang mula
pertama memaklumkan keilahiannya: bahwa ia adalah
Tuhan, semasa pemerintahannya. Claudius akhirnya
101

didaulat menjadi kaisar baru. Pencapaian terbesar Roma


selama 13 tahun pemerintahan Claudius adalah
penaklukkan Britania. Pada tahun 43 M, orang Roma
mendirikan London. Komandan Romawi yang paling
efektif di Britania adalah Vespasianus, tak lama
kemudian, ia ditugaskan di Yudea.
Sementara di Yudea, Palestina, Herodes Agrippa,
cucu Herodes Agung, mendapatkan kembali sebagian
besar kerajaan kakeknya sebagai hadiah atas kemampuan
negosiasinya. Inilah tahun-tahun penting bagi para
Pengikut Sang Jalan. Mula-mula kelompok itu hanyalah
salah satu sekte Yahudi yang menjalankan beberapa
praktek tak lazim bagi pengikut Yahudi, dan ketika
seorang penganut baru bernama Stefanus mencaci maki
para Imam Agung di hadapan mereka, akibatnya Stefanus
dirajam sampai mati.
Dimulailah dari rumah ke rumah, orang-orang
beriman dipenjarakan, Rasul Yakobus dihukum mati atas
perintah Herodes Agrippa. Tapi, salah seorang penyiksa,
bernama Saulus, dari Tarsus, mendapat pandangan
dalam perjalanan menuju Damaskus. Lalu tanpa izin dari
Yerusalem, di Damaskus Saulus menyatakan bahwa
Yesus adalah Putra Allah (Putra Tuhan). Ia membuat
orang Yahudi Syria sangat jengkel sampai-sampai ia harus
melarikan diri di malam hari. Tapi setelah kembali ke
Yerusalem, para rasul tak mengizinkannya menjadi umat.
Tanpa berkecil hati, Saulus meninggalkan kota
untuk mengkhotbahkan Injil di mana saja dan ia berhasil
di kalangan orang-orang Yunani. Ini menimbulkan
masalah yang cukup rentan: apakah penganut baru yang
102

berkebangsaan Yunani harus mematuhi hukum Yahudi ?:


tidak boleh makan babi, dan semua laki-laki harus
disunat. Saulus kembali ke Yerusalem untuk
berkonsultasi dengan para tetua: sunat atau tidak ?
Akhirnya diputuskan: orang Yunani boleh makan babi,
dan tidak usah disunat, tapi mereka supaya berhenti
melakukan persembahan darah, pencekikan, dan seks di
tempat ibadah. Tiba-tiba menjadi jelas bahwa ajaran baru
ini bukan lagi sekedar sekte Yahudi, melainkan agama
baru. Penganut Yunani menyebut diri mereka Kristen
(kata Yunani Khristos berarti Mesias – Juru Selamat). Dan
Yesus Sang Mesias menjadi Yesus Kristus. Saulus
mengubah namanya menjadi Paulus. Ia menjadi duta
keliling gereja dan memberikan pengaruh pribadinya pada
agama yang masih muda itu.
Tempat para pengikut Yesus pertama kali dipanggil
Christianoi adalah di kota Antioch (Asia Kecil). Sepertinya
ini adalah nama panggilan yang diberikan oleh pihak lain
ketimbang nama yang dipilih oleh mereka sendiri. Bentuk
panggilan ini, dengan akhiran anos, adalah berasal dari
bahasa Latin, dan kata-kata dalam bahasa Latin dengan
akhiran ini biasanya merujuk kepada anggota dari faksi
politik, pengikut seorang pemimpin yang mencari
kekuasaan.
Jadi meskipun kaum Kristen awal memandang diri
mereka sebagai murid dari seorang guru, namun oleh
pihak luar mereka ini dianggap mengandung motivasi
politik. Ini sesuai dengan bukti dalam Alkitab yakni Yesus
dihukum mati dengan alasan bahwa ia mengklaim dirinya
sebagai Raja Yahudi. Karena pemerintahan Romawi
pernah menghadapi dua pemberontakan Yahudi di abad
103

pertama dan kedua Masehi, maka orang-orang yang


mengklaim keturunan Raja Yahudi selalu dicurigai.
Tindakan Saulus, yang paling berani, yaitu
menempatkan sosok Yesus sebagai Putra Allah, bisa jadi
merupakan tandingan bagi Kaisar Romawi, yang
menganggap dirinya Tuhan. Sebagaimana Kaisar
Augustus, setelah kematiannya, rakyat Romawi
mempertuhankan dirinya, karena pada masa hidupnya ia
menyandang berbagai macam gelar kehormatan yang
mengandung konotasi keagamaan yang jelas atau
terselubung, salah satunya adalah gelar divi filius, yang
artinya ‘Anak Tuhan’. Demikian halnya, di belakang hari,
dengan pengangkatan Yesus sebagai Tuhan oleh sebagian
besar aliran dalam Kristen, di samping karena penafsiran
ketuhanan yang tidak satu antara penganut Kristen di
wilayah-wilayah yang telah menyebar luas, juga, bisa jadi
menanggapi pemberian gelar Kaisar Romawi berikutnya,
Domitianus: dominus et deus – ‘Tuan dan Tuhan’.
Pada tahun 54 M, Claudius mati keracunan jamur,
dan Roma memiliki Kaisar baru: Nero muda yang kejam.
Ketika pada 64 M, api melalap sebagian besar Kota Roma,
Nero menuduh orang-orang Kristen di balik tragedi itu,
sehingga beribu-ribu orang Kristen dibunuh, baik yang
ada di arena perkelahian maupun yang ada di gua-gua
persembunyian; agama Kristen pun dilarang. Kelaliman
Nero itu menimbulkan kemarahan orang-orang Romawi
sendiri, dan ketika pada 68 M, istananya dikepung dan
diserang, tidak ada seorangpun yang membantunya,
akhirnya ia melarikan diri bersama beberapa temannya.
Nero diketahui bunuh diri.
104

Setelah Nero meninggal, terjadi perang perebutan


kekuasaan di antara para penguasa provinsi. Dalam
perang itu, Vespasianus, yang masih berada di Yudea,
berusaha mendapatkan dukungan legiun-legiun Timur
dan memotong jalur pasokan bahan makanan dari Mesir
ke Roma, sedangkan sekutunya, Antonius Primus, menuju
Italia. Teman-teman Vespasianus mengalahkan
pertahanan Vitellius, saingannya. Kembali ke Roma, tanpa
pikir panjang, pasukan Vitellius membakar kota,
menghancurkan kuil-kuil kuno dan membunuh beberapa
kerabat Vespasianus. Akhirnya, Vitellius terbunuh.
Seluruh Roma mengelu-elukan Vespasianus sebagai
kaisar in-absentia (putranya, Domitianus, yang
mewakilinya) pada 69 M.
Di musim semi, Vespasianus berlayar ke Roma. Ia
mengirim Titus dan Yosefus kembali ke Yerusalem untuk
menyelesaikan tugasnya, memadamkan pemberontakan
yang sering terjadi. Dan memang pada 70 M, terjadi
pemberontakan di Yerusalem. Titus berhasil menumpas
para pemberontak, dan tidak tanggung-tanggung, Kota
Yerusalem dan Bait Suci – Rumah Yahweh dihancurkan.
Pada tahun 79 M, Titus menggantikan Vespasianus
sebagai Kaisar Romawi.
Dalam masa pemerintahan Titus, sempat tercatat,
Gunung Visuvius meletus sehingga kota Pompeii tertutup
lahar setebal empat meter. Ketika kota itu digali, ternyata
masih utuh, dan hingga kini menjadi peninggalan sejarah
Romawi yang penting. Lava Visuvius telah menyapu bersih
seluruh kota dari peta dengan seketika; tidak ada seorang
pun yang sempat melarikan diri. Sebuah keluarga yang
sedang menyantap makanan mereka membatu saat itu
105

juga. Banyak pasangan ditemukan membatu dalam


keadaan sedang berhubungan badan. Hal yang paling
menarik adalah bahwa terdapat pasangan berjenis
kelamin sama dan juga pasangan muda mudi yang masih
kecil. Wajah dari beberapa jasad membatu yang digali
ternyata tidak rusak, dan memperlihatkan ekspresi wajah-
wajah kebingungan.
Musnahnya Pompeii adalah bentuk hukuman
Tuhan Semesta Alam. Catatan historis menunjukkan
bahwa Kota Pompeii adalah sarang foya-foya dan perilaku
menyimpang. Kota ini dikenal, di samping dengan
kemegahan dan kemakmurannya, juga dengan
meningkatnya pelacuran yang begitu tinggi sampai-
sampai jumlah rumah bordil tidak terhitung lagi. Tiruan
alat kelamin dalam ukuran aslinya digantungkan di depan
pintu-pintu rumah bordil.
Pengganti Titus adalah saudaranya, Domitianus
(81-96 M). Domitianus menciptakan tradisi baru dalam
pergantian kaisar, yakni sebelum mengundurkan diri atau
meninggal, ia telah menunjuk calon penggantinya.
Di seluruh Kekaisaran Romawi, kelompok-
kelompok kecil penganut Kristen memelihara iman mereka
yang diajarkan oleh Paulus dan para rasul, tapi mereka
harus berhati-hati, sebab agama mereka melanggar
hukum. Hal ini tidak biasa. Ketika penganut Kristen
bertambah banyak tiap tahunnya, akhirnya orang Roma
mulai terbiasa – dan bahkan mereka mulai menghormati
alternatif radikal kristiani yang bertentangan dengan nilai-
nilai Romawi. Pada tahun 110 M, Kaisar Traianus (Trajan–
106

Trajanus) berkompromi dengan mengeluarkan kebijakan:


berhenti mengejar orang Kristen.

Gambar 11.1 Manusia mematung oleh erupsi gunung Visuvius


(Sumber: http://mrhpompeiiproject.weebly.com, akses 4 Juli 2016)
BAGIAN 12
KAISAR MEMBANGUN FORUM

Dalam masa pemerintahan Traianus (Trajan) (98-


117 M), kekaisaran Romawi mencapai wilayah terluas,
melintasi sungai-sungai Donau sampai ke Dacia (sekarang
Rumania). Batas wilayah di Timur adalah Sungai Eufrat
dan Tigris, dan Kaisar sudah berhubungan dagang dengan
Raja Kaniska di India Utara. Forum yang dibangun
Traianus di Roma lebih besar dari bangunan-bangunan
Forum terdahulu.
Forum di kota-kota Romawi, yang dapat
disamakan dengan Agora di kota-kota Yunani, adalah
sebuah ruang terbuka sentral yang digunakan sebagai
tempat berkumpul, pasar, atau pertemuan-pertemuan
politik warga masyarakat kota. Setiap kota di Romawi
memiliki, paling tidak sebuah Forum. Tiap kaisar baru
Romawi mendirikan sebuah Forum yang lebih besar dari
pada sebelumnya demi kebesaran dirinya.
Setelah mengalami perubahan dan perkembangan,
Forum biasa didefinisikan sebagai ruang terbuka formal
berbentuk segi empat, dilengkapi dengan Collonade,
didekorasi dengan patung-patung dan diapit oleh
bangunan umum meliputi Basilica (assembly room atau
town hall – balai pertemuan), Curia (law courts – ruang
pengadilan), kuil, kantor-kantor kotapraja, bangunan
107
108

pajak dan pertokoan. Dekat Forum juga ditempatkan


Thermal (tempat pemandian umum). Thermal ini
perkembangan dari Gymnasium Yunani, mempunyai arti
yang penting dalam kehidupan sosial sehari-hari,
digunakan untuk kesenangan dan rileks. Semua kota,
yang kecil mempunyai Theatre dan yang besar mempunyai
Ampitheatre. Colloseum Roma yang sekarang masih ada
adalah bukti sejarah yang mengesankan dari sebuah
Ampitheatre dengan tempat duduk berkapasitas 50.000
orang.
Patut diduga, bahwa dasar sejarah tipikal Forum
Romawi bersumber pada tiga peradaban, yaitu berturut-
turut: hunian Terramara; kota-kota Etrusca; dan
kampung militer Castrum Romawi. Karakteristik utama
kota-kota Romawi Kuno adalah sebagai berikut: (a) adanya
sumbu dari jalan-jalan utama dan jalan-jalan kelas dua;
(b) adanya penekanan pada areal kosong pada persilangan
antara kedua jenis jalan; (c) lokasi sumbu dari bangunan
utama ‘square’ cocok dalam suasana kontras dibanding
dengan lokasi lateral pada kota-kota Hellenistik; dan (d)
kebanyakan, meskipun tidak selalu, batas yang berbentuk
segi empat dari hunian, secara jelas berlawanan atau
kontras dari lansekap sekelilingnya, berlawanan dengan
transisi dari kota ke lansekap sebagaimana biasa di
Yunani.
Kaisar Romawi selanjutnya, pewaris Traianus,
Hadrianus (117-138 M), menumpas pemberontakan
terakhir kaum Yahudi, dan membangun kota baru, Aelia
Capitolina, di reruntuhan Yerusalem, dengan Kuil Dewa
Yupiter nya, dan melarang semua orang Yahudi mendekati
kota itu. Hal itu menyebabkan pemberontakan besar-
109

besaran orang Yahudi, namun dapat dipadamkan. Setelah


itu, orang Yahudi dipindahkan menyebar ke seluruh
wilayah Romawi.

Gambar 12.1 Lay Out Forum di Kota Roma


(Sumber: https://c2.staticflickr.com, akses 4 Juli 2016)

Kaisar Hadrianus juga merupakan organisator, ia


memperbaiki susunan pegawai negeri dengan penetapan,
bahwa tiap-tiap pegawai harus diselidiki lebih dulu.
Kecuali itu, pegawai menerima gaji yang cukup dan diberi
hak untuk naik pangkat. Susunan pegawai itu menjadi
dasar susunan pegawai di seluruh Eropa.
110

Gambar 12.2 Lay Out Forum Romanum


(Sumber: https://sites.google.com, akses 4 Juli 2016)

Gambar 12.3 Lay Out Forum Trajan


(Sumber: http://america.pink, akses 4 Juli 2016)
111

Gambar 12.4 Perspektif Forum Romanum


(Sumber: http://www.akg-images.fr, akses 4 Juli 2016)

Gambar 12.5 Perspektif Forum Trajan


(Sumber: http://joekeatinge.com, akses 4 Juli 2016)
112

Gambar 12.6 Denah Colloseum


(Sumber: https://wildfiregames.com, akses 4 Juli 2016)

Gambar 12.7 Perspektif Colloseum (rekonstruksi)


(Sumber: http://www.vroma.org, akses 4 Juli 2016)
113

Gambar 12.8 Reruntuhan Colloseum


(Sumber: https://davidderrick.wordpress.com, akses 5 Juli 2016)

Setelah kematian Hadrianus, kaisar-kaisar


penggantinya tidak ada yang cakap, masa pemerintahan
mereka diwarnai dengan pemberontakan-pemberontakan.
Kaisar pengganti Hadrianus: Antonius (138-161 M),
kemudian Marcus Aurelius (161-180 M), dan sebelum
mengundurkan diri, ia menunjuk putranya, Commodus,
sebagai Kaisar. Perebutan kekuasaan terus terjadi hingga
284 M. Selama itu ada sekitar lima puluh kaisar silih
berganti berkuasa.
Ada kisah menarik yang diberitakan di dalam Kitab
Suci Agama Islam, Al-Qur’an, yakni tentang tujuh pemuda
beriman yang bersembunyi di dalam sebuah gua (Ashabul
Kahfi). Pada masa Kaisar Decius atau Decianus, yang
memerintah antara tahun 249-251 M, kekuasaannya
dikenal luas dengan penyiksaan yang dia lakukan
terhadap para pengikut Yesus. Memang, selama dua abad
pertama sejarah Kekristenan, penganiayaan yang
114

mengakibatkan kemartiran umumnya terjadi di sana sini


dan bersifat lokal. Namun hal itu berubah bersama
dengan periode penganiayaan yang dimulai tahun 250 di
bawah Kaisar Roma Decius.
Kini untuk pertama kalinya ada usaha di seluruh
kekaisaran untuk memaksa orang-orang Kristen agar
mematuhi aturan agama kekaisaran. Karena prihatin
dengan loyalitas warga negaranya, dalam masa
pemerintahannya yang singkat, Decius mensahkan suatu
hukum yang memaksa semua orang di bawah
kekuasaannya untuk melakukan persembahan terhadap
dewa-dewa Romawi. Mereka yang tidak patuh akan
dihukum mati atau pembuangan ke kamp kerja paksa
serta penyitaan semua harta hak milik.
Di seluruh Kekaisaran Romawi terjadi khaos di
kalangan jemaat Kristen selama lebih dari setahun.
Banyak orang mati sebagai martir, sementara yang lain
murtad dengan membawa persembahan seperti
diperintahkan, sebagian lain menemukan cara untuk
memperoleh sertifikat tenpa membawa kurban, sementara
yang lain lagi melarikan diri dari satu kota ke kota lain,
atau bersembunyi di perlindungan rahasia. Di wilayah
Ephesus, Asia Kecil, pemuda-pemuda beriman pengikut
Yesus terpaksa harus bersembunyi di dalam sebuah gua.
Mereka berjumlah tujuh orang. Oleh campur tangan
Tuhan, mereka tertidur di dalam gua selama ratusan
tahun. Para pemuda penghuni gua tersebut baru
terbangun ketika Tezusius menjadi kaisar Romawi. Kaisar
ini memerintah antara tahun 408-450 M.
Ketika Kekaisaran Romawi menderita, orang-orang
Jerman berjaya. Pada tahun 250-an M, gelombang suku-
115

suku Jerman, suku-suku yang datang dari hutan-hutan


rimba di balik Sungai Rhine, di antaranya: Suku Frank,
Vandal, Suebi, dan Goth, menyerbu Galia (Perancis
sekarang), sedangkan yang lain melayari Sungai Danube
menuju Laut Hitam. Di muara Sungai Danube, mereka
membentuk angkatan laut yang terdiri dari 2000 kapal.
Pada tahun 268 M, sekitar 320.000 orang berlayar melalui
Selat Bosforus dan membanjiri Yunani, sehingga
mengancam Roma. Pada tahun itu juga, pasukan Romawi
bertemu dengan pasukan Jerman di Naissus (sekarang
Nish, Serbia) dan memperoleh kemenangan mutlak dalam
pertempuran paling penting Romawi sepanjang abad
ketiga Masehi. Kaisar Romawi, Gallienus, mengakhiri
pendudukan Jerman atas Yunani, dan – setelah ia
dibunuh – penggantinya berhasil merebut kembali Galia.
Sejak 280 M, kekaisaran tenang kembali. Sebagian orang
Jerman lari pulang, beberapa yang lain menetap di
wilayah Romawi, dan beberapa orang lagi mendaftarkan
diri sebagai prajurit Romawi.
Pada tahun 284 M, setelah ketegangan akibat
pemberontakan dan persekongkolan, tentara memahkotai
Diocletianus. Bersama Diocletianus (284-305 M), keadaan
kekaisaran agak membaik. Karena daerah kekuasaannya
luas dan sering terjadi perebutan kekuasaan, maka dia
membagi kekaisaran menjadi dua. Diocletianus sendiri
memegang gelar Augustus di wilayah Timur kekaisaran
dan menjadikan temannya, Maximianus, sebagai
Augustus di wilayah Barat. Dua orang bawahan ditunjuk
sebagai ‘kaisar’ di bawah mereka. Galerius di Timur dan
Konstantius di Barat.
116

Pada tahun 303 M, satu dasawarsa penganiayaan


hebat dimulai oleh Diocletianus dan Galerius. Mereka
mengeluarkan dekrit untuk memusnahkan semua
bangunan gereja di seluruh kekaisaran (gedung gereja
terpisah dengan bangunan lain muncul sekitar paro
pertama abad tiga Masehi) dan memerintahkan
pembakaran terhadap semua buku Kristen. Karena
banyaknya jumlah orang yang ditangkap bagi mereka
yang menolak memberikan persembahan kepada dewa-
dewi Romawi, Roma memutuskan untuk mengubah
hukuman mati menjadi kerja paksa di pertambangan-
pertambangan. Pada tahun 305 M, setelah 20 tahun
berkuasa, ia turun takhta untuk menikmati masa tuanya
dengan berkebun di istana yang tidak terbayangkan
megahnya, di kota Split, Kroasia. Setahun kemudian,
‘kaisar’ dari Barat, Konstantius, meninggal, digantikan
anaknya, Konstantinus. Kosntantinus siap berperang, ia
maju perang melawan Maxentius, penguasa wilayah Italia
dan Afrika Utara.
Pada tahun 312 M, Konstantinus memasuki Roma
sebagai penguasa Barat yang tanpa tanding. Pada tahun
313 M, Konstantinus bersama-sama Lisinius, ‘kaisar’
Timur, pengganti Galerius yang meninggal pada 311 M,
memaklumkan apa yang dikenal sebagai Dekrit Milano,
yang menjamin kebebasan beragama di wilayah
kekuasaan mereka. Di seluruh pelosok kekaisaran,
penyiksaan terhadap orang Kristen berhenti seketika, dan
bukan hanya itu, ketika para tahanan Kristen dikeluarkan
dari penjara bawah tanah, Konstantinus bermurah hati
pada mereka.
117

Konstantinus sendiri menyebut dirinya hamba


Allah. Satu-satunya hal kristiani yang tidak dilakukan
Konstatinus adalah dibaptis. Dan secara publik, ia masih
mencampurkan kesalehan Kristen dengan devosi kepada
Dewa Agung Matahari, yakni Matahari Yang Tak
Terkalahkan, yang sudah populer sejak masa para kaisar
dari abad terdahulu. Ketika pada 321 M, ia memaklumkan
bahwa Hari Minggu dikhususkan sebagai hari kebaktian,
tidak jelas entah Matahari Yang Tak Terkalahkan atau
Yesus Kristus yang ia maksudkan untuk disembah.
Perang saudara pecah pada 324 M, Lisianus dikalahkan
dan dieksekusi, dan dengan itu Konstantinus menjadi
penguasa tunggal kekaisaran Romawi.

Gambar 12.9 Gapura Kemenangan Konstantinus


(Sumber: http://rompedas.blogspot.co.id, akses 5 Juli 2016)
118

Untuk menghormati kaisar yang besar jasanya


mempertahankan serta menyelamatkan kerajaan Romawi,
didirikanlah gapura kehormatan. Gapura ini didirikan
pada tahun 315 M, ketika Konstantinus masih
bersemayam di kota Roma. Di kota itu, masih ada enam
buah gapura demikian.

Gambar 12.10 Pantheon di Roma


(Sumber: http://www.jcosmas.com, akses 5 Juli 2016)

Pantheon di Roma, didirikan pada masa Kaisar


Augustus, oleh Agrippa. Di bagian depan tampak Obelisk
dari Mesir, yang dijadikan penghias taman kuil itu.
Atapnya yang bulat melengkung itu ialah atap yang
terbesar di dunia pada saat itu.
BAGIAN 13
DE ARCHITECTURA LIBRI DECEM

De Architectura Libri Decem – The Ten Books on


Architecture adalah sumber tertulis tentang arsitektur
paling tua yang masih ada hingga sekarang, hasil karya
Marcus Vitruvius Pollio. Vitruvius, seorang penulis,
arsitek, dan insinyur, Romawi, yang hidup sekitar akhir
abad pertama Sebelum Masehi dan awal abad pertama
Masehi.
De Architectura – The Ten Books on Architecture
terdiri atas 10 buku. Buku 1, tentang Perencanaan Kota,
Arsitektur atau Teknik Sipil secara umum, dan kualifikasi
seorang arsitek atau insinyur sipil. Buku 2, tentang
Material Bangunan. Buku 3 dan 4, tentang Gaya (style)
Bangunan Kuil: Gaya Dorik, Ionik, dan Korinthia. Buku 5,
tentang Bangunan Sipil: Forum, Basilika, Teater,
Kolonade, Tempat Permandian Umum, dan Pelabuhan.
Buku 6, tentang Bangunan Domestik, khususnya
Bangunan Rumah. Buku 7, tentang Konstruksi Trotoir
Jalan, Mosaik Lantai, Stuko, Warna, dan Cat Dinding.
Buku 8, tentang Teknik Hidrolik, Penyediaan Air, dan
Akuaduk. Buku 9, tentang Geometri, Pengukuran,
Astronomi, Zodiac, dan Perhitungan Jam Matahari. Buku
10, tentang Penggunaan dan Konstruksi Mesin.

119
120

Arsitek dan arsitektur dijelaskan oleh Vitruvius


dalam Buku 1. Buku 1 terdiri atas 7 bagian. Bagian 1,
tentang Pendidikan Arsitek. Bagian 2, tentang Prinsip-
Prinsip Dasar Arsitektur. Bagian 3, tentang Bagian-Bagian
Arsitektur. Bagian 4, tentang Tapak Sebuah Kota. Bagian
5, tentang Dinding Kota. Bagian 6, tentang Petunjuk-
Petunjuk Jalan (Streets) melalui Angin. Bagian 7, tentang
Tapak untuk Bangunan-Bangunan Umum.
Dalam Buku 1 Bagian 1 dijelaskan, seorang arsitek
harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang berbagai
cabang studi dan beragam jenis pembelajaran, baik
praktek maupun teori. Praktek adalah latihan kerja secara
terus menerus dan teratur. Di sisi lain, teori adalah
kemampuan untuk menunjukkan dan menjelaskan
produksi ketangkasan pada prinsip-prinsip proporsi.
Arsitek yang menguasai keduanya (praktek dan teori),
seperti laki-laki bersenjata di semua titik, dan lebih cepat
mencapai objek. Seorang arsitek harus memiliki
ketrampilan dan pengetahuan tentang gambar sehingga
dengan mudah membuat sketsa untuk menunjukkan
pekerjaan yang ia usulkan. Seorang arsitek harus akrab
dengan ilmu ketrampilan, sastra, matematika, aritmetika,
sejarah, filsafat, musik, obat-obatan, hukum, optik, fisika,
dan ilmu astronomi.
Dalam Buku 1 Bagian 2 dijelaskan, bahwa
arsitektur terbangun oleh: order (ordinatio), arrangement
(dispositione), eurythmy (eurythmia), symmetry (symmetria),
propriety (decore), dan economy (oeconomia).
Order adalah penyesuaian keseimbangan detail
pekerjaan dan penataan proporsi dengan maksud untuk
hasil yang simetris. Arrangement adalah pengaturan dan
121

penempatan hal-hal ditempat yang tepat berdasarkan


karakter karya arsitektur. Eurythmy adalah tampilan yang
memiliki keindahan dan proporsi sesuai dengan
konteksnya. Hal ini bisa dicapai apabila suatu pekerjaan
yang memiliki ketinggian cocok dengan luasannya, dan
suatu pekerjaan yang memiliki keluasan cocok dengan
panjangnya. Symmetry adalah hubungan antar bagian-
bagian yang berbeda secara keseluruhan, dan sesuai
dengan bagian tertentu yang dipilih sebagai standar.
Dalam tubuh manusia ada semacam harmoni simetris
antara lengan, kaki, telapak, jari, dan bagian-bagian kecil
lainnya; dan demikian juga dengan bangunan yang
sempurna. Propriety adalah kepatutan yang timbul dari
penggunaan bangunan yang memiliki interior megah,
dengan pintu masuk – sebuah lapangan terbuka yang
elegan. Ia adalah kesempurnaan gaya yang datang ketika
suatu karya otoritatif dibangun pada prinsip-prinsip yang
disetujui. Economy adalah manajemen yang tepat dari
penggunaan bahan dan pemilihan tapak (lahan), serta
keseimbangan antara biaya dan akal sehat dalam sebuah
pembangunan karya arsitektur. Ia akan tercapai jika
terdapat kecocokan perencanaan untuk kalangan biasa,
untuk kalangan yang memiliki kekayaan besar, dan untuk
kalangan negarawan yang memiliki posisi tinggi.
Dalam Buku 1 Bagian 3, dijelaskan bahwa
bangunan arsitektur terdiri atas: bangunan publik dan
bangunan privat individual. Bangunan publik terdiri atas:
bangunan pertahanan, bangunan keagamaan, dan
bangunan dengan tujuan kemanfaatan. Bangunan
pertahanan meliputi bangunan dinding tembok kota,
122

menara pengawas (pertahanan), dan pintu gerbang kota.


Bangunan keagamaan yaitu kuil sakral tempat para dewa.
Bangunan dengan tujuan kemanfaatan meliputi di
antaranya adalah pelabuhan, pasar, tempat pemandian
umum, dan teater. Sementara bangunan privat individual,
berdasarkan penjelasan dalam Buku 6 dan 8, meliputi
bangunan rumah, kandang ternak, dan villa.
Bangunan arsitektur sebagaimana dijelaskan di
atas, harus dibangun dengan acuan: durability (firmitatis),
convenience (utilitatis), beauty (venustatis).
Durability adalah daya tahan (kekuatan).
Bangunan akan benar-benar memiliki daya tahan apabila
pondasi bangunan ditempatkan pada tanah yang padat,
dan dilakukan pemilihan bahan bangunan secara bebas
dan bijaksana. Convenience adalah keadaan yang nyaman
saat digunakan (kegunaan). Kenyamanan bangunan dapat
diperoleh melalui penataan apartemen yang sempurna,
tanpa halangan apapun saat digunakan. Beauty adalah
keindahan (estetika). Bangunan arsitektur akan memiliki
keindahan apabila ia menyenangkan dan memiliki selera
yang baik. Hal ini bisa tercapai dengan menerapkan
prinsip-prinsip proporsi dan simetri.
Dalam Buku 1 Bagian 4, dijelaskan bahwa dalam
perencanaan kota-kota berbenteng (berdinding tembok
keliling) sebaiknya dihindari pemilihan tapak di lokasi
yang tidak tinggi (rendah) dan tidak jauh (dekat) dari
rawa-rawa. Karena pada saat pagi, angin yang bertiup ke
arah kota akan bercampur dengan kabut rawa-rawa yang
mengandung racun dari makhluk rawa-rawa, sehingga
dapat membawa penyakit kepada penghuni kota. Dengan
demikian tapak tersebut menjadi tidak sehat.
123

Dalam Buku 1 Bagian 5, dijelaskan bahwa bentuk


kota dengan dinding tembok kelilingnya jangan dibuat
persegi atau dengan sudut-sudut yang menonjol, tapi
sebaiknya dalam bentuk yang melingkar, karena ini akan
memberikan pandangan dari banyak titik terhadap musuh
yang datang. Dinding tembok yang mengelilingi kota,
pondasinya harus ditempatkan pada tanah yang digali
dengan kedalaman tertentu, sehingga bagian dinding yang
tertanam di dalam tanah lebih besar (lebih dalam)
dibandingkan dengan bagian dinding tembok yang muncul
ke luar tanah. Dan ketebalan dinding tembok dibuat
sedemikian rupa sehingga pada bagian atas bisa untuk
menghadang dan bertempur dengan musuh yang
bermaksud melewatinya (menaiki dinding tembok dan
masuk ke dalam kota).
Dalam Buku 1 Bagian 6, dijelaskan bahwa setelah
benteng kota dibangun, maka hal yang harus diperhatikan
adalah penataan rumah-rumah terhadap jalan-jalan dan
lorong-lorong dengan mempertimbangkan iklim, seperti
angin dingin yang tidak menyenangkan, angin panas yang
melemahkan, dan angin lembab yang tidak sehat.
Dalam Buku 1 Bagian 7, dijelaskan setelah
penataan rumah-rumah, jalan-jalan, dan lorong-lorong
dalam kota, yang perlu mendapat perhatian adalah
penempatan dan penataan bangunan-bangunan publik
lainnya seperti forum dan kuil, dengan maksud untuk
kenyamanan dan kegunaan. Apabila kota itu lokasinya di
tepi laut, maka forum sebaiknya ditempatkan di dekat
pelabuhan. Dan untuk kuil-kuil sakral tempat para dewa
124

sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang memiliki


ketinggian, baik di dalam maupun di luar benteng kota.

Gambar 13.1 Order (Kolom) Romawi


(Sumber: http://www.keyword-suggestions.com, akses 5 Juli 2016)
DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Achadiati S., Y. (Ed)


1992 Sejarah Peradaban manusia Zaman Kreta. Jakarta:
Multiguna
1993 Sejarah Peradaban Manusia Zaman Romawi 1 – 3. Jakarta:
Multiguna.

Anshory, Irfan
Mengenal Berbagai Jenis Kalender.
(http://irfananshory.blogspot.co.id/2010/01/mengenal-
berbagai-jenis-kalender.html, akses 4 Juli 2016)

Bacon, Edmund N.
1974 Design of Cities. New York: Penguin Books

Beckner, Chrisanne
2008 100 Kota Paling Penting di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang:
Karisma Publishing Group.

Berg, H.J. Van Den; H. Kroeskamp; I.P. Simandjoentak


1953 Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia. Djakarta: J.B. Wolters.

Bertens, K.
1999 Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Burke, Gerald
1971 Towns in The Making. London: Edward Arnolt Ltd.

Catanese, Anthony J. & James C. Snyder


1979 Introduction to Urban Planning. New York: Mc Graw-Hill

Cooper, John M. (Ed)


1997 Plato Complete Works. Indianapolis: Hackett Publishing
Company, Inc.

125
126

Crompton, Samuel Willard


2007 100 Peperangan yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia.
Tangerang: Karisma Publishing Group.

Field, D.M.
2002 The World’s Greatest Architecture, Past and Present. Kingsnorth
Industrial Estate, UK: Grange Books.

Fletcher, Banister
1954 A History of Architecture. London: B.T. Batsford Ltd.

Freeman, Charles
2000 Bangsa Yunani Kuno. Batam Centre: Interaksara.

Gallion, Arthur B. & Simon Eisner


1996 Pengantar Perancangan Kota. Jakarta: Erlangga.

Gardner’s, Helen
1959 Art Through The Ages. New York: Harcourt, Brace & World Inc.

Goldhill, Simon
2001 ‘Drama Yunani dan Teori Politik’, dalam Rowe. Sejarah
Pemikiran Politik Yunani dan Romawi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Gonick, Larry
2006 Kartun Riwayat Peradaban Jilid I,II,III. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.

Gympel, Jan
1996 The Story of Architecture, From Antiquity to The Present. Cologne:
Konemann.

Hart, Michael H.
2005 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam Centre:
Karisma Publishing Group.

Haywood, John
2000 Bangsa Romawi. Batam Centre: Interaksara

Herodotus
The History. Terjemahan oleh George Rawlinson.
(http://www.documentacatholicaomnia.eu/03d/-484_-
430,_Herodotus,_The_History,_EN.pdf, akses 6 Juli 2016)
127

Kostof, Spiro
1991 The City Shape. London: Thames and Hudson Ltd.

Mansur, Moh. Dahlan


1956 Kita Dan Dunia. Djakarta: J.B. Wolters.

Mumford, Lewis
1961 The City in History, Its Origins, Its Transformations, and
Its Prospects. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Pane, Armijn
1951 Djalan Sedjarah Dunia. Djakarta: W. Versluys N.V.

Paparchontis, Kathleen
100 Pemimpin Dunia yang Berpengaruh di dalam sejarah Dunia.
Batam Centre: Karisma Publishing Group.

Parker, Steve
1998 Aristoteles dan Pemikiran Ilmiah. Jakarta: Quality Press.

Pevsner, Nikolaus
1976 A History of Building Types. London: Thames and Hudson Ltd.

Placzek, Adolf K. ( Editor in Chief )


1982 MacMillan Encyclopedia of Architecs. London: Collier
MacMillan Publishers.

Rose, Valentinus (Ed)


1899 Vitruvii De Architectura Libri Decem. Lipsiae: In Aedibus B.G.
Teubneri

Ross, W.D. (Ed)


Aristotle-Works. (http://www.constitution.org/ari/aristotle-
organon+physics.pdf, akses 30 Juni 2016).

Rowe, Christopher & Malcolm Schofield


2001 Sejarah Pemikiran Politik Yunani dan Romawi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Russell, Bertrand
2004 Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumalyo, Yulianto
2003 Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
128

Suprihadi; A. Prandito; dan Rashad Herman


Atlas Sejarah Dunia. Surabaya: Karya Pembina Swajaya.

Tames, Richard
2001 Apa Yang Terjadi Kemudian, Peristiwa Besar. Jakarta: Quality
Press.

Toynbee, Arnold
2005 Sejarah Umat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trachtenberg, Marvin & Isabelle Hyman


1986 Architecture, From Prehistory to Post-Modernism. London:
Academy Editions.

Vitruvius
1914 The Ten Books of Architecture. Terjemahan oleh M.H. Morgan.
Cambridge: Harvard University Press.

Watterson, Joseph
1968 Architecture A Short History. New York: W.W. Norton & Company
Inc.

Wirjosuparto, R.M. Sutjipto


1956 Sedjarah Dunia. Jakarta: Balai Pustaka

Yenne, Bill
2005 100 Peristiwa yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia. Batam
Centre: Karisma Publishing Group.

Young, Frances
2001 ‘Kristen’. dalam Rowe, Sejarah Pemikiran Politik Yunani dan
Romawi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Zucker, Paul
1959 Town and Square. New York: Columbia University Press.

INTERNET

http://america.pink/imperial-fora_2068390.html

https://ant3145crete.wikispaces.com/Phaistos
129

https://arsartisticadventureofmankind.wordpress.com/tag/palace-of-
knossos/

http://arthistoryresources.net/greek-art-archaeology
2016/acropolis.html

http://arthistoryresources.net/greek-art-archaeology-
2016/mycenae.html

http://backscreenpass.blogspot.co.id/2014/04/the-archaeology-of-
minoan-crete-maps.html

https://bucks.instructure.com/courses/200544/files/2586467?module_
item_id=1474323

http://class.lism.catholic.edu.au/dvd/ahist-
hsc/Myceneansociety/7architecturepalaces.html

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Plan_Acropolis_of_Athens.svg

https://c2.staticflickr.com/4/3409/5832772672_461a3502a6.jpg

https://davidderrick.wordpress.com/category/rome/page/3/

https://de.pinterest.com/pin/354799276871334418/

http://digital-gaffiot.sourceforge.net/f.html

http://eaglesanddragonspublishing.com/tag/tiryns/

https://en.wikipedia.org/wiki/Classical_Athens

https://en.wikipedia.org/wiki/Palatine_Hill

http://fotos.sapo.pt/asergio/pic/00027arh/

http://gutenberg.net.au/ebooks14/1400491h.html

http://hdimagelib.com/roman+forum+layout

http://home.arcor.de/atheneus/photo10/acropolismap.gif

http://historystuff.net/mycenaeans-the-first-greeks-1600-1200-bc/

http://innerspaceinteriordesign.com/tag/ortigia/
130

http://irfananshory.blogspot.co.id/2010/01/mengenal-berbagai-jenis-
kalender.html

http://joekeatinge.com/post/130345407642/humanoidhistory-1810-
book-engravings-by-paul

https://jumpingpolarbear.wordpress.com/2012/11/05/the-great-library-
of-alexandria/

http://love.flawlesslogic.com/Titans/hwr4.htm

http://minoanastronomy.mikrob.com/plans.html

http://mrhpompeiiproject.weebly.com/pompeii-after-the-eruption.html

http://navarinonetwork.org/thessalonikisymposium.org/olympia/wp-
content/uploads/2014/12/mycenae-fortress-time.jpg

https://newsela.com/articles/cities-history-rome/id/17153/

http://pindex.com/b/discover-history/the-persians-greeks/

http://pirate.shu.edu/~vigorimi/genealogy/first_millenium_BC.html

http://plato-dialogues.org/tools/acropol.htm

https://plus.google.com/photos/113682382407176049831/albums/583
9001225893943777

http://projectavalon.net/forum4/showthread.php?24467-St-Michael-s-
Mount-Electrostatic-Earthquake-Tsunami-action-in-the-UK

https://quizlet.com/70899324/ancient-art-history-midterm-i-
prehistoric-aegean-cycladic-minoan-and-mycenaean-art-and-5-others-
and-1-other-flash-cards/

http://republic-of-macedonia.jimdo.com/alexander-the-great-of-
macedon/

http://rompedas.blogspot.co.id/2010/02/final-blows.html

https://sites.google.com/site/latiniiforrabbits/

http://slideplayer.cz/slide/2848771/
131

http://sultanconan.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-penanggalan-
masehi-nama-bulan.html

http://uk.digiserve.com/mentor/minoan/malia_plan.htm

http://uniquemoments.ro/wp-admin/erechtheion-materials&page=7

https://wildfiregames.com/forum/index.php?/topic/20115-model-
principate-romans-wonder-colosseum/

http://www.afar.com/travel-guides/greece/agios-nikolaos/highlights

http://www.agathe.gr/overview/the_archaeological_site.html

http://www.akgimages.fr/C.aspx?VP3=SearchResult&VBID=2UMESQ4XI
4X74

http://www.alamy.com/stock-photo/clay-jugs.html

http://www.allposters.com/-sp/Performance-at-the-Theatre-of-Dionysos-
in-Athens-Ancient-Greece-Posters_i4230138_.htm?stp=true

http://www.ancient.eu/Circus_Maximus/

http://www.ancient.eu/image/348/

http://www.archiestudio.in/first_year_tips/geometry_and_form

http://www.athens123.com/Main_HTML/Mycenae/ancient-
mycenae_main-page.htm

http://www.bestworldtourism.com/5-famous-ancient-greek-buildings/

https://www.britannica.com/biography/Alexander-the-Great

https://www.britannica.com/event/Second-Punic-War

https://www.britannica.com/topic/Athena-Greek-mythology/images-
videos

http://www.documentacatholicaomnia.eu/03d/484_430,_Herodotus,_Th
e_History,_EN.pdf

http://www.dreamstime.com/royalty-free-stock-photo-ancient-palace-
phaestos-crete-island-image26717415
132

http://www.essential-architecture.com/ROME/RO-029.htm

https://www.flickr.com/photos/psulibscollections/5832526459

http://www.funkystockphotos.com/PICTURES-OF-GREECE/Greece-
Islands-Photos-Pictures-Index.html

http://www.gogreece.com/newsletters_archive/May_2008/heritage_walk
3.html

http://www.greece-is.com/alexander-the-great-macedonias-brilliant-
native-son/

http://www.hellenicaworld.com/Greece/Encyclopaedia/Britannica/11/e
n/Erechtheum.html

http://www.interkriti.org/crete/iraklion/phaistos.htmlhttp://www.memr
ise.com/course/238816/lyme-academy-western-art-survey/7/

http://www.irasov.com/Odpix.html

http://www.jcosmas.com/realphotopostcardseurope3.html

http://www.kenney-mencher.com/pic_old/aegean/aegean_helladic.htm

http://www.kenneymencher.com/pic_old/aegean/lesson_tiryns_and_myc
enae.htm

http://www.keywordsuggestions.com/aXNsYW5kIG9mIGNyZXRlIG1hcA/

http://www.keyword-suggestions.com/cm9tYW4gZm9ydW0gbWFw/

http://www.keywordsuggestions.com/cm9tYW4gY29sdW1uIHN0eWxlcw/

http://www.lascelleshistory.com/maps/

http://www.madeinsouthitalytoday.com/archaeological-italy.php

http://www.martelnyc.com/history-costume/roman-clothing.html

https://www.mirrorservice.org/sites/gutenberg.org/3/6/2/9/36296/36
296-h/36296-h.html

http://www.nathanwolfson.com/trips/greece2002/index_3.htm
133

http://www.newsbeast.gr/weekend/arthro/762465/arhaiologikes-
anakalupseis-pou-suglonisan-ton-kosmo

http://www.picturesque-peloponnese.com/tiryns.html

https://www.pinterest.com/arzaniarzani/alexander-the-great-in-
pakistan/

https://www.pinterest.com/explore/mycenaean/

https://www.pinterest.com/explore/trojan-war/

https://www.pinterest.com/historiasztuki1/7-sztuka-
staro%C5%BCytnego-rzymu/

https://www.pinterest.com/pin/1759287323996896/

https://www.pinterest.com/pin/270638258836443002/

https://www.pinterest.com/pin/296674694173995302/

https://www.pinterest.com/pin/310044755574214195/

https://www.pinterest.com/pin/44262008811256993/

https://www.pinterest.com/pin/493847915369620342/

http://www.sherwoodonline.de/crete/knossos.html

http://www.slideshare.net/bbednars/classical-greece-53512817

http://www.slideshare.net/srinaldipds/maps-ancient-and-medieval-
history

https://www.robertharding.com/index.php?lang=en&page=search&s=cla
y&smode=0&zoom=1&display=5&sortby=0&bgcolour=white&paged=7

http://www.romanmysteries.com/charioteer-facts

http://www.storyofmathematics.com/greek_plato.html

https://www.studyblue.com/notes/note/n/arh3056q2/deck/9918543

https://www.studyblue.com/notes/note/n/arh3056q2/deck/9918543
134

https://www.studyblue.com/notes/note/n/art-1101-exam
2/deck/4069279

https://www.studyblue.com/notes/note/n/final-exam-study-
guide/deck/4646583

https://www.studyblue.com/notes/note/n/picture-name-date-place-
exam-1/deck/12147438

http://www.timjyoung.com/ancient-city-maps.html

http://www.twcenter.net/forums/showthread.php?698284-Research-
Roman-Navy

http://www.villadiktynna.gr/crete-greece/sightseeing/archaeological-
sites.aspx

http://www.visioninconsciousness.org/Ancient_Civilizations_18.htm

http://www.vroma.org/~bmcmanus/arena.html

https://www.wastrox.com/asal-usul-nama-bulan-dalam-sistem-
penanggalam-masehi.html

http://www.web-es.eu/rom/forum-romanum-palatin/

http://www.zadumanie21w.republika.pl/rozne/tukidy/tukidy.htm
RIWAYAT PENULIS

Ashadi, lahir 25 Pebruari 1966, di Cepu, Jawa Tengah.


Pendidikan terakhir: sedang menempuh S3 Arsitektur di
Unpar. Ia aktif sebagai dosen di Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT-
UMJ), sejak tahun 1993. Jabatan Struktural yang pernah
dan sedang diemban yakni: Kepala Laboratorium
Arsitektur FT-UMJ (1996-2000); Ketua Program Studi
Arsitektur FT-UMJ (2000-2004 dan 2015-sekarang); Wakil
Dekan FT-UMJ (2004-2006); Kepala Pusat Afiliasi, Kajian
dan Riset Teknologi FT-UMJ (2007-2011); Kepala Lembaga
Pengembangan Bisnis FT-UMJ (2011-2015). Kegiatan
ilmiah yang pernah dan sedang dilakukan: Penelitian
Hibah Bersaing DIKTI, publikasi jurnal nasional maupun
internasional, dan presentasi ilmiah pada forum-forum
seminar skala nasional maupun internasional. Jabatan
Fungsional Dosen terakhir: Lektor Kepala.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai