Anda di halaman 1dari 3

Augustus Welby Northmore Pugin ( 1 Maret 1812 - 14

September 1852) adalah seorang arsitek , perancang, artis, dan


kritikus Inggris yang terutama diingat karena perannya sebagai
perintis dalam gaya Kebangkitan Gotik arsitektur . Karyanya
memuncak dalam merancang interior Istana
Westminster di Westminster , London , Inggris dan menara jam
yang ikonik, kemudian berganti nama menjadi Menara Elizabeth,
yang menampung lonceng yang dikenal sebagai Big Ben . Pugin
merancang banyak gereja di Inggris dan beberapa
di Irlandia dan Australia . Ia adalah putra Auguste Pugin , dan
ayah dari Edward Welby dan Peter Paul Pugin , yang melanjutkan
perusahaan arsitekturnya sebagai Pugin & Pugin . Ia juga
menciptakan Kastil Alton di Alton, Staffordshire .

Pugin adalah putra juru bahasa Prancis Auguste Pugin , yang beremigrasi ke Inggrissebagai
akibat dari Revolusi Prancis dan menikahi Catherine Welby dari keluarga Welby di Denton,
Lincolnshire , Inggris . Augustus lahir pada 1 Maret 1812 di rumah orang tuanya
di Bloomsbury , London , Inggris . Antara tahun 1821 dan 1838, ayah Pugin telah menerbitkan
serangkaian volume gambar arsitektur , dua yang pertama berjudulSpesimen Arsitektur Gotik dan
tiga Contoh Arsitektur Gotik berikut , yang tidak hanya tetap dicetak tetapi merupakan referensi standar
untuk arsitektur Gotik pada saat itu. Setidaknya abad berikutnya.

GAYA ARSITEKTUR GOTIK

Arsitektur Gotik berkembang sejak abad ke-12. Awalnya, arsitektur Gotik dikenali sebagai “Opus
Francigenum” atau “Gaya Prancis” karena memang mula-mula berkembang di Prancis. Julukan “gotik”
sebenarnya baru diberikan pada abad ke-16 oleh
Giorgio Vasari dengan konotasi negatif. Istilah “gotik” tidak spesifik merujuk pada bangsa Goth maupun
Ostrogoth, namun merujuk pada peradaban non-Romawi/nonJermanik, yang dianggap barbar dan tidak
berselera.
Awal popularitas arsitektur Gotik diyakini oleh seorang kepala biara (Abbott) bernama Suger
dengan merenovasi gereja dari biara (Abbey) St. Denis, di sebelah utara Paris, pada tahun 1137. Pada
awalnya Abbott Suger membangun ulang bagian westwork, membuat tiga lengingan pintu masuk dan
menambahkan elemen Rose windows, yaitu kaca patri hias berbentuk lingkaran. Kemudian Suger
melakukan perombakan bagian chancel uruk lebih banyak memasukan sinar matahari. Menurut
catatannya, Suger berpendapat bahwa pengalaman religius banyak dimanifestasikan dalam bentuk
kehadiran cahaya sehingga perombakan St. Denis ditujukan untuk menghadirkan cahaya ke dalam ruang
gereja secara artistik. Selain itu, artikulasi bentuk pada elemen-elemen bangunan seperti pada kolom dan
lengingan gereja Gotik menyajikan pengalaman ruang yang jauh berbeda dengan gereja Romanik.
Bagian chancel gereja St. Denis tidak lagi berupa dinding masif berbentuk setengah silinder seperti pada
gereja-gereja Romanik melainkan terartikulasi menjadi lebih kompleks berupa dua lapis ambulatory. Pada
bagian ini seluruh busur ditampilkan sebagai ribbed vault. Pada ambulatory lapis luar, bidang langit-
langitnya berbentuk segilima dan memiliki bidang kaca patri yang lebar dan banyak. Permukaan kolom-
kolom berpenampang kecil sehingga kolom tidak lagi nampak masif dan tebal seperti arsitektur
Romanik. Hasilnya, ruang dalam arsitektur Gotik tampak ringan dan bermandikan cahaya.
SEJARAH ARSITEKTUR GOTIK

Arsitektur bergaya Gotik lahir pada periode Romantik. Periode ini ditandai dengan beberapa
aliran arsitektur antara lain Byzanthium, Romanesque, Gotik, Renaissance, serta Baroque dan Rococo.
Pada umumnya arsitektur gaya Gotik dipahami sebagai satu warisan budaya yang telah eksis
sejak hampir 500 tahun lalu. Paham Renaissance mempercayai bahwa jatuhnya kekaisaran Romawi
mengakibatkan munculnya era kemerosotan (degradasi) kebudayaan, sebelum kemudian seni budaya
bangkit kembali pada abad ke 15. Untuk menandai pencapaian tersebut, para penulis paham Renaissance
menggambarkan bahwa seni abad pertengahan bagaikan lentera yang suram : “Masa Kegelapan” datang
ketika kaum barbar dari utara menginvasi dan ‘meruntuhkan’ budaya zaman purba dan menggantikannya
dengan kebudayaan mereka. Kaum Goth, yang sesungguhnya membuat sedikit kerusakan fisik ketika
mereka mengambil alih kekuasaan Romawi pada tahun 410 adalah suku yang dianggap bertanggung
jawab atas malapetaka ini. Karenanya terminologi Gotik dibuat oleh paham Renaissance sebagai bagian
dari definisinya sendiri.
Kerancuan etimologi ini hanya satu dari kekacauan yang ditimbulkan oleh arsitektur Gotik. Pada
awal abad 18, gaya Gotik kembali menjadi favorit dan dihargai oleh gerakan Romantik dengan
mengabaikan beberapa nilai yang telah diabaikan dan dianggap rendah oleh kaum Renaissance –
kebebasan irasional dan inti sari paham
Christianity (sebagai kebalikan dari arsitektur Renaissance yang sangat “rasional” dan “penyembah
berhala”. Pada bangunan-bangunan baru didirikan dengan gaya Gotik, para arsitek dan akademisi telah
meneliti dan mempertimbangkan sejarah dan maknanya.
Istilah gotik tersebut dianggap tidak sesuai dengan kategori dan kosakata yang telah disusun untuk
arsitektur era Klasik dan Renaissance, antara lain karena sangat asing dan berbeda, lebih mudah ditirukan
daripada dipahami. Terminologi Gotik tetap dipelihara, dengan mengabaikan absurditasnya, tidak ada
satupun periode arsitektur yang memberikan judul yang demikian tidak layak. Kemisteriusannya, terlihat
sebagai energi utama yang tertangkap pada istilah ‘Gotik’, dengan penambahan nada pada asal-muasal
kemisteriusannya, dongeng yang menyimpang, serta imajinasi liar mengenai kaum barbar dari utara.
Meskipun “Gotik” menjadi istilah yang tidak ada definisi arsitekturnya, tetapi gaya tersebut telah
didefinisikan melalui bentuk arsitekturnya, dan mengabaikan apapun arti yang disarikan atau dibaca
mengenainya.
Secara umum terdapat 3 (tiga) pendekatan yang cenderung dominan dalam interpretasi arsitektur Gotik,
yakni struktur, visual, dan simbolik.
Daftar Pustaka

https://en.wikipedia.org/wiki/Augustus_Pugin

http://arsibook.blogspot.com/2016/11/sejarah-arsitektur-gotik.html

(Sopandi, Septiadi. Sejarah Arsitektur. UPH Press, Jakarta, 2013)

Anda mungkin juga menyukai