Arsitektur Gotik
Pendahuluan
Pada umumnya arsitektur gaya Gothik dipahami sebagai satu warisan budaya yang telah
eksis sejak hampir 500 tahun lalu. Paham Renaissance mempercayai bahwa jatuhnya kekaisaran
Romawi mengakibatkan munculnya era kemerosotan (degradasi) kebudayaan, sebelum kemudian
seni budaya bangkit kembali pada abad ke 15. Untuk menandai pencapaian tersebut, para penulis
paham Renaissance menggambarkan bahwa seni abad pertengahan bagaikan lentera yang suram :
“Masa Kegelapan” datang ketika kaum barbar dari utara menginvasi dan ‘meruntuhkan’ budaya
zaman purba dan menggantikannya dengan kebudayaan mereka. Kaum Goth, yang sesungguhnya
membuat sedikit kerusakan fisik ketika mereka mengambil alih kekuasaan Romawi pada tahun 410
adalah suku yang dianggap bertanggung jawab atas malapetaka ini. Karenanya terminologi Gothik
dibuat oleh paham Renaissance sebagai bagian dari definisinya sendiri.
http://reksaalantap.blogspot.com/2013/07/makalah-arsitektur-ghotic.html
Dasar Filsafat
Arsitektur Gothik adalah gaya arsitektur yang berkembang selama periode Abad
Pertengahan. Gaya ini berevolusi dari arsitektur Romanesque dan diteruskan oleh arsitektur
Renaissance. Arsitektur Gothik berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16 di Perancis, sehingga
arsitektur Gothic dikenal selama periode sebagai “Gaya Perancis” (Opus Francigenum). Arsitektur
Gothik dikenal diterapkan pada sebagian besar bangunan katedral, biara dan paroki gereja-gereja di
Eropa. Pada perkembangannya gaya Gothik juga diterapkan pada arsitektur bangunan kastil, istana,
balai kota, balai serikat, universitas terkemuka dan sampai sejauh kurang dan rumah pribadi. Gaya
bangunan berarsitektur gothik yang memiliki karakter kuat dan mampu menarik emosi tersebut
dianggap sebagai karya seni yang tak ternilai
Sosial Budaya
1. Pendekatan Struktur
Pendekatan menekankan pada struktur rangka batu dari arsitektur Gothik, yang
terlihat sebagai logika rekayasa murni, seolah–olah pembuat bangunan hanya memiliki
sedikit hal dalam pikirannya, namun pengurangan dalam jumlah besar terhadap mural
(lukisan dinding) zaman Romanesque menjadi suatu perlindungan minimal dari batu. Pada
abad 19, pendukung sudut pandang ini menghubungkan Gothik dengan teknologi arsitektur
baru untuk besi dan baja. Sebagaimana skema kerangka arsitektur, Gothik secara konseptual
dapat dilihat tidak berbeda dengan Crystal Palace dan Menara Eifel.
2. Pendekatan Visual
Pendekatan kedua menafsirkan arsitektur Gotik sebagai bagian dari seni visual,
daripada bagian dari Ilmu Statika. Beberapa pengamat menekankan peran garis, yang
dilipatgandakan dan mengambil alih struktur interior yang terlihat serta mengubahnya dari
massa yang berat menjadi konfigurasi yang elegan, ringan dan berbentuk dinamis.
Penekanan lain pada pencahayaan, tidak hanya terhadap sinar yang dipancarkan lembaran
kaca berwarna, tetapi juga terhadap apa yang dinamakan efek terang benderang dimana
struktur gothik diperhitungkan untuk menciptakan tempurung rangkap visual yang secara
optis memotong soliditas struktur. Secara berurutan, interior gaya Gothik terlihat seperti
lapisan berbentuk kanopi yang saling berkaitan satu sama lain; atau menekankan adanya
orientasi diagonal rusuk kubah dan bentuk balok (kontras dengan gaya Romanesque yang
lebih terbuka).
3. Pendekatan Simbolik
Bangunan gothic yang sangat kompleks, seperti Katedral Amiens, tidak didirikan
dengan pertimbangan struktur dan visual saja, tanpa emosi yang kuat dan dalam. Selama era
Gothik, simbol-simbol intelektualitas dan keagamaan pada masa itu diekspresikan dalam
bangunan katedral. Aliran/mahzab intelektual yang sangat berpengaruh pada masa tersebut
adalah Scholasticism yang dipelopori oleh Saint Thomas Aquinas (1225 – 74), yang dalam
ensiklopedia Summa Theologica menyatukan isu agama dan intelektual pada tataran yang
sama. Keterkaitan penting antara mahzab Scholasticisme dengan arsitektur Gothik telah
berkembang, antara lain dalam terjemahan berbagai pandangan visioner pada dinding batu
dan kaca dekoratif dalam katedral.
Notre Dame,Paris