Arsitektur
Nusantara
Vernakular dalam Arsitektur
Tradisional
03
Teknik Arsitektur W121700027 Dea Putri Ghassani, S.T., M.T.
Abstract Kompetensi
Mahasiswa mengetahui dan Dari pemahaman tersebut mahasiswa
memahami vernakular dalam dapat mengerti dan menerapkan
arsitektur tradisional arsitektur tradisional didalam desain
Pendahuluan
Seperti halnya pendapat dari Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan
bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari
bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar tradisi
membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi
dalam hidup bersama.
Perbedaannya adalah arsitektur tradisional diwariskan turun temurun, jenis arsitektur ini
memiliki aturan yang diberlakukan turun-temurun dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Adapun
arsitektur modern yang mentransformasi bentuk atau konsep arsitektur tradisional tidak bisa
lagi disebut arsitektur tradisional. begitu juga bangunan-bangunan yang hanya mengambil
image atau bentuk arsitektur tradisional, tidak bisa dikatakan arsitektur tradisional.
Berbeda dengan arsitektur tradisional, arsitektur vernakular tidak terpaku pada suatu
aturan tertentu. Arsitektur vernakular berasal dari keadaan suatu daerah, jadi pada arsitektur
ini sangat berpengaruh dengan keadaan yang ada di daerah tersebut, mulai dari bagaimana
iklim, sampai bagamana perilaku masyarakat di daerah tersebut.
Arsitektur Tradisional
Kata tradisi berasal dari bahasa Latin traditionem, dari traditio yang berarti "serah
terima, memberikan, estafet", dan digunakan dalam berbagai cara berupa kepercayaan atau
kebiasaan yang diajarkan atau ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, biasanya
disampaikan secara lisan dan turun temurun. Sebagai contoh adalah tradisi kegiatan
masyarakat di Indonesia saat perayaan peringatan hari kemerdekaan RI di setiap tanggal 17
Agustus. Masyarakat Indonesia kerap menyelenggarakan perlombaan-perlombaan,
tumpengan dan berbagai kegiatan unik lainnya. Kegiatan semacam ini tidak diketahui kapan
dimulainya dan siapa yang memulainya. Namun demikian, kegiatan ini telah berlangsung
sekian lama secara berulang-ulang sehingga masyarakat menjadikan kegiatan tersebut perlu
dan harus dilakukan. Inilah yang bisa disebut sebagai tradisi. Demikian pula kegiatan-kegiatan
yang mengatasnamakan aktivitas-aktivitas keagamaan.
Tradisi adalah sebuah praktek, kebiasaan, atau cerita yang dihafalkan dan diwariskan
dari generasi ke generasi, awalnya tanpa memerlukan sebuah sistem tulisan. Tradisi sering
dianggap menjadi kuno; dianggap sangat penting untuk dijaga. Namun demikian ada juga
beberapa tradisi yang memang sengaja diciptakan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu;
Dalam tataran teoritis, tradisi dapat dipandang sebagai informasi atau terdiri atas
informasi. Informasi yang dibawa dari masa lalu ke masa kini dan dalam konteks sosial
tertentu. Sehingga informasi ini bisa dianggap sebagai bagian yang paling mendasar meski
secara fisik ada tindakantindakan atau aktifitas tertentu yang secara terus menerus juga
dilakukan pengulangan-pengulangan sepanjang waktu. Dengan demikian Tradisi adalah
sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus atau sebuah kebudayaan atau sebuah
hasil karya yang dianggap berhasil dan memiliki legitimasi dalam kurun waktu yang cukup
panjang dan bahkan sangat panjang (lama) yang diikuti oleh generasi generasi berikutnya
secara turun temurun.
Vernakular
Menurut Yulianto Sumalyo (1993), vernacular adalah bahasa setempat, dalam
arsitektur istilah ini untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya,
lingkungan termasuk iklim setempat, diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak
denah, struktur, detail-detail bagian, ornamen, dll).
Adalah Bernard Rudofsky (1910 – 1987) seorang pionir yang kemudian mencuatkan
kemunculan vernakular. Ia bukanlah seorang yang memiliki latar belakang akademis; hanya
seorang arsitek sekaligus seorang pengamat seni yang dengan kemampuannya berhasil
merilis sebuah buku tentang ”pakaian” yang berjudul Apakah Pakaian Kita Modern? Buku
yang berjudul asli “Are our Clothes Modern?” ini cukup menarik untuk disimak yang
menceritakan bahwa hampir semua kisah sejarah yang ditemuinya memaparkan “pakaian”
para raja-raja beserta lingkup kerajaannya serta pemuka agama. Hal inilah yang kemudian
mendorongnya untuk mengumpulkan dan menyajikan catatan maupun sketsa budaya
pakaian masyarakat biasa dari berbagai penjuru negeri. Catatan inilah yang kemudian
menarik perhatian banyak kalangan termasuk penyandang dana kelas dunia untuk
mensponsori penelitian-penelitian berikutnya. Termasuk juga kajian tentang arsitektur, yang
tentunya tetap mengusung sesuatu kebudayaan yang berasal dari masyarakat biasa –
masyarakat yang memiliki keunikan arsitektur tanpa diketahui siapa sang arsiteknya.
Rudofsky menyebut karya penelitian ini dengan istilah non formal architecture.
Hingga akhirnya dari hasil penelitiannya tersebut pada tahun 1964, ia pamerkan di
sebuah museum seni modern di New York bersamaan dengan peluncuran bukunya yang
berjudul “Arsitektur Tanpa Arsitek”. Sesuai judulnya buku ini memaparkan tentang pemukiman
dan rumah-rumah masyarakat biasa, yang jelas sangat berseberangan dengan kajian yang
banyak muncul disaat yang sama dimana fokus yang dipaparkan rata-rata lebih didominasi
pada bangunan istana, kerajaan ataupun bangunan keagamaan. Dari buku yang berjudul asli
“Architecture Without Architects” ini membuat banyak kalangan menjadi sadar bahwa
pandangan sempit selama ini tentang seni bangunan yang cenderung pada obyek
kemegahan dan keagungan raksasa kerajaan tersebut harus segera di sejajarkan dengan
sebuah karya hasil kejeniusan lokal masyarakat biasa.
Demikianlah sejak Rudofsky menggelar pameran bertajuk sama dengan bukunya yaitu
“Architecture Without Architects” ia kemudian menyebut jenis arsitektur ini dengan sebutan
“vernacular-architecture”. Jika dirujuk kedalam kamus-kamus bahasa, Istilah vernakular
ternyata merujuk kedalam ilmu bahasa (linguistik) yang secara harfiah berarti logat, dialek
atau bahasa asli setempat, sehingga tepat rasanya jika label vernakular ini oleh nya
ditempelkan pada jenis bangunanbangunan rakyat yang menunjukkan kadar kekentalan
lokalitas setempat. Sejak itu pula muncul para teoritisi yang memposisikan dirinya sebagai
pengamat atau pengkaji baru dalam teori arsitektur vernakular ini. Salah satunya yang paling
dijadikan rujukan oleh para pengkaji vernakular adalah Amos Rapoport. Berdasarkan tradisi
Seperti yang diungkan Bernard Rudofsky, bahwa arsitektur vernacular dibuat oleh
orang-orang biasa, sehingga muncullah pertanyaan: dari mana kemampuan membangun ini
berasal sehingga dihasilkan bangunan-bangunan yang bagus, indah, teratur, cocok dengan
kebutuhan, hemat energy dan berbagai keunggulan lain?
Untuk menjawab pertanyaan itu perlulah diketahui terlebih dahulu mekanisme yang
bekerja dalam masyarakatnya. Karena arsitektur vernacular adalah arsitektur milik bersama
dalam sebuah tatanan masyarakat baik individu maupun kelompok. Ada konsistensi aturan,
bentuk, penggunaan, bahan, ornament, dimensi, dan sebagainya yang tentunya
membutuhkan kesepakatan dalam masyarakat pendukungnya. Perlu dipahami berbagai jenis
masyarakat dan bagaimana mereka mengatur tugas-tugas para anggotanya.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak ragam arsitektur vernakular.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki arsitektur tradisional yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh berbagai aspek-aspek yang disebut di atas.
Sejak kemunculan teori-teori vernakular, banyak para praktisi yang berusaha untuk
melirik bangunan-bangunan vernakular untuk diadaptasikan dengan bangunan karya
modernnya.
Rumah tradisional Jawa, atau biasa disebut sebagai omah adat Jawa,
mengacu pada rumah-rumah tradisional di pulau Jawa, Indonesia. Arsitektur rumah
Jawa ditandai dengan adanya aturan hierarki yang dominan seperti yang tercermin
pada bentuk atap rumah. Rumah tradisional Jawa memiliki tata letak yang sangat mirip
antara satu dengan lainnya, tetapi bentuk atap ditentukan pada status sosial dan
ekonomi dari pemilik rumah.
Keterangan:
1. Lawang pintu
2. Pendopo
Sering sekali kita jumpai bentuk rumah jawa di era modern ini. Bentuknya yang unik
dan kesan rumah yang “adem” menjadikan arsitektur rumah jawa sebagai daya tarik.
Namun yang perkembang di era ini adalah hasil modifikasi dari arsitektur tradisional
jawa, seperti: