Anda di halaman 1dari 64

P E M E R I N T A H P R O V I N S I D K I J A K A R T A

PEDOMAN GAMBAR
P E R E N C A N A A N
A R S I T E K T U R _ U N T U K
R E K O M E N D A S I
D A N _ P E R I Z I N A N

Buku 1
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

bptsp.jakarta.go.id
P E M E R I N T A H P R O V I N S I D K I J A K A R T A

Pedoman Gambar:
Perencanaan Arsitektur untuk
Rekomendasi dan Perizinan

Buku 1
dari 3 Buku Seri

Jakarta, 2015
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Dengan bangga kami mempersembahkan Buku 1: Pedoman Gambar Perencanaa Arsitektur untuk Rekomendasi dan
Perizinan.

Buku pedoman ini dipersiapkan sebagai panduan untuk meletakan dasar-dasar tata cara perizinan kembali kepada
hakikatnya, yang sesuai dengan perencanaan komprehensif untuk kota Jakarta, untuk memudahkan para pemilik
bangunan beserta arsitek dalam proses pembangunan di masa depan.

Buku 1: Pedoman Gambar Perencanaan Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan, merupakan bagian dari
kompilasi 3 seri buku yang disusun atas dasar prinsip-prinsip tata cara perizinan yang bertujuan untuk melayani
kepentingan masyarakat, transparan, mempermudah, dan mempercepat proses pembangunan. Melalui kombinasi
prinsip ini, diharapkan Buku 1: Pedoman Gambar Perencanaan Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan ini
dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat serta menciptakan sistem pelayanan perizinan pembangunan yang
terpadu, mudah dan transparan.

Kami harap kedepannya, kita bersama-sama dapat berkontribusi untuk membangun kota Jakarta yang modern dan
nyaman untuk ditinggali.

Nyok Bareng-bareng Kite Jage dan Kite Bangun Kota Jakarte.

Jakarta, 2015

HAL. iv PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
KEDUDUKAN BUKU PEDOMAN

KEDUDUKAN BUKU PEDOMAN

Buku 1 Pedoman Gambar Perencanaan Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan

Buku ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yang tediri atas Bagian Pertama berisi tentang pedoman penggambaran,
standar format penggambaran dan kelengkapan dokumen, ditujukan bagi arsitek dan atau pemilik lahan yang berencana
mengembangkan persilnya sesuai kriteria pemohon yang sudah ditetapkan. Bagian Kedua memuat standar dan tata
cara teknis penggambaran dalam format *.dwg, yang dilengkapi standar penggunaan layer, format layout kertas terkait
penggambaran yang diserahkan dalam format softcopy *.dwg.

Buku 2 Pedoman Teknis Tata Bangunan untuk Rekomendasi dan Perizinan

Buku 2 ini adalah rangkuman aturan perancangan bangunan dan lingkungan yang berlaku dan digunakan di DKI Ja-
karta, terkait peraturan, kebijakan, dan standar perancangan (SNI) untuk kebutuhan Rekomendasi dan Perizinan. Buku
ini ditujukan bagi pelaku pembangunan di DKI Jakarta seperti arsitek dan pengembang (property developer), tetapi tidak
menutup kemungkinan juga digunakan bagi pihak akademisi dan masyarakat umum.

Buku 3 Panduan Layer CAD Gambar Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan

Buku 3 ini adalah standarisasi penggunaan layer pada program komputer berbasis CAD untuk penggambaran
arsitektural dan gambar bangunan lainnya. Penggunaannya wajib digunakan dalam setiap gambar yang diajukan untuk
proses rekomendasi dan perizinan di DKI Jakarta, untuk menyeragamkan dan memudahkan pemeriksaan dan kualitas
dari hasil perancangan.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. v
PROSES PERIZINAN

SKEMA PROSES PERIZINAN


BANGUNAN

PROSES PADA TINGKAT PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

Pengajuan Kelengkapan Dokumen Pengajuan Administratif Sidang Pengesahan

Dokumen Perencanaan
Bangunan

GPA SIDANG
Dokumen GPA sesuai
arahan pedoman
KONSULTASI ARSITEKTUR**
Dokumen Kesesuaian Meliputi pengecekan
Lengkap Dokumen dengan Layak terhadap Batasan Intensitas
Sinergis Regulasi dan Bangunan
PERENCANAAN Produk KRK
Lulus
TEKNIS* Belum Perlu
Dokumen Gambar
PERMOHONAN PTSP Kerja Arsitektural Sesuai
Ketentuan
Rekomendasi
Teknis***
PENGESAHAN****
Rencana Pembangunan Dapat dilanjutkan
Memperoleh untuk Pengajuan
Informasi dan dokumen: Izin
dokumen dari Satlak Mendirikan Bangunan
PTSP, KPTSP, atau Tidak Lulus
BPTSP: REVISI (IMB).
- Produk KRK; dan,
- Buku 1, 2, dan 3
GPS
Gambar SIDANG
KONSULTASI
Perencanaan
Struktur
STRUKTUR
BKPRD
Terkait perubahan dan/
atau pelampauan aturan
dan ketentuan teknis pada
lahan
GPI SIDANG
Gambar
KONSULTASI
Perencanaan
Instalasi
INSTALASI

* Merupakan bagian dari kelengkapan dokumen yang harus dimasukan

** Sidang yang melibatkan Tim Ahli dan Perangkat Pemerintah

*** Rekomendasi Teknis dikeluarkan oleh SKPD dan/atau bantuan dari Tim Ahli

**** Tahapan antara proses sidang hingga keluarnya rekomendasi pengesahan dapat dicapai
minimum dalam 1 (satu) hari sejak sidang dinyatakan Lulus.

HAL. vi PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN TEKNIS TATA BANGUNAN UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
PROSES PERIZINAN

1. PEMOHON 4. BKPRD 8. KONSULTASI TATA BANGUNAN


Pemohon dalam hal ini adalah orang atau badan hukum, Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Proses konsultasi pemohon dengan PTSP berupa
kelompok orang, atau perkumpulan yang mengajukan adalah Badan yang bersifat Ad Hoc di Provinsi dan pemeriksaan dan pengecekan secara administratif
Permohonan Perizinan Perencanaan Bangunan kepada Kabupaten/Kota dan memiliki fungsi membantu kelengkapan dokumen perencanaan bangunan untuk
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan mengisi formulir pelaksanaan tugas gubernur dan bupati/walikota dalam proses sidang.
permohonan informasi lahan. koordinasi penataan ruang di daerah.
9. REVISI
2. PTSP 5. DOKUMEN PERENCANAAN BANGUNAN
Pemberitahuan dan pengembalian dokumen kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah kantor Dokumen yang dipersiapkan Pemohon/Arsitek/Tim Pemohon untuk diperbaiki, dikarenakan terdapat
yang melaksanakan seluruh pelayanan perijinan kepada Perencana yang merupakan gabungan dari Dokumen GPA kekurangan atau ketidak sesuaian dengan standar
masyarakat. dan Lahan Perencanaan Teknis. administratif maupun penggambaran yang diharuskan
terdapat dalam dokumen.
3. KRK 6. GPA
10. SIDANG TATA BANGUNAN
Dokumen Informasi tentang persyaratan tata bangunan Gambar Perencanaan Arsitektur untuk Rekomendasi
dan lingkungan yang diberlakukan oleh pemerintah kota dan Perizinan adalah Dokumen gambar arsitektur yang Proses penilaian suatu permohonan izin bangunan oleh
pada lokasi tertentu, yang memuat informasi: menjelaskan desain bangunan yang memenuhi ketentuan PTSP terkait dengan pemenuhan persyaratan teknis
• Fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada penataan kota untuk pengajuan rekomendasi dan bangunan gedung baik dalam proses pembangunan,
lokasi bersangkutan; perizinan di PTSP. pemanfaatan, pelestarian, maupun pembongkaran
• Tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan; bangunan gedung, untuk mengeluarkan rekomendasi
• Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah 7. GAMBAR PERENCANAAN TEKNIS paling cepat dalam waktu 1 (satu) hari, bila telah sesuai
permukaan tanah dan Koefisien Tapak Basement dengan syarat dan ketentuan. Rekomendasi Teknis
Merupakan gambar kerja arsitektur/gambar teknis
(KTB) yang diizinkan, apabila membangun di bawah dari SKPD terkait diperlukan untuk beberapa jenis
bangunan gedung dan kelengkapannya yang mengikuti
permukaan tanah; pembangunan kategori sedang dan berat.
tahapan pra-rencana, pengembangan rencana dan
• Garis sempadan dan jarak bebas bangunan yang
diizinkan;
penyusunan gambar kerja sesuai pedoman dan standar 11. PENGESAHAN
teknis penggambaran dan peraturan yang berlaku, yang
• KDB maksimum yang diizinkan;
terdiri atas: Pernyataan hukum dalam bentuk pembubuhan tanda
• KLB maksimum yang diizinkan;
• Gambar rencana arsitektur; tangan pejabat yang berwenang, beserta stempel/
• KDH minimum yang diwajibkan;
• Gambar rencana struktur; cap resmi, yang menyatakan kelayakan dokumen yang
• KTB maksimum yang diizinkan;
• Gambar rencana mekanikal/elektrikal; dimaksud dalam persetujuan tertulis dalam Sidang atas
• Jaringan utilitas kota; dan
• Gambar rencana tata ruang luar dan tata ruang-dalam pemenuhan seluruh persyaratan dalam rencana teknis
• Peil Banjir dan batas ketinggian peil lantai dasar
(interior); bangunan gedung dan dapat diproses untuk permohonan.
maksimum;
• Gambar rencana spesifikasi teknis;
• Informasi lahan dari PRK/UDGL bila ada;
• Gambar rencana anggaran biaya; dan
• Kontur Tapak;
• Perhitungan teknis pendukung.
• Koordinat dan Peta Citra Satelit lahan; dan,
• Keterangan lainnya yang terkait.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. vii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Kata Pengantar iv
Kedudukan Buku Pedoman v
Skema Proses Perizinan Bangunan vi
Daftar Isi viii
Daftar Penggunaan Singkatan dalam Dokumen ix

Bagian Satu: Bagian Dua:


Petunjuk Penggambaran dan Penyajian Gambar Teknik Penggambaran dan Penyajian Gambar
Arsitektur Arsitektur

BAB 1 3.2.2 Elemen Deliniasi Polyline dan Layer Penggamba- BAB 1


Pendahuluan 1-1 ran 1-16 Prosedur Memindahkan Gambar Antar File Ke Dalam
1.1 Tujuan Penggunaan 1-1 3.2.3 Cara Deliniasi Polyline Perhitungan KDB 1-17 Template 2-1
1.2 Wilayah Kewenangan PTSP 1-2 3.3 Koefisien Lantai Bangunan 1-18
1.3 Sistematika Pedoman 1-4 3.3.1 Definisi 1-18 BAB 2
3.3.2 Elemen Deliniasi Polyline dan Layer Penggamba- Prosedur Menggunakan Layout dan Mencetak
BAB 2 Gambar 2-11
ran 1-18
Penjelasan Umum 1-5 3.3.3 Cara Deliniasi Polyline Perhitungan KLB 1-19
2.1 PraSyarat Pengajuan Dokumen GARP 1-5 BAB 3
3.4 Koefisien Dasar Hijau 1-20
2.2 Informasi Dokumen GARP Yang Diperlukan 1-6 prosedur memodifikasi ukuran kertas gambar yang
3.4.1 Definisi 1-20
tidak standar 2-16
2.2.1 Format Gambar 1-6 3.4.2 Elemen Deliniasi Polyline dan Layer Penggamba-
2.2.2 Rencana Blok Eksisting 1-8 ran 1-20 Bagian Tiga:
2.2.3 Rencana Tapak 1-9 3.4.3 Cara Deliniasi Polyline Perhitungan KDH 1-21 Lampiran
2.2.4 Denah 1-10 3.5 Koefisien Tapak Basement 1-22
2.2.5 Potongan 1-11 3.7.1 Definisi 1-22 Lampiran 1: Pengecekan 3-4
2.3 Pemasukan Dokumen GARP 1-12 3.7.2 Elemen Deliniasi Polyline dan Layer Penggamba-
2.3.1 Formulir Aplikasi 1-12 ran 1-22
2.3.2 Dokumen Gambar 1-12 3.7.3 Cara Deliniasi Polyline Perhitungan KTB 1-23
3.6 Jarak Bebas Bangunan 1-24
BAB 3 3.7 Tinggi Bangunan 1-26
Pedoman Penggambaran 1-13
3.1 Informasi Proyek 1-14
3.2 Koefisien Dasar Bangunan 1-16
3.2.1 Definisi 1-16

HAL. viii PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
DAFTAR PENGGUNAAN SINGKATAN

DAFTAR PENGGUNAAN SINGKATAN


DALAM DOKUMEN

CAD Computer-Aided Design SIPPT Surat Izin Penunjukan Penggunaan Ta-


DP Lahan Perencanaan nah
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
DPB Dokumen Perencanaan Bangunan SP/ME Sarana Penunjang / Mekanikal Elektrikal
DKP Daftar Keahlian dan Profesi Perseoran- TABG Tim Ahli Bangunan Gedung
gan TB Tinggi Bangunan
ID Identitas UKPD Unit Kerja Perangkat Daerah
IMB Izin Mendirikan Bangunan Xrefs External Reference
GPA Gambar Perencanaan Arsitektur untuk
Rekomendasi dan Perizinan
GPS Gambar Perencanaan Struktur untuk
Rekomendasi dan Perizinan
GPI Gambar Perencanaan Instalasi untuk
Rekomendasi dan Perizinan
GSB Garis Sempadan Bangunan
GSS Garis Sempadan Sungai
GSJ Garis Sempadan Jalan
KDB Koefisien Dasar Bangunan
KDH Koefisien Dasar Hijau
KKOP Kawasan Keselamatan Operasi Pener-
bangan
KLB Koefisien Lantai Bangunan
KRK Keterangan Rencana Kota
KTB Koefisien Tapak Basement
LPT Lahan Perencanaan Teknis
MEP Mechanical, Electrical, Plumbing
PKL Pedagang Kaki Lima
PZ Peraturan Zonasi
RPTSP Rencana Detail Tata Ruang
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. ix
BAGIAN SATU:
PETUNJUK PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN
GAMBAR ARSITEKTUR
B A B 1 PENDAHULUAN

BAB 1
PENDAHULUAN

Pedoman ini disusun guna memudahkan pemohon dalam mempersiapkan dokumen Gambar Perencanaan Arsitektur
untuk Rekomendasi dan Perizinan (selanjutnya disingkat dengan GPA). Di dalam pedoman ini terdapat perihal informasi
yang harus tersedia dengan benar dan memenuhi standar yang ditentukan, melalui gambar-gambar Rencana Blok,
Rencana Tapak, Denah, hingga Potongan Tapak beserta Bangunan.
Penting:
Segala bentuk dokumen Untuk standarisasi gambar, petunjuk, dan panduan dalam mempersiapkan dokumen ini, pemohon dapat melihat
aplikasi yang tidak sesuai runutan bab selanjutnya. Apabila pemohon kesulitan dan terdapat informasi yang kurang jelas, maka dianjurkan untuk
dengan KRK, tidak akan menghubungi jaringan pelayanan PTSP terdekat di wilayah Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Bersama dokumen ini,
diproses lebih lanjut dan pemohon akan memperoleh dokumen Keterangan Rencana Kota (KRK). Apabila pemohon memiliki rencana pelampauan
dikembalikan untuk revisi. dari batasan yang terdapat di dalam KRK, maka sebelum pemohon diwajibkan untuk mengurus perizinannya terlebih
dulu (lihat Skema Proses Perizinan Bangunan).

GPA merupakan bentuk pengendalian pembangunan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, untuk menciptakan
1.1 TUJUAN PENGGUNAAN lingkungan kota yang baik. Proses ini merupakan kewenangan PTSP untuk mengecek kelayakan dan kesesuaian
perencangan dengan agenda rencana kota seperti transportasi, lingkungan, dan citra kota, yang dituangkan melalui
KRK dan Peraturan Bangunan (lihat Buku 3: Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI
Jakarta).

Elemen pengecekan yang dilakukan PTSP mencakup sejumlah kebenaran informasi ketata-kotaan dalam gambar Lahan
Perencanaan Teknis (LPT), seperti:
• Lokasi dan lingkungan disekitar lahan perencanaan;
• Massa/konsep desain bangunan;
• Komposisi fungsi bangunan;
• Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), dan Koefisien
Tapak Basement (KTB); dan,
• Jarak Bebas serta Tinggi Bangunan.

GPA juga berfungsi untuk memastikan setiap proyek perancangan yang berada di wilayah DKI Jakarta, memiliki
kontribusi pengembangan karakter dan citra fisik yang sejalan dengan RTRW DKI Jakarta 2030, untuk menghadirkan
penataan kota yang lebih baik, melalui tata lansekap, sirkulasi kendaraan, aksesibilitas bangunan, dan meminimalisir
dampak negatif yang mungkin dapat terjadi pada lingkungan.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-1
B A B 1 PENDAHULUAN

Sebelum mengajukan permohonan untuk dokumen GPA kepada PTSP, pemohon sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu
1.2 WILAYAH KEWENANGAN PTSP mengenai lokasi PTSP yang perlu dituju sesuai dengan besaran lahan perencanaan yang dimiliki oleh Permohon.Hal
ini perlu dilakukan agar pemohon memperoleh informasi mengenai regulasi di lahan yang dimilikinya, sesuai dengan
kewenangan dari tingkatan PTSP dari mulai Kelurahan hingga Kecamatan sesuai dengan fungsinya. Perlu diperhatikan,
bahwa apabila diketemukan segala bentuk pembangunan pada zonasi atau bangunan di atas lahan tersebut dilarang,
maka segala bentuk aplikasi permohonan akan ditolak.

Lokasi PTSP yang harus dituju pemohon untuk proses pengurusan perizinan pembangunan yang DISERTAI GPA, sesuai
dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.57 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah No.12 Tahun
2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, adalah:

Penting:
Pemohon diharuskan Syarat
Pengurusan
mengetahui luasan dan Syarat Pengurusan Cakupan Kewenangan
Ketetapan
ketentuan lainnya yang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Penandatanganan
Rencana Kota
dimohonkan; agar pelayanan (KRK)
PTSP dapat langsung optimal Bangunan Rumah Tinggal, dengan kriteria:
dilaksanakan secara efektif • Tinggi Bangunan < 3 lantai;
dan efisien pada tingkat Luas lahan • Tidak memiliki Basement; Satlak PTSP Kecamatan
wilayah kewenangan yang < 1.000 m2 • Maksimal 3 (tiga) kavling utuh dengan 1 (satu) kepemilikan Tingkat Kecamatan

dimohonkan. (non Real Estate);


• Kawasan pemugaran golongan C dan D.
Bangunan Rumah Tinggal, dengan kriteria:
• Memiliki Basement;
Luas lahan • Lebih dari 3 (tiga) kavling atau Real Estate; Kantor PTSP (KPTSP)
1.000 m2 - 5.000 • Kawasan pemugaran golongan A dan B. Tingkat Kota/Kabupaten
m2 Administrasi
Bangunan non Rumah Tinggal, dengan kriteria:
• Tinggi Bangunan < 8 lantai dan Basement berlapis 1 (satu)
lapis.
Bangunan non Rumah Tinggal, dengan kriteria:
• Tinggi Bangunan > 8 lantai;
Luas lahan Badan PTSP (BPTSP)
• Tinggi Bangunan < 8 lantai, yang berlokasi di Kab. Adm. Kep.
> 5.000 m2 Tingkat Pusat/Provinsi
Seribu;
• Bangunan dengan sistem struktur khusus.

HAL. 1-2 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 1 PENDAHULUAN

KRK KRK
< 1.000
1.000 m2 s/d 5.000 m2

SATLAK IMB
IMB PTSP
PROSES PADA Maks. 3 Lahan
TINGKAT KECAMATAN utuh 1 Kepemilikan Fungsi Rumah
(non Real Estate) Tinggal
Fungsi Rumah Lebih dari 3 Lahan
Tinggal utuh 1 Kepemilikan
(Real Estate)

Tanpa Bangunan Tinggi < 3


Basement Pemugaran

Bangunan
Pemugaran Rumah Tinggal
GPA + PERENCANAAN
TEKNIS
Gol. C dan D

Gol. A dan B dengan Basement


KRK
Kelengkapan Dokumen Perencanaan Bangunan
mencakup gambar GPA dan Gambar Perencanaan
> 5.000 m2
Teknis, sebagai dasar pengajuan IMB.

IMB

Fungsi non
Rumah Tinggal Tinggi < 8 Fungsi non
Rumah Tinggal
KPTSP BPTSP
PROSES PADA TINGKAT PROSES PADA TINGKAT
KOTA/KABUPATEN Tinggi > 8 Lantai, atau < 8 lantai
PUSAT/PROVINSI di lokasi Kab. Adm. Kep. Seribu
ADMINISTRASI
S
Dengan Basement
1 Lapis Bangunan dengan
Sistem Struktur

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-3
B A B 1 PENDAHULUAN

Pedoman ini memuat 3 (tiga) bab utama, yakni:


1.3 SISTEMATIKA PEDOMAN
Bab 1 Pendahuluan

Memuat penjabaran tujuan penggunaan pedoman GPA secara umum, kriteria pemohon bangunan yang memerlukan
maupun yang tidak memerlukan GPA, dan sistematika pedoman.

Bab 2 Penjelasan Umum

Memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemenuhan standar gambar pada dokumen GPA.

Bab 3 Komponen Perencanaan

Menjabarkan 7 (tujuh) komponen kebutuhan penilaian dan pengecekan yang akan diperiksa oleh PTSP dalam dokumen
GPA, dengan visualisasi gambar guna memudahkan pemohon untuk mengetahui penempatan komponen-komponen
yang ada dalam setiap gambar.

Lampiran 1

Memuat dokumen pengecekan untuk memudahkan pemohon memastikan kesesuaian dokumen GPA yang diajukan.

HAL. 1-4 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM

BAB 2
PENJELASAN UMUM

Dalam mempersiapkan dokumen GPA, pemohon perlu memperhatikan persyaratan dan kriteria pengajuan dokumen
GPA. Apabila pemohon menghadapi kesulitan, pihak PTSP membuka kesempatan untuk tahapan konsultasi awal, guna
mendiskusikan secara langsung dengan staf PTSP melalui jaringan pelayanan PTSP terdekat di wilayah Pemerintahan
Provinsi DKI Jakarta, apabila terdapat ketidaksesuaian atau perubahan fungsi dengan rencana yang ingin diajukan
pemohon.

Tahapan konsultasi awal ini harus dijadwalkan, sehingga pemohon perlu menghubungi pihak PTSP terdekat, minimum 7
(hari) kerja sebelum rencana jadwal konsultasi yang diinginkan.

2.1 PRASYARAT PENGAJUAN DOKUMEN Gambar dokumen GPA yang dipersiapkan untuk pengajuan harus memenuhi Peraturan Bangunan yang berlaku (lihat
Buku 3: Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI Jakarta), sehingga dalam penyajian
GPA gambar telah memenuhi standar yang sesuai dengan bidang keilmuan terkait. Prasyarat pengajuan dokumen GPA harus
memenuhi hal-hal berikut:

1. Dokumen GPA harus dipersiapkan oleh ARSITEK TERAKREDITASI


• ARSITEK yang bertanggung jawab harus terdaftar dalam keanggotaan Instansi dan Daftar Keahlian
Penting: Perseorangan (DKP) yang dapat diakses dari situs bptsp.jakarta.go.id/DaftarKeahlian/Arsitek; dan,
Segala bentuk dokumen • Kualitas perancangan dan gambar telah memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan.
aplikasi yang tidak sesuai 2. Dokumen GPA harus sesuai dengan KRK dan petunjuk Seri Buku Pedoman Penyusunan
dengan KRK, tidak akan • KRK yang diterima pemohon merupakan dokumen komprehensif terkait dengan areal/lokasi lahan yang dimohon;
diproses lebih lanjut dan • Gambar Kerja yang diajukan untuk proses perizinan harus sesuai dengan KRK; dan,
dikembalikan untuk revisi. • PTSP berhak menolak dan mengembalikan kepada pemohon bila tidak sesuai dengan KRK.

3. Dokumen GPA harus mengacu pada Lahan Perencanaan Teknis (LPT) yang telah mengadopsi peraturan
bangunan yang berlaku
• Gambar dasar dokumen GPA mengacu pada gambar LPT; dan,
• Peraturan Bangunan yang berlaku, harus terakomodasi dalam LPT.

4. Dokumen GPA dilengkapi dengan DOKUMEN PELENGKAP


Tidak semua proyek memiliki dokumen pelengkap, namun apabila proyek tersebut memiliki perubahan dari data KRK
sebelumnya, seperti SIPPT ataupun Persetujuan Prinsip, maka dokumen tersebut wajib disertakan.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-5
B A B 2 PENJELASAN UMUM

2.2 INFORMASI DOKUMEN GPA YANG Selanjutnya dalam pedoman ini dijabarkan mengenai informasi pengajuan perizinan yang dibutuhkan sebagai panduan
bagi Pemohon/Arsitek/Tim Perencana dalam mempersiapkan dokumen GPA sesuai dengan standar yang diatur dalam
DIPERLUKAN pedoman ini. Pemohon secara sadar dan bertanggung jawab, memahami tata cara penggambaran sesuai dengan
kebutuhan informasi yang diperlukan oleh PTSP.

2.2.1 FORMAT GAMBAR


Seluruh gambar yang ada dalam dokumen GPA akan diperiksa oleh PTSP menggunakan perangkat lunak AutoCAD versi
2010, sehingga pemohon harus memenuhi format penggambaran sebagai berikut:
• Informasi gambar mencakup tata cara penggambaran dan notasi yang mengikuti standar penggambaran
keilmuan arsitektur dan institusi (IAI);
• Penggunaan istilah arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal, dan pemipaan, sedapat mungkin menggunakan istilah
padanan kata dalam bahasa Indonesia yang lazim, bila tidak terdapat istilah yang sesuai atau umum digunakan,
maka istilah asing diperbolehkan;
• Tipologi huruf yang digunakan adalah “Arial” dengan ukuran minimum adalah ‘10’ (sepuluh) dan berupa huruf
Standar Template: kapital;
Standar kop dokumen • Tata cara penempatan teks, tabel, maupun gambar tidak ditentukan (kecuali pada lembar tertentu), namun tetap
GPA diterima pemohon memiliki proporsi yang mudah dipahami dan dimengerti;
bersamaan dengan • Tata cara sistem layer, warna, dan lainnya, mengikuti template CAD files yang diperoleh dari PTSP;
pedoman ini dalam bentuk • Teknik penggambaran CAD menggunakan metode Xrefs;
softcopy file CAD yang • Pemohon mengisi informasi dengan lengkap pada bidang gambar dan kop yang disediakan;
didalamnya telah memuat • Penggunaan peta kunci pada setiap lembar berskala 1:1000 bila diperlukan;
kop, layer yang digunakan. • Gambar arsitektur pada CAD memiliki skala 1:1 (1 unit di CAD = 1 meter di lapangan);
Pemohon diwajibkan • Keluaran dalam bentuk softcopy, merupakan file dengan jenis ekstensi *.dwg;
menggunakan template • Keluaran dalam bentuk cetak kertas, disesuaikan dengan ukuran gambar proyek;
ini dan digunakan dalam • Standar hasil keluaran cetak adalah kertas HVS 80 gr dengan ukuran A3, A2, A1, atau A0;
seluruh kegiatan perizinan di • Apabila diperlukan, penambahan media ukuran kertas dapat dilakukan ke arah memanjang; dan,
PTSP. • Kedua jenis gambar (CAD dan Cetak) turut disertakan pada saat pengajuan perizinan, beserta dokumen lainnya.

Pemohon perlu memperhatikan dan merujuk pada Peraturan Bangunan (lihat Buku 2: Pedoman Teknis Tata Bangunan
Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI Jakarta), serta kaidah penggambaran yang umum dalam penyampaian gambar
teknik, ataupun yang telah diatur oleh Institusi terkait. Risalah teknik penggambaran untuk keperluan dokumen GPA
dengan menggunakan CAD dapat dilihat pada Bagian Dua dalam buku ini.

HAL. 1-6 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM

1 UKURAN LEGENDA
KERTAS* GAMBAR 3
Format pencetakan
Informasi simbol
dibatasi antara
yang digunakan
A3 - A0.
dalam gambar.
Dapat dilakukan
penyesuaian
ukuran kertas ke
arah memanjang
(horizontal).

KOLOM
REVISI
Informasi Revisi 4
yang telah
PENYESUAIAN dilakukan.

UKURAN KERTAS 2 AREA


GAMBAR PROYEK 5
Batasan area yang dapat
digunakan untuk gambar Informasi nama
untuk perizinan dan dan lokasi Proyek.
informasi lain, seperti:
- Teks Penjelasan**
- Tabel Perhitungan
- Nama Gambar PELAKSANA
Informasi Tim
Perencana Proyek
6
yang bertanggung
jawab dan terlibat.

* Keluaran pencetakan disesuaikan dengan kebutuhan


dari PTSP untuk pemeriksaan, dengan skala yang
kemudian perlu disesuaikan sesuai dimensi gambar

** Penggunaan istilah asing disesuaikan dengan


padanan kata bahasa Indonesia yang ada dan tipologi
huruf adalah “Arial”
ID GAMBAR
Identitas gambar,
*** Skala penggambaran di CAD adalah 1:1 nama, skala,
nomor lembar, dan
7
pengesahan.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-7
B A B 2 PENJELASAN UMUM

2.2.2 RENCANA BLOK EKSISTING


Rencana Blok Eksisting berskala 1:500 atau menyesuaikan dengan keperluan, bertujuan untuk menyampaikan informasi
mendasar dan mengidentifikasi kondisi eksisting pada lahan pengembangan dan batasan desain yang terdapat di lahan.
Dalam gambar Rencana Blok Eksisting harus mencakup informasi:
• Digambar pada skala 1:1 pada CAD;
• Bentuk lahan, dimensi, orientasi (arah Utara), dan batas lahan;
• Memperlihatkan garis dan dimensi GSB, GSS, dan GSJ;
• Nilai Luasan KDB dan KDH;
• Fungsi lahan dan fungsi bangunan di sekitar (tata guna lahan);
• Perbedaan ketinggian (elevasi) antara lahan rencana dengan muka jalan dan lahan disekitarnya;
• Bangunan eksisting di dalam lahan ataupun disekitar lahan, termasuk informasi ketinggian serta jumlah lantai;
• Fungsi lahan dan fungsi bangunan di sekitar (tata guna lahan);
• Lokasi ruang terbuka hijau serta vegetasi eksisting yang ada di dalam lahan;
• Jalur sirkulasi dan parkir kendaraan eksisting;
• Jaringan utilitas kota yang ada di dalam tapak;
• Lokasi pelayanan publik, seperti halte ataupun ruang terbuka publik bila ada; dan,
• Elemen khusus lain yang menunjukan karakteristik tapak (bila ada).

Kondisi Eksisting:
Informasi Rencana Blok
yang ada pada lahan,
memuat batas lahan,
bangunan eksisting, KDB
sisa (bila perancangan
berupa pengembangan
infill) dan elemen lainnya.
Penyajian gambar dengan
teknik pemenggalan untuk
mengakomodasi ukuran
maksimum kertas dan skala
yang digunakan.

HAL. 1-8 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM

2.2.3 RENCANA TAPAK


Gambar rencana tapak berskala 1:500 atau menyesuaikan dengan keperluan dan digambar pada skala 1:1 pada CAD.
Dalam gambar rencana blok dan rencana tapak harus mencakup informasi:
• Bentuk lahan, dimensi, orientasi (arah Utara), dan batas lahan;
• Memperlihatkan garis dan dimensi GSB, GSS, dan GSJ;
• Nilai Luasan KDB, KDH, dan KTB;
• Fungsi lahan dan fungsi bangunan di sekitar (tata guna lahan);
• Perbedaan ketinggian (elevasi) antara lahan rencana dengan muka jalan dan lahan disekitarnya;
• Lokasi bangunan eksisting dan denah lantai dasar bila pengembangan berupa infill;
• Rencana akses masuk dan keluar sirkulasi kendaraan;
• Rencana akses pejalan kaki;
• Rencana tata lansekap, termasuk elemen utilitas kota;
• Rencana penempatan area dan sumur resapan;
• Jalur Utilitas kota, drainase, sampah, dan lainnya;
• Rencana pagar; dan,
• Rencana Lokasi ruang terbuka hijau serta vegetasi eksisting/rencana yang ada di dalam lahan.

Kondisi dan Terdesain:


Informasi Rencana Tapak
yang ada pada lahan,
memuat melihat batas
lahan, KDB, KLB, KTB dan
elemen lainnya. Penyajian
gambar yang besar
diakomodasi melalui ukuran
kertas yang diperbesar dan
skala yang digunakan sesuai
kebutuhan.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-9
B A B 2 PENJELASAN UMUM

2.2.4 DENAH
Gambar kerja denah berskala 1:200 atau menyesuaikan dengan keperluan, dan di gambar pada skala 1:1 pada CAD.
Dalam denah harus mencakup informasi:
• Tata ruang, dinding, jendela, dimensi ruang, dan fungsi dari masing-masing ruang;
• Notasi proyeksi lantai basement dan atap;
• Area Core struktur dan tangga;
• Luas total lantai bangunan dan besaran dari masing-masing ruang berdasarkan zonasi ruang; dan,
• Notasi orientasi orientasi (arah Utara), dimensi ruang, dimensi struktur, arsiran, warna, dan Nama Ruang.

Polyline pada lingkup fungsi ruang


dengan arsiran/warna yang sesuai
dengan arahan layer

Penting:
Kualitas Gambar
Perencanaan Teknis pada
setiap gambar dokumen
GPA yang mengadopsi
peraturan dan ketentuan
Notasi dan
yang berlaku. Informasi Nama/Fungsi
arsitektur yang lengkap Ruang

pada Area Gambar dan


kesesuaian dengan template, Notasi Material dan partisi/
dinding
dapat mempercepat proses
perizinan. Notasi Proyeksi
Notasi dimensi

Fungsi Ruang Luasan (m2)

Tabel yang memberikan Fungsi Utama 1.850


informasi sesuai
Gambar denah dengan kelengkapan Sarana Penunjang 350
dengan warna/arsir
notasi gambar yang memenuhi standar Mekanikal Eletrikal 120
pada gambar
Gambar Perencanaan Teknis Arsitektur dan KDH Atap 1.159
informasi tata ruang yang diperlukan.

HAL. 1-10 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM

2.2.5 POTONGAN
Gambar potongan berskala 1:200 atau menyesuaikan dengan keperluan dan digambar pada skala 1:1 pada CAD,
namun skala yang berbeda dapat digunakan bila diperlukan. Dalam gambar potongan tapak harus mencakup informasi:
• Elevasi bangunan setiap yang menunjukan ketinggian bangunan;
• Informasi nama lantai yang berada di atas tanah menggunakan penamaan Lantai 1,2,3,4, dst;
• Informasi nama lantai yang berada di atas tanah menggunakan penamaan Lantai Basement 1,2,3, dst;
• Ketinggian bangunan merupakan elemen struktur bangunan ditambah fungsi utilitas diatasnya;
• Batas maksimum ketinggian bangunan sesuai arahan Selubung Bangunan;
• Jarak Bangunan dengan bangunan di sekitarnya;
• Hubungan bangunan dengan lahan dan elevasi jalan;
• Menunjukan potongan bangunan dari basement hingga puncak bangunan;
• Perspektif bangunan dan model 3 dimensi; dan,
• Notasi elevasi, dinding, jendela yang terbaca, disertai dengan nama setiap ruang.

Selubung
Bangunan

Penting:
Gambar Potongan tapak
memperlihatkan hubungan
bangunan dengan
lingkungan.
Tinggi Bangunan (TB) yang
terukur adalah mulai dari
muka tanah pada lahan
eksisting (mengacu pada
KRK) dasar hingga elemen
utilitas di puncak bangunan
yang harus tergambarkan,
dan ikut dihitung sebagai
ketinggian bangunan.
Bangunan
Terdekat

Bangunan
Terdekat

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-11
B A B 2 PENJELASAN UMUM

2.3 PEMASUKAN DOKUMEN GPA Dokumen GPA yang diajukan untuk perizinan pembangunan, mencakup formulir aplikasi perizinan sebagai dokumen
yang harus diisi lengkap oleh pemohon dan dokumen gambar.

2.3.1 FORMULIR APLIKASI


Formulir aplikasi ini digunakan sebagai ringkasan informasi mengenai identitas pemilik dan proyek yang direncanakan,
yang di dalamnya memuat:
• Informasi pengembangan yang dilakukan;
• Nomor dokumen legal kepemilikian lahan/bangunan;
• Deskripsi proyek, rencana pengembangan, dan kondisi eksisting; dan,
• Informasi pemilik lahan/proyek dan Tim Perencana.

Formulir aplikasi ini dapat diperoleh pemohon melalui situs bptsp.jakarta.go.id/Perizinan/FormPermohonan/F-1.03_


Aplikasi_GPA.doc atau pada loket jaringan pelayanan PTSP terdekat di wilayah Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

2.3.2 DOKUMEN GAMBAR


Teknis penggambaran yang dilakukan melalui perangkat lunak, mengharuskan konsultan untuk memiliki gambar
yang saling bertautan (lihat Bagian Dua). Untuk menghindari terjadinya penumpukan informasi, terutama pada saat
pencetakan di atas kertas, maka beberapa gambar perlu dipisahkan dengan urutan sebagai berikut:
1. Sampul;
2. Informasi Proyek
3. Daftar Isi
Penting:
4. Gambar Rencana Blok Eksisting;
Dokumen GPA harus
5. Gambar Rencana Tapak untuk KDB, KLB, dan KTB;
tercetak pada ukuran kertas
6. Gambar Rencana Tapak untuk KDH;
yang sama, dengan jumlah
7. Gambar Perspektif 3 Dimensi;
lembar yang bervariasi
8. Gambar Potongan Tapak Bangunan Memanjang;
pada setiap proyek.
9. Gambar Potongan Tapak Bangunan Melintang; dan,
10. Gambar Denah-denah untuk KLB setiap lantai.*

*Jumlah lembar untuk gambar denah disesuaikan dengan jumlah lantai, dan untuk lantai tipikal hanya di gambarkan 1
(satu) buah saja sebagai perwakilan.

Template softcopy CAD dapat diunduh pemohon melalui situs bptsp.jakarta.go.id/Perizinan/Standar_Gambar/


Template_GPA.zip ataupun diperoleh pada loket jaringan pelayanan PTSP terdekat di wilayah Pemerintahan Provinsi DKI
Jakarta.

HAL. 1-12 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

BAB 3
PEDOMAN
PENGGAMBARAN
Untuk pemasukan dokumen GPA, pemohon wajib memenuhi kriteria teknis dalam penggambaran informasi yang telah
disampaikan pada bab sebelumnya, guna memastikan kemudahan penyampaian informasi pada pemeriksa. PTSP
mewajibkan setiap permohonan perizinan bangunan, untuk melengkapi seluruh komponen data yang dibutuhkan.
Apabila terjadi ketidaktertiban ataupun kelalaian dalam prosedur perizinan yang disebabkan oleh pemohon, maka hal
tersebut akan berdampak pada waktu proses perizinan.
Penting:
Bab ini memuat tata cara penggambaran untuk di pemohon, dalam menggambarkan Komponen Perencanaan yang
7 Komponen yang harus
menjadi dasar penilaianserta pemeriksaan PTSP terhadap pengajuan gambar dokumen GPA. Komponen yang harus
dipenuhi dalam setiap
tergambarkan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada (lihat Bagian Dua), terdiri dari:
permohonan, sebagai
dasar penilaian kualitas 1. Informasi Proyek;
perancangan dalam 2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB);
dokumen GPA oleh PTSP. 3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
4. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
5. Koefisien Tapak Basement (KTB);
6. Jarak Bebas Bangunan; dan,
7. Tinggi Bangunan (TB).

Penjelasan mengenai ke-7 (tujuh) komponen ini dapat disimak pada sub bab pada halaman selanjutnya.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-13
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.1 INFORMASI PROYEK Sejumlah informasi proyek wajib dicantumkan dalam gambar Dokumen GPA yang ditempatkan pada lembar pertama
setelah halaman sampul, dengan komposisi dan penempatan informasi pada area gambar ditunjukan gambar ilustrasi
disamping. Informasi proyek yang dicantumkan mencakup:
1. Informasi Keterlibatan Proyek;
Berisikan informasi Pemohon (Pemilik dan Perencana) yang bertanggung jawab pada proyek tersebut:
• Nama Pemilik;
• Alamat dan Kode Pos;
• Telepon, Faksimile, dan e-mail;
• Status Pemohon (Pemilik/Arsitek)
• Kemitraan (Data pemohon lain bila proyek berbentuk konsorsium)
• Informasi Tim Ahli
Mencantumkan seluruh pihak yang terlibat seperti Arsitek, Kontraktor, Pengembang, dan Pengelola Proyek.

Tata Penempatan:
Penempatan dan komposisi
tulisan dalam Lembar
Informasi Proyek pada
gambar LPT diatur secara
spesifik. 3
Komposisi dapat disesuaikan
dengan jumlah tekstual dan
1 5
informasi yang mudah untuk
dibaca dan dipahami.

HAL. 1-14 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

2. Penjelasan Umum;
Berisikan deskripsi proyek secara umum, mengenai latar belakang desain, seperti:
• Alamat, Blok/ Nomor Lot;
• Nama Proyek;
• Zonasi/Peruntukan Lahan disekitar;
• Fungsi lahan sebelum dan sesudah;
• Status Kepemilikan Lahan;
3. Tujuan Perancangan;
Menjelaskan secara singkat:
• Tujuan dan Arahan perancangan;
• Tahapan permbangunan; dan,
• Potensi yang ditimbulkan pada saat pembangunan dan setelah pembangunan bagi lingkungan.
Kelengkapan Administratif:
4. Regulasi dan Dokumen Perizinan yang diterapkan; dan,
Informasi yang
Berupa daftar yang memuat sejumlah informasi dokumen perizinan maupun aturan khusus yang diterapkan dalam
disampaikan pemohon
proyek tersebut.
melalui Formulir Aplikasi,
turut disajikan dalam 5. Peta Kunci dan Tabulasi Data Proyek
dokumen gambar GPA. Mencantumkan:
Bila pemohon (arsitek) tidak • Peta Kunci berskala 1:1000 atau lebih, dengan informasi fungsi, peruntukan lahan disekitar lahan proyek, luas per
mencantumkan informasi persil.
yang tidak sesuai, dapat • Tabel rekapitulasi data proyek yang berisikan:
menghambat proses a. Dimensi Lahan:
persidangan, dan diharuskan Mencantumkan ukuran panjang,lebar, dan luas lahan dalam satuan m dan m2;
untuk diperbaiki yang b. KDB, KLB, KDH, KTB;
berakibat pada waktu proses c. Batas Tinggi Bangunan dan Ketinggian Bangunan;
yang lebih lama. • Termasuk arahan peil banjir;
• Ketinggian bangunan yang dihitung dari lantai dasar hingga bagian utilitas tertinggi di puncak atap.
d. Garis Sempadan (Depan, Belakang, Kiri, Kanan, Sungai);
e. Jumlah Lantai;
f. Luas Penggunaan ruang dan keseluruhan;
g. Jumlah Parkir:
Apabila terdapat parkir yang spesifik, seperti parkir motor, sepeda, disabilitas, jumlah loading dock, hingga
penggunaan parkir di badan jalan, wajib dicantumkan.
h. Jam Operasi (bila fungsi selain hunian/rumah); dan,
i. Jumlah Penghuni/Pengguna.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-15
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.2 KOEFISIEN DASAR BANGUNAN 3.2.1 DEFINISI


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase dari perbandingan luas seluruh lantai dasar bangunan
gedung terhadap luas lahan/tanah perpetakan/Lahan Perencanaan yang dikuasai. Dalam lembar gambar untuk
perhitungan KDB dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis informasi, yaitu:
• Gambar deliniasi perhitungan, berupa deliniasi polyline yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan layer
dengan menggunakan gambar dasar Rencana Tapak dari LPT; dan,
Penting: • Tabel Perhitungan, merupakan tabulasi dari luasan pada masing-masing deliniasi.
Penggunaan Layer untuk
Polyline KDB pada setiap 3.2.2 ELEMEN DELINIASI POLYLINE DAN LAYER PENGGAMBARAN
elemen.
Untuk menggambarkan batasan perhitungan yang dibutuhkan, maka diperlukan 2 (dua) jenis polyline dalam menghitung
Elemen Deliniasi Warna Nama Layer
KDB dengan masing-masing definisinya, yakni:
Lantai Dasar Bangunan Utama PTSP-KDB_PL_1
1. Polyline Lantai Dasar Bangunan Utama
Lantai Proyeksi PTSP-KDB_PL_3
Merupakan garis deliniasi perhitungan luasan bangunan utama dalam persil.
2. Polyline Lantai Proyeksi
Selisih deliniasi terluar dari denah overlay keseluruhan rencana lantai dengan lantai dasar dan teras.

Polyline pada CAD Polyline pada CAD


Lantai
Lantai Dasar Lantai 2 Tipikal

+ +

Overlay Keseluruhan

Koefisien Dasar Bangunan


pada gambar Rencana
Tapak

HAL. 1-16 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.2.3 CARA DELINIASI POLYLINE PERHITUNGAN KDB


Tata cara perhitungan dapat diakses melalui situs bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/Bangunan/Perda1995/KDB_Bangunan,
dengan metode deliniasi polyline dalam menentukan luasan dasar bangunan, yakni:
1. Lantai Dasar Bangunan;
Deliniasi lantai dasar bangunan utama dan bangunan pendukung dibuat dengan polyline mengikuti garis dinding sisi
terluar dari denah lantai.
2. Lantai Proyeksi; dan,
Deliniasi lantai proyeksi dibuat dengan polyline mengikuti garis dinding sisi terluar dari overlay keseluruhan denah
lantai bangunan diluar lantai dasar.
3. Lantai Teras.
Deliniasi lantai teras dibuat dengan polyline mengikuti garis terluar sisi teras.

Delineasi dihitung sampai


batas dinding terluar

Penting:
Seluruh bidang yang Ruang
Dalam
berada di muka tanah
dan proyeksi bangunan
diatasnya dihitung sebagai
KDB. Penempatan polyline

1
harus sesuai dengan

2
arahan dan template ke-6
(enam) jenis layer yang
telah dipersiapkan dengan
masing-masing jenis garis, Tabel yang memberikan informasi sesuai
dengan KDB pada gambar Rencana Tapak
3
warna, maupun arsiran

Elemen
Perhitungan
Nilai
Koefisien
Batasan
Luasan
(m2)
%
Rencana
Luasan
(m2)
% Keterangan 4
Area 1
Area 2
Area 3
Area 4

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-17
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.3 KOEFISIEN LANTAI 3.3.1 DEFINISI


BANGUNAN Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah nilai hasil perbandingan luas seluruh lantai bangunan dengan luas Lahan
Perencanaan (LP). Pembebasan perhitungan batasan KLB diberikan pada:
• Koridor atau jembatan penghubung antar bangunan yang digunakan pejalan kaki dan terbuka untuk umum;
• Bangunan gedung pada bangunan bertingkat sedang dan bertingkat tinggi (> 4 lantai) yang menyediakan ruang
mekanikal, elektrikal, dan instalasi air (MEP), tangga, mushola, ruang tunggu pengemudi, dan ruang untuk PKL
kurang dari 20% (dua puluh persen); dan
• Bangunan gedung pada bangunan bertingkat > 24 (dua puluh empat) lantai yang menyediakan ruang evakuasi
bencana satu lantai atau lebih, yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan lain;

Gambar untuk perhitungan KLB dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis informasi, yakni:
1. Bagian gambar deliniasi perhitungan
Deliniasi polyline yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan setiap area yang dihitung sebagai KLB, dengan
menggunakan gambar Denah (denah lantai dasar, denah lantai tipikal, denah basement) sebagai gambar dasar;
Penting:
2. Bagian Tabel Perhitungan
Penggunaan Layer untuk
Merupakan tabulasi dari luasan pada masing-masing deliniasi.
Polyline KLB pada setiap
elemen.
3.3.2 ELEMEN DELINIASI POLYLINE DAN LAYER PENGGAMBARAN
Elemen Deliniasi Warna Nama Layer

Luas Lantai Fungsi Utama PTSP-KLB_PL_1


Untuk menggambarkan batasan perhitungan yang dibutuhkan, maka diperlukan 2 (dua) jenis polyline dalam menghitung
KDB dengan masing-masing definisinya, yakni:
Luas Lantai Fungsi SP/ME PTSP-KLB_PL_2

1. Polyline area yang dihitung sebagai KLB


Area ruang fungsi utama yang beratap dengan dinding >1,20 m.
2. Polyline area yang tidak dihitung
• Area ruang tidak beratap dengan dinding >1,20 m;
• Area ruang fungsi sarana penunjang dan mekanikal elektrikal (SP/ME); dan,
• Void lantai pada ruang fungsi utama, maupun shaft.

HAL. 1-18 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.3.3 CARA DELINIASI POLYLINE PERHITUNGAN KLB


Tata cara perhitungan dapat diakses melalui laman bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/Bangunan/Perda1995/KLB_
Bangunan, dengan metode deliniasi polyline dalam menentukan luasan dasar bangunan,yaitu:

Perhitungan luas KLB lantai bangunan


Polyline terhitung dibentuk mencakup ruangan fungsi utama (ditunjukan dengan warna magenta) dengan batas-batas
sebagai berikut:
• Deliniasi pada dinding terluar dibentuk oleh polyline yang dihitung sampai batas dinding terluar;
• Deliniasi pada dinding antar 2 (dua) ruang atau lebih dihitung pada sumbu AS dinding tersebut; dan,
• Deliniasi pada dinding core struktur bangunan dihitung sampai batas dinding terluar;

Delineasi dihitung sampai


Delineasi dihitung sampai
batas dinding terluar core
batas dinding terluar
struktur

Area
Core Ruang

2
Dalam

Area yang
dihitung KLB

1
Tabel yang memberikan informasi sesuai dengan
Area yang tidak KLB pada gambar LPT Denah
dihitung KLB
Ruang Ruang Batasan Rencana
Dalam Dalam Elemen Nilai Luasan % Luasan % Keterangan
Perhitungan Koefisien (m2) (m2)
Fungsi - Area 1
Delineasi pertemuan antar SP/ME - Area 2
ruang dihitung pada batas
sumbu AS dinding bangunan

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-19
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.4 KOEFISIEN DASAR HIJAU 3.4.1 DEFINISI


Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah nilai hasil pengurangan antara luas LP dengan luas proyeksi tapak bangunan dan
tapak basement dibagi luas LP. Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan KDH (lihat Buku 2: Pedoman Teknis Tata
Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI Jakarta), sesuai yang ditetapkan dalam RPTSP dan Peraturan Zonasi
kecuali perkerasan di permukaan tanah yang dipergunakan sebagai jalan, prasarana parkir, dan plaza.

Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan KDH (lihat bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/Bangunan/Perda1995/KDH_


Bangunan/Ayat_5) adalah daerah + 3,00 m di bawah permukaan tanah yang dimanfaatkan sebagai resapan air dan
RTH, diperhitungkan sebagai KDH. Dalam lembar gambar, perhitungan KDB dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
informasi, yakni:
• Bagian gambar deliniasi perhitungan, berisi deliniasi polyline yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan setiap
area yang dihitung sebagai daerah hijau, dengan menggunakan gambar Rencana Tapak sebagai gambar dasar; dan,
Penting: • Bagian Tabel Perhitungan, merupakan tabulasi dari luasan pada masing-masing deliniasi.
Penggunaan Layer untuk
Polyline KDH pada setiap 3.4.2 ELEMEN DELINIASI POLYLINE DAN LAYER PENGGAMBARAN
elemen.
Untuk menggambarkan batasan perhitungan yang dibutuhkan, maka diperlukan 1 (satu) jenis polyline dalam menghitung
Elemen Deliniasi Warna Nama Layer
KDH dengan masing-masing definisinya, yakni:
Daerah Hijau PTSP-KDH
1. Polyline Daerah Hijau
Merupakan garis deliniasi perhitungan luasan area pada tapak yang dihitung sebagai KDH.

GSB

Batas Lahan
Perkerasan untuk sirkulasi pejalan kaki,
contohnya (jogging track), dihitung sebagai
KDH

Daerah yang
digunakan sebagai
area resapan, dihitung
Perkerasan yang dipergunakan sebagai sebagai KDH
jalan, parkir dan plaza tidak dihitung sebagai Lantai Dasar
KDH

Basement 1 Area Min. 3,00m


Maks. 55% Luas Lahan Resapan

Permukaan basemen lapis pertama <3,00 Basement 2 - dst.


meter di bawah permukaan tanah tidak Maks. 75% Luas Lahan
diperhitungkan sebagai KDH.

HAL. 1-20 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.4.3 CARA DELINIASI POLYLINE PERHITUNGAN KDH


Tata cara perhitungan dapat diakses melalui laman bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/Bangunan/Perda1995/KDH_
Bangunan, dengan metode deliniasi polyline dalam menentukan luasan dasar hijau, yaitu:
1. Deliniasi daerah hijau dibentuk oleh polyline mengikuti garis batas daerah yang diperhitungkan sebagai KDH;
2. Deliniasi daerah hijau yang berbatasan dengan Basement 1 (kurang dari 3 meter) dibentuk oleh polyline mengikuti
garis proyeksi dinding terluar dari perimeter area Basement 1;
3. Deliniasi daerah hijau yang berbatasan dengan bangunan lantai dasar dibentuk oleh polyline mengikuti garis dinding
terluar bangunan.

Delineasi dimulai dari perimeter


terluar dinding bangunan sisi
luar yang berhimpitan dengan
area non-perkerasan

Penting:
Seluruh bidang yang Ruang
Dalam
berada di atas lahan
yang dapat berfungsi
Area yang tidak

1
untuk menyerap air dan dihitung KDH
digunakan sebagai ruang
hidup tumbuhan dihitung
sebagai KDH. Penempatan Area yang dihitung
polyline harus sesuai dengan KDH

arahan dan template dan


layer yang telah dipersiapkan

2
sesuai garis dan warnanya.

Tabel yang memberikan informasi sesuai


dengan KDH pada gambar Rencana Tapak
3
Batasan Rencana
Elemen Nilai Luasan % Luasan % Keterangan
Perhitungan Koefisien (m2) (m2)
KDH - Area 1
KDH - Area 2
KDH - Area 3

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-21
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.5 KOEFISIEN TAPAK BASEMENT 3.7.1 DEFINISI


Koefisien Tapak Basement (KTB) adalah angka persentase perbandingan luas lantai basement bangunan terhadap luas
lahan/tanah perpetakan/Lahan Perencanaan yang dikuasai. Dalam gambar, perhitungan KTB dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis informasi, yakni:
• Bagian gambar deliniasi perhitungan, berisi deliniasi polyline yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan
setiap lapisan basement yang relevan, dengan menggunakan gambar Rencana Tapak sebagai gambar dasar;
dan,
• Bagian Tabel Perhitungan, merupakan tabulasi dari luasan pada masing-masing deliniasi.

3.7.2 ELEMEN DELINIASI POLYLINE DAN LAYER PENGGAMBARAN


Untuk menggambarkan batasan perhitungan yang dibutuhkan, maka diperlukan 2 (dua) jenis polyline dalam menghitung
KTB, yakni:
1. Polyline Lantai Basement 1
Garis delineasi perhitungan luasan tapak basement yang dimulai pada elevasi 0,00 meter dari muka tanah, hingga
maksimal 3,00 meter ke bawah.
2. Polyline Lantai Basement 2 dan seterusnya
Garis delineasi perhitungan luasan tapak basement yang dimulai setelah kedalaman 3,00 meter dimana elevasi 0,00
meter dari permukaan tanah dengan luasan maksimum 75% dari luas total lahan.

GSB

Batas Lahan
Delineasi dimulai dari perimeter
terluar dinding basement sisi luar
Penting:
Penggunaan Layer untuk
Ruang
Polyline KTB pada setiap Dalam
elemen. Lantai Dasar

Elemen Deliniasi Warna Nama Layer

Lantai Basement 1 PTSP_KTB_PL_1


Min. 3,00m
Lantai Basement 2 dst. PTSP_KTB_PL_2

Min. 3,00m

HAL. 1-22 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.7.3 CARA DELINIASI POLYLINE PERHITUNGAN KTB


Tata aturan mengenai perhitungan jarak bebas bangunan dapat dirujuk pada dokumen Pedoman Detail Teknis
Ketatakotaan Tentang Bangunan Tipe Tunggal, atau dapat diakses melalui laman bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/
Bangunan/Perda1995/KTB, dengan metode deliniasi polyline dalam menentukan luasan dasar lantai basement adalah:
1. Polyline untuk setiap elevasi basement yang berbeda (1 dan 2) dibuat terpisah;
2. Deliniasi lantai basement baik itu basement 1 maupun basement 2 dan seterusnya dibuat dengan polyline mengikuti
garis dinding pada perimeter terluar basement .

3,00 m

Batas Lahan

Penting:
Area
Area KTB dibedakan antara Basement 1
Lantai Basement 1 dengan
dibawahnya, serta diberikan
Area
notasi jarak dinding sisi Basement 2
terluar basement terhadap
batas lahan.
15,00 m

Tabel yang memberikan informasi sesuai


dengan KTB pada gambar Rencana Tapak

Batasan Rencana
Elemen Nilai Luasan % Luasan % Keterangan
Perhitungan Koefisien (m2) (m2)
Lantai B1
Lantai B2 dst.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-23
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.6 JARAK BEBAS BANGUNAN Jarak Bebas Bangunan dalam gambar Dokumen GPA perlu ditunjukan melalui gambar Rencana Tapak dan Potongan
Tapak, guna memastikan desain bangunan yang pantas dan sesuai dengan konteks lingkungannya. Tata aturan
mengenai perhitungan jarak bebas bangunan dapat dirujuk pada dokumen Pedoman Detail Teknis Ketatakotaan Tentang
Bangunan Tipe Tunggal, atau dapat diakses melalui laman bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/Bangunan/Perda1995/
JarakBebas.

Selubung Ketinggian
Bangunan Maksimum

Selubung
Bangunan

Jarak Bebas
Jarak Bebas Bangunan
Bangunan

Penting:
Seluruh bidang fasade
merupakan nilai ukur atau
20,00 m
dasar perhitungan jarak
bangunan. Dinding terluar Kantilever
bangunan merupakan Proyeksi Selubung
proyeksi vertikal yang Bangunan
digunakan sebagai acuan Jarak Bebas
dari Jarak Bebas Bangunan. Bangunan
Jarak Bebas
Bangunan

Dinding Dinding
Masif Transparan Dinding
(Jendela/Void) Masif(Solid)

Pemeriksaan Jarak Bebas Bangunan dengan Simulasi 3D untuk


menunjukan impresi bangunan masif dan transparan, memudahkan
pengecekan.

HAL. 1-24 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

Notasi Jarak Bebas Bangunan ditunjukan pada seluruh sisi di gambar Rencana Tapak dan Potongan. Adapun tata cara
penggambaran dalam gambar LPT adalah:
1. Penggunaan Layer Jarak Bebas Bangunan, sesuai dengan Bagian Dua;
2. Notasi garis ditunjukan pada semua sisi bangunan dengan proyeksi garis merujuk pada seluruh sisi batas lahan dan
bangunan terdekat;
3. Jarak Bebas Bangunan dihitung dari batas kulit bangunan terluar, hingga batas lahan;
4. Pencantuman besaran dimensi selalu bersifat horizontal, dan atau memiliki kemiringan maksimal 45O terhadap
gambar dengan unit besaran adalah meter (m) dengan maksimum 2 (dua) desimal dibelakang koma (0,00 m); dan,
5. Mencantumkan informasi mengenai Jarak Bebas Bangunan minimum (terpendek) dan maksimum (terjauh) dengan
memberikan informasi material di kedua sisi jarak bebas bangunan tersebut.

Ketinggian
Tabel yang memberikan informasi sesuai Tinggi Bangunan
Bangunan
dengan jarak bebas bangunan pada gambar
Utilitas
Jarak Bebas Lokasi Proyeksi Proyeksi Jarak
Selubung
Bangunan Mulai akhir (m)
Bangunan
Jarak Utara Transparan Masif 39,50
Terdekat
Jarak Terjauh Barat Transparan Batas 7,00
Daya Lahan

Proyeksi Selubung
Bangunan

Batas Lahan
24,28 m 24,28 m

46,15 m Dinding Masif Ruang


(Panel Luar) Dalam

Batas Lahan Publik


Batas Persil
Transparan
n
aha

(Jendela)
as L

Jarak Bebas Bangunan pada


gambar Potongan Tapak
Bat

Bangunan

11,89 m Bangunan
Terdekat 32,00 m
59,50 m
17,60 m
16,90 m
Bangunan
Bangunan Jarak Bebas Bangunan pada Terdekat
gambar Rencana Tapak

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-25
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN

3.7 TINGGI BANGUNAN Tinggi Bangunan (TB) yang terdefinisi dalam subbab ini merupakan tata cara penghitungan batas ketinggian bangunan
yang terukur dan masuk dalam kriteria perhitungan regulasi yang berlaku. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara nilai
yang diperbolehkan dengan rencana ketinggian di gambar LPT untuk dokumen GPA, maka desain harus diperbaiki dan
Tinggi Bangunan disesuaikan dengan batasan yang ditentukan.
Batas maksimum
Yang dimaksud dengan batas atas ketinggian bangunan adalah:
ketinggian bangunan ,
mencakup semua elemen 1. Massa Bangunan; dan,
tertinggi yang menempel Ketentuan ini berlaku pada massa bangunan dengan batas tertinggi elemen struktur, yakni bubungan atap tertinggi,
maupun berada pada ataupun dinding parapet (apabila atap bangunan berupa dak beton), dan mencakup elemen estetis/fasade
puncak bangunan. Tinggi bangunan yang ada;
Bangunan harus sesuai 2. Elemen Utilitas;
dengan aturan dan tidak Ketentuan ini berlaku apabila terdapat jaringan peralatan utilitas (penangkal petir, menara telekomunikasi, peralatan
melebihi ruang selubung MEP) yang diletakan pada area atap bangunan maupun menempel pada bangunan.
bangunan.
Hal ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pemohon untuk mempersiapkan segala bentuk rencana pemanfaatan
ruang di atas atap. Untuk regulasi mengenai perhitungan nilai KLB atap, silahkan merujuk ke bptsp.jakarta.go.id/
Regulasi/Bangunan/Perda1995/KLB.

Tinggi
Gambar Potongan Tapak HARUS Bangunan
menggambarkan bagian atap bangunan
dan penyediaan elemen utilitasnya
1 MASSA
Massa Bangunan sebagai
Tinggi
batas atas ketinggian 2 UTILITAS
Bangunan
Tidak menunjukan Bangunan Elemen utilitas
informasi ada/tidaknya sebagai batas
elemen utiltas. atas ketinggian
Bangunan

Tinggi
Bangunan Tinggi
Bangunan

Muka
Tanah

HAL. 1-26 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
BAGIAN DUA:
TEKNIK PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN
GAMBAR ARSITEKTUR
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

BAB 1
PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR
ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

Pada modul 1 ini, akan di bahas prosedur memindahkan gambar dari file lain untuk
dijadikan satu dalam suatu template yang telah tersedia. Dalam pembahasan modul ini
perangkat lunak yang digunakan adalah AutoCAD versi 2014, bila akan menggunakan
versi dibawahnya dapat dilakukan prosedurnya akan sama.
1. Pastikan file template PTSP (mode read only) dan file dari sumber lain sudah ter-copy
di Komputer;
2. Buka Aplikasi AutoCAD dengan menggunakan perintah ketik (command :) ketik
startup muncul dua pilihan angka 1 dan angka 0. Gantilah angka 0 (nol) menjadi
angka 1(satu). Ini fungsinya untuk mengaktifkan dialog box startup-nya. Pada dialog
box tersebut ada default setting-nya adalah imperial gantilah menjadi metric;
3. Kemudian pilih icon New file, ketik new maka akan muncul dialog seperti pada gambar
disamping;

Penting:
Perbedaan metric dalam
satuan mm, cm, m dst
sedangkan Imperial dalam
satuan inch, feet, dst.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-1
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

4. Gantilah dari Imperial menjadi Metric;


5. Setting-lah unit dalam satuan meter, ini disesuaikan dengan Keterangan Rencana Kota
(KRK) yang nanti di dapat dalam satuan meter (m);
6. File Keterangan Rencana Kota (KRK) sudah dalam bentuk digital tracing jadi dapat di
gunakan langsung. gunakanlah pada areanya untuk meletakkan desain arsitek yang
telah direncanakan sesuai dengan KRK yang telah diberikan. Jangan men-trace ulang
file batasan KRK tidak diperkenankan untuk merubahnya. File KRK dalam bentuk
Block. Bila ingin mengambil areanya saja cukup explode saja;

7. Selesaikanlah gambar arsitek di masukkan kedalam KRK yang sudah tersedia,


Posisikan gambar Arsitek secara lansekap, sesuaikan KRK dengan gambar
arsiteknya. Arah Utara mengikuti gambar arsitek;
Notasi
Utara

HAL. 2-2 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

8. Open file Template PTSP, file gambar hasil ukur Keterangan Rencana Kota (KRK) soft
copy dalam format file extension .dwg dan file arsitek (gambar dari sumber lain) yang
akan di tracing area-nya;

PTSP
PTSP

PTSP

9. External Reference-lah file-file arsitek yang sudah di buat masing-masing lantai dengan menggunakan nama file gambar sesuai dengan nama lantainya (seperti terlihat di dialog box
pada gambar 1.4). Tujuannya memudahkan pada waktu memasukkan gambar arsitek ke dalam template PTSP dengan menggunakan cara External Reference, pada saat attach
filenya. Lakukan hal yang berulang sampai semua gambar arsitek masuk kedalam template PTSP yang nantinya akan di trace area yang digunakan untuk perhitungan yang di
perlukan oleh PTSP;

Pilih File yg akan


di attach

PTSP*

Di listing ini
sudah masuk seluruh
gambar arsitektur
yang di perlukan
untuk perhitungan

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-3
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

10. Gunakan icon layer atau mengetik LA pada command-nya, maka akan muncul dialog
box. Di dalam dialog box ini terlihat group layer PTSP dan group layer Xref.

PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP

11. Gambarlah area-area yang akan di kalkulasi dengan cara mengontrol dua group layer
tersebut untuk memanipulasi on/off, freeze/thaw, lock/unlock, plottable/non plotable,
dll.

HAL. 2-4 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

12. Mulailah mengikuti outlines sesuai dengan fungsi ruangan dengan menggunakan
polyline sesuai dengan ketentuan layer yang telah disediakan PTSP;
Outline Dinding Luar, Outline Fungsi Sarana Penunjang, Outline Fasilitas, Outline
Fungsi Utama (Kantor, Pertokoan, dsb-nya), Outline KDH, Outline KTB, dan, Outline
KDH.

Contoh outline Parkir.


BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
PROVINSI DKI JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-5
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

13. Tabel polyline tracing Outline layer yang di gunakan untuk melakukan perhitungan
yang di perlukan oleh PTSP;

14. Lengkapi hitungan luasan yang telah di trace dengan polyline dengan me-load file
program LISP (LS.lsp) untuk mendapatkan nilai area tiap ruang sesuai dengan outline
masing-masing dengan cara memilih polyline yang akan di hitung kemudian letakkan
angka hasil di daerah yang di inginkan. Dialog load LSP seperti terlihat pada gambar
berikut.

HAL. 2-6 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

15. Lengkapi tiap denah dengan ukuran tiap-tiap ruangan (gambar ukuran dalam denah).
Seperti terlihat pada gambar 1.12;

16. Setelah semua denah selesai dengan outline dan perhitungan luas, Isilah tabel
keseluruhan (rekapitulasi) luasan tiap lantai, tabel ini sudah ada didalam file template
yang telah disediakan PTSP. Penggunaan tabelnya sama seperti menggunakan
program spread sheet seperti Microsoft Excel (dapat disertakan formula perhitungan).
Bagian yang highlight adalah yang menggunakan formula perhitungan;

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-7
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

Beberapa tabel lagi yang telah disediakan;

17. Hitunglah KDB, KLB, dan ketentuan parkir;

HAL. 2-8 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE

18. Isi dan lengkapi tabel rencana dan batasan;

19. Menambahkan legenda simbol dengan meng insert block simbol-simbol sudah
tersedia didalam file template PTSP. Seperti terlihat pada gambar 1.17. Karena sifat
block nya dynamic maka satu block symbol terdiri dari beberapa gambar; dan,
20. Tidak diperkenankan ada layer berwarna merah selain dinding outline dari PTSP/PTSP.

BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


PROVINSI DKI JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-9
Halaman ini sengaja dikosongkan.
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR

BAB 2
PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT
DAN MENCETAK GAMBAR
Pada Modul 2 adalah melanjutkan prosedur pada modul 1 yaitu setelah selasai
menggambar area-area yang di perlukan saatnya untuk mengatur gambar pada layout
dan hasilnya di cetak.

Langkah selanjutnya adalah meletakkan gambar tersebut kedalam layout kertas.


1. Pindahkan dari tab Model Space ke tab Paper Space dengan cara kursor diarahkan
ke layout dalam hal ini sudah di buatkan template nya dengan nama Title Block
A0,A1,A2, dan A3.
Perhatikan coordinate icon bentuknya segitiga ini menandakan kalau sekarang
berada pada posisi paper space bila kita melakukan scroll pada mouse yang terjadi
adalah kertas gambarnya yang zoom in dan zoom out bukan pada gambarnya. Skala
gambarnya tidak berubah;

2. Pada seluruh template yang tersedia di layout sudah diatur dalam skala 1:200. Apabila
ingin merubah ke skala yang lain dapat di lakukan dengan cara, klik 2 kali pada
bagian viewport (area gambar) atau bisa menggunakan command ketik yaitu MS
(model space).
Pada bagian kiri bawah terdapat coordinate icon yang menunjukkan posisi model
space terlihat adanya petunjuk arah sumbu X dan sumbu Y;

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-11
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR

3. Pada posisi sekarang ini disebut dengan posisi model space yang teletak didalam
paper. Pada posisi ini sama seperti posisi proses penggambaran awal, jadi dapat
melakukan perintah editing.Tidak disarankan melakukan editing disini, bila ingin
melakukan editing gambar lagi pindahkan posisinya ke model space;
4. Kembali pada posisi model space yang ada didalam paper, bila skala yang akan
digunakan bukan skala yang tersedia maka lakukanlah langkah dengan menggunakan
perintah scale (SC), dan ketik angka perbandingan yang diinginkan dan diakhiri
dengan penambahan kata XP (scale relative to paper space).

Contoh bila ingin mengganti dengan skala 1:200, maka pengetikan pada command-
nya adalah
command : Z
1/200xp

Ingat jangan lupa menambahkan XP pada akhir pengetikan skala, bila tidak akan
menghasilkan gambar yang 1/100 dari gambar tampilan terakhir.
5. Pada template ini sudah di atur page setup manager-nya dan output yang dihasilkan
adalah cetak dalam betuk digital file yaitu *.pdf dan sudah sesuai dengan kertas
yang telah dipilih, hal ini dilakukan untuk memudahkan pada waktu mencetak karena
tidak harus menggunakan piranti lunak AutoCAD cukup dengan aplikasi yang bias
mencetak file *.pdf atau bias juga menggunakan jenis plotter yang memang tersedia;
6. Setelah selesai pada pengskalaan gambar pindahkan ke posisi paper space
tujuannya bila mouse ter-scroll tidak terjadi perubahan skala pada gambarnya, hanya
kertas yang zoom in dan zoom out;

Penting:
Setelah melakukan perintah ini gambar
hanya dapat di pan untuk memindahkan
posisi supaya proporsi pada layout JANGAN
menggunakan scroll pada mouse ini akan
menyebabkan gambar terskala lagi dan
tidak sesuai dengan yang di harapkan. Bila
terjadi hal ini maka langkah yang harus
dilakukan dengan cara melakukan langkah
lagi seperti sebelumnya.

HAL. 2-12 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR

7. Untuk pencetakannya kursor cukup diarahkan ketulisan title block yang digunakan
kemudian klik kanan mouse akan muncul command panel;

8. Kemudian akan muncul dialog box dilanjutkan dengan menekan tombol OK;
9. Tunggu hasil cetaknya dalam bentuk file digital yaitu file yang berekstensi *.pdf;

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-13
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR

10. Bila dalam satu file arsiteknya ada beberapa yang harus di cetak dan dengan format
kertas yang sama, cukup lakukan duplikasi layout tersebut. Langkahnya adalah
letakkan kursor di layout yang mau di duplikasi kemudian klik kanan muncul command
panel pilihlah move or copy;

11. Setelah itu akan muncul dialog box Pilih title block yang akan digandakan dan
contreng create a copy;

HAL. 2-14 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR

12. Hasil dari duplikasi dengan create a copy akan menghasilkan nama yang sama
dengan penambahan (1,2,3 dst). Bila ingin menggantinya cukup klik kanan pada
posisi tulisan yang ingin diganti kemudian rename;

13. Untuk mengganti konten gambar yang ada dalam layout title block yang baru maka
lakukanlah langkah sebagai berikut:
• Klik dua kali pada bagian area gambar (pindah posisi dari paper space ke
model space);
• Bila skalanya sama dengan yang sebelumnya hindari scroll zoom; dan,
• Gunakan perintah pan atau dengan menekan tombol scroll mouse carilah
gambar yang akan di letakkan di layout yang baru tersebut.
14. Template ini di set dalam posisi mode read only. Untuk save file-nya harus gunakan
nama lain/ berbeda penamaannya file nya.

Mode model space


pada layout

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-15
B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

BAB 3
PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN
KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR
Pada bab 3 ini membahas mengenai metode merubah ukuran kertas gambar yang tidak
ada dalam layout template yang tersedia. Dalam beberapa kasus sering terjadi hal seperti
ini, tidak pas pada kertas max yang telah tersedia, sehingga perlu adanya perubahan
ukuran.

Pada template PTSP sudah terdapat Title block yang fleksibel sehingga dapat dirubah
ukuran panjang maupun lebarnya.
1. Pilih Title Block yang aka diubah ukurannya. Pilihlah perubahan ukuran yang
mendekati ukuran kertas pada Title Block yang terdekat, contohnya bila merubah
A1 hanya panjangnya saja pilihlah Title Block A1 kemudian lakukan duplikasi sesuai
dengan prosedur di bab 2;
2. PerubahanTitle Block yang telah disepakati tidak melakukan perubahan ke arah
vertikal (lebarnya maksimum ukuran plotter A0) hanya dibatasi perubahannya kearah
horizontal. Dynamic Block yang disediakan sejatinya dapat melakukan perubahan
untuk kedua arahnya baik vertikal maupun horizontal;
3. Bila Title Block ini sudah ter-insert didalam layout lakukanlah perubahan dengan
mengklik bagian tepi dari title block tersebut. Kemudian akan muncul panah berwarna
biru yang mengarah ke kiri pada pojok kiri bawah dan panah mengarah ke atas pada
pojok kiri atas (tidak diperkenankan perubahan kearah atas/vertical);

HAL. 2-16 DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE


B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

4. Bila melakukan perubahan panjang klik bagian panah arah horizontal kekiri
masukkanlah angka pertambahan panjang yang diinginkan;

PENYESUAIAN
UKURAN KERTAS

5. Perubahan ini juga mempengaruhi batasan gambar. Untuk penyesuaian lakukanlah


perubahan pada batasan model view sehingga batasannya sudah sesuai dengan
perubahan yang dilakukan;

Garis Batasan
Model View

DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-17


B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

6. Setelah selesai perubahan dilanjutkan dengan mencetak layout tersebut. Kursor


letakkan dibagian tab layout yang akan dicetak, kemudian klik kanan maka akan
muncul menu plot;

7. Didalam dialog box-nya pilih title block yang akan di perbaiki. Pilih tombol modify,
maka akan muncul dialog box;

HAL. 2-18 DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE


B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

8. Setting pada bagian plotter/printer yang sebelumnya menggunakan printer adobe pdf, pilih jenis printer dwg to pdf. Didalam list dari printer buatlah kustom ukuran yang diinginkan.
Save dengan menggunakan nama, contoh: A1+ 250mm (panjang batasan kertas + 250mm), sesuai tahapan berikut:

1 2

5 6

DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-19


B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

3 4

HAL. 2-20 DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE


B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

9. Karena perubahan ukuran panjangnya maka batasan cetaknya pun akan mengalami
perubahan. Untuk perubahannya lihat pada bagian plot Area dibawah what to plot
pilihannya adalah window, kemudian letakkan first corner nya pada titik pojok kiri
bawah dan the other corner-nya letakkan pada pojok kanan atas;

Other Corner

First Corner

DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-21


B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR

10. Setelah semuanya selesai terakhir pilih OK


11. Proses pencetakan selesai dan output-nya dalam bentuk file digital dengan extension
.pdf dimana file tersebut bisa di cetak tanpa menggunakan piranti lunak AutoCAD
cukup dengan aplikasi yang bisa mencetak file *.pdf; dan,
12. Proses pencetakan yang lain dapat juga dengan memilih jenis plotter yang tersedia,
bila pencetakan di lakukan luar/ tempat pencetakan gambar maka memerlukan
software gambar (seperti AutoCAD) utk mencetakannya. Pastikan format .dwg anda
pada versi yang tidak terlalu tinggi dengan cara save as ke versi yang lebih rendah,
ada kemungkinan di tempat tidak menggunakan versi yang tinggi.

HAL. 2-22 DPK : PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE


BAGIAN TIGA:
LAMPIRAN
L A M P I R A N 1 PENGECEKAN

Penting:
LAMPIRAN 1: Lembar pengecekan ini merupakan kontrol bagi pemohon, guna memastikan kelengkapan gambar beserta
informasi yang ada didalamnya.
PENGECEKAN • Jumlah lembar dapat bertambah apabila terdapat informasi lain yang perlu disampaikan pada lembar terpisah;
• Jumlah dokumen GPA terdiri berjumlah >10 (sepuluh) lembar, mengingat informasi gambar yang beragam; dan,
• Pemasukan dokumen dalam bentuk Softcopy (CD) dan Cetak (dalam kondisi gulungan).

Administratif Formulir Aplikasi


Telah mengisi Formulir Permohonan Perizinan yang dapat di unduh pada laman bptsp.
jakarta.go.id/Perizinan/FormPermohonan/F-1.03_Aplikasi_GPA.doc. Pengisian harus
menggunakan tinta berwarna hitam. Melengkapi informasi :
• Infromasi Tim Perencana: yang memuat nama Penanggung Jawab, Nama Firma/
Perusahaan, Alamat Surat, Kota & Kode Pos, Telepon, Fax, dan alamat e-mail;
• Informasi Pemilik;
• Informasi Lahan beserta nomor persil (bila ada);
• Deskripsi proyek;
• Batas lahan dan karakter lahan (bila ada);
Melampirkan dokumen pelengkap lainnya beserta pemasukan Dokumen GPA, yang
mencakup informasi dari dokumen:
• Surat Keterangan Keprofesian: Melampirkan SKA Arsitektur yang masih berlaku, atau
memilki masa tenggang 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku berakhir;
• Laporan Desain (bila ada);
• Salinan keputusan SIPPT, Permohonan Prinsip, dan lainnya;
Lembar 1 Sampul
Menampilkan informasi berupa tekstual dan visual dari objek perancangan, sesuai
dengan proyek yang diajukan perizinannya.
Terdapat kelengkapan informasi:
• Tujuan penggunaan Dokumen (GPA);
• Bulan dan Tahun Pemasukan;
• Nama Konsultan/Arsitek/Tim Perencana; dan,
• KOP gambar (opsional)
Lembar 2 Informasi proyek
Memuat informasi Pemilik dan Tenaga Ahli (Tim Perencana) Proyek:
• Nama Penanggung Jawab;
• Nama Firma/Perusahaan;
• Alamat Surat;
• Kota & Kode Pos
• Telepon, Fax; dan,
• E-mail.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 3-1
L A M P I R A N 1 PENGECEKAN

Menjabarkan gambaran umum proyek secara tekstual, berupa gagasan umum desain,
batasan desain, dan besaran yang dirancang.
Terdapat pernyataan proyek yang menjelaskan arahan dan tujuan perancangan, serta
dampak yang ditimbulkan bagi kota maupun lingkungan di sekitarnya.
Terdapat rujukan dokumen pendukung (dilampirkan bersama dokumen administratif)
terkait dengan perubahan, aturan, maupun kebijakan dalam pelaksanaan proyek
tersebut.
Mencantumkan informasi lahan/blok/lot yang dikembangkan dan luasannya.
Tabel yang menunjukan luasan akumulatif dari hasil perancangan, seperti luasan lahan,
bangunan, jumlah dan luas parkir.
Lembar 3 Daftar Isi
Memuat tata informasi mengenai gambar dalam gambar Lahan Perencanaan Teknis (LPT)
dan memberikan tanda pada daftar yang ada dalam dokumen GPA ini.

Lembar 4 Gambar Rencana Blok Eksisting


Memperlihatkan kondisi bangunan eksisting:
• Jarak/posisi bangunan terhadap batas lahan;
• Ketinggian bangunan;
• Fungsi bangunan;
• Lokasi pagar;
• Area hijau dan perkerasan;
• Jumlah parkir;
• Keberadaan fasilitas umum;
• Jaringan utilitas.
Informasi:
• Luas lahan;
• Nilai KDB bangunan eksisting;
• Bangunan eksisting yang dipertahankan,
Lembar 5 Gambar Rencana Tapak untuk KDB dan KTB
Memperlihatkan kondisi lahan dengan bangunan terdesain:
• Batas lahan dan Garis Sempadan Bangunan (GSB);
• Pagar dan Jarak Bebas Bangunan;
• Tata lansekap;
• Garis proyeksi basement dan atap;
• Lokasi parkir dan akses kendaraan;Akses pejalan kaki;
• Notasi dimensi;
• Polyline KDB, KTB, dan KLB.
Tabulasi perhitungan jumlah area KDB, KTB, KLB, Jumlah Parkir dan Luasannya.

HAL. 3-2 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
L A M P I R A N 1 PENGECEKAN

Lembar 6 Gambar Rencana Tapak untuk KDH


Memperlihatkan kondisi lahan dengan bangunan terdesain:
• Batas lahan;
• Jaringan utilitas kota dan privat (genset, sampah);
• Tata lansekap dan Arah drainase; dan,
• Polyline Perkerasan dan KDH berdasarkan kemampuan resapan material.
Tabulasi perhitungan jumlah area KDH dan Perkerasan.
Lembar 7 Gambar Massa 3 Dimensi
Massa bangunan 3 dimensi yang menunjukan perspektif ataupun isometri (salah satu),
tanpa di render, tanpa elemen vegetasi,
Menunjukan komposisi massa bangunan secara keseluruhan terhadap:
• Batas lahan dan Garis kontur pada lahan;
• Jarak Bebas Bangunan;
• Tinggi Bangunan dan Proyeksi selubung bangunan;
• batas KKOP yang diizinkan.
Tabulasi perhitungan jumlah bangunan dan ketinggian (bila massa bangunan lebih dari
satu).
Lembar 8 dan 9 Gambar Potongan Tapak Memanjang dan Melintang
Menunjukan:
• Posisi bangunan;
• Jarak antar bangunan/menara; dan,
• Ruang basement terhadap tapak dan elevasi jalan raya.
Memperlihatkan potongan bangunan (melintang dan memanjang) yang menunjukan
keberadaan fungsi-fungsi ruang, sistem core, dan jumlah lantai, serta tinggi bangunan
dan elemen utilitas di puncaknya terhadap titik peil + 0.00 di lantai dasar.
Memperlihatkan proyeksi selubung bangunan sesuai aturan KRK dan PRK (bila ada),
serta batas KKOP yang diizinkan
Lembar 10 Gambar Denah
Denah dengan:
• Dimensi pada ruangan;
• Nama ruangan;
• Peil lantai;
• Luasan ruang;
• Notasi dinding dan jendela; dan,
• Elemen struktur bangunan yang mencakup kolom dan sistem core struktur.
Memuat tabulasi perhitungan jumlah luasan fungsi di setiap lantai dan dikomparasi
dengan luasan KLB yang diizinkan.

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 3-3
bptsp.jakarta.go.id

P E M E R I N T A H P R O V I N S I D K I J A K A R T A

Anda mungkin juga menyukai