PEDOMAN GAMBAR
P E R E N C A N A A N
A R S I T E K T U R _ U N T U K
R E K O M E N D A S I
D A N _ P E R I Z I N A N
Buku 1
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA
bptsp.jakarta.go.id
P E M E R I N T A H P R O V I N S I D K I J A K A R T A
Pedoman Gambar:
Perencanaan Arsitektur untuk
Rekomendasi dan Perizinan
Buku 1
dari 3 Buku Seri
Jakarta, 2015
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Dengan bangga kami mempersembahkan Buku 1: Pedoman Gambar Perencanaa Arsitektur untuk Rekomendasi dan
Perizinan.
Buku pedoman ini dipersiapkan sebagai panduan untuk meletakan dasar-dasar tata cara perizinan kembali kepada
hakikatnya, yang sesuai dengan perencanaan komprehensif untuk kota Jakarta, untuk memudahkan para pemilik
bangunan beserta arsitek dalam proses pembangunan di masa depan.
Buku 1: Pedoman Gambar Perencanaan Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan, merupakan bagian dari
kompilasi 3 seri buku yang disusun atas dasar prinsip-prinsip tata cara perizinan yang bertujuan untuk melayani
kepentingan masyarakat, transparan, mempermudah, dan mempercepat proses pembangunan. Melalui kombinasi
prinsip ini, diharapkan Buku 1: Pedoman Gambar Perencanaan Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan ini
dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat serta menciptakan sistem pelayanan perizinan pembangunan yang
terpadu, mudah dan transparan.
Kami harap kedepannya, kita bersama-sama dapat berkontribusi untuk membangun kota Jakarta yang modern dan
nyaman untuk ditinggali.
Jakarta, 2015
HAL. iv PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
KEDUDUKAN BUKU PEDOMAN
Buku ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yang tediri atas Bagian Pertama berisi tentang pedoman penggambaran,
standar format penggambaran dan kelengkapan dokumen, ditujukan bagi arsitek dan atau pemilik lahan yang berencana
mengembangkan persilnya sesuai kriteria pemohon yang sudah ditetapkan. Bagian Kedua memuat standar dan tata
cara teknis penggambaran dalam format *.dwg, yang dilengkapi standar penggunaan layer, format layout kertas terkait
penggambaran yang diserahkan dalam format softcopy *.dwg.
Buku 2 ini adalah rangkuman aturan perancangan bangunan dan lingkungan yang berlaku dan digunakan di DKI Ja-
karta, terkait peraturan, kebijakan, dan standar perancangan (SNI) untuk kebutuhan Rekomendasi dan Perizinan. Buku
ini ditujukan bagi pelaku pembangunan di DKI Jakarta seperti arsitek dan pengembang (property developer), tetapi tidak
menutup kemungkinan juga digunakan bagi pihak akademisi dan masyarakat umum.
Buku 3 Panduan Layer CAD Gambar Arsitektur untuk Rekomendasi dan Perizinan
Buku 3 ini adalah standarisasi penggunaan layer pada program komputer berbasis CAD untuk penggambaran
arsitektural dan gambar bangunan lainnya. Penggunaannya wajib digunakan dalam setiap gambar yang diajukan untuk
proses rekomendasi dan perizinan di DKI Jakarta, untuk menyeragamkan dan memudahkan pemeriksaan dan kualitas
dari hasil perancangan.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. v
PROSES PERIZINAN
Dokumen Perencanaan
Bangunan
GPA SIDANG
Dokumen GPA sesuai
arahan pedoman
KONSULTASI ARSITEKTUR**
Dokumen Kesesuaian Meliputi pengecekan
Lengkap Dokumen dengan Layak terhadap Batasan Intensitas
Sinergis Regulasi dan Bangunan
PERENCANAAN Produk KRK
Lulus
TEKNIS* Belum Perlu
Dokumen Gambar
PERMOHONAN PTSP Kerja Arsitektural Sesuai
Ketentuan
Rekomendasi
Teknis***
PENGESAHAN****
Rencana Pembangunan Dapat dilanjutkan
Memperoleh untuk Pengajuan
Informasi dan dokumen: Izin
dokumen dari Satlak Mendirikan Bangunan
PTSP, KPTSP, atau Tidak Lulus
BPTSP: REVISI (IMB).
- Produk KRK; dan,
- Buku 1, 2, dan 3
GPS
Gambar SIDANG
KONSULTASI
Perencanaan
Struktur
STRUKTUR
BKPRD
Terkait perubahan dan/
atau pelampauan aturan
dan ketentuan teknis pada
lahan
GPI SIDANG
Gambar
KONSULTASI
Perencanaan
Instalasi
INSTALASI
*** Rekomendasi Teknis dikeluarkan oleh SKPD dan/atau bantuan dari Tim Ahli
**** Tahapan antara proses sidang hingga keluarnya rekomendasi pengesahan dapat dicapai
minimum dalam 1 (satu) hari sejak sidang dinyatakan Lulus.
HAL. vi PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN TEKNIS TATA BANGUNAN UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
PROSES PERIZINAN
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iv
Kedudukan Buku Pedoman v
Skema Proses Perizinan Bangunan vi
Daftar Isi viii
Daftar Penggunaan Singkatan dalam Dokumen ix
HAL. viii PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
DAFTAR PENGGUNAAN SINGKATAN
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. ix
BAGIAN SATU:
PETUNJUK PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN
GAMBAR ARSITEKTUR
B A B 1 PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Pedoman ini disusun guna memudahkan pemohon dalam mempersiapkan dokumen Gambar Perencanaan Arsitektur
untuk Rekomendasi dan Perizinan (selanjutnya disingkat dengan GPA). Di dalam pedoman ini terdapat perihal informasi
yang harus tersedia dengan benar dan memenuhi standar yang ditentukan, melalui gambar-gambar Rencana Blok,
Rencana Tapak, Denah, hingga Potongan Tapak beserta Bangunan.
Penting:
Segala bentuk dokumen Untuk standarisasi gambar, petunjuk, dan panduan dalam mempersiapkan dokumen ini, pemohon dapat melihat
aplikasi yang tidak sesuai runutan bab selanjutnya. Apabila pemohon kesulitan dan terdapat informasi yang kurang jelas, maka dianjurkan untuk
dengan KRK, tidak akan menghubungi jaringan pelayanan PTSP terdekat di wilayah Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Bersama dokumen ini,
diproses lebih lanjut dan pemohon akan memperoleh dokumen Keterangan Rencana Kota (KRK). Apabila pemohon memiliki rencana pelampauan
dikembalikan untuk revisi. dari batasan yang terdapat di dalam KRK, maka sebelum pemohon diwajibkan untuk mengurus perizinannya terlebih
dulu (lihat Skema Proses Perizinan Bangunan).
GPA merupakan bentuk pengendalian pembangunan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, untuk menciptakan
1.1 TUJUAN PENGGUNAAN lingkungan kota yang baik. Proses ini merupakan kewenangan PTSP untuk mengecek kelayakan dan kesesuaian
perencangan dengan agenda rencana kota seperti transportasi, lingkungan, dan citra kota, yang dituangkan melalui
KRK dan Peraturan Bangunan (lihat Buku 3: Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI
Jakarta).
Elemen pengecekan yang dilakukan PTSP mencakup sejumlah kebenaran informasi ketata-kotaan dalam gambar Lahan
Perencanaan Teknis (LPT), seperti:
• Lokasi dan lingkungan disekitar lahan perencanaan;
• Massa/konsep desain bangunan;
• Komposisi fungsi bangunan;
• Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), dan Koefisien
Tapak Basement (KTB); dan,
• Jarak Bebas serta Tinggi Bangunan.
GPA juga berfungsi untuk memastikan setiap proyek perancangan yang berada di wilayah DKI Jakarta, memiliki
kontribusi pengembangan karakter dan citra fisik yang sejalan dengan RTRW DKI Jakarta 2030, untuk menghadirkan
penataan kota yang lebih baik, melalui tata lansekap, sirkulasi kendaraan, aksesibilitas bangunan, dan meminimalisir
dampak negatif yang mungkin dapat terjadi pada lingkungan.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-1
B A B 1 PENDAHULUAN
Sebelum mengajukan permohonan untuk dokumen GPA kepada PTSP, pemohon sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu
1.2 WILAYAH KEWENANGAN PTSP mengenai lokasi PTSP yang perlu dituju sesuai dengan besaran lahan perencanaan yang dimiliki oleh Permohon.Hal
ini perlu dilakukan agar pemohon memperoleh informasi mengenai regulasi di lahan yang dimilikinya, sesuai dengan
kewenangan dari tingkatan PTSP dari mulai Kelurahan hingga Kecamatan sesuai dengan fungsinya. Perlu diperhatikan,
bahwa apabila diketemukan segala bentuk pembangunan pada zonasi atau bangunan di atas lahan tersebut dilarang,
maka segala bentuk aplikasi permohonan akan ditolak.
Lokasi PTSP yang harus dituju pemohon untuk proses pengurusan perizinan pembangunan yang DISERTAI GPA, sesuai
dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.57 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah No.12 Tahun
2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, adalah:
Penting:
Pemohon diharuskan Syarat
Pengurusan
mengetahui luasan dan Syarat Pengurusan Cakupan Kewenangan
Ketetapan
ketentuan lainnya yang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Penandatanganan
Rencana Kota
dimohonkan; agar pelayanan (KRK)
PTSP dapat langsung optimal Bangunan Rumah Tinggal, dengan kriteria:
dilaksanakan secara efektif • Tinggi Bangunan < 3 lantai;
dan efisien pada tingkat Luas lahan • Tidak memiliki Basement; Satlak PTSP Kecamatan
wilayah kewenangan yang < 1.000 m2 • Maksimal 3 (tiga) kavling utuh dengan 1 (satu) kepemilikan Tingkat Kecamatan
HAL. 1-2 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 1 PENDAHULUAN
KRK KRK
< 1.000
1.000 m2 s/d 5.000 m2
SATLAK IMB
IMB PTSP
PROSES PADA Maks. 3 Lahan
TINGKAT KECAMATAN utuh 1 Kepemilikan Fungsi Rumah
(non Real Estate) Tinggal
Fungsi Rumah Lebih dari 3 Lahan
Tinggal utuh 1 Kepemilikan
(Real Estate)
Bangunan
Pemugaran Rumah Tinggal
GPA + PERENCANAAN
TEKNIS
Gol. C dan D
IMB
Fungsi non
Rumah Tinggal Tinggi < 8 Fungsi non
Rumah Tinggal
KPTSP BPTSP
PROSES PADA TINGKAT PROSES PADA TINGKAT
KOTA/KABUPATEN Tinggi > 8 Lantai, atau < 8 lantai
PUSAT/PROVINSI di lokasi Kab. Adm. Kep. Seribu
ADMINISTRASI
S
Dengan Basement
1 Lapis Bangunan dengan
Sistem Struktur
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-3
B A B 1 PENDAHULUAN
Memuat penjabaran tujuan penggunaan pedoman GPA secara umum, kriteria pemohon bangunan yang memerlukan
maupun yang tidak memerlukan GPA, dan sistematika pedoman.
Memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemenuhan standar gambar pada dokumen GPA.
Menjabarkan 7 (tujuh) komponen kebutuhan penilaian dan pengecekan yang akan diperiksa oleh PTSP dalam dokumen
GPA, dengan visualisasi gambar guna memudahkan pemohon untuk mengetahui penempatan komponen-komponen
yang ada dalam setiap gambar.
Lampiran 1
Memuat dokumen pengecekan untuk memudahkan pemohon memastikan kesesuaian dokumen GPA yang diajukan.
HAL. 1-4 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM
BAB 2
PENJELASAN UMUM
Dalam mempersiapkan dokumen GPA, pemohon perlu memperhatikan persyaratan dan kriteria pengajuan dokumen
GPA. Apabila pemohon menghadapi kesulitan, pihak PTSP membuka kesempatan untuk tahapan konsultasi awal, guna
mendiskusikan secara langsung dengan staf PTSP melalui jaringan pelayanan PTSP terdekat di wilayah Pemerintahan
Provinsi DKI Jakarta, apabila terdapat ketidaksesuaian atau perubahan fungsi dengan rencana yang ingin diajukan
pemohon.
Tahapan konsultasi awal ini harus dijadwalkan, sehingga pemohon perlu menghubungi pihak PTSP terdekat, minimum 7
(hari) kerja sebelum rencana jadwal konsultasi yang diinginkan.
2.1 PRASYARAT PENGAJUAN DOKUMEN Gambar dokumen GPA yang dipersiapkan untuk pengajuan harus memenuhi Peraturan Bangunan yang berlaku (lihat
Buku 3: Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI Jakarta), sehingga dalam penyajian
GPA gambar telah memenuhi standar yang sesuai dengan bidang keilmuan terkait. Prasyarat pengajuan dokumen GPA harus
memenuhi hal-hal berikut:
3. Dokumen GPA harus mengacu pada Lahan Perencanaan Teknis (LPT) yang telah mengadopsi peraturan
bangunan yang berlaku
• Gambar dasar dokumen GPA mengacu pada gambar LPT; dan,
• Peraturan Bangunan yang berlaku, harus terakomodasi dalam LPT.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-5
B A B 2 PENJELASAN UMUM
2.2 INFORMASI DOKUMEN GPA YANG Selanjutnya dalam pedoman ini dijabarkan mengenai informasi pengajuan perizinan yang dibutuhkan sebagai panduan
bagi Pemohon/Arsitek/Tim Perencana dalam mempersiapkan dokumen GPA sesuai dengan standar yang diatur dalam
DIPERLUKAN pedoman ini. Pemohon secara sadar dan bertanggung jawab, memahami tata cara penggambaran sesuai dengan
kebutuhan informasi yang diperlukan oleh PTSP.
Pemohon perlu memperhatikan dan merujuk pada Peraturan Bangunan (lihat Buku 2: Pedoman Teknis Tata Bangunan
Dalam Pemanfaatan Ruang Kota DKI Jakarta), serta kaidah penggambaran yang umum dalam penyampaian gambar
teknik, ataupun yang telah diatur oleh Institusi terkait. Risalah teknik penggambaran untuk keperluan dokumen GPA
dengan menggunakan CAD dapat dilihat pada Bagian Dua dalam buku ini.
HAL. 1-6 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM
1 UKURAN LEGENDA
KERTAS* GAMBAR 3
Format pencetakan
Informasi simbol
dibatasi antara
yang digunakan
A3 - A0.
dalam gambar.
Dapat dilakukan
penyesuaian
ukuran kertas ke
arah memanjang
(horizontal).
KOLOM
REVISI
Informasi Revisi 4
yang telah
PENYESUAIAN dilakukan.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-7
B A B 2 PENJELASAN UMUM
Kondisi Eksisting:
Informasi Rencana Blok
yang ada pada lahan,
memuat batas lahan,
bangunan eksisting, KDB
sisa (bila perancangan
berupa pengembangan
infill) dan elemen lainnya.
Penyajian gambar dengan
teknik pemenggalan untuk
mengakomodasi ukuran
maksimum kertas dan skala
yang digunakan.
HAL. 1-8 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-9
B A B 2 PENJELASAN UMUM
2.2.4 DENAH
Gambar kerja denah berskala 1:200 atau menyesuaikan dengan keperluan, dan di gambar pada skala 1:1 pada CAD.
Dalam denah harus mencakup informasi:
• Tata ruang, dinding, jendela, dimensi ruang, dan fungsi dari masing-masing ruang;
• Notasi proyeksi lantai basement dan atap;
• Area Core struktur dan tangga;
• Luas total lantai bangunan dan besaran dari masing-masing ruang berdasarkan zonasi ruang; dan,
• Notasi orientasi orientasi (arah Utara), dimensi ruang, dimensi struktur, arsiran, warna, dan Nama Ruang.
Penting:
Kualitas Gambar
Perencanaan Teknis pada
setiap gambar dokumen
GPA yang mengadopsi
peraturan dan ketentuan
Notasi dan
yang berlaku. Informasi Nama/Fungsi
arsitektur yang lengkap Ruang
HAL. 1-10 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 2 PENJELASAN UMUM
2.2.5 POTONGAN
Gambar potongan berskala 1:200 atau menyesuaikan dengan keperluan dan digambar pada skala 1:1 pada CAD,
namun skala yang berbeda dapat digunakan bila diperlukan. Dalam gambar potongan tapak harus mencakup informasi:
• Elevasi bangunan setiap yang menunjukan ketinggian bangunan;
• Informasi nama lantai yang berada di atas tanah menggunakan penamaan Lantai 1,2,3,4, dst;
• Informasi nama lantai yang berada di atas tanah menggunakan penamaan Lantai Basement 1,2,3, dst;
• Ketinggian bangunan merupakan elemen struktur bangunan ditambah fungsi utilitas diatasnya;
• Batas maksimum ketinggian bangunan sesuai arahan Selubung Bangunan;
• Jarak Bangunan dengan bangunan di sekitarnya;
• Hubungan bangunan dengan lahan dan elevasi jalan;
• Menunjukan potongan bangunan dari basement hingga puncak bangunan;
• Perspektif bangunan dan model 3 dimensi; dan,
• Notasi elevasi, dinding, jendela yang terbaca, disertai dengan nama setiap ruang.
Selubung
Bangunan
Penting:
Gambar Potongan tapak
memperlihatkan hubungan
bangunan dengan
lingkungan.
Tinggi Bangunan (TB) yang
terukur adalah mulai dari
muka tanah pada lahan
eksisting (mengacu pada
KRK) dasar hingga elemen
utilitas di puncak bangunan
yang harus tergambarkan,
dan ikut dihitung sebagai
ketinggian bangunan.
Bangunan
Terdekat
Bangunan
Terdekat
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-11
B A B 2 PENJELASAN UMUM
2.3 PEMASUKAN DOKUMEN GPA Dokumen GPA yang diajukan untuk perizinan pembangunan, mencakup formulir aplikasi perizinan sebagai dokumen
yang harus diisi lengkap oleh pemohon dan dokumen gambar.
*Jumlah lembar untuk gambar denah disesuaikan dengan jumlah lantai, dan untuk lantai tipikal hanya di gambarkan 1
(satu) buah saja sebagai perwakilan.
HAL. 1-12 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
BAB 3
PEDOMAN
PENGGAMBARAN
Untuk pemasukan dokumen GPA, pemohon wajib memenuhi kriteria teknis dalam penggambaran informasi yang telah
disampaikan pada bab sebelumnya, guna memastikan kemudahan penyampaian informasi pada pemeriksa. PTSP
mewajibkan setiap permohonan perizinan bangunan, untuk melengkapi seluruh komponen data yang dibutuhkan.
Apabila terjadi ketidaktertiban ataupun kelalaian dalam prosedur perizinan yang disebabkan oleh pemohon, maka hal
tersebut akan berdampak pada waktu proses perizinan.
Penting:
Bab ini memuat tata cara penggambaran untuk di pemohon, dalam menggambarkan Komponen Perencanaan yang
7 Komponen yang harus
menjadi dasar penilaianserta pemeriksaan PTSP terhadap pengajuan gambar dokumen GPA. Komponen yang harus
dipenuhi dalam setiap
tergambarkan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada (lihat Bagian Dua), terdiri dari:
permohonan, sebagai
dasar penilaian kualitas 1. Informasi Proyek;
perancangan dalam 2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB);
dokumen GPA oleh PTSP. 3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
4. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
5. Koefisien Tapak Basement (KTB);
6. Jarak Bebas Bangunan; dan,
7. Tinggi Bangunan (TB).
Penjelasan mengenai ke-7 (tujuh) komponen ini dapat disimak pada sub bab pada halaman selanjutnya.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-13
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
3.1 INFORMASI PROYEK Sejumlah informasi proyek wajib dicantumkan dalam gambar Dokumen GPA yang ditempatkan pada lembar pertama
setelah halaman sampul, dengan komposisi dan penempatan informasi pada area gambar ditunjukan gambar ilustrasi
disamping. Informasi proyek yang dicantumkan mencakup:
1. Informasi Keterlibatan Proyek;
Berisikan informasi Pemohon (Pemilik dan Perencana) yang bertanggung jawab pada proyek tersebut:
• Nama Pemilik;
• Alamat dan Kode Pos;
• Telepon, Faksimile, dan e-mail;
• Status Pemohon (Pemilik/Arsitek)
• Kemitraan (Data pemohon lain bila proyek berbentuk konsorsium)
• Informasi Tim Ahli
Mencantumkan seluruh pihak yang terlibat seperti Arsitek, Kontraktor, Pengembang, dan Pengelola Proyek.
Tata Penempatan:
Penempatan dan komposisi
tulisan dalam Lembar
Informasi Proyek pada
gambar LPT diatur secara
spesifik. 3
Komposisi dapat disesuaikan
dengan jumlah tekstual dan
1 5
informasi yang mudah untuk
dibaca dan dipahami.
HAL. 1-14 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
2. Penjelasan Umum;
Berisikan deskripsi proyek secara umum, mengenai latar belakang desain, seperti:
• Alamat, Blok/ Nomor Lot;
• Nama Proyek;
• Zonasi/Peruntukan Lahan disekitar;
• Fungsi lahan sebelum dan sesudah;
• Status Kepemilikan Lahan;
3. Tujuan Perancangan;
Menjelaskan secara singkat:
• Tujuan dan Arahan perancangan;
• Tahapan permbangunan; dan,
• Potensi yang ditimbulkan pada saat pembangunan dan setelah pembangunan bagi lingkungan.
Kelengkapan Administratif:
4. Regulasi dan Dokumen Perizinan yang diterapkan; dan,
Informasi yang
Berupa daftar yang memuat sejumlah informasi dokumen perizinan maupun aturan khusus yang diterapkan dalam
disampaikan pemohon
proyek tersebut.
melalui Formulir Aplikasi,
turut disajikan dalam 5. Peta Kunci dan Tabulasi Data Proyek
dokumen gambar GPA. Mencantumkan:
Bila pemohon (arsitek) tidak • Peta Kunci berskala 1:1000 atau lebih, dengan informasi fungsi, peruntukan lahan disekitar lahan proyek, luas per
mencantumkan informasi persil.
yang tidak sesuai, dapat • Tabel rekapitulasi data proyek yang berisikan:
menghambat proses a. Dimensi Lahan:
persidangan, dan diharuskan Mencantumkan ukuran panjang,lebar, dan luas lahan dalam satuan m dan m2;
untuk diperbaiki yang b. KDB, KLB, KDH, KTB;
berakibat pada waktu proses c. Batas Tinggi Bangunan dan Ketinggian Bangunan;
yang lebih lama. • Termasuk arahan peil banjir;
• Ketinggian bangunan yang dihitung dari lantai dasar hingga bagian utilitas tertinggi di puncak atap.
d. Garis Sempadan (Depan, Belakang, Kiri, Kanan, Sungai);
e. Jumlah Lantai;
f. Luas Penggunaan ruang dan keseluruhan;
g. Jumlah Parkir:
Apabila terdapat parkir yang spesifik, seperti parkir motor, sepeda, disabilitas, jumlah loading dock, hingga
penggunaan parkir di badan jalan, wajib dicantumkan.
h. Jam Operasi (bila fungsi selain hunian/rumah); dan,
i. Jumlah Penghuni/Pengguna.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-15
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
+ +
Overlay Keseluruhan
HAL. 1-16 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
Penting:
Seluruh bidang yang Ruang
Dalam
berada di muka tanah
dan proyeksi bangunan
diatasnya dihitung sebagai
KDB. Penempatan polyline
1
harus sesuai dengan
2
arahan dan template ke-6
(enam) jenis layer yang
telah dipersiapkan dengan
masing-masing jenis garis, Tabel yang memberikan informasi sesuai
dengan KDB pada gambar Rencana Tapak
3
warna, maupun arsiran
Elemen
Perhitungan
Nilai
Koefisien
Batasan
Luasan
(m2)
%
Rencana
Luasan
(m2)
% Keterangan 4
Area 1
Area 2
Area 3
Area 4
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-17
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
Gambar untuk perhitungan KLB dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis informasi, yakni:
1. Bagian gambar deliniasi perhitungan
Deliniasi polyline yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan setiap area yang dihitung sebagai KLB, dengan
menggunakan gambar Denah (denah lantai dasar, denah lantai tipikal, denah basement) sebagai gambar dasar;
Penting:
2. Bagian Tabel Perhitungan
Penggunaan Layer untuk
Merupakan tabulasi dari luasan pada masing-masing deliniasi.
Polyline KLB pada setiap
elemen.
3.3.2 ELEMEN DELINIASI POLYLINE DAN LAYER PENGGAMBARAN
Elemen Deliniasi Warna Nama Layer
HAL. 1-18 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
Area
Core Ruang
2
Dalam
Area yang
dihitung KLB
1
Tabel yang memberikan informasi sesuai dengan
Area yang tidak KLB pada gambar LPT Denah
dihitung KLB
Ruang Ruang Batasan Rencana
Dalam Dalam Elemen Nilai Luasan % Luasan % Keterangan
Perhitungan Koefisien (m2) (m2)
Fungsi - Area 1
Delineasi pertemuan antar SP/ME - Area 2
ruang dihitung pada batas
sumbu AS dinding bangunan
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-19
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
GSB
Batas Lahan
Perkerasan untuk sirkulasi pejalan kaki,
contohnya (jogging track), dihitung sebagai
KDH
Daerah yang
digunakan sebagai
area resapan, dihitung
Perkerasan yang dipergunakan sebagai sebagai KDH
jalan, parkir dan plaza tidak dihitung sebagai Lantai Dasar
KDH
HAL. 1-20 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
Penting:
Seluruh bidang yang Ruang
Dalam
berada di atas lahan
yang dapat berfungsi
Area yang tidak
1
untuk menyerap air dan dihitung KDH
digunakan sebagai ruang
hidup tumbuhan dihitung
sebagai KDH. Penempatan Area yang dihitung
polyline harus sesuai dengan KDH
2
sesuai garis dan warnanya.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-21
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
GSB
Batas Lahan
Delineasi dimulai dari perimeter
terluar dinding basement sisi luar
Penting:
Penggunaan Layer untuk
Ruang
Polyline KTB pada setiap Dalam
elemen. Lantai Dasar
Min. 3,00m
HAL. 1-22 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
3,00 m
Batas Lahan
Penting:
Area
Area KTB dibedakan antara Basement 1
Lantai Basement 1 dengan
dibawahnya, serta diberikan
Area
notasi jarak dinding sisi Basement 2
terluar basement terhadap
batas lahan.
15,00 m
Batasan Rencana
Elemen Nilai Luasan % Luasan % Keterangan
Perhitungan Koefisien (m2) (m2)
Lantai B1
Lantai B2 dst.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-23
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
3.6 JARAK BEBAS BANGUNAN Jarak Bebas Bangunan dalam gambar Dokumen GPA perlu ditunjukan melalui gambar Rencana Tapak dan Potongan
Tapak, guna memastikan desain bangunan yang pantas dan sesuai dengan konteks lingkungannya. Tata aturan
mengenai perhitungan jarak bebas bangunan dapat dirujuk pada dokumen Pedoman Detail Teknis Ketatakotaan Tentang
Bangunan Tipe Tunggal, atau dapat diakses melalui laman bptsp.jakarta.go.id/Regulasi/Bangunan/Perda1995/
JarakBebas.
Selubung Ketinggian
Bangunan Maksimum
Selubung
Bangunan
Jarak Bebas
Jarak Bebas Bangunan
Bangunan
Penting:
Seluruh bidang fasade
merupakan nilai ukur atau
20,00 m
dasar perhitungan jarak
bangunan. Dinding terluar Kantilever
bangunan merupakan Proyeksi Selubung
proyeksi vertikal yang Bangunan
digunakan sebagai acuan Jarak Bebas
dari Jarak Bebas Bangunan. Bangunan
Jarak Bebas
Bangunan
Dinding Dinding
Masif Transparan Dinding
(Jendela/Void) Masif(Solid)
HAL. 1-24 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
Notasi Jarak Bebas Bangunan ditunjukan pada seluruh sisi di gambar Rencana Tapak dan Potongan. Adapun tata cara
penggambaran dalam gambar LPT adalah:
1. Penggunaan Layer Jarak Bebas Bangunan, sesuai dengan Bagian Dua;
2. Notasi garis ditunjukan pada semua sisi bangunan dengan proyeksi garis merujuk pada seluruh sisi batas lahan dan
bangunan terdekat;
3. Jarak Bebas Bangunan dihitung dari batas kulit bangunan terluar, hingga batas lahan;
4. Pencantuman besaran dimensi selalu bersifat horizontal, dan atau memiliki kemiringan maksimal 45O terhadap
gambar dengan unit besaran adalah meter (m) dengan maksimum 2 (dua) desimal dibelakang koma (0,00 m); dan,
5. Mencantumkan informasi mengenai Jarak Bebas Bangunan minimum (terpendek) dan maksimum (terjauh) dengan
memberikan informasi material di kedua sisi jarak bebas bangunan tersebut.
Ketinggian
Tabel yang memberikan informasi sesuai Tinggi Bangunan
Bangunan
dengan jarak bebas bangunan pada gambar
Utilitas
Jarak Bebas Lokasi Proyeksi Proyeksi Jarak
Selubung
Bangunan Mulai akhir (m)
Bangunan
Jarak Utara Transparan Masif 39,50
Terdekat
Jarak Terjauh Barat Transparan Batas 7,00
Daya Lahan
Proyeksi Selubung
Bangunan
Batas Lahan
24,28 m 24,28 m
(Jendela)
as L
Bangunan
11,89 m Bangunan
Terdekat 32,00 m
59,50 m
17,60 m
16,90 m
Bangunan
Bangunan Jarak Bebas Bangunan pada Terdekat
gambar Rencana Tapak
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 1-25
B A B 3 PEDOMAN PENGGAMBARAN
3.7 TINGGI BANGUNAN Tinggi Bangunan (TB) yang terdefinisi dalam subbab ini merupakan tata cara penghitungan batas ketinggian bangunan
yang terukur dan masuk dalam kriteria perhitungan regulasi yang berlaku. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara nilai
yang diperbolehkan dengan rencana ketinggian di gambar LPT untuk dokumen GPA, maka desain harus diperbaiki dan
Tinggi Bangunan disesuaikan dengan batasan yang ditentukan.
Batas maksimum
Yang dimaksud dengan batas atas ketinggian bangunan adalah:
ketinggian bangunan ,
mencakup semua elemen 1. Massa Bangunan; dan,
tertinggi yang menempel Ketentuan ini berlaku pada massa bangunan dengan batas tertinggi elemen struktur, yakni bubungan atap tertinggi,
maupun berada pada ataupun dinding parapet (apabila atap bangunan berupa dak beton), dan mencakup elemen estetis/fasade
puncak bangunan. Tinggi bangunan yang ada;
Bangunan harus sesuai 2. Elemen Utilitas;
dengan aturan dan tidak Ketentuan ini berlaku apabila terdapat jaringan peralatan utilitas (penangkal petir, menara telekomunikasi, peralatan
melebihi ruang selubung MEP) yang diletakan pada area atap bangunan maupun menempel pada bangunan.
bangunan.
Hal ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pemohon untuk mempersiapkan segala bentuk rencana pemanfaatan
ruang di atas atap. Untuk regulasi mengenai perhitungan nilai KLB atap, silahkan merujuk ke bptsp.jakarta.go.id/
Regulasi/Bangunan/Perda1995/KLB.
Tinggi
Gambar Potongan Tapak HARUS Bangunan
menggambarkan bagian atap bangunan
dan penyediaan elemen utilitasnya
1 MASSA
Massa Bangunan sebagai
Tinggi
batas atas ketinggian 2 UTILITAS
Bangunan
Tidak menunjukan Bangunan Elemen utilitas
informasi ada/tidaknya sebagai batas
elemen utiltas. atas ketinggian
Bangunan
Tinggi
Bangunan Tinggi
Bangunan
Muka
Tanah
HAL. 1-26 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
BAGIAN DUA:
TEKNIK PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN
GAMBAR ARSITEKTUR
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
BAB 1
PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR
ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
Pada modul 1 ini, akan di bahas prosedur memindahkan gambar dari file lain untuk
dijadikan satu dalam suatu template yang telah tersedia. Dalam pembahasan modul ini
perangkat lunak yang digunakan adalah AutoCAD versi 2014, bila akan menggunakan
versi dibawahnya dapat dilakukan prosedurnya akan sama.
1. Pastikan file template PTSP (mode read only) dan file dari sumber lain sudah ter-copy
di Komputer;
2. Buka Aplikasi AutoCAD dengan menggunakan perintah ketik (command :) ketik
startup muncul dua pilihan angka 1 dan angka 0. Gantilah angka 0 (nol) menjadi
angka 1(satu). Ini fungsinya untuk mengaktifkan dialog box startup-nya. Pada dialog
box tersebut ada default setting-nya adalah imperial gantilah menjadi metric;
3. Kemudian pilih icon New file, ketik new maka akan muncul dialog seperti pada gambar
disamping;
Penting:
Perbedaan metric dalam
satuan mm, cm, m dst
sedangkan Imperial dalam
satuan inch, feet, dst.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-1
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
HAL. 2-2 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
8. Open file Template PTSP, file gambar hasil ukur Keterangan Rencana Kota (KRK) soft
copy dalam format file extension .dwg dan file arsitek (gambar dari sumber lain) yang
akan di tracing area-nya;
PTSP
PTSP
PTSP
9. External Reference-lah file-file arsitek yang sudah di buat masing-masing lantai dengan menggunakan nama file gambar sesuai dengan nama lantainya (seperti terlihat di dialog box
pada gambar 1.4). Tujuannya memudahkan pada waktu memasukkan gambar arsitek ke dalam template PTSP dengan menggunakan cara External Reference, pada saat attach
filenya. Lakukan hal yang berulang sampai semua gambar arsitek masuk kedalam template PTSP yang nantinya akan di trace area yang digunakan untuk perhitungan yang di
perlukan oleh PTSP;
PTSP*
Di listing ini
sudah masuk seluruh
gambar arsitektur
yang di perlukan
untuk perhitungan
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-3
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
10. Gunakan icon layer atau mengetik LA pada command-nya, maka akan muncul dialog
box. Di dalam dialog box ini terlihat group layer PTSP dan group layer Xref.
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
PTSP
11. Gambarlah area-area yang akan di kalkulasi dengan cara mengontrol dua group layer
tersebut untuk memanipulasi on/off, freeze/thaw, lock/unlock, plottable/non plotable,
dll.
HAL. 2-4 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
12. Mulailah mengikuti outlines sesuai dengan fungsi ruangan dengan menggunakan
polyline sesuai dengan ketentuan layer yang telah disediakan PTSP;
Outline Dinding Luar, Outline Fungsi Sarana Penunjang, Outline Fasilitas, Outline
Fungsi Utama (Kantor, Pertokoan, dsb-nya), Outline KDH, Outline KTB, dan, Outline
KDH.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-5
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
13. Tabel polyline tracing Outline layer yang di gunakan untuk melakukan perhitungan
yang di perlukan oleh PTSP;
14. Lengkapi hitungan luasan yang telah di trace dengan polyline dengan me-load file
program LISP (LS.lsp) untuk mendapatkan nilai area tiap ruang sesuai dengan outline
masing-masing dengan cara memilih polyline yang akan di hitung kemudian letakkan
angka hasil di daerah yang di inginkan. Dialog load LSP seperti terlihat pada gambar
berikut.
HAL. 2-6 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
15. Lengkapi tiap denah dengan ukuran tiap-tiap ruangan (gambar ukuran dalam denah).
Seperti terlihat pada gambar 1.12;
16. Setelah semua denah selesai dengan outline dan perhitungan luas, Isilah tabel
keseluruhan (rekapitulasi) luasan tiap lantai, tabel ini sudah ada didalam file template
yang telah disediakan PTSP. Penggunaan tabelnya sama seperti menggunakan
program spread sheet seperti Microsoft Excel (dapat disertakan formula perhitungan).
Bagian yang highlight adalah yang menggunakan formula perhitungan;
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-7
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
HAL. 2-8 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 1 PROSEDUR MEMINDAHKAN GAMBAR ANTAR FILE KE DALAM TEMPLATE
19. Menambahkan legenda simbol dengan meng insert block simbol-simbol sudah
tersedia didalam file template PTSP. Seperti terlihat pada gambar 1.17. Karena sifat
block nya dynamic maka satu block symbol terdiri dari beberapa gambar; dan,
20. Tidak diperkenankan ada layer berwarna merah selain dinding outline dari PTSP/PTSP.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-9
Halaman ini sengaja dikosongkan.
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR
BAB 2
PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT
DAN MENCETAK GAMBAR
Pada Modul 2 adalah melanjutkan prosedur pada modul 1 yaitu setelah selasai
menggambar area-area yang di perlukan saatnya untuk mengatur gambar pada layout
dan hasilnya di cetak.
2. Pada seluruh template yang tersedia di layout sudah diatur dalam skala 1:200. Apabila
ingin merubah ke skala yang lain dapat di lakukan dengan cara, klik 2 kali pada
bagian viewport (area gambar) atau bisa menggunakan command ketik yaitu MS
(model space).
Pada bagian kiri bawah terdapat coordinate icon yang menunjukkan posisi model
space terlihat adanya petunjuk arah sumbu X dan sumbu Y;
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-11
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR
3. Pada posisi sekarang ini disebut dengan posisi model space yang teletak didalam
paper. Pada posisi ini sama seperti posisi proses penggambaran awal, jadi dapat
melakukan perintah editing.Tidak disarankan melakukan editing disini, bila ingin
melakukan editing gambar lagi pindahkan posisinya ke model space;
4. Kembali pada posisi model space yang ada didalam paper, bila skala yang akan
digunakan bukan skala yang tersedia maka lakukanlah langkah dengan menggunakan
perintah scale (SC), dan ketik angka perbandingan yang diinginkan dan diakhiri
dengan penambahan kata XP (scale relative to paper space).
Contoh bila ingin mengganti dengan skala 1:200, maka pengetikan pada command-
nya adalah
command : Z
1/200xp
Ingat jangan lupa menambahkan XP pada akhir pengetikan skala, bila tidak akan
menghasilkan gambar yang 1/100 dari gambar tampilan terakhir.
5. Pada template ini sudah di atur page setup manager-nya dan output yang dihasilkan
adalah cetak dalam betuk digital file yaitu *.pdf dan sudah sesuai dengan kertas
yang telah dipilih, hal ini dilakukan untuk memudahkan pada waktu mencetak karena
tidak harus menggunakan piranti lunak AutoCAD cukup dengan aplikasi yang bias
mencetak file *.pdf atau bias juga menggunakan jenis plotter yang memang tersedia;
6. Setelah selesai pada pengskalaan gambar pindahkan ke posisi paper space
tujuannya bila mouse ter-scroll tidak terjadi perubahan skala pada gambarnya, hanya
kertas yang zoom in dan zoom out;
Penting:
Setelah melakukan perintah ini gambar
hanya dapat di pan untuk memindahkan
posisi supaya proporsi pada layout JANGAN
menggunakan scroll pada mouse ini akan
menyebabkan gambar terskala lagi dan
tidak sesuai dengan yang di harapkan. Bila
terjadi hal ini maka langkah yang harus
dilakukan dengan cara melakukan langkah
lagi seperti sebelumnya.
HAL. 2-12 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR
7. Untuk pencetakannya kursor cukup diarahkan ketulisan title block yang digunakan
kemudian klik kanan mouse akan muncul command panel;
8. Kemudian akan muncul dialog box dilanjutkan dengan menekan tombol OK;
9. Tunggu hasil cetaknya dalam bentuk file digital yaitu file yang berekstensi *.pdf;
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-13
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR
10. Bila dalam satu file arsiteknya ada beberapa yang harus di cetak dan dengan format
kertas yang sama, cukup lakukan duplikasi layout tersebut. Langkahnya adalah
letakkan kursor di layout yang mau di duplikasi kemudian klik kanan muncul command
panel pilihlah move or copy;
11. Setelah itu akan muncul dialog box Pilih title block yang akan digandakan dan
contreng create a copy;
HAL. 2-14 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE
B A B 2 PROSEDUR MENGGUNAKAN LAYOUT DAN MENCETAK GAMBAR
12. Hasil dari duplikasi dengan create a copy akan menghasilkan nama yang sama
dengan penambahan (1,2,3 dst). Bila ingin menggantinya cukup klik kanan pada
posisi tulisan yang ingin diganti kemudian rename;
13. Untuk mengganti konten gambar yang ada dalam layout title block yang baru maka
lakukanlah langkah sebagai berikut:
• Klik dua kali pada bagian area gambar (pindah posisi dari paper space ke
model space);
• Bila skalanya sama dengan yang sebelumnya hindari scroll zoom; dan,
• Gunakan perintah pan atau dengan menekan tombol scroll mouse carilah
gambar yang akan di letakkan di layout yang baru tersebut.
14. Template ini di set dalam posisi mode read only. Untuk save file-nya harus gunakan
nama lain/ berbeda penamaannya file nya.
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PROSEDUR GAMBAR LAYOUTING PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN TEMPLATE HAL. 2-15
B A B 3 PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR
BAB 3
PROSEDUR MEMODIFIKASI UKURAN
KERTAS GAMBAR YANG TIDAK STANDAR
Pada bab 3 ini membahas mengenai metode merubah ukuran kertas gambar yang tidak
ada dalam layout template yang tersedia. Dalam beberapa kasus sering terjadi hal seperti
ini, tidak pas pada kertas max yang telah tersedia, sehingga perlu adanya perubahan
ukuran.
Pada template PTSP sudah terdapat Title block yang fleksibel sehingga dapat dirubah
ukuran panjang maupun lebarnya.
1. Pilih Title Block yang aka diubah ukurannya. Pilihlah perubahan ukuran yang
mendekati ukuran kertas pada Title Block yang terdekat, contohnya bila merubah
A1 hanya panjangnya saja pilihlah Title Block A1 kemudian lakukan duplikasi sesuai
dengan prosedur di bab 2;
2. PerubahanTitle Block yang telah disepakati tidak melakukan perubahan ke arah
vertikal (lebarnya maksimum ukuran plotter A0) hanya dibatasi perubahannya kearah
horizontal. Dynamic Block yang disediakan sejatinya dapat melakukan perubahan
untuk kedua arahnya baik vertikal maupun horizontal;
3. Bila Title Block ini sudah ter-insert didalam layout lakukanlah perubahan dengan
mengklik bagian tepi dari title block tersebut. Kemudian akan muncul panah berwarna
biru yang mengarah ke kiri pada pojok kiri bawah dan panah mengarah ke atas pada
pojok kiri atas (tidak diperkenankan perubahan kearah atas/vertical);
4. Bila melakukan perubahan panjang klik bagian panah arah horizontal kekiri
masukkanlah angka pertambahan panjang yang diinginkan;
PENYESUAIAN
UKURAN KERTAS
Garis Batasan
Model View
7. Didalam dialog box-nya pilih title block yang akan di perbaiki. Pilih tombol modify,
maka akan muncul dialog box;
8. Setting pada bagian plotter/printer yang sebelumnya menggunakan printer adobe pdf, pilih jenis printer dwg to pdf. Didalam list dari printer buatlah kustom ukuran yang diinginkan.
Save dengan menggunakan nama, contoh: A1+ 250mm (panjang batasan kertas + 250mm), sesuai tahapan berikut:
1 2
5 6
3 4
9. Karena perubahan ukuran panjangnya maka batasan cetaknya pun akan mengalami
perubahan. Untuk perubahannya lihat pada bagian plot Area dibawah what to plot
pilihannya adalah window, kemudian letakkan first corner nya pada titik pojok kiri
bawah dan the other corner-nya letakkan pada pojok kanan atas;
Other Corner
First Corner
Penting:
LAMPIRAN 1: Lembar pengecekan ini merupakan kontrol bagi pemohon, guna memastikan kelengkapan gambar beserta
informasi yang ada didalamnya.
PENGECEKAN • Jumlah lembar dapat bertambah apabila terdapat informasi lain yang perlu disampaikan pada lembar terpisah;
• Jumlah dokumen GPA terdiri berjumlah >10 (sepuluh) lembar, mengingat informasi gambar yang beragam; dan,
• Pemasukan dokumen dalam bentuk Softcopy (CD) dan Cetak (dalam kondisi gulungan).
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 3-1
L A M P I R A N 1 PENGECEKAN
Menjabarkan gambaran umum proyek secara tekstual, berupa gagasan umum desain,
batasan desain, dan besaran yang dirancang.
Terdapat pernyataan proyek yang menjelaskan arahan dan tujuan perancangan, serta
dampak yang ditimbulkan bagi kota maupun lingkungan di sekitarnya.
Terdapat rujukan dokumen pendukung (dilampirkan bersama dokumen administratif)
terkait dengan perubahan, aturan, maupun kebijakan dalam pelaksanaan proyek
tersebut.
Mencantumkan informasi lahan/blok/lot yang dikembangkan dan luasannya.
Tabel yang menunjukan luasan akumulatif dari hasil perancangan, seperti luasan lahan,
bangunan, jumlah dan luas parkir.
Lembar 3 Daftar Isi
Memuat tata informasi mengenai gambar dalam gambar Lahan Perencanaan Teknis (LPT)
dan memberikan tanda pada daftar yang ada dalam dokumen GPA ini.
HAL. 3-2 PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN
L A M P I R A N 1 PENGECEKAN
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA: PEDOMAN PENYUSUNAN GAMBAR ARSITEKTUR UNTUK REKOMENDASI DAN PERIZINAN HAL. 3-3
bptsp.jakarta.go.id
P E M E R I N T A H P R O V I N S I D K I J A K A R T A