Anda di halaman 1dari 10

DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.

005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

EKSPLORASI KONSEP BERKELANJUTAN PADA


ARSITEKTUR UMA FAFOE DI KABUPATEN MALAKA, NTT

Regina C. C. Maliatie1, Agustino Monemnasi2, Apridus K. Lapenangga3


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang
Surel: apriskefas@unwira.ac.id

Vitruvian vol 12 no 1 Oktober 2022


Diterima: 02 08 2022 | Direvisi: 17 10 2022 | Disetujui: 25 10 2022 | Diterbitkan: 31 10 2022

ABSTRAK
Zaman modern dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi eksistensi
arsitektur tradisional karena terbatasnya material alami akibat pembukaan lahan baru untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan ini juga dirasakan oleh masyarakat di kampung
Umakota, kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur yang masih memiliki rumah tradisional tetapi
mulai dianggap ketinggalan zaman. Salah satu rumah tradisional di kampung Umakota adalah uma
fafoe yang merupakan salah satu dari 6 rumah adat yang berperan sebagai tempat
dilaksanakannya ritual adat. Uma fafoe yang telah beradaptasi dengan lingkungan selama ini
dapat menjadi referensi berkelanjutan bagi bangunan baru yang akan dibangun di lingkungan yang
sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model
deskripsi eksploratif untuk menggali informasi secara mendalam tentang arsitektur uma fafoe.
objek ditentukan dengan purposive sampling yang merujuk langsung pada rumah kepala suku di
kampung Umakota ini untuk diobservasi, didukung dengan wawancara kepala suku sebagai
narasumber yang dilengkapi dengan studi literatur. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi
konsep keberlanjutan dari keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial pada uma fafoe. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa uma fafoe sangat adaptif dengan lingkungan dan bila ditinjau
dari 3 prinsip dasar arsitektur berkelanjutan maka uma fafoe juga memenuhi ketiga aspek
keberlanjutan yang disyaratkan yakni keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial.
Kata Kunci: eksplorasi, konsep berkelanjutan, uma fafoe

ABSTRACT
Modern times with technological advances and population growth affect the existence of traditional
architecture because of the limited natural materials due to the opening of new land to meet the
needs of the community. This development is also felt by the people in Umakota village, Malacca
district, East Nusa Tenggara who still have traditional houses but are starting to be considered
outdated. One of the traditional houses in Umakota village is uma fafoe which is one of 6 traditional
houses that act as a place for carrying out traditional rituals. Uma fafoe which has adapted to the
environment so far can be a sustainable reference for new buildings to be built in the same
environment. The method used in this study is a qualitative method with an exploratory description
model to explore in-depth information about the uma fafoe architecture. The object is determined
by purposive sampling which refers directly to the house of the chief of the tribe in Umakota village
for observation, supported by interviews with the chief of the tribe as a resource person who is
equipped with a literature study. The purpose of this study is to explore the concept of sustainability
from environmental, economic and social sustainability in uma fafoe. The results of this study
indicate that uma fafoe is very adaptive to the environment and when viewed from the 3 basic
principles of sustainable architecture, uma fafoe also fulfills the three required sustainability
aspects, namely environmental, economic and social sustainability.
Keywords: exploration, sustainable concept, uma fafoe

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 55
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.12 No.1 Oktober 2022 : 55-64

PENDAHULUAN ladang, sehingga material lokal untuk


kebutuhan pembangunan arsitektur
Indonesia merupakan negara yang tradisional menjadi sedikit dan mahal dan
kaya dengan sumber daya alam, serta kemudian mereka mulai beralih ke material
keragaman budaya dari setiap daerah. baru namun kurang beradaptasi dengan
Arsitektur di Indonesia sebagai warisan lingkungan, contohnya atap daun/rumput
budaya juga sangat beragam dan memiliki diganti dengan atap seng dari logam yang
ciri khas masing-masing dan dikenal ikut mempengaruhi naiknya suhu ruang
sebagai arsitektur nusantara. Arsitektur lebih tinggi. Pemilihan jenis atap
Nusantara merupakan arsitektur tradisional mempengaruhi suhu udara rongga atap
yang tersebar diseluruh Nusantara. Menurut dibawahnya (Kholiq, Hidayat, 2016)
Octavia dalam tulisan jelajah pemikiran Modernisasi dan globalisasi tidak
Josef Prijotomo terhadap Arsitektur sepenuhnya memberi dampak negatif pada
Nusantara bahwa Arsitektur Nusantara eksistensi aristektur tradisional, tapi dengan
adalah bagian dari arsitektur dunia yang pemanfaatan teknologi yang tepat maka
setara dengan arsitektur barat dalam arsitektur tradisional dapat tetap terpelihara.
martabat budaya (Octavia, 2021). Setiap Kearifan lokal pada arsitektur tradisional
daerah di nusantara memiliki arsitektur dapat menjadi referensi dalam
tradisional sebagai warisan budaya yang merencanakan arsitektur-arsitektur modern
terlahir dari tradisi masyarakat setempat. yang memanfaatkan lingkungan yang sama.
Arsitektur tradisional sebagai sebuah tradisi Hal penting yang perlu disoroti adalah
harus dijaga dengan mengembangkannya, bahwa beberapa strategi arsitektur
namun tidak dengan mengulang bentuk vernakular memiliki potensi yang baik
yang sama, karena perkembangan desain sebagai pedoman dalam perencanaan kota
dan struktur juga dipengaruhi perubahan kontemporer ataupun dalam proses desain
budaya dan teknologi, sehingga yang bangunan (Tawayha et all, 2019).
diteruskan adalah tradisi kebijakan lokal Penggunaan elemen tradisional yang
sebagai konsep dalam membangun (Hasbi, berkelanjutan dalam arsitektur kontemporer
2017). Arsitektur tradisional juga sering dengan transformasi pada aspek ukuran,
dikenal dengan arsitektur vernakuler yang skala, proporsi, fungsi, lokasi, keterbukaan
dibangun berdasarkan kearifan lokal dari agar kompatibel didukung oleh penggunaan
masyarakat setempat. Arsitektur vernakular sumber daya alam seperti energi matahari,
adalah demonstrasi identitas dan angin dan metode desain tertentu seperti
keberlanjutan yang mencerminkan tempat, yang digunakan di bangunan tradisional
waktu, dan budaya, dibangun oleh dapat mengarah pada promosi konsep
masyarakat setempat dan berkembang konservasi sumber daya alam serta
secara berkelanjutan dari waktu ke waktu pemanfaatan dan pengelolaan yang optimal
serta memodifikasi dirinya sendiri melalui (Alsheikh et all, 2020).
coba-coba untuk memenuhi kebutuhan Kearifan lokal dalam arsitektur
masyarakat yang selaras dengan tradisional menjadi warisan yang perlu
lingkungan (Salman, 2018). dipertahankan agar perubahan-perubahan
Perkembangan zaman yang semakin akibat modernisasi tidak mengubah identitas
modern dengan kemajuan teknologi yang arsitektur tradisional. Tujuan arsitektur
begitu pesat ikut mempengaruhi eksistensi tradisional bukanlah keberlanjutan tetapi
arsitektur tradisional di tengah-tengah mendukung perilaku berkelanjutan,
masyarakat lokal. Perubahan-perubahan lingkungan lokal yang berkelanjutan dan
pada arsitektur tradisional membuktikan juga mengakomodasi komponen
bahwa modernisasi berdampak pada berkelanjutan dari desain (Shermin, 2019).
berkembangnya teknologi, dengan demikian Dalam menciptakan arsitektur yang
maka berkembang pula pengetahuan berkelanjutan pada bangunan modern,
manusia akan material, bentuk dan fungsi maka metode perancangan yang dilakukan
ruang sehingga manusia terdorong untuk nenek moyang kita pada arsitektur
melakukan eksplorasi dan modifikasi pada tradisional dapat digunakan (Manurung,
sesuatu yang sudah disediakan oleh alam 2014).
(Julita, Hidayatun, 2019). Pertumbuhan Modernisasi yang mempengaruhi
penduduk juga ikut mempengaruhi perkembangan Arsitektur Nusantara di
eksistensi arsitektur tradisional pada Indonesia juga mempengaruhi arsitektur-
lingkungan pedesaan karena pembukaan arsitektur tradisional yang ada di daerah
lahan baru sebagai tempat tinggal dan NTT (Nusa Tenggara Timur). Di daerah NTT

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 56
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

tersebar banyak sekali arsitektur tradisional dalam tulisan “Belajar dari kecerdasan lokal:
di setiap kabupaten dengan ciri khas Studi tentang Kampung Naga” mengatakan
masing-masing. Salah satu contohnya bahwa keyakinan masyarakat tradisional
adalah rumah fafoe (dalam bahasa akan tradisi leluhur yang dijunjung tinggi
tetun/bahasa lokal daerah Malaka disebut membuat keberlangsungan tradisi
uma fafoe), di daerah Aihun desa Lakekun, masyarakat dalam membangun dan
kecamatan Kobalima, kabupaten Malaka, merawat rumah mereka masih dapat
NTT. Rumah Fafoe ini merupakan bagian disaksikan hingga hari ini atau dapat
dari kampung adat Umakota yang dibangun dikatakan bahwa meneruskan tradisi bukan
sejak jaman penjajahan Jepang. Kampung berarti menolak perubahan (Dewi, 2018).
Umakota dibangun sebagai tempat
persembunyian yang berada di tengah
hutan bakau dan dikelilingi rawa (we inan) di Arsitektur Berkelanjutan
area pantai Maubesi. Arsitektur berkelanjutan
Perkembangan zaman dan mensyaratkan adanya keberlanjutan
pertumbuhan penduduk juga memberi ekonomi, lingkungan dan sosial yang mana
dampak yang serius bagi daerah Malaka, arsitektur memperharikan keselarasan
khususnya di kampung Umakota.. dengan lingkungan, masyarakat tetap
Modernisasi berdampak pada memiliki keharmonisan sosial antara satu
berkembangnya teknologi, dengan demikian dengan yang lain serta kehidupan ekonomi
maka berkembang pula pengetahuan masyarakat terus berlanjut secara mandiri.
manusia akan material, bentuk dan Beberapa prinsip desain arsitektur
kefungsian dalam ruang (Julita, Hidayatun, berkelanjutan langsung bersinggungan
2019). Rumah-rumah masyarakat di sekitar dengan arsitektur tradisional antara lain;
kampung ini sudah mulai bertransformasi desain pasif dengan beradaptasi dan
baik itu bentuk, material maupun makna memanfaatkan semua potensi site serta
secara budaya dengan anggapan bahwa penggunaan material lokal (ramah
rumah tradisional (uma fafoe) sudah lingkungan). Desain pasif pada sebuah
ketinggalan zaman sedangkan rumah arsitektur melahirkan bentuk masa banguan
permanen dengan dinding dan atap seng yang berpengaruh terhadap aliran udara di
membantu menaikan derajat sosial dalam ataupun luar bangunan (Hildegardis,
masyarakat. 2022). Aliran udara yang baik pada
Uma fafoe merupakan rumah adat bangunan dapat mempengaruhi suhu,
dengan fungsi untuk menjalankan ritual kelembaban udara sehingga terasa lebih
pada upacara-upacara adat tetap nyaman dan dapat mempengaruhi kinerja
dipertahankan bentuk dan maknanya. pengguna bangunan tersebut (Yeni,
Rumah ini dibangun secara tradisional Hidayat, 2019).
dengan memanfaatkan material alami
menggunakan nilai-nilai kearifan lokal yang
beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Kampung Umakota yang berada di tepi
hutan bakau sering terdampak banjir di saat
musim hujan akibat meluapnya sungai,
sehingga adaptasi uma fafoe dibangun
dengan sistem panggung agar terhindar dari
masalah banjir.
Adaptasi seperti ini yang perlu terus
dijaga sekalipun ada transformasi dalam
berarsitektur karena tuntutan kebutuhan
ruang dan penyesuaian dengan kemajuan Gambar 1. Sistem/sub sistem
teknologi. Inovasi dan teknologi terkini dapat berkelanjutan
digunakan dalam adaptasi tradisi Sumber : (Williamson et all, 2003)
arsitektonis, mengidentifikasi bagaimana
karakteristik keberlanjutan yang melekat Pada bangunan lokal semua
pada arsitektur tradisional dapat masyarakat telah menggunakan energi
diintegrasikan dengan studi arsitektur terbarukan seperti aliran udara, sinar
modern agar menjadi tempat tinggal yang matahari dan lainnya untuk konstruksi
relevan dan berkelanjutan secara budaya bangunan, mereka juga berusaha
(Fardous, Bennadji, 2019). Menurut Dewi mengurangi dampak negatif terhadap

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 57
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.12 No.1 Oktober 2022 : 55-64

lingkungan (Irani, 2014). Material lokal yang konstruktif dan iklim yang disiratkan oleh
digunakan umumnya berasal dari lokasi di gagasan vernakular (Flores et all, 2022).
sekitar site sehingga hampir tidak memiliki Rumah tradisional hadir melalui proses
jejak karbon. Oleh karena itu sangat penting adaptasi yang panjang dan telah melewati
untuk menggunakan material konstruksi seleksi alam selama bertahun-tahun
yang tersedia secara lokal, khususnya sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan
bahan alami yang memancarkan lebih tradisional juga merupakan arsitektur yang
sedikit atau atau bahkan nol karbon berkelanjutan (Lapenangga et al, 2020).
(Lapenangga, Satwiko, 2016). Selain kebudayaan yang merupakan faktor
Dengan hadirnya teknologi dan nonfisik, faktor fisik berupa letak geografis
metode baru untuk pemrosesan bahan lokal dan keadaan iklim di suatu tempat menjadi
secara otomatis, pengerjaan konstruksi faktor utama dalam pemberntukan arsitektur
menjadi lebih mudah diakses dan secara pada wilayah tertentu. Kondisi alam ini
ekonomi lebih menguntungkan bagi faktor mempengaruhi adaptasi masyarakat dalam
berikut; 1) Bahan lokal - mengurangi biaya mempersiapkan tempat tinggal mereka,
pengiriman, 2) Perakitan bingkai yang cepat tempat berteduh dan berlindung dari kondisi
mengurangi waktu pembangunan, 3) iklim yang ada. Setiap potensi alam
Pemulihan lingkungan alam yang cepat dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat
menghemat biaya untuk lansekap (Maikol et untuk tetap bertahan hidup, baik dari ladang
all, 2016). Bangunan yang memanfaatkan pertanian, ladang penggembalaan maupun
material lokal secara keseluruhan bisa berbagai sumber alam yang tersedia di
dilihat pada bangunan tradisional atau hutan (Boli et al, 2021).
vernakular yang ada di tengah-tengah
masyarakat lokal. Bentuk dan material untuk
bangunan tradisional dipilih berdasarkan Arsitektur Tradisional Uma Fafoe
pengalaman penghuni dalam waktu yang Rumah tradisional yang berada pada
panjang, mulai dari pengamatan akan kampung Umakota menyebar di seluruh
dampak iklim terhadap bangunan hingga area kampung dengan fungsi untuk
tingkat kenyamanan dan keamanan yang melaksanakan ritual-ritual adat. Setiap
diinginkan oleh penghuni dalam rumah tangga pada kampung Umakota
kesehariannya (Darma, 2020). memiliki rumah adat masing-masing dan
Kualitas struktural, geometris, salah satu rumah adat di kampung ini
estetika, dan dekorasi arsitektur adalah uma fafoe. Uma fafoe ini dihuni oleh
tradisional/vernakular dibentuk selama sepasang fukun (kepala suku) yakni fukun
berabad-abad dan yang tak kalah feto (kepala suku wanita) dan fukun mane
pentingnya, bangunan tradisional (kepala suku pria). Sebagai rumah adat,
mewujudkan kearifan banyak generasi yang rumah ini dimanfaatkan untuk melakukan
lampau menyangkut ruang hidup manusia ritual-ritual adat sesuai dengan kebudayaan
(Samalavičius, Traškinaitė, 2021). Tujuan masyarakat setempat sehingga hanya dapat
dari arsitektur vernakular dan tradisional dimanfaatkan oleh pemilik rumah adat pada
juga didasarkan pada kebutuhan lokal, saat ada agenda ritual adat. Ritual yang
bahan bangunan lokal, dan mencerminkan dilakukan antara lain; upacara peresmian
tradisi lokal (Gangwar, 2016). rumah adat (uma wen), upacara sebelum
Arsitektur tradisional yang ada di musim menanam (laku rai) dan upacara
nusantara memiliki desain yang berbeda sebelum panen (hamis a’n).
karena kondisi alam yang berbeda namun Uma fafoe yang merupakan salah
arsitektur tradisional memiliki pendekatan satu rumah tradisional di kampung Umakota
yang sama, yaitu merespon dan menghargai dibangun dengan kearifan lokal masyarakat
alam sebagai konteksnya (Manurung, 2014). setempat yang telah beradaptasi dengan
Tradisi masyarakat di setiap lokasi diwadahi lingkungan sekitar dalam kurun waktu yang
oleh arsitektur tradisional sehingga dapat panjang. Arsitektur vernakular hadir
dikatakan bahwa arsitektur tradisional juga mendemonstrasikan cara hidup
merupakan produksi budaya untuk berkelanjutan melalui optimalisasi sumber
kebutuhan tradisi lokal masyarakat daya alam lokal yang mengikuti kaidah-
setempat. kaidah yang sangat menghormati
Dapat dikatakan bahwa tipologi lingkungan (Bebhe et al, 2019).
tradisional memungkinkan rencana Penggunaan material lokal pada uma
pengembangan baru yang terkait dengan fafoe juga mencirikan adanya keberlanjutan
logika berkelanjutan karena pemahaman lingkungan karena material yang digunakan

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 58
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

bersumber dari lingkungan sekitar, mudah diobservasi untuk pengumpulan data yang
diperoleh dan hemat dalam biaya produksi dilengkapi dengan studi literatur. Kepala
maupun pengangkutan. Hal lain yang suku dijasikan sebagai narasumber untuk
menujukkan bahwa uma fafoe juga memiliki semua informasi yang berhubungan dengan
ciri berkelanjutan bahwa bangunan ini juga uma fafoe.
menjadi tempat diadakannya berbagai ritual Dalam mengeksplorasi konsep
adat dalam kehidupan sosial masyarakat berkelanjutan pada rumah adat uma fafoe,
Umakota. Selain ciri keberlanjutan penelitian ini menggunakan metode
lingkungan dan sosial, uma fafoe juga deskripsi eksploratif untuk menggali
menunjukkan ciri keberlanjutan ekonomi informasi secara mendalam tentang
sebagai tempat bernaung selama mencari arsitektur uma fafoe. Unsur fisik berupa
nafkah bagi penghuni juga sebagai lumbung ukuran dan bentuk serta non fisik berupa
untuk menyimpan hasil panen dari ladang kehidupan sosial dan ekonomi dari uma
serta benda-benda pusaka keluarga. fafoe dijelaskan secara deskriptif untuk
menggali hubungan rumah ini dengan
konsep arsitektur berkelanjutan yang
memiliki prinsip keberlanjutan lingkungan,
ekonomi dan sosial. Teori-teori mengenai
arsitektur berkelanjutan secara umum
diperoleh melalui studi literatur sedangkan
data-data lapangan menyangkut uma fafoe
diperoleh dengan melakukan observasi
langsung.
Data fisik berupa ukuran dan bentuk
diperoleh dengan melakukan pengukuran
langsung, sketsa dan dokumentasi
menggunakan kamera. Data material
diperoleh dengan mengidentifikasi langsung
material yang terpakai pada bangunan
tersebut, serta wawancara dengan pemilik
rumah untuk mengetahui jenis material yang
tidak teridentifikasi ataupun untuk menggali
identitas material dalam bahasa lokal
maupun untuk mengetahui proses
eksploitasi material yang dilakukan tradisi
berdasarkan kearifan lokal setempat.
Data non fisik berupa kehidupan
sosial ditelusuri melalui wawancara dengan
pemilik rumah terkait kehidupan penghuni
uma fafoe dalam lingkungan sosial di
kampung Umakota terutama yang
berhubungan dengan ritual-rituan adat yang
berhubungan langsung dengan uma fafoe
ini. Data kehidupan ekonomi juga diperoleh
melalui wawancara dengan penghuni uma
fafoe terkait cara mereka mencari nafkah di
Gambar 2. Uma Fafoe lingkungan sekitar.
Sumber : Dokumentasi penulis, 2022 Hasil observasi kemudian dianalisis
dengan membandingkan teori-teori
arsitektur berkelanjutan, kemudian
METODOLOGI dideskripsikan kembali keterkaitan antara
uma fafoe dengan arsitektur berkelanjutan.
Pada kampung Umakota ini terdapat
Konsep-konsep berkelanjutan yang terdapat
beberapa rumah adat, tiap keluarga memiliki
dalam uma fafoe dijelaskan secara
rumah adat masing-masing sehingga dalam
terperinci sesuai dengan prinsip
menentukan objek yang akan diteliti
keberlanjutan lingkungan, sosial dan
digunakan teknik purposive sampling
ekonomi.
dengan merujuk langsung pada rumah
kepala suku pada kampung Umakota ini.
Objek yang ditentukan kemudian

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 59
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.12 No.1 Oktober 2022 : 55-64

Lokasi Penelitian keberlanjutan aspek lingkungan, ekonomi


Penelitian ini dilakukak di desa dan sosial agar tetap bisa dinikmati generasi
Lakekun, kecamatan Kobalima, kabupaten mendatang.
Malaka, NTT (Nusa Tenggara Timur). 1. Keberlanjutan Lingkungan
Kampung umakota dibanguna pada area Keberlanjutan lingkungan pada uma
hutan bakau yang dikelilingi rawa di daerah fafoe dapat terlihat pada beberapa unsur:
pantai Maubesi. Rumah adat memiliki peran a. Konstruksi
penting bagi masyarakat di kabupaten Konstruksi rumah Fafoe sangat
Malaka secara umum karena berfungsi kontekstual dengan kondisi
sebagai tempat diselenggarakannya ritual lingkungan rawa dekat pantai
adat sesuai dengan kebutuhan masyarakat Maubesi. Tiang rumah ditanam
setempat. Setiap keluarga memiliki rumah langsung ke tanah untuk menopang
adat masing-masing, salah satunya adalah badan dan atap bangunan. Lantai
uma fafoe yang merupakan rumah adat milik bangunan berupa panggung dari
kepala suku kampung Umakota. Beberapa deretan papan yang diletakkan di atas
rumah adat lain yang berada dekat dengan balok kayu. Atap bangunan dari
uma fafoe antara lain; uma lalor, uma lo’o, bahan daun lontar dengan sudut
uma mamulak, uma hae hain dan nain uman miring antara 45-500
(nama rumah adat sesuai dengan nama
lokal masing-masing keluarga, total ada 6
suku dalam kampung Umakota).

 = 450

Gambar 4. Sudut kemiringan atap

b. Material
Peta NTT Peta Kab. Malaka Uma fafoe menggunakan bahan
bangunan alami yang diperoleh dari
sekitar kampung Umakota ini.
Material-material alami yang
digunakan antara lain:
- Kolom utama menggunakan kayu
dari pohon bakau (ai tasi), sangant
cocok dengan konstruksi tiang yang
langsung ditanam di tanah yang
relatif lembab.
- Kolom pendukung menggunakan
kayu jati dan kayu mahoni.
Area hutan bakau - Balok utama mengunakan mopuk
pantai Maubesi
(kayu dari pohon kelapa dan pohon
Lokasi lontar).
rumah Fafoe
- Balok anak mengunakan kayu jati.
- Lantai menggunakan papan kayu
Gambar 3. Lokasi uma fafoe desa Lakekun jati dan pelepu pinang (batang
pinang yang dikeluarkan bagian
tengahnya dan menjadi pipih).
HASIL DAN PEMBAHASAN - Dinding menggunakan papan kayu
jati, yang didukung oleh tirai (double
Prinsip Berkelanjutan Pada Uma Fafoe
façade) yang terbuat dari anyaman
Konsep arsitektur berkelanjutan
daun lontar berbentuk seperti
bertujuan untuk mewujudkan lingkungan
lembaran tikar yang dikenal dengan
binaan yang memanfaatkan sumberdaya
kleni dalam bahasa lokal.
yang ada dengan tetap memperhatikan

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 60
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

- Atap menggunakan batang kayu


bakau sebagai rangka kuda-kuda
dan goding serta daun gewang
sebagai penutup atap.

daun
gewang

kleni dari
anyaman
daun lontar

Gambar 5. Material penutup atap dan tirai

c. Desain pasif
- Lantai panggung; konsturksi lantai
rumah panggung karena adaptasi
dengan lingkungan rawa yang pada
musim hujan dengan curah hujan
tinggi menyebabkan permukaan air
tanah naik serta luaapan air sungai Gambar 6. Aliran udara pada area kolong
hingga menyebabkan banjir ke lantai uma fafoe
daerah perkampungan. Selain itu
konstruksi panggung ini juga 2. Keberlanjutan Ekonomi
memungkinkan pergerakan udara Keberlanjutan ekonomi pada rumah
bebas bergerak melalui bawah Fafoe terlihat dari mata pencaharian
lantai. masyarakat yang masih tergantung
- Penghawaan alami; suhu udara dengan lingkungan sekitar dengan
lokasi kampung umakota yang bertani dan beternak.
berada di daerah pantai Malaka ini a. Bertani
relatif lebih hangat dengan suhu Masyarakat di desa Lakekun
maksimum antara 32-330 (BPS, umumnya bertani dengan
2022). Dengan demikian bentuk mengusahakan kebun dan sawah.
bangunan sangat adaptif dengan Uma fafoe menjadi tempat ritual adat
kondisi ini, pori-pori pada dinding sebelum tanam dan sebelum panen,
dan lantai sebagai bidang masuk hasil panen kemudian disimpan di
udara, kleni berfungsi sebagai rumah.
double façade untuk menghalau b. Beternak
sinar matahari langsung. Ruang Selain bertani masyarakat juga
atap yang luas juga memberikan memelihara hewan ternak di sekitar
pergerakan yang lebih bebas rumah untuk mendukung
sehingga secara secara psikis perekonomian keluarga serta
penghuni dapat merasakan sensasi memanfaatkan hewan ternak untuk
udara sejuk. mendukung pelaksanaan ritual-ritual
adat (sebagai kurban untuk ritual
ataupun untuk dikonsumsi setelah
pelaksanaan ritual) yang
dilaksanakan.

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 61
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.12 No.1 Oktober 2022 : 55-64

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Uma fafoe merupakan salah satu dari
sekian banyak rumah adat masyarakat di
kabupaten Malaka, rumah ini berfungsi
sebagai tempat dilaksanakannya ritual-ritual
adat suku sesuai tradisi di kampung
Umakota. Sebagai rumah tradisional yang
kental dengan aturan adat, uma fafoe
sangat adaptif dengan lingkungan mulai dari
penggunaan material alam di sekitar lokasi
hingga bentuk dan konstruksi yang
membuat penghuni rumah tetap merasa
nyaman sekalipun berada di daerah pantai
dengan kondisi suhu yang relatif hangat.
Ditinjau dari 3 prinsip dasar arsitektur
berkelanjutan, uma fafoe memenuhi ketiga
Gambar 7. Area loteng tempat menyimpan aspek keberlanjutan yang disyaratkan yakni;
cadangan makanan pada bakul (knaha) keberlanjutan lingkungan dengan
penggunaan material lokal dan desain pasif
3. Keberlanjutan Sosial yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan
Keberlanjutan sosial pada uma fafoe sekitar; keberlanjutan ekonomi dengan
terlihat fungsinya sebagai rumah adat adanya hubungan erat antara mata
keluarga untuk menjalankan ritual-ritual pencaharian masyarakat dan uma fafoe
adat sesuai tradisi yang ada. Pada awal sebagai tempat dilaksanakannya ritual
pembangunan uma fafoe seluruh sebelum bertani atau pada saat panen;
anggota keluarga yang termasuk dalam serta keberlanjutan sosial dengan fungsi
bagian rumah adat tersebut diwajibkan uma fafoe sebagai simbol salah satu dari 6
untuk duduk berkumpul baik laki-laki suku yang berada dalam kampung
maupun perempuan untuk Umakota.
mendiskusikan pembangunan rumah
adat tersebut. Anak laki-laki sulung
dalam suku keluarga wajib memimpin Saran
pencarian material untuk pembangunan Penelitian ini masih perlu dilanjutkan
rumah adat. Dari ritual adat yang karena masih terbatas dengan metode
dilaksanakan di uma fafoe, yang paling kualitatif dengan pengamatan dan
besar bagi pemilik rumah adat adalah pengalaman ruang saja, sedangkan masih
Uma wen (upacara sebelum masuk bisa dikembangkan lagi dengan metode
rumah adat/ semacam peresmian rumah kuantitatif untuk mengetahui kenyamanan
adat), Laku rai (upaca sebelum musim thermal yang terukur baik dari suhu,
tanam) dan Hamis an (upacara saat kelembaban ataupun pergerakan udara
panen). pada uma fafoe ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alsheikh et all. (2020). Sustainable Designs


between Traditional &
Contemporary Architecture.
Eurasian Journal of Science &
Engineering, 129-152.
Bebhe et al. (2019). Konsep Ekologis Pada
Permukiman Suku Lawalu di
Gambar 8. Ritual Hamis an saat musim Kamanasa Kabupaten Malaka,
panen Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Arsitektur KOMPOSISI, 175-185.

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 62
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

Boli et al. (2021). Hubungan material dan Adat Sasak Karena Modernisasi .
bentuk ume kbubu (rumah ATRIUM, 105-112.
masyarakat Fatumnasi). Jurnal Kholiq, Hidayat. (2016). Pengaruh Bentuk
Arsitektur Pendapa, 13-22. Atap Terhadap Karakteristik
BPS. (2022). Kabupaten Malaka Dalam Thermal Pada Rumah Tinggal Tiga
Angka 2022. Belu: Badan Pusat Lantai. Vitruvian: Jurnal Arsitektur,
Statistik Kabupaten Belu. Bangunan, & Lingkungan , 137-144.
Darma, K. A. (2020). PRINSIP Lapenangga et al. (2020). Sustainable
PENGENDALIAN PASIF FISIKA architecture: The lessons from ume
BANGUNAN RUMAH kbubu, the traditional house of
TRADISIONAL BALE SAKA Fatumnasi Community. Arteks, 469-
RORAS. Vitruvian: Jurnal Arsitektur, 478.
Bangunan dan Lingkungan, 109- Lapenangga, Satwiko. (2016). Carbon
114. Footprint Analysis of a T-45 House
Dewi, P. (2018). Belajar dari Kecerdasan in Kupang. Journal of Architecture
LokalL: Studi tentang Kampung and Built Environment, 77-84.
Naga. ATRIUM, 23-33. Maikol et all. (2016). Bamboo Structures for
Fardous, Bennadji. (2019). Impact of Modern Sustainable Architecture.
Technology and Innovation on Journal of the International Society
Adaptation of Architectonic Tradition for the Study of Vernacular
for a Sustainable Future in the Settlements, 27-39.
Middle East. Journal of Civil Manurung, P. (2014). Arsitektur
Engineering and Architecture, 273- Berkelanjutan, Belajar dari Kearifan
282. Arsitektur Nusantara. Simposium
Flores et all. (2022). Traditional Architecture Nasional RAPI XIII - 2014 (hal. 75-
as a Typological Basis for Ecological 81). Surakarta: Universitas
and Sustainable Architectural Muhammadyah Surakarta.
Design from a Climatic Perspective. Octavia, L. (2021). Jelajah Pemikiran Josef
The Colonial Houses of the Central Prijotomo terhadap Arsitektur
Valley; Santiago, Chile. IOP Conf. Nusantara (Tahun 1999-2020):
Series: Earth and Environmental Kajian Sejarah Pemikiran. Atrium:
Science (hal. 1-5). Chile: IOP Jurnal Arsitektur, 141-160.
Publishing. Salman, M. (2018). Sustainability and
Gangwar, G. (2016). Pelajaran Vernacular Architecture: Rethinking
Keberlanjutan Belajar dari What Identity Is. Urban and
Tradisional dan Arsitektur Architectural Heritage Conservation
Vernakular. Jurnal Teknik Sipil dan within Sustainability, 1-16.
Teknologi Lingkungan, 106-111. Samalavičius, Traškinaitė. (2021).
Hasbi, R. M. (2017). Kajian Kearifan Lokal Traditional Vernacular Buildings,
Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Architectural Heritage and
Aceh. Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Sustainability . Journal of
Bangunan, & Lingkungan, 1-16. Architectural Design and Urbanism,
Hildegardis, C. (2022). EVALUASI ALIRAN 49-58.
UDARA PADA BANGUNAN Shermin, F. (2019). Sustainability in
ASRAMA DIVITRIYA, BERBENTUK Traditional Concepts of Architecture
”U” DI YOGYAKARTA. Vitruvian: and Planning. JETIR, 89-93.
Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Tawayha et all. (2019). Contribution of the
Lingkungan, 275-280. Vernacular Architecture to the
Irani, M. (2014). Traditional Housing in Sustainability: A Comparative Study
Sustainable Architecture . between the Contemporary Areas
Mediterranean Journal of Social and the Old Quarter of a
Sciences, 666-671. Mediterranean City. Sustainability,
Julita, Hidayatun. (2019). Perubahan 1-20.
Fungsi, Bentuk dan Material Rumah Williamson et all. (2003). Understanding
Adat Sasak Karena Modernisasi. Sustainable Architecture. London:
ATRIUM, 105-112. Spon Press.
Julita, Hidayatun. (2019). Perubahan
Fungsi, Bentuk Dan Material Rumah

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 63
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.12 No.1 Oktober 2022 : 55-64

Yeni, Hidayat. (2019). KAJIAN


PENGGUNAAN VENTILASI ALAMI
TERHADAP KENYAMANAN
TERMAL RUANG KELAS. Vitruvian:
Jurnal Arsitektur, Bangunan dan
Lingkungan, 141-15.

Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; dan Apridus K. Lapenangga, Eksplorasi Konsep


Berkelanjutan pada Arsitektur Uma Fafoe di Kabupaten Malaka, NTT 64

Anda mungkin juga menyukai