Anda di halaman 1dari 8

JAUR, 5 (2) April 2022 ISSN 2599-0179 (Print) ISSN 2599-0160 (Online)

JAUR
(Journal of Architecture and Urbanism Research)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur

REVITALISASI GEDUNG BIOSKOP RIA DI KOTA


PEMATANGSIANTAR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
EKSPRESIONIS
REVITALIZATION OF RIA CINEMA BUILDING IN
PEMATANGSIANTAR CITY WITH EXPRESSIONIST
ARCHITECTURE APPROACH
*Desy Intan1), Muhammad Rijal2) & Gun Faisal3)
1) Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2) 3) Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Diterima: November 2021; Disetujui: Desember 2021; Dipublikasi: April 2022


*Coresponding Email: desy.intan5695@student.unri.ac.id
Abstrak
Keberadaan bangunan peninggalan sejarah pada masa kolonial Belanda di kota Pematangsiantar
menjadi salah satu potensi destinasi pariwisata sejarah. Saat ini terdapat Bioskop Ria sebagai salah satu
bangunan tua yang tidak difungsikan dan terbengkalai. Revitalisasi dengan pengalihan fungsi sebagai
solusi untuk memanfaatkan kembali bangunan terabaikan yang memiliki nilai sejarah. Melalui
pendekatan Arsitektur Ekspresionis dengan analogi konsep “ekspresi dari memutar masa lalu untuk
dikenang” yang digambarkan pada pemutar film. Revitalisasi dengan penambahan, dan perbaikan
fungsi Bioskop Ria dapat meningkatkan sektor pariwisata di kota Pematangsiantar.

Kata Kunci: Arsitektur Ekspresionis, Bioskop Ria, Revitalisasi

Abstract
The existence of historical heritage buildings during the Dutch colonial era in Pematangsiantar City is one
of the potential historical tourism destinations. Currently, there is Ria Cinema as one of the old buildings
that are not functioning and abandoned. Revitalization with function conversion as a solution to reuse
neglected buildings that have historical value. Through the Expressionist Architecture approach with the
analogy of the concept of "expression from turning the past to be remembered" which is depicted on the film
player. Revitalization with the addition and improvement of the function of the Ria Cinema can improve
the tourism sector in Pematangsiantar city.

Keywords: Expressionist Architecture, Ria Cinema, Revitalization

How to Cite: Desy Intan, Muhammad Rijal, Gun Faisal. (2022). Revitalisasi Gedung Bioskop Ria Di Kota
Pematangsiantar Dengan Pendekatan Arsitektur Ekspresionis. JAUR (Journal of Architecture and Urbanism
Research). 5 (2): 188-196.

188
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (2) April 2022: 188-196

PENDAHULUAN peninggalan sejarah perfilman Indonesia


yang memiliki kondisi memprihatinkan.
Kota Pematangsiantar merupakan
Bioskop yang mengadopsi metode
salah satu kota saksi sejarah Indonesia di
pembangunan dan gaya arsitektur kolonial
Sumatera Utara yang sedang
yang kemudian diserahkan kepada
mengembangkan potensi dibidang
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ini
pariwisata, khususnya wisata budaya dan
ditutup tahun 2003. Berdasarkan surat PD
sejarah. Pengembangan wisata budaya dan
AIJ bernomor 296/AIJ/X/2020 yang
sejarah di berbagai kota di Indonesia seperti
ditujukan untuk penertiban administrasi
Bandung, Padang, dan Semarang menjadi
dalam rangka penertiban dan pemanfaatan
referensi pendukung yang melatarbelakangi
aset-aset diketahui bahwa Bioskop Ria
kota ini dalam mengembangkan sektor
termasuk kedalam aset milik Pemerintah
pariwisata, salah satunya pada potensi wisata
Provinsi Sumatera Utara yang berada
sejarah. Rencana pengembangan ini
dibawah naungan PD AIJ Sumut. Keadaan
termasuk kedalam Rencana Tata Ruang
bangunan saat ini tidak difungsikan, kosong
Wilayah Kota (RTRWK). Kepala Dinas
dan terbengkalai, serta tidak terawat
Pariwisata Pematangsiantar, Fatimah
meskipun bangunan ini terletak di pusat kota,
Siregar, dalam wawancaranya dengan pihak
berada dijalan Jenderal Sudirman pada
redaksi Sorot Daerah pada tahun 2017
sekitarnya terdapat Lapangan Merdeka dan
mengatakan bahwa kota Pematangsiantar
Tanah Lapang H. Adam Malik yang
memiliki potensi destinasi wisata yang
merupakan pusat keramaian dan aktivitas
menarik, seperti wisata kuliner dan budaya.
kota (Warsiman, 2020).
Keberadaan bangunan peninggalan
sejarah pada masa kolonial Belanda tidak
hanya dijadikan sebagai menjadi kenangan
saja, namun perlu adanya pelestarian.
(Denny Meisandy Hutauruk, 2017)
di kota Pematangsiantar menjadi salah
satu potensi destinasi pariwisata sejarah.
Bangunan-bangunan peninggalan tersebut
saat ini masih digunakan sebagaimana fungsi
aslinya, diantaranya yaitu Siantar Hotel,
Balai Kota yang saat ini difungsikan sebagai Gambar 1. Bioskop Ria Pematangsiantar
kantor Walikota, dan Gedung Juang 45.
Diantara keberadaan bangunan-bangunan
Berdasarkan uraian diatas, kota
peninggalan tersebut, terdapat juga
Pematangsiantar perlu melakukan revitalisasi
bangunan-bangunan tua era kemerdekaan
sebagai salah satu solusi bagi bangunan tua
yang masih bergaya kolonial yang berpotensi
ini. Solusi ini didasarkan dan disesuaikan
sebagai destinasi pariwisata.
dengan RTRWK (2012-2032).
Saat ini terdapat Bioskop Ria sebagai
Adapun Perancangan Revitalisasi
salah satu bangunan tua yang tidak
Gedung Bioskop Ria di Kota
difungsikan dan terbengkalai. Bioskop Ria
Pematangsiantar memiliki tantangan
dibangun pada tahun 1953 yang beroperasi
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana
sejak tahun 1955 merupakan bangunan tua
perancangan revitalisasi gedung Bioskop Ria
189
Desy Intan, Muhammad Rijal, & Gun Faisal, Revitalisasi Gedung Bioskop Ria

di kota Pematangsiantar untuk mewadahi bersuara hingga kini kualitas film sudah
kegiatan pemutaran film, Bagaimana semakin berkembang serta teknologi film
penerapan tema arsitektur ekspresionis dan (Limantoro, 2013).
kedalam objek perancangan, Bagaimana Strategi desain yang akan diterapkan
penerapan konsep kedalam objek kedalam objek perancangan melalui
perancangan? penerapan mengenang masa lalu yaitu
Menurut Departemen Kimpraswil dengan mempertahankan kondisi bangunan
(2002), revitalisasi merupakan suatu upaya yang masih layak, namun untuk beberapa
untuk dihidupkannya kembali kawasan yang bagian dengan kondisi kerusakan parah akan
telah mati, yang pernah hidup pada masa dilakukan perbaikan maupun penambahan
lampau, atau mengendalikan, dan elemen yang bersifat iconic dan eyecatching
mengembangkan kawasan dengan tujuan dengan tetap mempertimbangkan unsur
menemukan kembali potensi yang dimiliki estetika pada bangunan.
atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki
oleh sebuah kota.
METODE PENELITIAN
Pendekatan arsitektur ekspresionis
diangkat menjadi tema perancangan Secara paradigma, rancangan
berfungsi sebagai media pengkajian dalam revitalisasi Gedung Bioskop Ria yang
menyampaikan ekspresi pada bangunan. bertujuan untuk difungsikan kembali sebagai
Ekspresi yang ingin disampaikan yaitu bioskop dan dengan penambahan fungsi
memutar kembali masa lalu untuk dikenang. pendukungnya yaitu museum film akan
Hal ini merupakan analogi yang bertujuan menjadikan bangunan tersebut sebagai
untuk memberi pesan kepada masyarakat wadah untuk mengabadikan dan memutar
kota Pematangsiantar bahwa bangunan film-film dokumenter yang merekam
tersebut pernah menjadi bagian penting dari aktivitas masyarakat di masa lalu, film-film
sejarah masyarakat Pematangsiantar lawas maupun film terkini.
sehingga patut untuk dikenang dan Massa gedung yang masih bertahan
dilestarikan kembali. dan belum mengalami perubahan akan tetap
Ekspresionisme merupakan aliran dipertahankan sebagai bentuk penghargaan
karya seni, yang menganggap penting terhadap nilai-nilai sejarah, namun
curahan batin ataupun jiwa dan tidak dibeberapa sisi yang memiliki kondisi tidak
mementingkan peristiwa atau kejadian yang layak akan dilakukan perubahan secara fisik,
nyata seperti pengekspresian batin yang diataranya yaitu penambahan elemen-elemen
meledak ataupun keras dan umumnya yang bersifat iconic dan eyecatching dengan
dikatakan sebagai pernyataan ataupun sikap tetap mempertimbangkan unsur estetika pada
pengarang (Hasrin et al., 2013). bangunan.
Kata “bioskop” secara khusus diartikan Dalam proses perancangan dengan
sebagai tempat bercengkrama (rendezvous) tema arsitektur ekspresionis ini didasari
bagi pembuat (sinears) dengan penggemar dengan karakteristik arsitektur ekspresionis
atau pecinta seni film dan alur seni menurut Mudeng dan Siswanto (2011) yang
(Tjasmadi, 1992). memiliki ciri-ciri yaitu menggunakan makna
Museum film merupakan bangunan dari simbol dan ide ruang yang diterapkan
yang dilestarikan dan diberikan fasilitas dalam bangunan, menggunakan bentuk yang
edukasi tentang informasi dan perfilman terdiri dari material yang konstruktif berupa
sejak zaman dahulu film yang belum kaca, baja dan dinding beton/batu bata, serta

190
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (2) April 2022: 188-196

menggunakan kesamaan arti makna dari PEMBAHASAN


aliran seni ekspresionis dengan aliran - aliran
Lokasi perancangan terletak di Kota
dalam arsitektur menggunakan kesamaan
Pematangsiantar. Bioskop Ria yang akan
antara nilai Arsitektur Ekspresionis dengan
direvitalisasi lebih tepatnya terletak di berada
objek bangunan. Pada strategi perancangan,
di Jl. Sudirman No.15, Proklamasi, Siantar
adapun analisis yang digunakan yaitu diawali
Barat, Kota Pematangsiantar, Sumatera
dengan survei, analisa tapak, analisa fungsi
Utara. Lokasi dekat dengan perumahan,
dan aktivitas, pembuatan program ruang,
perkantoran, taman dan Ruang Terbuka
penzoningan, pembentukan konsep, tatanan
Hijau. Lahan awal dari bioskop seluas ±2013
massa, bentukan massa, lansekap, struktur,
m² dan akan direvitalisasi sehingga luas
sirkulasi, utilitas, hingga akhirnya hasil
lahan menjadi ± 1,1 Ha (11.000 m²), KDB
desain.
(70%) 7000 m², memiliki kontur yang relatif
Proses perancangan revitalisasi gedung
datar, serta kondisi eksisting merupakan
Bioskop Ria di kota Pematangsiantar ini
lahan kosong.
menggunakan metode pengumpulan dan
pengolahan data yang terdiri atas dua metode
yaitu, data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer yaitu dengan
proses wawancara, survei lapangan dan
dokumentasi. Sedangkan metode sekunder
menggunakan beberapa cara pengambilan
data seperti studi pustaka dan studi banding.

Gambar 3. Lokasi Perancangan

Adapun yang menjadi batasan site


adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan
Bank Mandiri (Cabang Sudirman
Pematangsiantar)
Gambar 2. Bagan Alur Perancangan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Lapangan Haji Adam Malik
Pematangsiantar
191
Desy Intan, Muhammad Rijal, & Gun Faisal, Revitalisasi Gedung Bioskop Ria

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Untuk pengelompokkan ruangannya,


Taman Bunga Kota Pematangsiantar didasarkan pada sifat atau fungsinya serta
d. Sebelah Barat berbatasan dengan eks memisahkan kegiatan-kegiatan yang bersifat
publik, semi publik, dan privat.
Rumah Dinas Bupati Simalungun
Pengelompokkan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
Zona Publik

Gambar 4. Batasan Site Gambar 6. Zona Publik

Berikut merupakan besaran kebutuhan a. Zona Semi Publik


ruang yang direkapitulasi pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1. Kebutuhan Ruang
No. Fasilitas Luas
1 Fasilitas Utama 2219,75 m²
2 Fasilitas Pendukung 1522,82 m²
Gambar 7. Zona Semi Publik
3 Fasilitas Pelengkap 267,44 m²
4 Fasilitas Pengelola 591,19 m²
5 Fasilitas Service 679,5 m² b. Zona Privat
6 Ruang Luar 2385,5 m²
Total Keseluruhan 7666,2 m²
Sumber: Analisis Pribadi, 2021

Penzoningan revitalisasi gedung


Bioskop Ria dikelompokkan atas zona
Gambar 8. Zona Privat
rekreasi (fasilitas umum), zona edukasi
(fasilitas pendukung), serta zona pengelola
dan servis (fasilitas pelengkap). Konsep dasar perancangan revitalisasi
gedung Bioskop Ria ini adalah Pemutar Film
yang ditujukan sebagai ekspresi dari
memutar masa lalu untuk dikenang.

Gambar 5. Penzoningan

192
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (2) April 2022: 188-196

revitalisasi dipadukan dengan konsep baru


dengan penambahan massa bangunan baru
secara horizontal.

Gambar 9. Konsep Dasar


Dari konsep dasar tersebut tersirat
analogi yang bermaksud untuk memberi Gambar 11. Massa bangunan lama dan baru
Pada revitalisasi gedung Bioskop Ria
pesan kepada masyarakat kota
diterapkan tema Arsitektur Ekspresionis yang
Pematangsiantar bahwa bangunan tersebut
dapat diungkapkan melalui tiga elemen fisik
pernah menjadi bagian penting dari sejarah
suatu bangunan (Krier,1983) yaitu:
masyarakat Pematangsiantar sehingga patut
a. Fasad, sebagai citra ekspresi
untuk dikenang dan dilestarikan kembali.
bangunan atau point pertama wajah
Oleh karena itu, untuk fungsi dan tema pun
bangunan yang dapat langsung dinilai oleh
disesuaikan agar pengguna bangunan dapat
orang yang melihatnya.
merasakan suasana dari masa lalu yang ingin
b. Interior, berperan untuk menguatkan
dihidupkan kembali.
pesan gambaran yang sudah terlebih dahulu
Berikut ini merupakan bentukan final
disampaikan oleh fasad tentang bangunan.
perancangan bangunan yang merupakan
c. Massa bangunan dan Denah,
hasil dari penggabungan konsep pemutar film
menghasilkan fasad dan interior yang tertata.
dengan massa bangunan lama Bioskop Ria.
Pada fasad perancangan revitalisasi ini
diberikan penambahan ornamen dari
bentukan pemutar film dan pita film pada
massa bangunan baru yang ditambahkan.

Gambar 10. Konsep Bentukan


Gambar 12. Fasad

Massa bangunan lama dipertahankan


bentuk orisinilnya ditujukan agar tidak Pada perancangan revitalisasi ini,
menghilangkan nilai sejarah bangunan interior diambil dari bentukan pita film dari
karena nilai tersebut yang ingin dihidupkan pemutar film yang diaplikasikan pada
kembali. Sehingga kemudian untuk dinding, plafond, dan lantai yang selaras agar
terciptanya unity.
193
Desy Intan, Muhammad Rijal, & Gun Faisal, Revitalisasi Gedung Bioskop Ria

sebagai peredam kebisingan dari luar


sekaligus sebagai penyerap polusi udara,
pohon ketapang sebagai peneduh dalam
parkiran dan tanaman semak sebagai
peredam kebisingan serta estetika.

Gambar 13. Interior

Massa bangunan pada perancangan ini


merupakan hasil penggabungan massa
bangunan lama dengan konsep pemutar film.

Gambar 16. Vegetasi

SIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari
Gambar 14. Massa Bangunan
Revitalisasi Gedung Bioskop Ria Di Kota
Pematangsiantar Dengan Pendekatan
Untuk pencapaian menuju tapak dapat Arsitektur Ekspresionis adalah Konsep dasar
diakses melalui berbagai arah dan jalan, yang diterapkan pada bangunan terinspirasi
namun untuk jalan masuk dan keluar dari bentukan pemutar film sebagai bentuk
bangunan hanya melalui Jalan Sudirman. pengekspresian dari memutar (mengenang)
Sirkulasi pada tapak dibedakan jalur masuk masa lalu. Hal ini sekaligus sebagai analogi
dan keluarnya untuk dua jenis kendaraan yang mengandung pesan terhadap
yaitu kendaraan roda empat dan kendaraan masyarakat kota Pematangsiantar bahwa
roda dua. bangunan tersebut pernah menjadi bagian
penting dari sejarah masyarakat
Pematangsiantar sehingga patut untuk
dikenang dan dilestarikan kembali.
Pendekatan yang digunakan adalah
Arsitektur Ekspresionis, dimana dalam
penerapan temanya, arsitektur ekspresionis
diungkapkan melalui 3 elemen fisik sebagai
Gambar 15. Sirkulasi berikut Fasad, Dapat dikatakan seperti fasad
dapat “berkomunikasi” kepada penglihat
untuk menyampaikan tema dari suatu
Pada perancangan revitalisasi Bioskop
bangunan, Interior dengan menguatkan
Ria ini vegetasi akan ditata berdasarkan jenis
pesan gambaran yang sudah terlebih dahulu
tanaman dan fungsinya. Vegetasi terdiri atas
disampaikan oleh fasad tentang bangunan,
tanaman pohon palem sebagai pembatas
Massa Bangunan dan Denah pada bangunan
dalam kawasan bangunan, pohon akasia

194
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (2) April 2022: 188-196

lama akan tetap dipertahankan dengan


beberapa perbaikan, sedangkan pada massa
bangunan yang baru penataan interior dan
permunculan facade merupakan hasil dari
pengolahan denah dan massa bangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Pematangsiantar. 2012. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pematangsiantar 2012.
Pematangsiantar.
Departemen Kimpraswil. 2002. Penataan dan
Revitalisasi Kawasan.
Denny Meisandy Hutauruk, Y. S. R. (2017).
Konservasi Bangunan Tjong A Fie dalam
Usaha Keberlanjutan Mempertahankan
Bangunan Bersejarah Kota Medan. Journal of
Architecture and Urbanism Research. Program Studi
Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan
Area., 1(1), Hlm : 37-44.
Hasrin, et. al. 2013. Romantisme dan Ekspresionisme.
Makalah.
https://sorotdaerah.com/2017/11/03/menggali-
potensi-wisata-siantar/ diakses pada 8 Oktober
2020.
https://www.mistar.id/siantar/mohon-tidak-digusur-
para-pedagang-eks-bioskop-ria-siantar-temui-
dirut-pd-aij/ diakses pada 12 Oktober 2020.
Krier, Rob. 1983. Elements of Architecture. The
Architecture. London.
Limantoro, Lim Renawati. 2013. Perancangan Interior
Museum Film Indonesia di Surabaya. Jurnal
Intra. 1(2): 1-7.
Tjasmadi, H. M. Johan. 1992. Sejarah Bioskop.
Sinematek Indonesia. Jakarta.
Warsiman. Wawancara Langsung. 19 Februari 2020.

195

Anda mungkin juga menyukai