Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PERANCANGAN KAWASAN BENTENG VASTENBURG SEBAGAI

MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN INFILL DESIGN

HILDARIA PUTRI LESTARI SIREGAR


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR,
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
E-mail: hildariasiregar@student.uns.ac.id

DR. ENG. KUSUMANINGDYAH NH, S.T., M.T.


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR,
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

IR. HARI YULIARSO, M.T.


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR,
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

Abstract: Vastenburg Fortress is a fortress of Dutch army built within Sala village in
1832. As time goes on, the building stands by as 'silent witness' of every steps of social
dynamics in Surakarta. Therefore, the fortress shows important potencies for society
development in future. Based of the mapping of those existing potencies, the design
potencies is to create a place that able to experimentally connect new significancy
between future society development and all historical components within the site.
Hence, the new function as urban museum does really fit in this category. To adapt
with the new function as urban museum, using infill design as the main design
approach is supported by several design methods; earth-sheltered architecture,
sequence concept. Infill design is the main approach to integrate the old elements
and the new elements within the site. Earth-sheltered architecture is the structural
approach of the design that fits the site condition with its historical elements.
Sequence concept is the basic concept of integrating the site with other heritage
areas around it.

Keywords: Vastenburg Fortress, Urban Museum, Infill Design, Surakarta.

1. PENDAHULUAN
Kawasan Benteng Vastenburg adanya Grootmoedigheid, maka
(KBV) adalah benteng perlindungan mulai berdirilah bangunan-
yang dibangun oleh pemerintah bangunan kolonial lain di
kolonial Belanda pada tahun 1832. sekitarnya, (De Javasche Bank,
Dalam aspek tata kota, Benteng Gedung DHC 1945, asrama militer
Vastenburg berperan sebagai Belanda, Gereja St. Antonius,
'injeksi' pengaruh budaya kolonial Societeit, Balaikota dan Pasar Gede).
Belanda di Surakarta, di mana KBV berperan menjadi basis
banyak pemukiman orang Belanda pertahanan pemerintah kolonial
yang pertama kali dibangun di Belanda dan VOC, dan mengawasi
dalamnya, dan mulai menyebar seluruh pergerakan masyarakat
keluar dari kawasan Benteng ke pribumi hampir dari seluruh aspek.
berbagai pelosok kota. Semenjak Dalam aspek ekonomi, KBV menjadi
Region, Vol, 8, No.1, Januari,2017:12-24

pemantau pergerakan perdagangan perlakuan infill design sangat


pada pasar Gede di mana kedua bervariasi pada tiap objek desain,
kawasan dipisahkan oleh sungai maka perlu menanggapi persoalan
Pepe, yang mewadahi kapal-kapal pada potensi site mengenai konsep
para pedagang dari berbagai museum kota dalam infill design,
daerah hingga mancanegara menuju konsep integrasi, dan konsep
Pasar Gede sebagai jantung sirkulasi. Ketiga persoalan
perekonomian di Sala saat itu. persoalan tersebut antara lain:
Semenjak konflik tanah antar swasta a. Konsep Museum Kota dalam
pada tahun 1991 hingga sekarang, Infill Design
banyak bangunan dalam kawasan Konsep perancangan museum
benteng yang dirobohkan hingga
kota secara keseluruhan,
hanya tersisa dinding luar benteng
saja. Seiring waktu, keadaan meliputi konsep perancangan
benteng terus terpuruk akibat status eksterior dan interior, serta
tanah yang tidak jelas sehingga konsep struktur dan utilitas.
dibiarkan begitu saja oleh b. Konsep Integrasi
masyarakat. Baik kualitas bangunan Konsep integrasi antara KBV
maupun kualitas lingkungan pada dengan kawasan penting lain di
kawasan semakin terdegradasi.
sekitarnya.
Dengan demikian, perlu adanya
fungsi baru untuk mempertahankan c. Konsep Sirkulasi
keberadaan KBV, di mana Konsep sirkulasi pengunjung
masyarakat kembali tertarik untuk dalam area KBV dan terutama
mengetahui lebih dalam tentang museum dengan pengalaman
sejarah kota Surakarta. Berdasarkan ruang tertentu.
survei yang telah dilakukan pada
2014, responden terbanyak 13% Ketiga persoalan tersebut kemudian
menganggap bahwa kawasan ditanggapi oleh berbagai
benteng sebaiknya dimanfaatkan pendekatan spesifik antara lain
sebagai ruang publik dengan fungsi konsep sekuen, earth-sheltered
utama sebagai museum. Dengan architecture, dan sense of place.
adanya tuntutan untuk dimanfaatkan Keempat elemen tersebut berperan
sebagai museum serta paparan FGD sebagai metode pendukung infill
mengenai perencanaan teknis design pada museum kota.
Penataan Fisik Kota Pusaka (DTRK,
2013) yang memuat strategi 3. ANALISIS
revitalisasi pada kawasan benteng
(konservasi, adaptive reuse, 3.1. Infill Design
redevelopment), maka metode
desain yang digunakan pada desain Infill design adalah upaya
museum kota sebagai bangunan pemanfaatan bangunan cagar
baru adalah metode infill design. budaya dengan menambahkan suatu
Pendekatan infill design bertujuan fungsi baru yang sesuai dengan
menjembatani elemen lama dengan dinamika masyarakat pada masa
elemen baru dalam kawasan, yakni kini (PDA,2011). Infill design, dalam
sebagai museum kota. perancangan museum kota meliputi
strategi konservasi kawasan,
2. METODE strategi adaptive re-use
Metode yang digunakan dalam (pemanfaatan sebagai museum
perancangan KBV sebagai museum kota), dan strategi redevelopment
kota adalah infill design. Karena (perbaikan fasilitas umum dan

13
Hildaria PL Siregar dkk, Museum Kota Surakarta

pengadaan area parkir basement). Area perantara tersebut juga


Berdasarkan prinsip dalam infill berfungsi sebagai welcoming area
design yang telah dibahas bagi para pengunjung secara
sebelumnya, maka dilakukan fungsional dan sebagai open public
penentuan zona dalam KBV sebagai space pada kawasan istana Louvre.
panduan perancangan kawasan Piramida kaca yang merupakan atap
museum kota. dari main lobby dirancang
Dalam infill design, integrasi transparan sedemikian rupa dan
lansekap menjadi solusi yang efektif bening sehingga rupa dan citra
bagi upaya pengintegrasian public Louvre Palace tetap terlihat
plaza dengan museum kota. menonjol.
Integrasi lansekap juga Perencanaan dan perancangan
memunculkan harmonisasi pada bangunan baru pada Museum
citra kawasan urban museum pada Louvre berperan sebagai
benteng dengan lingkungan penghubung antar dinamika sejarah,
perkotaan secara keseluruhan. serta memicu kepekaan/sensitivitas
Terletak dalam kawasan Istana pengunjung pada bukti sejarah yang
Gyeonghuigung, salah satu bekas telah ada pada Museum.
kerajaan yang tergolong dalam
kelompok Five Grand Palaces pada
Dinasti Joseon. Konsep arsitektural
pada fasad bangunan memadukan
gaya modern-utilitarian
(penggunaan material besi, baja dan
kaca) dengan konteks lingkungan
istana melalui warna (penggunaan
warna merah pada struktur baja).
Fasad bangunan mencerminkan
transisi arsitektur tradisional Joseon
Korea antara masa lalu dengan masa
sekarang (Gambar 2). Karena letak
museum strategis dengan kawasan
istana Gyeonghuigung, kondisi Gambar 1. Konsep Gradasi Sekuensial,
lansekap yang ditata sedemikian (Analisis Pribadi, 2015).
rupa (Gambar 3) dengan artefak
historis yang tersebar
memperkenankan pengunjung
dapat merasakan secara langsung
memori sejarah yang ada (direct
shared memories).
Aspek perencanaan dan
perancangan yang utama pada
Museum Louvre adalah sirkulasi
nyaman dan strategis dengan tetap Gambar 2. Konsep Gradasi Sekuensial,
memperhatikan kontekstualitas (Analisis Pribadi, 2015).
cagar budaya (heritage) yang ada.
Hal itu dilakukan dengan
penambahan area perantara
(intermediate zone) sebagai
penghubung antar zona kawasan
dan museum.
14
Region, Vol, 8, No.1, Januari,2017:12-24

permudahan
aksesibilitas
antar ruang.
Penataan ulang
konfigurasi
ruang dalam
museum
secara
keseluruhan
dan pola
sirkulasi.
Gambar 3. Konsep Gradasi Sekuensial,
Penerapan Desain fasad Gubahan
(Analisis Pribadi, 2015). berdasarkan massa
Desain
konteks bangunan piramida pada
Arsitektur istana eksisting di sumbu tengah
sekitarnya; desain sebagai akses
modern- masuk utama
utilitarianisme museum.
dengan
penggunaan
warna merah pada
struktur baja
sebagai struktur
Gambar 4. Konsep Gradasi Sekuensial, utama bangunan.
(Analisis Pribadi, 2015). Bentuk bangunan Penggunaan
tetap berbentuk material
kotak dan menggunakan
Tabel 1. Analisa Kebutuhan Ruang minimalis kaca sehingga
sehingga view view bangunan
Objek Seoul History Musee Du lansekap historis eksisting pada
Rancang Museum Louvre tetap terjaga kuat. background
Bangun tetap dapat
Isu Utama Terletak di dalam Sistem terlihat.
Kawasan Istana program ruang Implikasi Fasad bangunan Sirkulasi
Gyeonghuigung eksisting dan mencerminkan nyaman dan
Desain
(kawasan pola sirkulasi keharmonisan strategis
konservasi cagar eksisting yang arsitektur dengan tetap
budaya) sehingga kacau tradisional Joseon memperhatika
perlu berdiri Korea antara masa n
harmonis dengan lalu dengan masa kontekstualitas
konteks sekarang. cagar budaya
lingkungan di yang ada.
sekitarnya. Museum mampu Bangunan baru
Area lansekap Konfigurasi menampilkan berperan
yang masih ruang yang kekayaan sejarah sebagai
memuat artefak terlalu dan budaya kota penghubung
historis tetap memanjang Seoul antar dinamika
dipertahankan. dan tata ruang sebagaimana sejarah, serta
terkesan adanya. memicu
disfungsional, Pengunjung dapat kepekaan/sens
membosankan. merasakan secara itivitas
Strategi Program ruang Program ruang langsung memori pengunjung
terpusat dengan terpusat sejarah yang ada pada bukti
Program (direct shared sejarah yang
pengalaman ruang (intermediate
Ruang tematik dan zone) di tengah memories) telah ada pada
skematik kawasan Tata lansekap Museum.
(Kawasan Istana eksisting pada museum
Gyeonghuigung - sebagai ‘berbicara’ pada
Lansekap Historis penghubung pengunjung
- Museum Seoul) program ruang mengenai
antar kekayaan budaya
bangunan. pada peninggalan-
Area lansekap Memanfaatkan peninggalan
yang masih jaringan ruang material dan
memuat artefak bawah tanah arsitektural dari
historis tetap yang ada pada berbagai dinasti
dipertahankan. blueprint kerajaan secara
kawasan kontekstual pada
Grand Louvre site
untuk
Sumber: Analisa Pribadi, 2017

15
Hildaria PL Siregar dkk, Museum Kota Surakarta

termasuk dalam aspek desain tata


ruang.
3.3. Teori Sekuensi
Berdasarkan Oxford Dictionary,
sekuensi (sequence) adalah
sederetan pernyataan-pernyataan
yang urutan dan pelaksanaan
eksekusinya runtut dan bila urutan
pernyataan dibalik, akan
Gambar 5. Peta Sebaran Kawasan dan mempunyai makna yang berbeda.
Bangunan Bersejarah di Surakarta, Menurut D.K. Ching (2007),
(Buku Heritage Surakarta : Jejak Fisik Kota konfigurasi jalur tertentu merupakan
Pusaka, 2013). urutan ruang (sequence of spaces).
A Jalur pergerakan dapat dipahami
sebagai tanggapan persepsi yang
menghubungkan ruang dalam
bangunan, atau rangkaian berbagai
ruang interior dan eksterior
bersama. Dengan adanya urutan
dalam sistem ruang tersebut, maka
'hirarki' dan 'prioritas' spasial
B menjadi elemen krusial dalam
pemahaman teori sekuensi. Prioritas
spasial merupakan sebuah bentuk
atau ruang yang secara strategis
ditempatkan untuk menarik
Gambar 6. (a) Museum Bank Indonesia, perhatian sebagai elemen krusial
(b) Pasar Gede Surakarta pada rangkaian (sekuensi) ruang.
(Analisis Pribadi, 2016). Adapun hirarki dalam peletakan
ruang adalah sebuah sistem
3.2. Earth-Sheltered Architecture rangkaian yang terurut berdasarkan
prioritas spasial menurut signifikansi
Earth-sheltered architecture pada sistem tersebut, di mana
merupakan perancangan bangunan prioritas dipahami berdasarkan
yang memanfaatkan kulit bumi prinsip tersebut.
sebagai aspek penghubung antar  Batasan pada sekuensi linear atau
elemen. Menurut John Carmody organisasi ruang aksial
(1985), pemanfaatan kulit bumi  Inti pada organisasi ruang
dalam perancangan bertujuan untuk
simetrikal
meningkatkan pemanfaatan energi,
estetika, atau elemen karakteristik  Fokus pada organisasi ruang
isolatis pada bangunan. Aspek terpusat atau radial.
desain pada earth-sheltered  Keseimbangan di latar depan
architecture meliputi konservasi pada komposisi spasial tertentu.
energi, tata ruang, serta sistem Berbagai komponen utama pada
struktural yang lebih efisien. Dalam sistem sirkulasi bangunan sebagai
perancangan kawasan Benteng elemen positif yang mempengaruhi
Vastenburg sebagai museum kota, persepsi pengunjung pada bentuk
pengolahan dan penataan lansekap dan ruang pada bangunan.

16
Region, Vol, 8, No.1, Januari,2017:12-24

4. ANALISIS umum, dan konsep re-adaptasi.


Berikut merupakan analisis konsep Adapun konsep meso dan mikro
perencanaan dan perancangan kawasan terlingkup dalam
sebagai arahan dalam proses konsep gradasi sekuensial
desain. Analisis konsep meliputi (Gambar 7). Gradasi sekuensial
Konsep Makro kawasan, Konsep yang dimaksud yakni alur
Meso kawasan, Konsep Mikro sirkulasi pengunjung pada
kawasan. program ruang yang memiliki
4.1. Konsep Makro kawasan hirarki ruang yang beragam;
Konsep makro adalah konsep publik - semi-privat - privat.
integrasi KBV dengan kota Zona publik berupa sekuen
Surakarta. Pengunjung yang menarik masyarakat dan
menikmati kota yang membangun rasa penasaran,
dikunjunginya dengan menaiki zona semi-privat berperan
transportasi umum yang sebagai area alokasi
strategis, yakni angkutan umum pengunjung atau area
tradisional (becak dan delman) 'pengantar' dan semakin
dan Bus Solo Trans (BST). memperkental rasa penasaran.
Adapun papan informasi Zona privat adalah zona
pariwisata yang dapat prioritas pada Museum Kota.
membantu para pengunjung Konsep gradasi sekuensial pada
dan turis untuk mengakses zona inti kawasan (Museum
berbagai destinasi wisata yang Kota) terinspirasi dari dinding
akan dikunjungi. Beberapa benteng sebagai elemen fisik
tempat di Surakarta yang yang tersisa pada KBV; satu-
menjadi destinasi utama wisata satunya barrier 'pelindung'
(Gambar 5) yaitu Keraton kawasan (zona inti). Benteng
Kasunanan Surakarta, Keraton sering dikaitkan dengan
Mangkunegaran, dan berbagai 'dinding pertahanan' atau
pasar tradisional seperti Pasar 'perisai perlindungi', di mana
Gede (Gambar 6) benteng berfungsi untuk
Hardjonagoro, Pasar Klewer dan melindungi secara fisik para
Pasar Triwindu. Banyak pula tentara yang berperang dengan
bangunan peninggalan kubu lawan, di samping sebagai
bersejarah yang tersebar wadah untuk menyusun strategi
hampir di seluruh kota Surakarta perang dengan rasa aman.
yang dapat dijadikan tempat 4.2.1 Ruang Publik Terintegrasi
tujuan wisata. Misalnya Pasar Integrasi ruang publik
Gede, Bank Indonesia, dan KBV berupaya untuk
yang saat ini marak dipakai menghubungkan berbagai
pemerintah sebagai wadah ruang publik strategis dalam
berbagai penyelanggaraan pusat kota Solo dengan area
event-event berkarakter seni terbuka luar kawasan. Area
budaya, baik dalam skala lokal, terbuka luar kawasan terbagi
regional, maupun internasional. menjadi dua, yaitu city hall
4.2. Konsep Meso Kawasan dan taman hijau. Halaman
Mencakup konsep integrasi kota berperan ruang publik
kawasan benteng dengan kota utama pada pusat kota.
kawasan di sekitarnya, di mana Berbagai artefak historis
meliputi konsep integrasi ruang seperti sumur dan parit serta
publik, konsep integrasi fasilitas beberapa vegetasi eksisting
tetap dipertahankan untuk
17
Hildaria PL Siregar dkk, Museum Kota Surakarta

menjaga keunikan kawasan


dalam ruang publik (Gambar
8a dan 8b).
4.2.2 Fasilitas Umum Terintegrasi
Integrasi fasilitas umum
meliputi toilet umum dan
musholla, fasilitas parkir
becak, halte bus, area drop-
off, area parkir sepeda, serta
parkir basemen terintegrasi.
Parkir basemen meliputi
parkir mobil, parkir motor,
serta parkir bus pariwisata
dan bus kota (Gambar 8c).
4.2.3 Re-adaptasi Gambar 8. Lokasi City Hall dan Taman
Meliputi integrasi kawasan Hijau,
kuliner Galabo dengan KBV (Analisis Pribadi, 2016).
(Gambar 8d dan 8e).

4.3. Konsep Mikro Kawasan


Konsep mikro kawasan mencakup
konsep perancangan museum kota
Solo. Perancangan museum Kota
Solo meliputi analisis program
ruang, analisis tampilan fisik dan
gubahan massa, analisis sistem
struktur dan sistem utilitas, serta A
analisis sirkulasi dalam museum
kota.

B C

D E
Gambar 8. (a) City Hall, (b) Taman Hijau, (c)
Parking Basement, (d) & (e) Taman Kuliner
Galabo
(Analisis Pribadi, 2016).

Gambar 7. Konsep Gradasi Sekuensial,


(Analisis Pribadi, 2015).

18
Region, Vol, 8, No.1, Januari,2017:12-24

kota Solo. Lalu pada akhirnya


pengunjung menuju inti
terdalam museum kota,
galeri kota (city gallery) di
mana memuat model kota
berskala 1:100.000.

Tabel 2. Analisa Kebutuhan Ruang


Berjalan & drop- Pedestrian
off
Membaca papan Informasi
informasi Pariwisata
pariwisata
Makro Menanti Halte BST
transportasi
umum
Menaiki Parkir
kendaraan Becak
Gambar 9. Program Ruang Museum tradisional
Kota, Berjalan, Pedestrian
(Analisis Pribadi, 2016). jogging
Bermain City Hall
Berekreasi Taman Kota
4.3.1 Analisis Program Ruang
Duduk/bersantai
Sirkulasi pengunjung Berolahraga
kawasan meliputi konsep Melihat dinding
sekuen meso kawasan (lihat benteng dan
Tabel 2). Analisis program Meso berbagai
instalasi historis
dimulai dengan memetakan
Berjualan Taman
berbagai pola aktivitas yang makanan Kuliner
kemudian digabungkan Makan Galabo
dengan zonifikasi infill design Menikmati
(Gambar 9). pertunjukan
musik/seni
Perasaan meruang pada
budaya
konsep meso - mikro Mikro Membeli tiket Area
kawasan digambarkan museum Penerimaan
dengan ketika pengunjung Menanyakan (Front Area)
melewati city hall - jembatan informasi
museum
penghubung - gerbang
Menitipkan
benteng - benteng - pondasi barang
bangunan - museum kota. Menitipkan
Pondasi bangunan berperan balita
sebagai 'pengantar' bagi Membeli
merchandise
pengunjung untuk
museum
menyaksikan sisa-sisa Bersantai &
peninggalan Benteng makan
Vastenburg sebelum Membaca buku Area
memasuki museum kota yang Belajar Edukasi &
Mengakses Budaya
memuat konten sejarah kota
internet (Education
Solo secara lebih mendalam. Mengerjakan & Culture
Ketika memasuki museum tugas akademis Center)
kota, pengunjung terlebih Pameran
dahulu menyusuri sekuensi temporer
ruang yang terdiri dari Ceramah diskusi
Menonton media
berbagai subtema mengenai
19
Hildaria PL Siregar dkk, Museum Kota Surakarta

audio-visual 4.3.2 Analisis Tampilan Fisik dan


Melihat & Museum Gubahan Massa
menikmati Kota
pameran (Urban
Tampilan fisik ORB pada site
Menikmati Museum) ditata secara inklusif,
permainan tersembunyi dalam benteng
interaktif sehingga dinding benteng
museum terlihat paling dominan
Sumber: Analisa Pribadi, 2017 (Gambar 11). Tatanan massa
bangunan dibentuk terpusat,
di mana terdapat massa
pengantar dan massa sentral
berbentuk piramida.
Sedangkan pemilihan
material pada massa baru
cenderung transparan,
sehingga dapat memperkuat
kesan dinding benteng.
(Gambar 12)

4.3.3 Analisis Sistem Struktur dan


Sistem Utilitas
Sistem struktur earth-
sheltered architecture
menggunakan retaining wall,
struktur grid beton, struktur
kaca space frame dan
pondasi foot plat. (Gambar
Gambar 10. Program Ruang Museum Kota, 13). Sistem utilitas meliputi
(Analisis Pribadi, 2016). sistem drainase, sistem
listrik, sistem penghawaan
buatan, sistem plumbing,
serta sistem keamanan dan
penanggulangan kondisi
darurat.
a. Sistem Drainase
Saluran drainase berupa
parit di sekeliling
keseluruhan struktur
Gambar 12. Tatanan dan Gubahan pondasi eksisting di
Massa Museum Kota, tengah benteng, lalu
(Analisis Pribadi, 2016). dialirkan menuju parit
benteng dan riol kota yang
terdapat di tiap ruas jalan
yang mengapit kawasan
(Gambar 14).
b. Sistem Listrik
Sistem elektrikal yang
Gambar 11. digunakan adalah sistem
(a) Situasi KBV sebagai museum kota. otomatis. Sistem listrik juga
(b) Suasana dalam benteng Vastenburg. meliputi sistem
(Analisis Pribadi, 2016).
20
Region, Vol, 8, No.1, Januari,2017:12-24

pencahayaan buatan
(Gambar 15).
c. Sistem Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan
menggunakan sistem AC
sentral (Gambar 16).
Gambar 15. Sistem Listrik,
d. Sistem Plumbing (Analisis Pribadi, 2016).
Sistem plumbing meliputi
sistem air bersih dan sistem
air kotor. Air bersih dan air
kotor dipenuhi melalui
PDAM dengan sistem tangki
atap (down feed system)
(Gambar17 &18).
e. Sistem Keamanan &
Penanggulangan Kondisi
Darurat
Sistem keamanan dan
penanggulangan kondisi
darurat meliputi sistem
pemadam kebakaran Gambar 16. Sistem AC Sentral,
(smoke detector dan (Analisis Pribadi, 2016).
sprinkler), jaringan CCTV,
dan jalur evakuasi.

Gambar 17. Sistem Air Bersih,


(Analisis Pribadi, 2016).

Gambar 18. Sistem Air Kotor,


(Analisis Pribadi, 2016).

Gambar 13. Sistem Struktur Museum Kota,


(Analisis Pribadi, 2016).

A
B

Gambar 18. Konsep Sirkulasi


Pengunjung Museum,
(Analisis Pribadi, 2016).
Gambar 14. Sistem Drainase,
(Analisis Pribadi, 2016).
21
Hildaria PL Siregar dkk, Museum Kota Surakarta

loading dock dan melalui


lift barang pada core
structure bangunan, lalu
disalurkan melalui ramp
barang yang sinergis
dengan akses ramp
galeri museum. (Gambar
21)
Gambar 19. Subtema Galeri Kota,
(Analisis Pribadi, 2016).

4.3.4 Analisis Sirkulasi dalam


Museum Kota
Konsep sirkulasi meliputi
konsep sirkulasi
pengunjung museum kota,
konsep sirkulasi pengelola
museum kota, serta konsep
sirkulasi distribusi barang
dan koleksi museum.
a. Sirkulasi Pengunjung
Museum Kota
Sirkulasi pengunjung
pada sekuen area mikro
kawasan (museum).
(Gambar 18). Sekuen Gambar 20. Konsep Sirkulasi
terdiri dari 7 subtema ; Pengelola,
(a) Pengantar, (b) (Analisis Pribadi, 2016).
Surakarta dalam Garis
Waktu, (c) Surakarta
dalam Kata-kata, (d)
Simulasi Kota, (e) Galeri
Konservasi dan
Preservasi, dan (f) Galeri
Kota (Gambar 19).

b. Sirkulasi Pengelola
Museum Kota
Sirkulasi pengelola
museum diakses melalu
akses khusus pegawai
yang telah disediakan di Gambar 21. Konsep Sirkulasi
parkir basemen. Distribusi Koleksi Museum,
(Gambar 20) (Analisis Pribadi, 2016).

c. Sirkulasi Distribusi
Barang dan Koleksi KESIMPULAN
Museum Perancangan KBV sebagai Museum
Sirkulasi distribusi Kota Surakarta dengan pendekatan
barang dan koleksi infill design merupakan sebuah
museum diakses dari solusi dan upaya mempertahankan
22
Region, Vol, 8, No.1, Januari,2017:12-24

eksistensi KBV sebagai peninggalan Mempertahankan


kolonial terpenting di kota Surakarta pondasi struktur lama
dan sebagai awal berdirinya bangunan dalam
peradaban kota Surakarta yang benteng sebagai
'perantara' sebelum
lebih maju. Dengan adanya fungsi
memasuki museum
baru sebagai museum kota dalam kota
pendekatan infill design, diharapkan Gubahan massa
dapat menghadirkan nuansa baru bangunan
bagi masyarakat yang mengunjungi menyesuaikan
kawasan tersebut dan menambah dengan kondisi
wawasan lebih luas mengenai eksisting tapak dan
perkembangan kota Surakarta konteks lingkungan
semenjak penjajahan Belanda. kawasan
Dengan pendekatan infill design, Bentuk massa dan
perancangan kawasan diharapkan pemilihan material
mengikuti konteks
tetap dapat menjaga kelestarian KBV
tampilan bangunan
sebagai bangunan cagar budaya. lama (benteng).
Demikian, berbagai elemen lama Earth- Sistem struktur bawah
dan elemen baru dalam kawasan ini Sheltered tanah menggunakan
dapat bersinergi menciptakan sense Architecture retaining wall,
of place yang dapat menampilkan pondasi footplat,
KBV sebagai kawasan cagar budaya struktur beton grid,
yang telah hidup kembali. Melalui dan struktur kaca
pendekatan tersebut didapatkan space frame pada
konsep perancangan sebagai gubahan massa pada
berikut (Tabel 3) . ground level.
Penentu pola
pencapaian tapak dan
Tabel 3. Konsep Desain akses dari ground
level menuju ruang
Metode Hasil bawah tanah.
Infill Design Analisis Zonifikasi Kedalaman struktur
sebagai dasar retaining wall hingga
perencanaan 32 meter di bawah
program ruang pada tanah.
KBV sebagai museum
Menyediakan lebih
kota Solo.
banyak ruang yang
Tampilan fisik dapat dimanfaatkan
bangunan yang dengan lebih leluasa
cenderung inklusif, di tanpa mengganggu
mana tetap struktur lama
mempertahankan bangunan.
dinding benteng
Sirkulasi antar galeri
sebagai fasad depan
dengan
bangunan.
menggunakan ramp
Konservasi bangunan beton dan elevator
dan peninggalan sebagai sirkulasi
historis meliputi balik menuju ground
dinding dan menara level.
benteng, parit,
Terdapat core utilitas
tungku dan sumur
untuk mewadahi
Penyesuaian konteks kebutuhan utilitas
bangunan baru (listrik, penghawaan,
dengan konteks sistem plumbing) tiap
historis

23
Hildaria PL Siregar dkk, Museum Kota Surakarta

lantai. Terdapat pula Fasilitas umum


lift barang sebagai terintegrasi di mana
media distribusi tersedia toilet dan
barang dan koleksi musholla umum pada
museum antar lantai taman kota dan
di bawah tanah fasilitas parkir
dengan loading dock basemen terintegrasi
berada pada parking bagi kawasan di
basement museum. sekitar (mobil, motor,
Sistem penghawaan dan berbagai bus
memanfaatkan sistem mencakup bus kota
penghawaan buatan dan bus pariwisata)
yaitu sistem AC Pengintegrasian
sentral di mana kawasan kuliner
pembuangan udara Galabo dan KBV di
kotor melalui parking mana pengunjung
basement. Galabo dapat melihat
Sistem drainase pemandangan
museum kota dengan benteng lebih dekat
adanya parit kecil di dan bersantai.
sekitar pondasi Sumber: Analisa Pribadi, 2017
struktur lama
bangunan menuju riol
kota. DAFTAR PUSTAKA
Struktur utama
bangunan parking
Hernowo, Bimo. 2014. Vastenburg
basement dengan Benteng Pengunci. Surakarta.
kedalaman struktur Pusat Dokumentasi Arsitektur, 2010.
mencapai 24 meter. Pengantar Panduan Konservasi
Konsep Sistem program Bangunan Bersejarah Masa
Sekuensi ruang secara Kolonial. Jakarta: SMK Grafika
keseluruhan (Makro Desa Putra.
Kawasan - Meso Lynch, Kevin, 1960. Image of The
Kawasan - Mikro City. Cambridge
Kawasan), pola Massachussettes:
aktivitas dan pola
Massachusettes Institute of
sirkulasi.
Penerapan sense of
Technology Press.
place melalui elemen Handayani, Kusumaningdyah Nurul,
historis, bentuk ruang dkk., 2013. Buku Heritage
(arsitektur) dan Surakarta : Jejak-jejak Fisik Kota
aktivitas pengunjung, Solo. Surakarta : Dinas Tata
menghadirkan Ruang Kota Pemerintah Kota
pengalaman ruang Surakarta.
yang berbeda pada Carmody, John. 1985. Earth-
tiap ruang. Sheltered Housing Design. New
Ruang publik
York: Underground Space
terintegrasi di mana
halaman depan
Center University of Minnesota
benteng menjadi Krier, Rob, 1979. Urban Space.
ruang publik sentral London: Academy Editions.
pada pusat kota.

24

Anda mungkin juga menyukai