Abstract
Museums in Indonesia are usually known for their old-fashioned and umkempt impression. Unlike the museums
abroad that are frequently visited. The kind of museum that will be designed is one that made specifically to
accommodate the function of the museum itself, by displaying the works of Indonesian and worldwide artists. This
museum is designed with the educational purposes to provides art education to the society. And also as a recreation
destination for people who are into art and culture can see and enjoy contemporary artworks be it domestic or
international artworks. The museum is designed with metaphoric arhitecture implementation because it’s form should
be more unique than other buildings. With the intention to provide an identity to the museum and to attract visitors. The
basic approach used as the reference in formulating the planning and design of this contemporary art museum are from
a functional, contextual and architectural aspect which is expected to be a well-made design that can accomodate all
the needs of visitors from various group of people..
Abstrak
Museum di Indonesia biasanya terkenal dengan kesan kuno dan tidak terawatnya. Tidak seperti museum luar
negeri yang sering dikunjungi. Jenis museum yang akan dirancang adalah jenis yang di buat khususnya untuk
mengakomodasi fungsi dari museum itu sendiri, dengan memamerkan/menampilkan karya-karya dari seniman
Indonesia maupun dunia. Museum ini dirancang dengan tujuan edukasi untuk menyediakan pendidikan seni kepada
masyarakat. Dan juga sebagai tempat rekreasi untuk orang-orang yang menyukai seni dan budaya sehingga dapat
melihat dan menikmati karya-karya kontemporer, baik itu karya domestik maupun karya internasional. Museum ini
dirancang menggunakan implementasi arsitektur metafora dikarenakan bentuknya yang harus lebih unik dibandingkan
bangunan lain. Dengan maksud untuk menyediakan identitas museum dan juga menarik pengunjung. Pendekatan dasar
yang digunakan sebagai referensi dalam menyusun perecanaan dan perancnagan dari museum seni kontemporer ini
adalah dari aspek fungsional, kontekstual, dan arsitektural yang diharapkan menjadi sebuah rancangan yang baik
yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengunjung dari berbagai kalangan.
7
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10
ISSN: 2655-1586
Perancangan Museum Seni Kontemporer di Banda b. Skala meso: objek dapat dilihat berupa fasad
Aceh menggunakan pendekatan metafora. Metafora bangunan.
merupakan kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan c. Skala mikro: pengunjung dapat merasakan interior
dalam bangunan dengan harapan akan menyebabkan bangunan dan bisa melihat eksterior.
sebuah tanggapan dari orang yang melihat karyanya.
3. Hasil dan Pembahasan Rancangan
2. Tinjauan Pustaka Dalam perancangan Museum Seni Kontemporer
2.1 Museum diperlukan landasan konsep yang akan melandasi
Museum adalah bangunan yang digunakan sebagai perancangan fisik bangunan dengan acuan dasar
lokasi pameran tetap seperti benda-benda yang pantas pendekatan perencanaan dan perancangan arsitektur.
mendapat perhatian publik, seperti peninggalan sejarah, Dasar pendekatan tersebut sebagai berikut:
seni dan ilmu pengetahuan, tempat menyimpan benda-
benda antik. [6] 3.1 Konsep tapak
Museum ini adalah tempat untuk menyimpan, 3.1.1 Konsep layout bangunan
memelihara, mengamankan dan memanfaatkan benda- Peletakan bangunan yang sesuai dengan GSB
benda yang dihasilkan dari budaya manusia, alam dan yaitu jauh dari badan jalan untuk meminimalisirnya
lingkungan untuk mendukung upaya melindungi dan kebisingan yang berasal dari jalan. Tidak menggunakan
melestarikan kekayaan budaya bangsa. [4] pemagaran agar tetap adanya komunikasi antara
2.2 Seni kontemporer bangunan dengan lingkungan.
Kontemporer terdiri dari dua kata, yaitu co dan
tempo. Dimana co berarti bersama dan tempo berarti
waktu. Sehingga seni kontemporer dapat diartikan
sebagai seni yang berjalan sebagai gambaran waktu yang
sedang berjalan. [7]
2.3 Arsitektur metafora
Metafora adalah kiasan atau bentuk ekspresi, yang
dimanifestasikan pada bangunan dengan suatu harapan
bahwa mereka akan membangkitkan tanggapan dari Gambar 1 Konsep Layout Bangunan
orang-orang yg melihat karyanya. Ada tiga kategori
metafora, yaitu: [5] Bangunan menghadap ke jalan arteri sekunder
a. Intangible Metaphor (metafora tak berwujud), yang (Timur) karena para pengguna jalan yang berkendara
merupakan metafora yang berasal dari konsep, ide, berasal dari arah kota yang menuju ke arah kawasan
sifat dan nilai manusia seperti: individualisme, wisata di ulee lheue agar pandangannya tertuju ke bagian
naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya. [5] tampak depan dari bangunan tersebut.
b. Tangible Metaphor (metafora yang berwujud atau
terlihat, yaitu, metafora yang berasal dari hal-hal 3.1.2 Prinsip jarak pandang ketinggian bangunan
visual atau karakter tertentu dari suatu objek seperti Ketinggian bangunan dan bentuk bangunan
rumah adalah istana, maka bentuk rumah menyerupai sebagai ikon sebuah kawasan merupakan prinsip kinetik
istana. [5] visual. Pada perancangan ini kinetik visual dapat
c. Combined Metaphor (penggabungan antara berwujud dirasakan oleh pengguna yang dapat melihat objek
dan tidak berwujud), yang merupakan penggabungan bangunan karena ketinggian bangunan setinggi 20 meter.
dengan membandingkan objek visual dengan yang bentuk bangunan yang menyerupai bunga teratai
lain yang memiliki nilai konsep yang sama dengan merupakan simbol kawasan tersebut sehingga pada skala
objek visualnya. [5] mikro pengguna dapat melihat keseluruhan bangunan.
Pada skala meso maka pengguna dapat melihat fasad
2.4 Arsitektur sebagai ikon dengan konsep bangunan dan juga pada skala makro pengguna dapat
kinetik visual melihat detail dari fasad bangunan.
Kinetik visual merupakan sebuah prinsip
pendekatan dalam perancangan yang didasari pada
tingkatan jarak pandang pengguna terhadap kawasan
dengan objek yang besar. Prinsip kinetik visual adalah
sebuah konsep/ide dalam mengembangkan perancangan
menjadi suatu ikon atau symbol pada sebuah Kawasan. Gambar 2 Prinsip Jarak Pandang
Konsep visi kinetik dalam desain dibagi menjadi tiga
skala [9]: 3.2 Konsep sirkulasi
a. Skala makro: objek dilihat dari luar dan dapat 3.2.1 Prinsip cara capai bangunan
menyebabkan penyebab kekaguman dan rasa ingin Para wisatawan yang berkunjung ke museum
tahu. Pada skala yang lebih besar, objek adalah titik harus melalui jalur perputaran jalan selanjutnya agar bisa
fokus. mencapai ke jalur masuk museum dan menuju jalur
keluar untuk meninggalkan site museum tersebut. Jalur
masuk dan keluar dibuat berbeda agar memudahkan
8
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10
ISSN: 2655-1586
sirkulasi pengunjung yang baru datang dan pengunjung pemilihan bentuk yang sama dengan sifatnya lokasi
yang keluar. Berikut cara prinip capai bangunan: perancangan adalah bunga teratai.
Daftar pustaka
[1] International Council Of Museum Pasal 3 dan 4
(1995).
[2] Mufid Abdul, dkk. 2017. Hystorycal Museum Of
Gambar 8 Konsep Bentuk Dinding Bangunan Central Java. Dengan pendekatan Desain
Arsitektur Post Modern.
d. Konsep pola fasad dan bentuk kolom [3] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2016.
Adanya penggunaan fasad dalam sisi-sisi bangunan http://lipi.go.id/
bertujuan buat menghalangi sinar matahari langsung [4] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
meresap pada dinding bangunan. Pada fasad terlihat 19 (1995). Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Benda
adanya permainan pola dengan ritme yg permanen. Cagar Budaya Di Museum.
Terciptanya bentuk pola fasad ini pula diambil dari [5] Murdiati, Dwi. 2008. Konsep Semiotik Charles
bunga teratai, yaitu pada waktu bunga teratai belum Jencks Dalam Arsitektur Post-Modern. Jurnal
mengembang yang disusun sejajar secara horizontal. Filsafat. 18(1): 25-34.
Adanya pemilihan kolam bundar berdasarkan [6] Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Museum.
berdasarkan bentuk bangunan yg telah dari awalnya http://kbbi.web.id/museum
bulat (bulat) supaya selaras, selain itu pemilihan bentuk [7] Dosenpendidikan. 2019. Seni Rupa Kontemporer.
kolom bundar pula diterapkan dari tangkai bunga https://www.dosenpendidikan.co.id/
teratai. [8] Indra, Ary. 2017. Firmitas. Jakarta: Griya Kreasi.
[9] Safriana, D & Wulandari, E. 2017. The Historical
And Religious Approach Towards City Park Design
In Banda Aceh, Indonesia Case Study: Krueng
Neng Park (Taman Krueng Neng). IOP Conf.
Series: Materials Science and Engineering. hal.5
4. Kesimpulan
Dari beberapa ulasan dapat disimpulkan bahwa
Museum tidak hanya menjadi tempat memamerkan
barang bersejarah atau benda-benda kuno, namun
museum juga wajib mempunyai daya tarik dari segi
bentuk bangunan, konsep penyajian baik itu pameran
10
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10