Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan yang
timbul dan berkembang dalam setiap suku memiliki keunikan dan kekhasan yang berbedabeda sehingga setiap daerah memiliki minimal satu kebudayaan yang dapat dibanggakan,
salah satunya adalah kebudayaan Jawa. Kebudayaan Jawa dalam hal ini Jawa Tengah
mempunyai ragam kebudayaan, salah satunya adalah wayang kulit. Pertunjukan wayang
kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Secara umum
wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi
hanya dengan pakem (standard) tersebut, Ki Dalang bisa juga memainkan lakon carangan
(gubahan).
Di Indonesia terdapat 5 museum wayang yaitu Museum wayang Fatahillah di
Jakarta, Museum wayang Sedang Mas di Bayumas, Museum wayang di Wonogiri,
Museum wayang Pondoktingal Mungkid Magelang dan Museum wayang Kekayon di
kota Yogyakarta. Wayang-wayang pada umumnya terbuat dari kulit kerbau, kayu, kain,
maupun kertas. Pada umumnya lonjakan pengunjung di museum wayang terjadi pada
slametan 1 suro (upacara tahunan yang ditandai dengan sajian bermacam-macam makanan
yang ditentukan menurut kebudayaan Jawa) dengan jumlah pengunjung pada hari biasa
30 orang, pada hari Slametan 1 Suro bisa mencapai 300 orang dengan harga tiket
Rp.7000,- pelajar, Rp.10.000,- turis dan Rp.10.000,- pembawa kamera. Hal ini tentunya
membutikan bahwa minat masyarakat terhadap kesenian khususnya wayang kulit masih
cukup tinggi.
Berangkat dari kenyataan ini tentunya sangat dibutuhkan suatu wadah yang bisa
menampung antusiasme masyarakat akan kesenian wayang kulit. Museum merupakan
wadah yang tepat untuk menjawab fakta yang terjadi, tetapi tentunya museum yang
dibutuhkan bukan hanya sekedar tempat pameran (display) seperti yang sudah banyak saat
ini, tetapi museum yang bisa menggabungkan antara perkembangan zaman (teknologi)
dengan nilai-nilai budaya yang ada, sehingga bisa tercipta suatu karya yang bukan hanya

Agus Heri Suparjan


10420015

Semester Ganjil 2013-2014

Museum Wayang Kulit

sekedar wadah untuk menampung tetapi juga wadah yang bisa mengekspresikan budaya itu
sendiri.
Surakarta merupakan salah satu kota yang sangat kental akan budaya Jawa, banyak
festival dan kegiatan-kegiatan budaya yang telah diselenggarakan disana, berangkat dari
sejarah

kota

yang

sangat

mengedepakan

nilai-nilai

budaya

dalam

kehidupan

masyarakatnya, kota Surakarta sangat cocok untuk dijadikan tempat Museum yang
direncanakan. Sebuah wadah budaya yang bisa menjadi landmark dari kota budaya itu
sendiri.
Tema arsitektur yang diangkat dalam konsep perencanaan ini adalah gaya arsitektur
kontemporer. Arsitektur Kontemporer lebih menonjolkan bentuk yang unik, diluar
kebiasaan, atraktif dan sangat komplek. Permainan warna dan bentuk menjadi modal
menciptakan daya tarik bangunan sehingga diharapkan dapat mengubah pola pikir
masyarakat tentang museum budaya pada umumnya.
I. 2 MASALAH YANG AKAN DIPECAHKAN
1. Bagaimana memilih lokasi dan tapak yang sesuai sehingga mudah di akses oleh
masyarakat di Surakarta.
2. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang museum wayang kulit di Surakarta.
3. Bagaimana menampilkan dan mewujudkan museum wayang kulit di Surakarta.
I. 3 TUJUAN
Menciptakan sebuah wadah museum wayang kulit dengan pendekatan arsitktur
kontemporer yang tidak melupakan unsur-unsur di Surakarta Jawa Tengah.
I. 4 BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN
Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur sebagai
sarana pamer, menyimpan, merawat dan belajar tentang seni di daerah taman sriwedari,
Surakarta dari analisa proyek sampai dengan gambar pra-rancangannya. Lingkup
perancangan meliputi penyusunan program ruang dan program kegiatan yang mengacu
pada kegiatan pameran hasil studi banding lapangan dan studi literatur, perancangan
gubahan masa, interior, struktur, sirkulasi dan utilitas serta perancangan tapak mencakup
perencanaan ruang-ruang luar, dan perencanaan vegetasi.
I. 5 METODE PEMBAHASAN
Agus Heri Suparjan
10420015

Semester Ganjil 2013-2014

Museum Wayang Kulit

1. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Studi literature
Suatu metode pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari hasil
penelusuran dari literature yang merupakan kajian atau penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya berkaitan dengan proyek yang sedang direncanakan baik
berupa buku, majalah maupun artikel.
b. Survey Tapak
Untuk mengetahui potensi dan batasan dari lingkungan sekitar tapak itu sendiri.
c. Survey Lapangan
Peninjauan secara langsung ke lokasi untuk mengetahui kendala dan keadaan
yang sesunguhnya.
2. Analisis adalah tahap-tahap pemilihan alternatif-alternatif dalam perencanaan.
3. Kesimpulan/konsep adalah hasil akhir dari analisis.
I. 6 METODE PENULISAN
BAB I. PENDAHULUAN
Merupakan langkah awal penyusunan laporan Museum Wayang kulit yang berisi
Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan, Batasan, Metoda Pembahasan,Metode Penulisan
dan Diagram Kerangka Pembahasan dan Kajian Pustaka.
BAB II. LANDASAN TEORI / TINJAUAN PUSTAKA
-

Menjelaskan tentang teori-teori museum wayang kulit.


Menjelaskan tentang teori arsitektur kontemporer.
Menjelaskan tentang macam/jenis struktur dan matrial yang mungkin diterapkan

pada bangunan.
Menjelaskan Prinsip jaringan utilitas yang spesifik dan memiliki kekhasan pada

bangunan yang direncanakan.


Menjelaskan tentang RUTR (peruntukan) Kota Surakarta.

BAB III. ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Berisi berbagai analisis yang berkaitan dan diperlukan dalam proses perencanaan
dan perancangan Museum wayang kulit yaitu : analisa ruang, analisa lokasi dan tapak,
analisa masa bangunan, analisa penampilan bangunan, analisa struktur, analisa utilitas
Agus Heri Suparjan
10420015

Semester Ganjil 2013-2014

Museum Wayang Kulit

BAB IV. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Menjelaskan Analisa konsep museum wayang kulit meliputi Analisa ruang
Pada bab ini berisi tentang hasil dari analisa yang berupa konsep yang akan diterapkan
pada museum wayang kulit, diantara nya : konsep ruang, konsep lokasi dan tapak,
konsep bentuk dan susunan masa bangunan, konsep perancangan penampilan bangunan,
konsep struktur dan konsep utilitas.

I. 7 DIAGRAM KERANGKA PEMIKIRAN

1.
2.

LATAR BELAKANG
Melestarikan kebudayaan wayang kulit melalui adanya museum wayang kulit di kota Surakarta
Desain Museum Kontemporer adalah yang cocok,karena cenderung bebas dalam berekspresi.

Agus Heri Suparjan


10420015

Semester Ganjil 2013-2014

Museum Wayang Kulit

JUDUL
Museum Wayang Kulit dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer di Surakarta

TUJUAN
Menciptakan sebuah wadah museum wayang kulit dengan pendekatan arsitktur kontemporer yang tidak
melupakan unsur-unsur di Surakarta Jawa Tengah.

MASALAH
1. Bagaimana memilih lokasi dan tapak yang sesuai sehingga mudah di akses oleh masyarakat di Surakarta.
2. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang museum wayang kulit di Surakarta.
3. Bagaimana menampilkan dan mewujudkan museum wayang kulit di Surakarta.

ANALISIS
1. Aspek manusia
: Analisis pola
sirkulasi, Analisis kebutuhan ruang
2. Aspek lingkungan : analisis tapak
3. Aspek bangunan
: analisis masa
bangunan, analisis penampilan
bangunan, analisis struktur dan utilitas
bangunan.

KONSEP PERENCANAAN
- Konsep ruang
Konsep lokasi & tapak
- Konsep bentuk
dan susunan
masa
- Konsep
penampilan
bangunan

1.
2.
3.

U
M
P
A
N

BATASAN
Bangunan yang akan dirancang
adalah Museum wayang kulit.
Teori Arsitektur yang akan
diterapkan adalah Arsitektur
Kontemporer.
Kota/lokasi perencanaan adalah
Surakarta, Jawa Barat.

B
A
L
I
K

DESAIN

I. 8 KAJIAN PUSTAKA
Museum wayang kulit dengan pendekatan arsitektur kontemporer di Surakarta
Pengertian Judul
Agus Heri Suparjan
10420015

Semester Ganjil 2013-2014

Museum Wayang Kulit

Museum

: Museum berasal dari kata Yunani, mouseion yaitu sebagai

tempat melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian,mengkonservasi, meriset,mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Wayang kulit
: Seni tradisional Indonesia yang terbuat dari kulit binatang
kerbau terutama berkembang di Pulau Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang
artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.
Arsitektur Kontemporer

: Kontemporer sama artinya dengan modern atau sesuatu yang

up to date, tapi dalam disain kerap dibedakan. Istilah ini digunakan untuk menandai sebuah
disain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan,
jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai.
Surakarta

: Nama Kota di Jawa Tengah

Kesimpulan Judul

: Suatu wadah penyimpanan warisan budaya seni wayang

kulit,memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi,pendidikan dengan


sebuah desain bagunan yang lebih maju,variatif,fleksibel,dan inovatif baik secara bentuk
maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang berlokasi di
Surakarta.
I. 9 DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum
http://wayangpustaka.wordpress.com/
http://wayang.wordpress.com/2010/03/06/daftar-museum-di-indonesia/
http://www.museumindonesia.com/museum/46/1/Museum_Wayang_Kekayon_Yogyakarta
https://www.facebook.com/pages/Museum-Wayang-KEKAYON-Yogyakarta/75039571974
http://wahana-arsitektur-indonesia.blogspot.com/2009/05/arsitektur-kontemporer.html
Panduan perancangan bagunan komersial, Endy Malina, Ed.1 C.V Andi Offset Yogyakarta
Pencahayaan alami dalam arsitetktur, Parmonangan Manurung, Ed.1 C.V Andi Offset Yogyakarta
Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce Marcella Laurens, Penerbit PT.Grasindo, Jakarta

Agus Heri Suparjan


10420015

Semester Ganjil 2013-2014

Museum Wayang Kulit

Anda mungkin juga menyukai