Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kalimantan memiliki berbagai macam tradisi,adat-istiadat, kesenian, tari-


tarian dan berbagai macam ritual yang melekat dan erat dengan kehidupan
masyarakat sehari-harinya. Seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia,
kesenian sebagai produk budaya juga terus berkembang sesuai dengan keadaan
masanya. Seni rupa memiliki banyak konsep dalam penerapannya, salah satunya
adalah konsep kontemporer atau modernitas. Hal ini terjadi sehingga dari seni
rupa banyak yang menghasilkan sejumlah karya yang unik, menarik, dan sering
kali menghibur untuk dinikmati. Hal itu membuat seni rupa pada saat ini termasuk
dalam salah satu aliran seni yang diminati oleh para pecinta seni hingga
masyarakat awam.
Karya seni rupa modern/kontemporer di Indonesia beragam bentuk, jenis,
dan corak, antara lain berupa karya seni rupa dua dimensi: seni lukis, grafis, batik,
dan lain-lain; tiga dimensi: seni patung, keramik, seni instalasi, dan lain-lain.
Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia menciptakan suatu
karya seni rupa sebagai perwujudan ekspresi jiwanya.(Sumber ilmu : 2011)
Di lihat dari sumber inspiratif dan material yang tersedia, Kalimantan
Tengah memiliki potensi dalam pengapresiasian seni rupa. Namun masalah yang
saat ini di hadapi adalah seniman tidak memiliki wadah yang representative untuk
mengenalkan dan menampilkan karya seni, sehingga masyarakat kurang mengenal
tentang seni rupa. Dan juga seni rupa ikut berkembang bersama majunya zaman,
sehingga muncullah seniman-seniman modern yang menghasilkan karya seni rupa
modern. Ini menyebabkan masyarakat masih awam tentang seni rupa, terutama
seni rupa modern.
Seperti yang diketahui, masyarakat Dayak Kalimantan Tengah sudah
mengenal seni rupa sejak dulu kala, dapat dilihat dari keragaman karya seni rupa
antara lain : seni lukis, seni patung, dan seni kerajinan. Material yang digunakan
berupa rotan, kayu, batu permata, dan kayu. Beberapa seniman modern mulai
mengenalkan seni rupa modern di Kalimantan Tengah seperti, pelukis P.
Lampang S. Tandan, S.Sn.

1|Page
Kota Palangka Raya merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah,
mempunyai potensi sebagai pusat kegiatan, sehingga berpengaruh pada
peningkatan jumlah penduduk dan tuntutan masyarakat terhardap suatu tempat
yang bermanfaat dalam menunjang perkembangan masyarakat. Dalam upaya
mewujudkan hal tersebut, maka hal yang mungkin dilakukan adalah dengan
mendirikan satu bangunan berupa Museum Seni Rupa Modern di Palangka Raya.
Museum memiliki peran penting dalam menunjang perkembangan
masyarakat baik tingkat umum, mahasiswa, maupun pelajar. Terlebih
pengetahuan tentang perkembangan seni rupa modern. Di Palangka Raya sudah
beberapa kali diadakan pameran seni rupa modern yang bersifat nasional. Dan
secara langsung juga sudah memperkenalkan karya seni rupa modern. Maka akan
lebih baik jika ada tempat berupa Museum untuk menyimpan dan menampilkan
karya-karya seni rupa modern dari seniman lokal maupun seniman luar.

1.2. Identifikasi Masalah

Museum merupakan salah satu tempat yang dapat memberikan pengalaan


edukasi, terutama edukasi sebuah karya seni. Dari Museum itu sendiri, masyarakat
dapat melihat perkembangan kebudayaan melalui hasil dari karya-karya seni.
Palangka Raya hanya memiliki satu Museum kebudayaan, dan berisi tentang
kebudayaan dan benda-benda peninggalan. Namun, itu tidak cukup untuk menjadi
destinasi kunjungan wisata masyarakat. Terlebih lagi ditengah kemajuan jaman
dan teknologi, masyarakat terutama di Palangka Raya mulai mencari sesuatu yang
menjadi trend terkini.
Dalam perancangan Museum Seni Rupa Modern yang termasuk dalam salah
satu bagian dari Pariwisata yang mengandalkan bangunan sebagai wadah untuk
menampilkan karya-karya seni, beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah
pemahaman tentang Museum dan Seni. Segala penciptaan ruang yang terdapat di
dalamnya harus diupayakan untuk memberikan segala informasi kepada
masryarakat awam dalam sebuah arsitektur. Penataan tata ruang yang baik dapat
mempermudah masyarakat untuk lebih memahami hasil karya seni yang terdapat
di museum seni rupa modern tersebut.

2|Page
Sebuah ruang pameran juga tak hanya melulu ditempatkan pada area indoor
tetapi ruang pameran tersebut selalu dapat menampung segala jenis bentuk
pameran yang diinginkan oleh pembuatnya. Baik di ruang indoor maupun outdoor
pun diupayakan untuk menjadi sebuah tempat diskusi bagi sarana komunikasi
bagi masyarakat dengan kurator (pengelola).

1.3. Rumusan Masalah

Bagaimana rancangan sebuah Museum Kontemporer menggunakan desain


Arsitektur Kontemporer dengan pendekatan desain Geometri Fraktal di Palangka
Raya?

1.4. Tujuan Dan Sasaran

1.4.1. Tujuan

Menghasilkan rancangan sebuah Museum Kontemporer dengan


pendekatan desain Arsitektur Kontemporer di Palangka Raya.

1.4.2. Sasaran

 Mengidentifikasi permasalahan mengenai Museum Seni Modern dan


Kontemporer
 Mempelajari data literatur yang berkaitan tentang Museum Seni
Modern dan Kontemporer
 Mengidentifikasi literatur Museum Seni
 Melakukan pengumpulan data melalui observasi.
 Melakukan studi banding terhadap objek sejenis.
 Melakukan analisis preseden yang terkait dengan objek sejenis
 Merumuskan konsep serta ide Museum Seni Modern dan Kontemporer
di Palangka Raya
 Menghasilkan rancangan Museum Seni Modern dan Kontemporer di
Palangka Raya

1.5. Ruang Lingkup Permasalahan

3|Page
 Ruang lingkup yang menjadi permasalahan ini difokuskan pada desain
dan pelaku yang ada didalamnya serta ruang-ruang yang mendukung
aktivitas Museum Seni Modern dan Kontemporer.

1.6. Metodologi

Proses metodologi akan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:


1.6.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan Museum Seni
Modern dan Kontemporer akan dilakukan dengan mengumpulkan data
berupa:
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari sumber asli di sekitar lingkungan
(tidak melalui media perantara). Berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok, atau hasil observasi terhadap suatu
lingkungan. Data Primer antara lain diperoleh dengan cara:
1) Survey
Metode survey dilakukan dengan cara:
 Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan dengan melihat langsung ke
lapangan dan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar
dengan seksama.
 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berdialog secara langsung
kepada pengelola pada saat observasi Museum Seni Modern
dan Kontemporer. Hal ini dilakukan untuk menggali atau
memperoleh data yang diperlukan dalam menyelesaikan
rancangan Museum Seni Modern dan Kontemporer di
Palangka Raya.

2. Data Sekunder
Sumber data sekunder didapatkan dari penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

4|Page
oleh pihak lain). Data sekunder bisa berupa bukti, catatan atau laporan
historis atau teori yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder
diperoleh antara lain dengan cara:
 Data Kawasan
Mempelajari data kawasan untuk menemukan kondisi
lingkungan sekitar.
 Studi Pustaka

Mempelajari catatan atau teori yang telah ada melalui media


buku maupun web tentang materi yang berkaitan dengan
merancang Museum.

1) Study Banding
Membuat sebuah objek study banding yang berkaitan dan sesuai
dengan pembahasan.
1.6.2. Analisis
Analisis dilakukan melalui data lokasi / site yang berkaitan dengan
objek sejenis, kemudian data sekunder dan primer yang telah didapatkan
sebelumnya untuk mendapatkan variabel dan kriteria desain.

1.6.3. Sintesa
Sintesa dalam penelitian ini berisi rangkuman berbagai pengertian
atau pendapat dari sumber rujukan serta analisis sehingga menjadi suatu
tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, identifikasi permasalahan,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup permasalahan,
metodologi, sistematika penulisan dan kerangka berpikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5|Page
Mengkaji studi pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber untuk
menemukan teori yang sesuai dan dapat membantu dalam menyelesaikan
masalah.
BAB III STUDI BANDING DAN RENCANA LOKASI
Berisi hasil studi banding dengan objek terkait dan hasil dari
observasi Museum Seni Modern dan Kontemporer yang dapat dijadikan
acuan dalam merumuskan konsep desain serta lokasi yang akan digunakan.
BAB IV PROGRAM DAN SKEMATIK DESAIN

Berisikan tentang analisa program ruang, tapak,skematik dan konsep


perancangan pada pusat rehabilitasi narkoba di palangka raya.
BAB V LAPORAN PERANCANGAN
Berisikan tentang hasil penyelesaian permasalahan berdasarkan hasil dari
analisis.

6|Page
1.8. Kerangka Berpikir

Museum Seni Modern dan Kontemporer di Palangka Raya

Museum merupakan institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka,
dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan
memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan

Identifikasi masalah

Tujuan
Menghasilkan rancangan sebuah Museum Seni Modern dan Kontemporer di Palangka Raya yang menampilkan karya-
karya seni yang mengoptimalkan alur aktivitas pengunjung

Sasaran

Mengidentifikasi permasalahan mengenai Museum Seni Modern dan Kontemporer di Palangka Raya

Pengumpulan Data

Studi Banding Studi Pustaka Studi Fasilitas Lokasi

 Sarana prasarana
Analisa Museum Seni
 Standart kebutuhan
Modern dan Kontemporer
ruang
pengunjung: Ruang luar : Preseden
 Analisa Pelaku
 Pembatas Ruang
 Analisa Aktivitas
 Analisa Fasilitas
 Sirkulasi
 Tata hijau Sintesa
 Analisa ruang
Ruang dalam :

 Sirkulasi
 Analisa ruang
Sintesa  Material
 Pencahayaan
 Warna
Konsep rancangan  Tekstur
 Penghawaan

Hasil rancangan Museum Seni Analisa Tapak


Modern dan Kontemporer di
Palangka Raya
7|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Museum

2.1.1 Definisi Museum

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖονatau


mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi
Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian
(Wikipedia). Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan
koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda benda yang disimpan
biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau
kumpulan benda alam dan artefak arkeologi. Fungsi serta tugas dan tujuan
museum pun berubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah
kebudayaan.
Definisi tentang museum sendiri tidaklah sedikit. Secara umum,
museum sendiri merupakan tempat penyimpangan benda artistik dan
pendidikan bagi keperluan umum. Museum adalah sebuah lembaga yang
bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya.
Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995,
museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan
pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan
budaya bangsa. Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM)
: museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,
melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,
memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal
jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan
rekreasi (Pedoman Museum Indoneisa,2008).

8|Page
2.1.2 Fungsi Museum
Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan, melayani masyarakat dan mengembangkannya, terbuka
untuk umum, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan
studi, pendidikan dan kesengangan, barang pembuktian manusia dan
lingkungannya.
Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan
untuk memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan
tentang benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan. Untuk
memperjelas kegunaan dari museum tersebut, kita harus mengetahui fungsi
dari museum itu sendiri. Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-
11 (11th General Assembley) International Council of Museum(ICOM) pada
tanggal 14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum sebagai
berikut: (Ali Akbar :2010)
1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3. Konservasi dan preservasi.
4. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.
5. Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.
7. Visualisai warisan alam dan budaya.
8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2.1.3 Tugas Museum
Tugas museum secara rinci dijelaskan oleh Drs. Moch. Amir Sutaarga
sebagai berikut: (Sutaarga, 1989).
a. Pengumpulan atau pengadaan:
Tidak semua benda padat dimasukkan ke dalam koleksi museum,
hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:
 Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika

9|Page
 Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya, dan
sebagainya
 Harus dapat dianggap sebagai dokumen
b. Pemeliharaan

Tugas pemeliharaan ada 2 aspek, yakni:

 Aspek Teknis
Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta
dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan.
 Aspek Administrasi
Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang
menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental.
c. Konservasi
Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan,perbaikan, pencegahan
dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.
d. Penelitian

Bentuk penelitian ada 2 macam:

 Penelitian Intern
Penelitian yang dilakukan oleh curator untukkepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan
 Penelitian Ekstern
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar,seperti mahasiswa,
pelejar, umum dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, karya
tulis, dll
e. Pendidikan
Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi
koleksi yang dipamerkan:
 Pendidikan Formal
Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah, dan sebagainya
 Pendidikan Non Formal
Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan sebagainya

10 | P a g e
f. Rekreasi
Sifat pameran mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang
mana merupakan kegiatan rekreasi yang segar, tidak diperlukan
konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.

2.1.4 Aspek-Aspek Museum


Menurut Herbert Bayer, dalam sebuah Museum ada aspek-aspek yang
sangat perlu diperhatikan yaitu :
1. Elemen
Elemen komunikasi dan tampilan harus digabungkan dan diintegrasikan ke
dalam skema yang sesuai dengan urutan display yang diinginkan dan
sehingga pengunjung dapat segera memahami.
2. Organisasi Ruang
Organisasi ruang memastikan alur perjalanan pengunjung di ruang eksibisi
tidak terputus, artinya pengunjung menikmati perjalanan menjelajahi
semua ruang eksibisi tanpa harus ada yang terlewati.
3. Eksibisi dan Pameran

Pada ruang eksibisi, karya yang dipamerkan ditata dengan sedemikian


rupa. Penataan karya tidak mengurangi tujuan dari karya itu sendiri,
sehingga pengunjung tidak sekedar melihat tapi memahami maksud dari
sebuah karya seni yang dihasilkan dan di pamerkan. Subjek harus
didekatkan dengan penonton dan meninggalkan kesan padanya. Itu harus
menjelaskan, menunjukkan, dan bahkan mengarah pada reaksi yang
direncanakan. Presentasi harus melayani dalam mendukung subjek.

4. Komunikasi Visual
komunikasi visual sangat penting tanpa harus berbicara dengan kurator ,
pengunjung dapat memahami makna dari karya yang ditampilkan.
Komunikasi visual dapat beruba gambar, pencahayaan dan tulisan, dengan
tampilan yang sederhana, singkat, dan yang pasti mudah dipahami.

11 | P a g e
2.1.5 Jenis Museum

Semenjak museum untuk publik pertama dibuka, terdapat berbagai jenis


museum. Berikut kategorisasi yang antara lain dapat dilakukan. (Timothy
Ambrose :2006)

 Berdasar Koleksi
Identifikasi museum berdasar koleksi antara lain akan menghasilkan:
museum arkeologi, museum seni, museum sejarah, museum etnografi,
museum sejarah alam (natural history), museum ilmu pengetahuan
(science), museum geologi, museum industrial, dan museum militer.
 Berdasar pengelola
Berdasar pengelola, antara lain adalah: museum pemerintah, museum
(pemerintah) daerah, museum universitas, museum independen, museum
tentara, museum perusahaan komersial, serta museum pribadi.
 Berdasar Area
Wilayah cakupan tema atau sumber koleksi membuat antara lain terbagi
dalam: museum nasional, museum regional (daerah), museum kota, serta
museum lokal. Museum jenis ini merupakan perpaduan antara koleksi
(menggambarkan budaya/alam dari suatu daerah tertentu misalnya) dan
pengelolaan (dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut). Pada kategori ini
juga dapat dimasukkan museum situs, yaitu museum yang digunakan
untuk menginterpretasi suatu situs arkeologi, dan berada pada atau dekat
dengan situs tersebut. Namun, cakupan museum situs dapat lebih luas
daripada sekedar situs arkeologis. Berbagai kawasan alam juga memiliki
semacam museum situs, yang digunakan untuk mengkonservasi dan
interpretasi koleksi dari situs yang menjadi konteksnya.
 Berdasar Audience
Museum berdasar audience yang dilayani antara lain adalah: museum
umum (general public museum), museum pendidikan (educational
museum), museum spesialis, serta museum anak-anak. Museum komunitas
juga dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini karena juga ‘melayani’
komunitas.

12 | P a g e
 Berdasar Pameran

Identifikasi museum berdasar jenis pameran antara lain akan


menghasilkan: museum konvensional/tradisional (yang menggunakan
gedung dan ruang pamer seperti umumnya), museum pada rumah
bersejarah, museum terbuka, serta museum interaktif/virtual (membuat
pameran melalui media interaktif). Bangunan bersejarah dilindungi karena
merupakan saksi dari suatu peristiwa penting (di masa lalu). Bangunan
bersejarah umumnya tidak dibiarkan, melainkan juga dibuat sebagai
sebuah museum, seperti museum-museum sasmitaloka, yaitu museum
yang menempati gedung yang pernah dihuni oleh tokoh (militer) yang
terlibat pada suatu peristiwa penting. Maka, pada museum tersebut
disajikan cerita yang berkait dengan tokoh tersebut meski juga sering
diberi tambahan yang cukup banyak.

2.1.6 Pengguna Museum


Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum (Pedoman
Museum Indonesia,2008), yakni:
1. Pengelola
Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas
museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum
membawahi dua bagian yaitu bagian administrasi dan bagian teknis.
a. Bagian Administrasi
Bagian administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, suratmenyurat,
kerumah-tanggaan, pengamanan dan registrasi koleksi.
b. Bagian Teknis
Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi,
tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.
2. Pengunjung

Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua


kelompok, yakni:

a. Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum


seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar.

13 | P a g e
b. Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.

2.1.7 Struktur Organisasi Museum


Pada dasarnya museum terbagi atas 2 kepemilikan, yakni pemeritah
dan swasta. Dari setiap itu masing-masing mempunyai struktur dan cara
kerjanya masing-masing. Biasanya pada museum swasta, struktur organisasi tidak
serumit museum milik pemerintah. Tetapi memang untuk struktur organisasi
pemeritah sudah memiliki job desk masing-masing setiap divisi, sehingga
ruang lingkup pekerjaannya sudah sangat jelas.

Adapun beberapa contoh struktur bagisan sebuah museum, yakni :

1. Bagan A
Walaupun museum ini dikelola dan dimiliki oleh swasta tetapi
penyelenggaraan museum ini harus berstatus badan hukum, agar museum
ini dapat penanganan atau pengelolaan yang mantab dan tidak
terombangambing. Dalam akte pendiriannya perlu dicantumkan satu pasal
peralihan, yang menyebutkan suatu tindakan hukum akan diambil
dalam hal berakhirnya masa berdirinya yayasan atau perkumpulan
tersebut, kepada siapa miliknya (museum) itu akan diserahkan demi
kesinambungan penyelenggaraan, pengelolaan dan pemanfaatan.

2. Bagan B
Untuk museum-museum resmi, bagan B memperlihatkan
bagaimana kaitannya penyelenggaraan dan pengelolaan museum-

14 | P a g e
museum tersebut. Badan pemerintah (Departemen atau Lembaga non-
Departemen) disebut penyelenggara museum, yang bertanggung jawab
atas tersedianya dana, sarana dan tenaga museum-museum resmi
tersebut. Yang mengelola museum adalah kepala museum yang
diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, Menteri atau Ketua
Lembaga non-Departemen yang bersangkutan. Unit Pembina teknis
bertanggung jawabatas perencanaan, pengaturan, pengawasan,
pengendalian program-program kegiatan pelaksanaan dan museum-
museum itu sebagai obyek pembinaan merupakan unit-unit
pelaksanaan teknis di bidang kegiatan museum sebagai saran ilmiah,
pusat studi dan kegiatan edukatif-kultural.

3. Bagan C
Untuk museum yang lebih besar atau yang lebih kecil tentu
diperlukan struktur organisasi yang disesuaikan dengan kenyataan
yang diperlukan. Untuk museum yang lebih kecil, biasanya kepala
museum merangkap tugas kurator yang bertanggung jawab atas
penangan koleksi. Ia dapat dibantu oleh petugas ketata-usahaan.
Demikian, seorang kurator museum kecil, diperlukan manager yang
berpendidikan ilmiah dan pandai mengelola museum, oleh karena itu
sebenarnya museum kecil diperlukan kurator-kurator paripurna.

15 | P a g e
Bagan C menggambarkan suatu struktur organisasi medium. Semua
unit yang merupakan :
• Unsur pimpinan
• Unsur penunjang ketata-usahaan
• Unsur penunjang perpustakaan
• Unsur kegiatan pokok pengadaan dan penelitian koleksi
• Unsur kegiatan pokok perawatan dan pemeliharaan
• Unsur kegiatan pokok pameran koleksi
• Unsur kegiatan pokok bimbingan kegiatan edukatif-kultural
sudah termasuk dalam bagan struktur organisasi museum madya tersebut.
2.1.8 Persyaratan berdirinya Museum
Adapun standar persyaratan dalam sebuah pembangunan Museum
(Sutaarga : 1989), yaitu :
1. Lokasi yang Strategis
a. Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya,tetapi
untuk masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan
dan masyarakat umu lainnya.
b. Lokasi harus sehat yang tidak terletak di daerah industri yang
banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah

16 | P a g e
pasi, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain
: kelembaban udara setidakna harus terkontrol mencapai netral,
yaitu 55-65 %.

2. Persyaratan Bangunan

a. Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa


dijabarkan sebagai berikut :
1. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai :
- Fungsi dan aktivitasnya
- Ketenangan dan keramaian
- Keamanan
2. Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukan bagi
pengunjung.
3. Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan,
perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan
khusus.
4. Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat.
5. Area privat terdiri dari :
- Laboratorium Konservasi
- Studio Preparasi
- Storage
6. Area publik/umum terdiri dari :
- Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran
temporer dan peragaan.
- Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box,
penitipan barang, lobby/ruang istirahat, dan tempat parkir.
b. Persyaratan Khusus
1. Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan
temporer harus dapat :
- Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
- Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.

17 | P a g e
- Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh
pengunjung museum.
-Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami ataupun karena pencurian.
2. Bangunan auditorium, harus dapat :
- Dengan mudah dicapai oleh umum.
- Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah
3. Bangunan Khusus, harus :
- Terletak pada tempat yang kering.
- Mempunyai pintu masuk yang khusus.
- Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,
kebakaran, dan pencurian).
4. Bangunan Administrasi, harus :
- Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum
maupun terhadap bangunan lainnya.

3. Persyaratan Ruang

Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari


museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut :

a. Pencahayaan dan Penghawaan

Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama


yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat
proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi
utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu
21°C-26°C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux
dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan
dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai
berikut

18 | P a g e
(gambar 2.1 Penggunaan cahaya alami pada Museum)

b. Ergonomi dan Tata Letak


Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan
mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut
berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang
pamer museum.

(gambar 2.2 Perletakan Panel Koleksi)

c. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer

19 | P a g e
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat
menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami
koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung
juga pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

(gambar 2.3 Perletakan Panel Koleksi)

2.1.9 Koleksi Museum


Pengertian koleksi adalah segala sesuatu yang sedang atau akan
dipamerkan di museum. Koleksi tersebut dapat disajikan di ruang pameran,
disimpan di gudang, dilestarikan di ruang konservasi atau dikaji di ruang peneliti.
1. Prinsip dan persyaratan sebuah benda koleksi, antara lain :
a. Memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah (temasuk nilai estetika).
b. Dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna,
asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis) atau
periodenya (dalam geologi, khususnya benda alam).
c. Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai kenyataan dan
eksitensinya bagi penelitian ilmiah.
2. Jenis Benda Koleksi
a. Benda Asli, yakni benda koleksi yang memenuhi persyaratan :
- Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

- Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

20 | P a g e
- Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal,tipe, gaya dan
sebagainya.
b. Benda Reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru
benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi :
• Replika: Benda yang tiruan yang diproduksi dengan memiliki sifat-
sifat benda yang ditiru.
• Miniatur: benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki bentu,
warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli.
• Referensi: Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku
mengenai etnografi, sejarah dan lainnya.
• Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film
yang sukar dimiliki.
c. Benda Penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan pelengkap
pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akandisampaikan,
misalnya : lukisan, foto dan contoh bahan.

3. Penataan Koleksi Museum

Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan


beberapa cara, yakni:
a. Tematik
Yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan sub tema.
b. Taksonomik
Yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistemklasifikasi.
c. Kronologis
Yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya, dari yang tertua
hingga sekarang.

4. Metode Penyajian Museum

Metode penyajian disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan


atau pengunjung museum, yakni:
a. Metode Intelektual

21 | P a g e
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi
museum.
b. Metode Romantik (Evokatif)
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan susasan tertentu yang berhubungan dengan bendabenda
yang dipamerkan.
c. Metode Estetik
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum.
d. Metode Simbolik
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi
pengunjung.
e. Metode Kontemplatif
Adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun
imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.
f. Metode Interaktif
Adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat
berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian
interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
5. Penyimpanan dan Perawatan Koleksi Museum
Beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau yang dapat
merupakan gangguan pada koleksi museum, adalah:
a. Iklim dan lingkungan
Iklim di Indonesia pada umumnya adalah lembab dan dengan
curah hujan yang cukup banyak. Temperatur udara di antara 25
sampai 37 derajat celcius, dengan kadar kelembaban relatif
(RH=Relative Humadity) antara 50 sampai 100 %. Iklim yang
terlampau lembab ditambah faktor naik-turunnya temperatur
menimbulkan suasana klimatologis yang menyuburkan tumbuh

22 | P a g e
kembangnya jamur (fungi) dan bakteri tetapi iklim yang terlampau kering
juga menimbulkan berbagai kerusakan.
Faktor lingkungan terbagi atas dua macam, yaitu: pertama macro,
meliputi wilayah yang luas, dan yang kedua micro , yakni udara dan
iklim di kota dan di dalam gedung museum. Umumnya udara di kota
sudah tercemar dengan polusi. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak polusi tersebut adalah dengan memanfaatkan
fungsi taman lindung.
b. Cahaya
Cahaya mempengaruhi benda koleksi yang ditampilkan pada
museum. Untuk jenis koleksi seperti batu, logam, dan keramik pada
umumnya tidak peka terhadap cahaya tetapi untuk bahan organik
seperti tekstil, kertas, peka terhadap pengaruh cahaya. Cahaya
merupakan bentuk energi elektro-magnetik, memiliki dua jenis radiasi
yang terlihat maupun tak terlihat. Ultra violet sangat membahayakan benda
koleksi dan dapat menimbulkan perubahan bahan maupun warna. Lampu
pijar dinyatakan paling banyak mengeluarkan ultra violet, sedangkan
lampu fluorescentdinyatakan paling rendah kadar radiasinya.
c. Serangga dan Mikro-organisme
Cara mencegah untuk perusakan benda koleksi yang disebabkan oleh
serangga ataupun mikro-organisme, yakni:
• Fumigasi
Beberapa jenis zat kimia bisa menguapa pada suhu biasa dan akan
menjadi gas yang mematikan bagi serangga, misalnya paradichlro
benzene, carbon disulphine, carbon tetrachloride. Fumigasi dapat
dilakukan dalam ruangan yang suhunya normal yang kedap udara.

• Penyemprotan

Penyemprotan insektisida yang berupa larutan yang mengandung


DDT, gammexane, mercuric chloride, dan lain-lain. Merupakan bahan-
bahan insektisida yang memadai.

23 | P a g e
2.1.10 Jenis Pameran
Penyajian koleksi museum yang paling tepat adalah dengan cara
melakukan pameran. Teknik pameran adalah suatu pengetahuan yang
meminta fantasi, imaginasi, daya improvisasi dan ketrampilan teknis dan
artistik sendiri.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat melakukan pameran, yakni:

a. Persediaan koleksi dan dokumentasi foro serta koleksi yang tersedia.


Apabila jumlah koleksi belum memadai, sedangkan tema
pameran sudah jelas maka museum itu dapat meminjam koleksi dari
museum lainnya atau meminjam koleksi perorangan.
b. Persediaan peralatan dan bahan serta tenaga yang akan
mendukung pelaksanaan penataan dan penyebaran informasi.
c. Biaya persiapan dan pelaksanaan untuk kegiatan pameran.
d. Penyebaran publisitas tentang rencana kegiatan pemeran tersebut,
dalam rangka mengumpulkan pengunjung bila pameran itu
sudah dibuka untuk umum.
Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan serta jenis dan
sifatnya, pemeran museum dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Pameran Tetap
Adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai
dengan 4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi
museum. Idealnya, koleksi pameran disajikan adalah 25% hingga 40%
dari koleksi yang dimiliki museum dan dilakukan penggantian koleksi
yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.

2. Pameran Khusus atau Temporer

Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam


waktu relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang
pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung
datang ke museum. Dikatakan pameran khusus karena
diselenggarakan secara khusus untuk memperingati sesuatu, seperti
tokoh atau peristiwa. Sedangkan dikatakan pameran temporer karena

24 | P a g e
sifatnya yang temporer atau sementara, diselenggarakan dalam waktu
singkat, antara mingguan hingga bulanan.
3. Pameran Keliling
Adalah pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik
koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu yang
singkat dengan tema khusus mengenai aspek-aspek tertentu dalam
bidang sejarah alam dan budaya serta wawasan nusantara dimana
benda-benda koleksi tersebut dipamerkan dan dikelilingkan dari suatu
tempat ketempat lainnya.
Ruang-ruang yang memiliki fleksibilitas yang tinggi diperlukan pada
Museum Seni Modern dan Kontemporer untuk mendapatkan sebuah ruang
pameran selain terdapat ruang pameran yang permanen dan terdapat ruang
pameran yang multifungsi. Ruang pameran yang multifungsi tersebut selain
terdapat pada area indoor juga terdapat pada area outdoor. Jon Lang pada bukunya
terdapat 3 jenis pola tata letak yang diidentifikasi oleh Edwaard T. Hall yaitu :
1. Fixed-feature space
Fixed-feature space merupakan ruang tertutup yang dibatasi oleh
beberapa elemen pembatas yang tidak mudah untuk digerakkan.
Elemen-elemen pembatas tersebut antara lain dinding solid, lantai, dan
jendela atau bukaan.

2. Semifixed-feature space

Semifixed-feature space merupakan ruang yang elemen pembatasnya


dan perabotan yang ada dapat digerakkan atau diubah. Pada jenis tata
letak ini terlihat pada rumah tradisional Jepang, elemen pembatas
seperti dinding dapat digerakkan atau diubah-ubah sesuai dengan
perbedaan aktivitas sepanjang hari.

3. Informal space

Informal space merupakan ruang yang dapat mengalami perubahan


fungsi selama yang didalamnya terdapat 2 orang atau lebih.
Fleksibilitas ruang tersebut memberikan ruang pameran yang dapat
memberikan fungsi yang berbeda sesuai dengan aktivitas yang terjadi

25 | P a g e
didalamnya. Elemen pembatas dibuat untuk dapat diubah sesuai dengan
aktivitas yang nanti terdapat pada ruang pameran. Tata letak yang
memiliki fleksibilitas ini untuk memberikan kemudahan agar dapat
mengakomodir perbedaan kebutuhan pada ruang tersebut.
Kebutuhan dari pengunjung menjadi sangat penting mengingat tidak hanya
ruang dalam yang dibutuhkan dalam suatu ruang pameran tetapi ruang luar juga
harus mampu memberikan kebutuhan dan dapat memberikan pengalaman bagi
pemakainya. Jadi sebuah pameran tak semata-mata harus diberikan di dalam
ruangan tetapi di saat pameran diharuskan untuk diluar ruangan, ruang pameran
dapat memberikan pengalaman yang berguna bagi pemakainya.

2.1.11 Fasilitas didalam Museum


Berdasarkan buku Pedoman Museum Indonesia yang diterbitkan oleh
Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008, bangunan museum setidaknya terdiri dari
dua unsur, yakni bangunan pokok dan bangunan penunjang.
a. Bangunan pokok meliputi beberapa ruang sebagai berikut :
 Ruang pameran tetap
 Ruang pameran temporer
 Ruang auditorium
 Ruang kantor/administrasi
 Ruang perpustakaan
 Ruang laboratorium
 Ruang penyimpanan koleksi
 Ruang edukasi
 Ruang transit koleksi
 Bengkel kerja reparasi
b. Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai berikut :
 Ruang cenderamata dan kafetaria
 Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
 Ruang lobi

26 | P a g e
 Ruang toilet
 Ruang parkir dan taman
 Ruang pos jaga

2.2 Museum Seni Rupa Modern


Museum Seni atau Galeri Seni merupakan sebuah bangunan atau ruang
kosong yang ditujukan untuk pameran karya seni, yang pada umumnya
merupakan karya seni rupa. Museum seni dapat berupa publik atau privat, yang
membedakan adalah kepemilikan benda koleksinya. Lukisan merupakan benda
seni yang umum dipajang; namun, patung, seni dekoratif, furnitur, tekstil, kostum,
gambar, pastel, cat air, kolase, seni grafis, buku seniman, foto, dan seni instalasi
juga merupakan pameran yang umum terjadi.1

Menurut Aristoteles
“seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal.”

Menurut Plato dan Rousseau


“seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya.”

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan


hasil aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat
membangkitkan perasaan orang lain. Dalam pengertian ini yang termasuk seni
adalah kegiatan yang menghasilkan karya indah. Namun Definisi umum nya seni
adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia.
Seni modern2 adalah seni yang menunjuk kepada suatu pendekatan baru
dalam seni dimana tidak lagi mementingkan representasi subjek secara
realistis penemuan fotografi menyebabkan fungsi penggambaran di dalam seni
menjadi absolut, para seniman modern berksperimen mengeksplorasi cara baru
dalam melihat sesuatu, dengan ide segar tentang alam, material dan fungsi ini,
seringkali bergerak melaju kearah abstrak.Jadi seni rupa modern yaitu seni rupa
yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap
1
Data tersebut didapat dari sumber Wikipedia.com
2
Kutipan dari artikel Serupa : Seni Modern Menurut Para Ahli

27 | P a g e
berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Sedangkan kontemporer
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pada waktu yang sama;
semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini. Jadi Museum Seni Kontemporer
adalah sebuah tempat atau wadah yang memfasilitasi seluruh kegiatan seni baik
dari media pendengaran, penglihatan serta pendengaran dan penglihatan yang
tidak hanya sebagai alat komunikasi untuk sesama, melainkan bentuk perwujudan
ekspresi dengan menggunakan media yang modern.

2.2.1 Desain Museum Seni Kontemporer


Berikut contoh-contoh desain bangunan Museum Seni Kontemporer yang
menganut arsitektur Kontemporer.
a. Museum Miho, Kyoto

Gambar 2.4 lokasi Musem Miho


(Sumber : Pinterest)

Museum Miho adalah proyek bersama Jepang dan Amerika yang


diselesaikan oleh arsitek IM Pei dan Kibowkan International, Inc. pada Agustus
1996 di lereng gunung yang indah di cagar alam dekat kota Shigaraki, prefektur
Shiga, Jepang.

28 | P a g e
Gambar 2.5 Bagian jalur sirkulasi Museum
(Sumber : Pinterest)

Detail museum mencerminkan upaya inovatif perancang untuk mendobrak


tanah baru, seperti dengan penampilan dinding kaca miring yang terdiri dari
bingkai, kehangatan bahan yang digunakan, terutama batu kapur Magny Doré dan
beton berwarna, dan sistem untuk pameran dan komplek karya seni dalam
kondisi optimal. Dengan menganut prinsip kontemporer yaitu bangunan yang
tampak subjektif dan terlihat kontras dengan lingkungannya.

29 | P a g e
Gambar 2.6 susunan Komplek Museum yang diindpirasi kisah Tiongkok
(Sumber : Pinterest)

Pendiri Museum mengatakan, bahwa dia ingin Museum karya Seni yang
berkonsepkan perjalanan kisah lama Tiongkok “Lembah Bunga Persik”. Dimana
bercerita tentang seorang Nelayan yang mendapati dirinya di jalan yang sempit,
tetapi berjalan lebih dalam, pemandangan indah tiba-tiba terbuka di depannya. Hal
ini selaras dengan idenya yang menginginkan Museum berada setelah menaiki
jalan yang landai dengan berjajar pohon-pohon hijau, melewati terowongan, dan
melintasi jembatan, Museum Miho dapat ditemukan. Museum adalah ekspresi
dari momen itu, momen ketika museum tiba-tiba muncul di matamu. Itu seperti
sebuah potongan cerita dari kisah lama Tiongkok tersebut.

30 | P a g e
Gambar 2.7 kondisi interior Museum
(Sumber : Pinterest)

Museum ini hanya bisa diakses melalui jembatan yang menghubungkan kedua
lembah.

Gambar 2.8 struktur Jembatan menuju Museum


(Sumber : Pinterest)

Sistem sirkulasi ini merupakan sirkulasi linear, dimana arahnya menuju satu arah
lurus untuk menikmati pameran di masing-masing ruang/bangunan.

31 | P a g e
Gambar 2.9 denah Museum Miho
(Sumber : Pinterest)

b. Zeitz Museum of Contemporary Art Africa atau Zeitz MOCA

Museum seni berada di kawasan tepi pantai kota Cape Town. Museum ini
akan memiliki 80 galeri, 18 ruang belajar, taman atap, ruang penyimpanan, ruang
konservasi, restoran, kedai kopi, dan toko buku. Museum ini memiliki luas secara
keseluruhan mencapai 102.000 meter persegi yang terbagi dalam 9 lantai, 65.000
meter persegi di antaranya merupakan ruang pamer.
Zeitz Museum of Contemporary Art Africa memang unik karena
mengalihfungsikan sebuah lumbung biji yang sudah tidak terpakai untuk menjadi
museum. Bangunan ini sendiri berdiri pada era 1920-an digunakan untuk
menyimpan biji gandum, biji kacang, dan lainnya. Bangunan ini pernah menjadi
gedung tertinggi di Cape Town. Setelah cukup lama tidak terpakai, bangunan ini
kemudian dialihfungsikan.
Arsitek asal Inggris, Thomas Heatherwick mendesain ulang lumbung ini
menjadi museum seni yang kekinian. Dia membuat ruang terbuka pada bagian
tengah lumbung yang berbentuk tabung. Sementara pada beberapa bagian luar
atau eksterior terutama di bagian atas dipasang kaca warna warni. Ada perpaduan
antara lumbung yang terbuat dari beton ekspos dan kaca berwarna yang kekinian.

32 | P a g e
Gambar 2.10 tampak bangunan Zeitz MOCA
(Sumber : Pinterest)

Gambar 2.11 ruang terbuka Zeitz MOCA


(Sumber : Pinterest)

Ruang tengah ini seolah menjadi atrium pada bagian tengah gedung.
Pengunjung bisa melihat ke bagian atas atau bagian bawah gedung.

Gambar 2.12 rencana denah Zeitz MOCA


(Sumber : Pinterest)

33 | P a g e
Gambar 2.13 rencana denah Zeitz MOCA
(Sumber : Pinterest)

No Ruang Miho Zeitz Kesimpulan


Museum MOCA
1 Hall √ √ Dapat disimpulkan, ruang yang
2 Loket √ √
ada di masing-masing Museum
3 Pameran Tetap √ √
4 Pameran Temporer √ √ Seni Kontemporer memiliki
5 Kantor √ √ kesamaan dalam kebutuhan
6 Taman √ √
7 Sclupture √ √ ruangnya. Yang paling utama
8 Perpustakaan √ √ adalah ruang Pameran tetap
9 Toko √ √
10 Gudang √ √ dan kontemporernya.
11 Laboratorium √ √
12 Workshop √ −
13 Ruang √ √
Penyimpanan

Tabel 2.1 Program Ruang


(Sumber : Mandiri)

Kesimpulan
Miho Museum dan Zeitz MOCA selain sama-sama memiliki program ruang yang
sama, dari bangunan pun sama-sama bergaya kontemporer yang memiliki bentuk
yang subjektif dan juga terlihat kontras dengan lingkungannya.

34 | P a g e
2.2.2 Kota Palangka Raya sebagai Lokasi Perancangan
1. Letak dan Luas Kota Palangka Raya

Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113˚30`- 114˚07` Bujur
Timur dan 1˚35`- 2˚24` LintangSelatan, dengan luas wilayah 2.678,51 Km2
(267.851 Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukitdengan
kemiringan kurang dari 40%. Secara administrasi Kota Palangka Raya berbatasan
dengan:

Sebelah Utara : Dengan Kabupaten Gunung Mas

Sebelah Timur : Dengan Kabupaten Pulang Pisau

Sebelah Selatan : Dengan Kabupaten Pulang Pisau

Sebelah Barat : Dengan Kabupaten Katingan

Wilayah Kota Palangka Raya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu


Kecamatan Pahandut, Kecamatan Sabangau,Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan
Bukit Batu dan Kecamatan Rakumpit dengan luas masing-masing 117,25 km2,
583,50 km2, 352,62 km2, 572,00 km2 dan 1.053,14 km2.

Luas Wilayah Menurut Penggunaannya


Kawasan Hutan : 2.485,75 km2
Tanah Pertanian : 12,65 km2
Perkampungan : 45,54 km2
Perkebunan : 22,39 km2

35 | P a g e
Sungai dan Danau : 42,86 km2
Lain-lain : 69,41 km2
Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka 2009

2. Kondisi Fisik

a. Geologi
Formasi geologi yang ada di wilayah Kota Palangka Raya tersusun
atas formasi Aluvium (Qa) (tersusun daribahan-bahan liat kaolinit
dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas,
merupakan endapansungai dan rawa) dan formasi Batuan Api (Trv)
(tersusun dari batuan breksi gunung api berwarna kelabukehijauan
dengan komponennya terdiri dari andesit, basalt dan rijang. Selain
kedua formasi tersebut, wilayahKota Palangka Raya juga termasuk
ke dalam formasi Dahor (TQd) (tersusun atas sebagian besar pasir
kuarsadengan dasar lempung, pada beberapa tempat terdapat sisipan
konglomerat yang komponennya berupa batuanmalihan, granit dan
lempung).

b. Iklim
Curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya selama 10
tahun terakhir (1997-2006) berkisar dari 1.840-3.117 mm dengan
rata-rata sebesar 2.490 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75-
89% dengankelembaban rata-rata tahunan sebesar 83,08%.
Temperatur rata-rata adalah 26,880 C, minimum 22,930 C
danmaksimum 32,520 C.

c. Tanah
Tanah—tanah yang terdapat di wilayah Kota Palangka Raya
dibedakan atas tanah mineral dan tanah gambut(Histosols).
Berdasarkan taksonomi tanah (soil survey staff, 1998) tanah–tanah
tersebut dibedakan menjadi 5 (lima) ordo yaitu histosol, inceptosol,
entisol, spodosol dan ultisol.

36 | P a g e
2.2.3 Pendekatan Geometrik Fraktal
1. Pengertian Arsitektur Geometrik
Geometri seperti yang disebut oleh Prijotomo dalam diktatnya tentang
tipologi geometri, merupakan sebuah bidang pengetahuan rasional mengenai
rupa dan bangun dari benda alam. Atau dapat diartikan bahwa geometri
adalah alat untuk berkomunikasi dengan menggunakan rupa dan bangunan.
Menurut Rob Krier (1988) dalam bahasannya mengenai komposisi arsitektur
menyebutkan bahwa geometri dapat di kategorikan menjadi: bentuk yang
teratur dan tidak teratur serta mempunyai unsur-unsur titik, garis, bidang
solid, ruang interior dan ruang eksterior. Selanjutnya Prijotomo menyebutkan
bahwa, pada umunya rupa dari geometri dapat dikelempokan menjadi rupa
dwimatra3 dan rupa yang trimatra4.

2.4.2. Prinsip desain Arsitektur Kontemporer

Analisis atas prinsip-prinsip perancangan dan perbandingan antara


karakteristik-karakteristik arsitektural dan perwujudannya dalam
bangunan, menggunakan beberapa contoh dari masa lalu yang baru saja
lewat, tidak mengijinkan suatu kesimpulan yang sah atau lengkap
sehubungan jalan arsitektur mungkin berkembang di masa yang akan
datang. Masalah-masalah dari arsitektur kontemporer, serta solusinya pada
beberapa proyek yang diwujudkan, adalah terlalu ramai dibicarakan untuk
ditarik kesimpulan atau meramalkan akibat-akibat bagi masa depan.
Bagaimanapun, dengan pemilihan dan pembatasan terhadap beberapa
arsitek yang mengikuti sasaran-sasaran yang berbeda, orang dapat
memperlihatkan variasi-variasi yang terjadi selama dekade terakhir.
Artikulasi dari jenis prinsip-prinsip yang berbeda-beda mencerminkan
kemajemukan dan pluralitas konsep-konsep ynag berbeda dan bahkan
bertentangan, yang sebelumnya hampir tidak diketahui, bagi perwujudan
arsitektur. Sasaran yang hampir klasik dari prinsip-prinsip “rasional” dan
“simbolik” telah diperbesar oleh berbagai ragam prinsip “psikologik.”

37 | P a g e
Efek dari arsitektur dam dari bentuk-bentuk arsitektural atas kesadaran
manusia telah menjadi lebih jelas. Para pemakai diberikan potensi, melalui
program-program perancangan dan konsep-konsep perancangan yang
sesuai, untuk partisipasi pada rancangan dari lingkungan mereka. Suatu
integrasi yang lebih dekat dari pemakai dan arsitektur dicoba melalui dunia
bentuk arsitektur yang berubah-ubah. Ketentuan dibuat demi pengenalan
terhadap pemakai yag lebih jelas beserta lingkungan arsitektural mereka,
di dalam teknologi bangunan yang tersedia.
(Schirmbek, 1988: 168-169)

2.4.3 Pendekatan Geometrik Fraktal


Kata fraktal pertama kali dicetuskan oleh Benoit Mandelbrot pada
tahun 1975, ketika makalahnya yang berjudul “ A Theory of Fractal
Set “ dipublikasikan. Bahasa Inggris dari fraktal adalah fractal.
Sedangkan akar kata fraktal berasal dari kata latin frangere yang
berarti terbelah menjadi fragmen-fragmen yang tidak teratur. Dari
beberapa definisi mengenai fraktal, maka diambil pengertian bahwa
fraktal adalah sebuah kajian dalam ilmu matematika yang
mempelajari mengenai bentuk atau geometri yang didalamnya
menunjukan sebuah proses pengulangan tanpa batas. Geometri yang
dilipat gandakan tersebut memiliki kemiripan bentuk satu sama lain
(self-similarity), dan pada penyusunan pelipatgandaannya tersebut tidak
terikat pada suatu aturan orientasi, bahkan cenderung meliuk liuk
dengan ukuran yang beragam mulai dari kecil hingga besar. (Sumber :
Jurnal Stenly Hasang,Surijadi Supardjo,”Geometri Fraktal Dalam
Rancangan Arsitektur”)
Fraktal ini banyak ditemukan di alam, seperti pada pola yang
terdapat di daun dan ranting pohon, pada sayur brokoli, di gugusan
awan putih, dalam riak ombak, pada detail yang bisa kita lihat di
kepingan salju, dan banyak lagi bila kita mencoba memperhatikan
secara teliti di sekitar kita. Berikut adalah contoh fraktal yang
ditemukan di alam.

38 | P a g e
Gambar 2.14 Fraktal alamiah
(Sumber :google)

Contoh lain dari fractal adalah himpunan Cantor. Himpunan Cantor


mempunyai aturan: gambar sebuah garis, bagi tiga, dan hilangkan
tengahnya. Hasilnya jadi seperti berikut.

Gambar 2.15 Fraktal alamiah


(Sumber : Wikimedia Commons)
Contoh yang lain dari geometri fraktal adalah Bunga Salju Koch
dan Segitiga Sierpinski. Bunga Salju Koch merupakan gabungan dari
daerah-daerah berbentuk segitiga yang jumlahnya tak hingga. Setiap
kali segitiga baru ditambahkan saat membangun bunga salju Koch
(suatu iterasi), kelilingnya bertambah. Keliling bunga salju Koch adalah
tak hingga. Dalam suatu Segitiga Sierpinski, suatu fraktal bisa dipecah
menjadi tiga segitiga Sierpinski (masing-masing diberi warna berbeda).

39 | P a g e
Gambar 2.16 bunga salju dan segitiga sierspinski
(Sumber : Wikimedia Commons)

2.4.4 Desain Pendekatan Geometri Fraktal

Dalam arsitektur, fraktal dipahami sebagai komponen dari


bangunan yang mengalami pengulangan bentuk dalam skala yang
berbeda. Beberapa arsitek ternama dunia ternyata telah menggunakan
pendekatan geometri fraktal dalam karya arsitektur mereka. Seperti
yang dilakukan oleh Le Corbuzier pada Villa Savoye atau Llyod
Wright pada Palmer House. Bila kita melihat jauh ke belakang, ternyata
karya-karya arsitektur klasik atau beberapa arsitektur tradisional juga
dapat dijelaskan melalui matematika fraktal. Berikut ini adalah contoh-
contoh bentuk atau komponen dari bangunan yang menggunakan
pendekatan geometri fraktal.
 Ca d’Oro
Ca d’Oro adalah bangunan yang terletak di Venice, Italia. Bagian
dari bangunan ini memiliki kemiripan bentuk satu dengan lainnya,
Pada bangunan Ca’d’Oro mengalami pengulangan bentuk yang terjadi
pada fasade bangunan. Dilihat seperti terjadi peningkatan jumlah
struktur dan pengurangan dimensi. Contohnya pada selasar lantai
pertama hanya terdapat empat tiang penyokong dengan ukuran yang cukup
besar. Namun pada selasar lantai 2, jumlah tiang bertambah tetapi
dengan dimensi yang lebih kecil, begitu seterusnya dengan lantai
berikutnya.

40 | P a g e
Gambar 2.17 Ca D’Oro
(Sumber :pinterest)

Gambar 2.18 Pola fasade


(Sumber :pinterest)

 Palmer House – Frank Llyod Wright


Pada abad ke-20 ada arsitek terkenal yang meneliti tentang
kesamaan diri (self-similarity). Misalnya Frank Llyod Wright (1867-
1959), pada hasil karyanya yang terakhir yaitu Palmer House.
Terletak di Ann Arbor, Michigan (1950-1951). Palmer House adalah
rumah yang digunakan sebagai tempat singgah bagi para peziarah.

41 | P a g e
Gambar 2.19 Palmer Hose
(Sumber :pinterest)

Pada denah Palmer House menggunakan beberapa kesamaan diri


dari bentuk segitiga sama sisi. Bentuk-bentuk fraktal dapat diamati pada
dua titik dalam Palmer House, yakni jalan masuk dan perapian. Disini
tidak hanya ditemukan satu segitiga yang utuh, tetapi juga tersirat
bentuk segitiga yang dipotong. Pada pintu masuk selain tersusun
ornamen keramik segitiga, terdapat juga lampu-lampu yang memilki
bentuk segitiga. Palmer House merupakan suatu hasil karya arsitektur
berkualitas, berangkat dari konsep fraktal yang didesain secara spesifik
dan sadar desain.

 Habitat 67

Bangunan perumahan Habitat 67 di Montreal salah satu contohnya.


Permainan bentuk geometri yang sangat terasa secara tiga dimensi,
menjadikan masa bangunan ini sangat provokatif dari segala sudut

42 | P a g e
Gambar 2.20 Habitat 67 di Montreal
(Sumber : Pinterest)

 Tallin Town Hall, Bjarke Ingels


Perusahan arsitek Bjarke Ingels pada tahun 2010 memenangi
sayembara untuk rancangan Tallin Town Hall di Estonia. Tujuan dari
konsep perancangan ini adalah bagaimana menghadirkan sebuah bangunan
yang merepresentasikan kekuatan dan otoritas dari pemerintah kota yang
baru. Bangunan ini dirancang untuk menciptakan ruang pertemuan publik
di kota yang sedang berkembang dengan pesat. Bangunan Tallin Town
Hall merupakan hasil respon terhadap sistemyang ada di sekitar tapak dan
mempengaruhi bentuk geometri dari bangunan.
Respon bangunan terhadap sistem menghasilkan bentuk geometri
bangunan yang tidak teratur dengan pola bentuk dasar bujursangkar.
Karakter utama dari bangunan ini adalah bentuk yang tidak beraturan
menyatakan bentuk yang kompleks, juga pemakaian material kaca pada
bidang-bidang fasade bangunan sebagai sumber pencahayan dalam
bangunan. Orientasi yang berbedabeda dari setiap bagian menghasilkan
orientasi visual keluar bangunan yang berbeda.

Gambar 2.21 maket Tallin Town Hall


(Sumber : Pinterest)

43 | P a g e
Gambar 2.22 proses konsep bentuk
(Sumber : Pinterest)

2.5 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan awal yaitu menghasilkan rancangan Museum


Seni Kontemporer dengan pendekatan desain arsitektur kontemporer,
didapatkan kesimpulan yaitu untuk mendukung perancangan Museum
Seni, maka perlu diperhatikan penataan ruang pameran dan fasilitas
pendukung museum. Penataan ruang untuk karya-karya seni yang
dipamerkan berdasarkan jenis karya seni, tidak hanya didalam ruang tetapi
juga memanfaakan ruang luar untuk menampilkan karya seni, bagian
administrasi, pelayanan teknis dan tambahan lainnya.
Fasilitas yang menunjang sebuah Museum Seni bersifat fisik yang
perlu diperhatikan adalah,
 Ruang pameran tetap, tempat untuk memamerkan karya seni yang
diadakan dalam jangka waktu 2 sampai dengan 4 tahun.
 Ruang pameran temporer, tempat untuk menampilkan karya seni yang
bersifat jangka pendek.
 Ruang auditorium, tempat untuk melakukan kegiatan seperti
pertunjukkan seni dan lain sebagainya.
 Ruang kantor/administrasi

44 | P a g e
 Ruang penyimpanan koleksi, sebagai tempat untuk mengelola koleksi
museum yang masuk dan keluar.
 Ruang edukasi
 Ruang transit koleksi, tempat pergantian koleksi museum yang akan
ditampilkan
 Bengkel kerja reparasi, tempat perbaikan karya seni yang rusak atau
cacat
 Ruang cenderamata dan kafetaria, tempat bersantai pengunjung dan
mendapatkan cenderamata dari museum
 Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
 Ruang lobi
 Ruang toilet
 Ruang parkir dan taman
 Ruang pos jaga

Keterangan di atas menjelaskan fasilitas-fasilitas yang harus ada


dalam perancangan Museum Seni Modern dan Kontemporer di Palangka
Raya. Fasilitas-fasilitas tersebut dirancang dengan penerapan arsitektur
kontemporer dengan maksud menghadirkan sebuah bangunan Mueseum
Seni yang modern yang juga menggambarkan jenis Museum tersebut.

Menurut Konnemann, World of Contemporary Architecture XX

“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan


untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi
kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu
gaya arsitektur, berusaha menciptakan suatu keadaan yang nyata-terpisah
dari suatu komunitas yang tidak seragam.”5
Gaya arsitektur kontemporer menampilkan bentuk-bentuk unik,
atraktif, dan sangat komplek. Geometri memberikan pengaruh besar
terhadap disain arsitektur kontemporer yang ada. Antoniades (1990) 6
mengatakan bahwa geomteri memberikan kepada kita kemampuan untuk
5
Sumalyo, Y. (1997). Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Data didapat dari sebuah jurnal.
6
Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah, Teori Arsitektur. 2013 : 75

45 | P a g e
mengenali dengan baik bentuk-bentuk yang mengandung unsure
geometris, menyelesaikan masalah yang muncul dalam bentuk-bentuk
geometri, sehingga memberikan kita serangkaian bentuk-bentuk yang siap
pakai yang dapat disesuaikan dalam berbagai macam variasi. Desain
arsitektur Kontemporer berbicara tentang karya desain bangunan kekinian
yang menggunakan material kekinian dan dipengaruhi apa yang menjadi
isu masa kini.

46 | P a g e
BAB III
STUDI BANDING LITERATUR

1.1. Objek Literatur


Ada 2 objek yang ditelurusi secara langsung dan ada 1 objek yang ditelusuri
secara tidak langsung. Masing-masing adalah Museum dan Galeri seni rupa,
namun di tempat yang berbeda. Objek yang ditelusuri secara langsung adalah
Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat dan Museum MACAN, Jakarta Barat.
Untuk objek yang ditelusuri secara tidak langsung atau melalui website adalah 21
Century Contemporary of Art Museum,Kanazawa.

1.1.1. Galeri Nasional Indonesia

Galeri Nasional Indonesia merupakan salah satu lembaga museum dan


pusat kegiatan seni rupa yang bertujuan untuk melindungi, mengembangkan
dan memanfaatkan koleksi seni rupa sebagai sarana edukasi –kultural dan
rekreasi, serta sebagai media peningkatan kreativitas dan apresiasi seni.
Lembaga ini diresmikan pada tanggal 8 Mei 1999, saat ini bernaung
dibawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
Berlokasi di pusat Republik Indonesia yang berdekatan dengan Monumen
Nasiinal (Monas), Museum Nasional, Perpustakaan Nasional, Istana Negara,
Masjid Istiqlal, Gereja Emmanuel, dan Statsiun Kereta Api Gambir. 
Tepatnya terletak di jalan Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat.

Gambar 3.1 Site Plan Galeri Nasional Indonesia


(http://galeri-nasional.or.id/)

47 | P a g e
Pada kawasan Galeri terdapat 10 bangunan bergaya arsitektur kolonial
didalamnya, dengan fungsi bangunan yang berbeda-beda.

Gambar 3.2 Galeri Nasional Indonesia


(http://galeri-nasional.or.id/)

Gedung yang terletak di Konengsplein Cost no. 4 ini, yang sekarang


disebut dengan jalan Medan Merdeka Timur No.14 Jakarta Pusat. Pada tahun
1817, G.C van Rijk membangun sebuah Indische Woonhuis di atas kavling
ini dengan material yang diambil bekas Kasteel Batavia. Pada tahun 1900
gedung ini merupakan bagian dari Gedung Pendidikan yang didirikan oleh
Yayasan Kristen Carpentier Alting Stitching (CAS) yang bernaung di bawah
Ordo Van Vrijmetselaren atas prakarsa pendeta Ds. Albertus Samuel
Carpentier Alting (1837-1935). Gedung yang berarsitektur kolonial Belanda
ini dipergunakan untuk Asrama Khusus bagi wanita, sebagai usaha
pendidikan yang pertama di Hindia Belanda.
Pada tahun 1955, pemerintahan Republik Indonesia melarang kegiatan
pemerintah dan masyarakat Belanda. Bangunan dan pengelolaan usaha
pendidikan tersebut kemudian dialihkan kepada Yayasan Raden Saleh yang
masih penerus CAS dan tetap dibawah gerakan Vijmetselaren Lorge.
Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan penguasaan tertinggi No.5 tahun
1962 yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno, gerakan Vijmetselaren
Lorge dilarang dan Yayasan Raden Saleh dibubarkan. Sekolah-sekolah
beserta segala peralatannya diambil alih oleh pemerintahan Republik
Indonesia dan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

48 | P a g e
Gambar 3.3 Galeri Nasional Indonesia 1975
(http://galeri-nasional.or.id/)

Gambar 3.4 Galeri Nasional Indonesia 1999


(http://galeri-nasional.or.id/)

2.3 Lokasi Museum

Lokasi Museum berada di tengah kota, dimana Museum dikelilingi


oleh perkantoran, sekolah tinggi, dan sekolah menengah. Terdapat akses
kendaraan umum sehingga mudah untuk dikunjungi.

Gambar 3.5 Galeri Nasional Indonesia 1999


(http://galeri-nasional.or.id/)

49 | P a g e
2.4 Fasilitas yang ada pada Galeri Nasional Indonesia

Pameran yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia terdiri


dari: Pameran Tetap, Pameran Temporer, dan Pameran Keliling. Gedung
pameran yang tersedia, terdapat 4 (empat) gedung, yaitu: Gedung A (1.350
M²), Gedung B (2.800 M²), Gedung C (750 M²) dan Gedung D (600 M²).
Masing-masing gedung/ruang dikhususkan untuk memajang karya seni
rupa modern dan kontemporer, seperti; Lukisan, patung, kria, grafis,
fotografi, grafis, seni media baru dan lain sebagainya. Selain itu juga
terdapat pameran penting yang pernah digelar di Galeri Nasional Indonesia
antara lain: CP Open Biennale, Pameran Seni Rupa Nusantara, Asean New
Media Arts Exhibition, OK Video, Jakarta Biennale, Pameran Besar Seni
Rupa Indonesia: MANIFESTO, Indonesia Art Award Exhibition; Pameran
Karya Anak2 Berprestasi; Pameran “The Jakarta International Photo
Summit, dll serta pameran lain yang menampilkan karya seniman
Indonesia dan mancanegara.
1. Pameran Tetap
Pameran Tetap Koleksi Galeri Nasional Indonesia
dikuratori oleh dua kurator GNI, Suwarno Wisetrotomo dan Citra
Smara Dewi. Sejak kembali dibuka pada 7 Oktober 2015 hingga
sepanjang tahun 2016, pameran ini menampilkan 109 koleksi
permanen Galeri Nasional Indonesia yang menjadi koleksi
negara (state collections). Sebagian besar merupakan hasil karya
para maestro dan perupa tersohor seperti Raden Saleh, Wakidi, S.
Sudjojono, Affandi, Basoeki Abdullah, Hendra Gunawan, Otto
Djaja, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Widayat, Djoko Pekik,
Eddie Hara, Heri Dono, Jim Supangkat, Dede Eri Supria, Tisna
Sanjaya, Krisna Murti, Anusapati, Mella Jaarsma, dan karya
perupa internasional antara lain Victor Vasarely, Wassily
Kandinsky, Hans Arp, Zao Wou-Ki, Hans Hartung, dan Sonia
Delaunay.
Pameran Tetap disajikan dengan penataan berdasarkan
periodisasi perjalanan seni rupa Indonesia yang terbagi dalam dua

50 | P a g e
bagian besar, yaitu Galeri 1 dan Galeri 2, yang secara keseluruhan
terdiri dari 11 ruang dengan dilengkapi teks informasi (cetak dan
multimedia).

Galeri 1
Menampilkan Seni Rupa Modern Indonesia dan Internasional,
yang terbagi menjadi tujuh ruang. Diantaranya:
Ruang 1 : Koleksi Internasional;
Ruang 2 : Raden Saleh Sjarif Bustaman (1807–1880);
Ruang 3 : Mooi Indie dan Persagi (1920–1942);

Ruang 4 dan 5: Era Pendudukan Jepang, Kemerdekaan Republik


Indonesia, dan Lahirnya Era Sanggar (1942–
1945);
Ruang 6 dan 7: Era Akademi Seni Rupa (1947–sekarang).

Galeri 2
Galeri 2 terbagi menjadi empat ruang. Diantaranya:
Ruang 8 dan 9 : Gerakan Seni Rupa Baru,
Ruang 10 dan 11 : Seni Rupa Kontemporer Indonesia.

Pengunjung dapat mengakses Pameran Tetap setiap hari


Selasa hingga Minggu (kecuali libur nasional), pukul 09.00 –
16.00 WIB, di Gedung B lantai 2. Tidak hanya mengapresiasi,
pengunjung juga dapat memanfaatkan fasilitas edukasi berupa
pemanduan oleh pemandu dan edukator.
Pada penghujung 2016, GNI melakukan Penataan Pameran
Tetap, perbaikan data, perbaikan kondisi ruang pamer, juga
penambahan tiga koleksi untuk dipamerkan di Pameran Tetap.
Diantaranya karya Hanafi, Oscar Motuloh, dan Siti Adiati.
Pameran Tetap dengan kondisi baru ini dapat diakses pengunjung
mulai 2017.

51 | P a g e
Ruang pameran tetap : Gedung B (luas 1400 m²), Gedung C (luas
840 m²).

Gambar 3.6 Gedung B


(http://galeri-nasional.or.id/)
2. Pameran Temporer
Pameran Temporer adalah kegiatan-kegiatan pameran seni
tematis yang diselenggarakan pada periode-perido tertentu baik
oleh Galeri Nasiona maupun atas kerja sama dengan pihak lain.
Untuk Pameran Temporer tersedia ruang pameran  Gedung
A (1.350 M²), Gedung B (2.800 M²) dan Gedung C (750
M²). Masing-masing gedung/ruang dikhususkan untuk memajang
karya seni rupa modern dan kontemporer, seperti; Lukisan, patung,
kria, grafis, fotografi, instalasi, seni media baru, dan lain-lain.

52 | P a g e
Gambar 3.7 Gedung A
(http://galeri-nasional.or.id/)

Gambar 3.8 Gedung C


(http://galeri-nasional.or.id/)

3. Ruang Seminar
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas ruang seminar
(serba guna) untuk mendukung kegiatan seminar, diskusi
pembahasan karya seni rupa. Kapasitas ruang seminar ini dapat
menampung sekitar 200 orang. Dilengkapi dengan pendingin
ruangan (AC), agar suasana seminar atau diskusi terasa nyaman.

53 | P a g e
Gambar 3.9 Ruang Seminar
(http://galeri-nasional.or.id/)

4. Gedung Perpustakaan
Sama seperti perpustakaan pada umumnya, bangunan ini
juga berisikan buku-buku tentang seni dan pendidikan dan juga
buku umum lainnya. Dan juga fasilitas lainnya seperti tuang baca
dan lain-lain.

Gambar 3.10 Gedung Perpustakaan


(http://galeri-nasional.or.id/)

Gambar 3.11 Ruang baca


(http://galeri-nasional.or.id/)

54 | P a g e
2.5 Penataan Kawasan Galeri Nasional Indonesia

Gambar 3.12 Site Plan Galeri Nasional Indonesia


(http://galeri-nasional.or.id/)

Karena bangunannya sudah ada dan tertata dengan baik. Gedung


Pemeran berada di bagian depan site beserta gedung kantor pengurusnya.
Sedangkan untuk fasilitas pendukung dan tambahan yang ada di Galeri ini
diletakkan pada bangunan yang berada di belakang. Adapun fasilitas
lainnya antara lain, Café dan Art Shop, Gedung Serbaguna, Storage, Pos
Jaga dan genset.

2.6 Sirkulasi
Pada Museum ini, jalur sirkulasi terbuka sehingga pengunjung dapat
dengan bebas melihat seisi ruang secara luas dan bebas.

Gambar 3.13 sirkulasi pada ruang pameran

55 | P a g e
2.7 Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan alami hanya digunakan diruang-ruang tertentu saja,
untuk ruang pameran menggunakan pencahayaan buatan didalamnya agar
benda-benda yang dipamerkan menjadi focus tersendiri terhadap
pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati hasil karya seni. Dan
untuk penghawaan, menggunakan penghawaan alami dengan adanya
ruang-ruang terbuka yang berguna memasukkan atau mengarahkan angin
untuk masuk kedalam ruang-ruang bangunan.

Gambar 3.14 pencahyaan buatan didalam ruang pameran

Gambar 3.15 pencahyaan alami dan buatan di Peprustakaan

1.1.2. Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat

Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum Seni


Modern dan Kontemporer di Nusantara – Museum MACAN) adalah sebuah
museum seni di Jakarta. Museum MACAN adalah institusi yang memberikan
akses publik terhadap koleksi seni modern dan kontemporer yang signifikan dan
terus berkembang dari Indonesia dan seluruh dunia. Museum ini memiliki
program pameran dan acara aktif di fasilitas seluas 7.100 meter persegi yang
mencakup ruang pendidikan dan konservasi.
Museum MACAN adalah institusi pertama yang memberikan akses public
terhadap koleksi seni modern dan kontemporer Indonesia dan Internasional yang
terus berkembang.

56 | P a g e
Museum ini memiliki program berkelanjutan berupa pameran dan aktivitas seni
dalam fasilitas seluas 4000 meter persegi yang mencakup area penddikan dan
konservasi. Museum tersebut berkomitmen untuk membuat seni mudah diakses
public luas dan sebagai sarana edukasi.

Gambar 3.16 loket Museum MACAN


(google)

Karya-karya yang dipamerkan dalam museum ini menunjukkan bagaimana


seniman menggambarkan masa kehidupannya dan bagaimana mereka menjadikan
seni sebagai cara masyarakat untuk melihat dunia sekitarnya dengan perspektif
yang berbeda.
Pameran ini dibagi menjadi empat bagian utama. Bagian yang pertama
adalah tentang bumi, kampung halaman, manusia, bagian kedua tentang
kemerdekaan dan setelahnya, bagian ketiga tentang pergulatan seputar bentuk dan
isi, dan bagian terakhir tentang racikan global.

57 | P a g e
Gambar 3.17 ruang pameran tetap seni modern berupa lukisan
(google)

Gambar 3.18 ruang pameran temporer


(google)

a. Lokasi dan Lingkungan sekitar


Museum ini berada di AKR Tower Level M, Jalan Panjang No. 5
Kebon Jeruk,Jakarta Barat.

Gambar 3.19 AKR Tower, tempat Museum Macan

Berbeda dengan bangunan Museum yang memiliki bangunannya


senidiri. Sebaliknya, Museum ini berada di dalam sebuah bangunan

58 | P a g e
Kantor Sewa. Itu berarti Musuem ini berada di tengah kota, dikelilingi
bangunan-bangunan lainnya seperti perkantoran, penginapan (hotel), pusat
belanja dan lain sebagainya.

b. Fasilitas yang ada pada Museum Seni rupa dan Keramik


Terdapat fasilitas lainnya selain ruang pameran tetap dan pameran
temporer, yaitu terdapat area workshop untuk anak ssebagai wadah
edukasi anak tentang seni, Cafetaria untuk pengunjung beristirahat,
Toko Sovenir, dan Fasilitas difabel.

Gambar 3.20 Selasar Museum MACAN

Gambar 3.21 Toko Sovenir Museum MACAN

Gambar 3.22 fasilitas Edukasi Anak

59 | P a g e
Gambar 3.23 Cafetaria

Gambar 3.24 Ruang Seminar

c. Penataan Ruang pada Museum MACAN

Ruang Pameran

Ruang pameran ditata berdasarkan isi dan fungsinya, terdapat seni


lukis modern dan kontemporer yang dipajang di ruangan maupun diselasar
Museum. Terdapat juga ruang yang menampilkan karya-karya berupa seni
patung dengan material berbeda-beda. Seni patung ini tidak hanya
dinikmati oleh orang dewasa saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh anak-
anak.

Gambar 3.25

60 | P a g e
d. Sirkulasi
Sirkulasi didalam Museum menggunakan sirkulasi linear, dan
terbuka. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini, dimana pengunjung dapat
dengan leluasa melihat seisi ruang pameran.

Gambar 3.26 Sirkulasi terbuka pada Museum

Gambar 3.27 Sirkulasi linear pada Museum

e. Pencahayaan dan penghawaan


Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami dan
buatan. Pencahayaan alami cenderung digunakan di ruang-ruang yang
menampilkan benda-benda seperti patung dan ruang-ruang public
lainnya. Sedangkan untuk ruangan yang digunakan untuk pameran
lukisan menggunakan pencahyaan buatan dengan permainan lampu yang
membuat tidak silau dan dapat memfokuskan hasil seni. Dengan
pencahayaan yang baik, dapat menjaga kualitas lukisan. Dan
pencahayaan juga digunakan untuk ruang-ruang seni yang bertema
lighting atau untuk sekedar mendukung efek karya seni.

61 | P a g e
Gambar 3.28
Ruang yang memanfaatkan pencahayaan alami di siang hari

Gambar 3.29
Ruang yang memanfaatkan pencahayaan alami di siang hari

Gambar 3.30
Pameran lukisan yang menggunakan pencahayaan buatan

Gambar 3.31
Ruang pameran khusus yang menggunakan pencahayaan buatan

62 | P a g e
1.1.3. 21 Century Contemporary of Art Museum, Kanazawa
Museum yang dibangun di tengah Kota Kanazawa ini didesain oleh 2
arsitek ternama di dunia, yaitu Kazuyo Sejima dan Ryuue Nishizawa dari biro
arsitektur SANAA. Memang banyak pengunjung yang datang karena
mengagumi isi museum ini, tetapi banyak juga yang berkunjung untuk
menikmati arsitektur kreatif museum ini.

Gambar 3.32 tampak Museum


(sumber: 21st Century Museum of Contemporary Art, Kanazawa, fotografer: Watanabe Osamu)

Bangunan museum ini berbentuk lingkaran dan punya pintu masuk


dari segala arah. Oleh karena itu, dalam konsep bangunan ini tidak ada posisi
"depan" maupun "belakang".
Bangunan yang berbentuk lingkaran ini berdindingkan kaca
transparan, sehingga bisa melihat langit, pepohonan, dan pemandangan di
luar ruangan dari dalam ruangan museum. Museum ini memiliki konsep
bagaikan "Taman di Tengah Kota".

Gambar 3.33
Zona Publik, bersifat umum dan pengunjung tidak dikenakan biaya

63 | P a g e
a. Fasilitas yang ada di 21 Century Contemporary of Art Museum
Kota Kanazawa dikenal sebagai kota dengan berbagai kebudayaan
tradisional jepang, seperti upacara minum teh dan kerajinan tradisional,
seperti kerajinan tembikar Kutani-yaki dan kerajinan pernis Wajima-nuri.
Ditengah suasana tradisonal yang kental, Museum 21 Century hadir
dengan konsep modern dan berbeda. Namun, walau bergaya berbeda dari
lingkungannya, Museum ini tetap terlihat selaras.

Gambar 3.34

b. Fasilitas yang ada di 21 Century Contemporary of Art Museum

1. Pameran
Sama seperti namanya, Museum ini menampilkan karya-karya seni
kontemporer dengan material dasar tekonologi terbaru saat ini. Dan
juga, tidak hanya ruang didalam yang dimanafaatkan sebagai ruang
pameran, tetapi juga ruang luar juga dimanfaatkan sebagai ruang
pameran. Dan pada bangunan ini juga dibagi menjadi 2 zona, yaitu
zona public dan zona eksibisi. Zona Publik dapat di kunjungi oleh
siapa saja tanpa dikenakan biaya, sedangkan ketika memasuki zona
eksibisi pengujung dikenakan biaya.

64 | P a g e
Zona Eksibisi

Zona Publik
Gambar 3.35
Zona Publik dan Zona Eksibisi

Gambar 3.36
“The Man Who Measures the Clouds”
Karya Jan Fabre,Belgia yang berada di rooftop Museum

65 | P a g e
Gambar 3.37
Karya Seni bermaterialkan alumunium menyerupai corong terompet yang bisa
mengeluarkan suara

Gambar 3.38
Karya Seni bermaterialkan alumunium menyerupai kursi dia area taman terbuka

Gambar 3.39

66 | P a g e
2. Café
Terdapat ruang istirahat berupa café, disini pengunjung berkesempatan
untuk beristirahat hanya sekedar duduk maupun menyantap makanan
dengan menikmati pemandangan dibalik kaca.

Gambar 3.40

3. Fasilitas untuk difabel


Siapapun dapat menikmati hasil karya seni, oleh sebab itu pengelola
menyediakan fasilitas untuk difabel.

Gambar 3.41

67 | P a g e
4. Toko Sovenir
Terdapat took souvenir untuk pengunjung dapat membeli buku, atau
baju sebagai buah tangan dari Museum ini.

Gambar 3.42

Gambar 3.43

5. Workshop
Untuk menarik pengunjung anak-anak, maka disediakan tempat
sebagai pembelajaran tentang seni khusu anak-anak.

Gambar 3.44
Jalan menuju Workshop

68 | P a g e
c. Penataan Ruang yang ada di Museum 21 Century Contemporary Art
Bangunan Museum berada di tengah-tengah taman, dimana didalam taman
tersebut juga terdapat karya-karya seni kontemporer. Dan didalam bangunan
terdapat zona Publik dan Zona Eksibisi. Dimana zona eksibi bersifat eksklusif
(private).

Gambar 3.45
Penataan Ruang disekitar bangunan

Zona Eksibisi

Zona Publik
Gambar 3.46
Zona Publik dan Zona Eksibisi

69 | P a g e
d. Sirkulasi
Pola sirkulasi pada museum merupakan sirkulasi acak, dimana
pengnjung diajak untuk berkeliling menjelajahi seisi museum sesuka
pengunjung. Dapat dilihat dari denah sirkulasi dibawah ini.

Gambar 3.47
Zona Publik dan Zona Eksibisi

e. Pencahayaan dan Penghawaan


Pada Museum ini memaksimalkan pencahayaan alami didalamnya dengan
meletakkan dinding kaca yang mengelilingi bangunannya. Tidak hanya itu
saja, penghawaan alami juga maksimal didapatkan karena banyak arearea
terbuka yang berada disekeliling bangunan dan juga didalam bangunan.
Cahaya buatan juga digunakan untuk ruang bagian dalam museum.

70 | P a g e
Gambar 3.48
Pencahayaan didalam Museum

Gambar 3.49
Ruang terbuka ditengah-tengah Museum

Gambar 3.50
Dinding kaca yang mengelilingi bangunan

71 | P a g e
1.2. Kesimpulan

Keterangan : GNI (Galeri Nasional Indonesia), MCN (Museum MACAN),


CCA (21 Century Contemporary of Art)

Tabel 3.1

Objek Studi Banding


Pembahasan Kesimpulan
GNI MCN CCA
Lokasi dan Berada Berada Berada Bangunan berada di
lingkungan ditengah kota ditengah kota ditengah tengah kota, diantara
dikelilingi dikelilingi permukiman bangunan perkantoran,
gedung gedung wisata sekolah, dan
perkantoran perkantoran tradisonal, bangunanan wisata
dan sekolah dan sekolah, seperti lainnya. Tempat dimana
tinggi maupun dan gedung Museum mudah diakses melalui
negeri komersil budaya, kendaraan terutama
lainnya. restoran- kendaraan umum.
restoran khas
jepang,
penginapan,
dan taman
Fasilitas -R. Pameran -R. Pameran -R. Pameran Fasilitas yang terdapat
Tetap Tetap Tetap didalam Museum
-R. Pameran -R. Pameran -R. Pameran hamper sama
Temporer Temporer Temporer yaitu,berupa ruang
-Laboratorium -Laboratorium -Workshop pameran,
-Lobi -Lobi -Lobi Laboratorium/workshop,
-R. Seminar -R. serbaguna -fasilitas kantor , Lobi,cafetaria,
-R. serbaguna -Perpustakaan difabel toko souvenir, dan juga
-toko Sovenir -R. Genset -toko Sovenir ruang genset.
-Perpustakaan -kantor -R. Genset
-R. Genset -workshop -kantor
-kantor -toko souvenir -cafetaria
-mushola -fasilitas
-cafetaria difabel
-cafetaria

72 | P a g e
Penataan Ruang Terdapat dua Terdapat zona Terdapat dua Tidak semua pameran
zona lukisan dan zona dapat di tampilkan
didalamnya seni patung, didalamnya secara public,karena ada
yaitu zona dan juga zona yaitu zona karya-karya seni yang
Publik dan pameran Publik dan bersifat eksklusif.
Zona Private. temporer. Zona Private.
Zona private Zona private
teruntuk teruntuk
ruangan yang ruangan yang
menyimpan menyimpan
karya seni karya seni
bernilai sejarah bersifat
dan berusia eksklusif
tua. (pengunjung
yang telah
membayar
biaya masuk)
Sirkulasi sirkulasi sirkulasi sirkulasi sirkulasi dari masing-
bersifat bersifat terbuka bersifat acak, masing museum
terbuka dan linear pengunjung berbeda-beda, tetapi
sehingga sehingga diajak persamaan dari Galeri
pengunjung pengunjung menjelajahi Nasional Indonesia dan
dapat menimati dapat seisi museum Museum seni rupa dan
karya seni dari menikmati sesuka hati keramik adalah sama-
segala arah karya seni mereka. sama membawa
secara meluas. secara terarah. pengunjung menikmati
eksibisi mereka secara
terarah. Sebaliknya
dengan Museum 21
Century yang membawa
pengunjung bereksibisi
didalam Museum sesuka
mereka dengan
bermodalkan buku
panduan yang
disediakan oleh
Museum

Pencahayaan -Pencahayaan -Pencahayaan -Pencahayaan Pencahayaan alami

73 | P a g e
dan Penghawaan alami alami alami maksimal yang
digunakan digunakan digunakan dimanfaatkan oleh
pada zona pada zona pada zona bangunan museum, dan
public dan public dan public berupa penghawaan alami
ruang pameran ruang pameran dinding- dengan meletakkan
berupa patung berupa patung, dinding kaca ruang terbuka
dan lain-lain. dan lain-lain -Pencahayaan disekeliling bangunan
-Pencahayaan -Pencahayaan buatan untuk sebagai jalan angin
buatan untuk buatan untuk pameran terhadap bangunan.
pameran pameran berupa
berupa lukisan- berupa lukisan- lukisan-
lukisan lukisan lukisan
-penghawaan -penghawaan -penghawaan
berupa berupa berupa
penghawaan penghawaan penghawaan
alami dengan alami dengan alami dengan
meletakkan meletakkan bukaan-
jendela-jendela jendela-jendela bukaan lebar
terbuka dan terbuka dan dan ruang
ruang terbuka ruang terbuka terbuka
disekitar disekitar disekitar
museum. museum. museum.

74 | P a g e
1.3. Gambaran Lokasi Perancangan di Palangkaraya
Lokasi berada ditengah Kota, dekat dengan salah satu ikon kota Palangka
Raya yaitu Jembatan Kahayan yang menghubungkan pusat Kota Palangka Raya
dengan Kelurahan Pahandut Seberang dan tembus ke Kabupaten Pulang Pisau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan,
Kabupaten Barito Utara, dan lainnya.
Berdasarkan standar persyaratan dibangunnya museum menurut tinjauan
pustaka. Adapun poin-poin yang menjadi kriteria lokasi yang dapat dibangun
Museum.
a. Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya,tetapi untuk
masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan
masyarakat umu lainnya.
b. Lokasi harus sehat yang tidak terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen
iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban
udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65 %.
Site 1

Gambar 3.51
(sumber : googleearth)

• Luas Site: 7,4 Hectare

75 | P a g e
• Akses dapat dicapai dengan: Kendaraan umum, dan kendaraan
pribadi.
Dasar pemilihan lokasi:
a. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di lokasi ini dekat dengan alam, karena terdapat
sungai Kahayan dan hutan.

Gambar 3.52
(sumber : google)

Selain dekat dengan alam, sekitar lokasi juga terdapat sekolah-


sekolah, serta pemukiman penduduk, dan juga tempat wisata lainnya
seperti area taman yang biasa digunakan masyarakat bersantai.

Gambar 3.53
Sekolah Yayasan Sinatria

Gambar 3.54

Taman Pasuk Kameloh

76 | P a g e
b. Kondisi Akses Transportasi
Lokasi diapit oleh 4 jalan beraspal yaitu:
 Sisi Utara terdapat jalan S.Parman
 Sisi Barat terdapat jalan Katingan
 Sisi Timur terdapat jalan Mentaya
 Sisi Selatan terdapat jalan Barito

Gambar 3.55
(google map)
Dan didekat lokasi ada Jembatan Kahayan yang menjadi akses
penyeberangan kota Palangka Raya dengan daerah lainnya.

Gambar 3.56

77 | P a g e
Site 2

Gambar 3.57
(sumber : googleearth)

• Luas Site: 6,8 Hectare


• Akses dapat dicapai dengan: Kendaraan umum, dan kendaraan pribadi.
Dasar pemilihan lokasi:
a. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di lokasi ini cukup hijau, dengan pohon-pohon
besar yang bersusun dipinggi-pinggir jalan.

Gambar 3.58
(sumber : googleearth)

b. Kondisi Akses Transportasi


Lokasi diapit oleh 4 jalan beraspal yaitu:
 Sisi Barat terdapat jalan C. Bangas IV

78 | P a g e
 Sisi Timur terdapat jalan RTA Milono
 Sisi Selatan terdapat jalan Raden Saleh

Gambar 3.59
(sumber : googleearth)

Kesimpulan

Tabel 3.2 Skoring Lokasi

79 | P a g e
Alternative
Site 1 Site 2
No Kriteria
1 Sesuai dengan RDTRK
Ditinjau dari peruntukannya 40 30
yaitu sebagai area Pendidikan
2 Kemudahan Akses
Mudah dijangkau oleh 40 40
kendaraan
3 Kondisi Site
Site terbebas dari banjir, bau 40 30
tidak sedap, dan polusi
4 Jarak Dengan Pusat Kota
Site berada dekat dengan pusat 40 30
kota, untuk memudahkan
masyarakat mengunjungi
Museum
5 Luas
Site memiliki luas yang cukup 40 40
6 Sarana Prasarana
Site memiliki jaringan
telepon,listrik,air bersih dan 40 40
drainase

Total 240 210


Keterangan :
40 = Sangat Baik
30 = Baik
20 = Cukup
10 = Kurang

Berdasarkan hasil scoring, site terpilih adalah site 1 yaitu berada di jalan S.
Parman.

80 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai