PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1|Page
Kota Palangka Raya merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah,
mempunyai potensi sebagai pusat kegiatan, sehingga berpengaruh pada
peningkatan jumlah penduduk dan tuntutan masyarakat terhardap suatu tempat
yang bermanfaat dalam menunjang perkembangan masyarakat. Dalam upaya
mewujudkan hal tersebut, maka hal yang mungkin dilakukan adalah dengan
mendirikan satu bangunan berupa Museum Seni Rupa Modern di Palangka Raya.
Museum memiliki peran penting dalam menunjang perkembangan
masyarakat baik tingkat umum, mahasiswa, maupun pelajar. Terlebih
pengetahuan tentang perkembangan seni rupa modern. Di Palangka Raya sudah
beberapa kali diadakan pameran seni rupa modern yang bersifat nasional. Dan
secara langsung juga sudah memperkenalkan karya seni rupa modern. Maka akan
lebih baik jika ada tempat berupa Museum untuk menyimpan dan menampilkan
karya-karya seni rupa modern dari seniman lokal maupun seniman luar.
2|Page
Sebuah ruang pameran juga tak hanya melulu ditempatkan pada area indoor
tetapi ruang pameran tersebut selalu dapat menampung segala jenis bentuk
pameran yang diinginkan oleh pembuatnya. Baik di ruang indoor maupun outdoor
pun diupayakan untuk menjadi sebuah tempat diskusi bagi sarana komunikasi
bagi masyarakat dengan kurator (pengelola).
1.4.1. Tujuan
1.4.2. Sasaran
3|Page
Ruang lingkup yang menjadi permasalahan ini difokuskan pada desain
dan pelaku yang ada didalamnya serta ruang-ruang yang mendukung
aktivitas Museum Seni Modern dan Kontemporer.
1.6. Metodologi
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder didapatkan dari penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
4|Page
oleh pihak lain). Data sekunder bisa berupa bukti, catatan atau laporan
historis atau teori yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder
diperoleh antara lain dengan cara:
Data Kawasan
Mempelajari data kawasan untuk menemukan kondisi
lingkungan sekitar.
Studi Pustaka
1) Study Banding
Membuat sebuah objek study banding yang berkaitan dan sesuai
dengan pembahasan.
1.6.2. Analisis
Analisis dilakukan melalui data lokasi / site yang berkaitan dengan
objek sejenis, kemudian data sekunder dan primer yang telah didapatkan
sebelumnya untuk mendapatkan variabel dan kriteria desain.
1.6.3. Sintesa
Sintesa dalam penelitian ini berisi rangkuman berbagai pengertian
atau pendapat dari sumber rujukan serta analisis sehingga menjadi suatu
tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras.
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, identifikasi permasalahan,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup permasalahan,
metodologi, sistematika penulisan dan kerangka berpikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5|Page
Mengkaji studi pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber untuk
menemukan teori yang sesuai dan dapat membantu dalam menyelesaikan
masalah.
BAB III STUDI BANDING DAN RENCANA LOKASI
Berisi hasil studi banding dengan objek terkait dan hasil dari
observasi Museum Seni Modern dan Kontemporer yang dapat dijadikan
acuan dalam merumuskan konsep desain serta lokasi yang akan digunakan.
BAB IV PROGRAM DAN SKEMATIK DESAIN
6|Page
1.8. Kerangka Berpikir
Museum merupakan institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka,
dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan
memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan
Identifikasi masalah
Tujuan
Menghasilkan rancangan sebuah Museum Seni Modern dan Kontemporer di Palangka Raya yang menampilkan karya-
karya seni yang mengoptimalkan alur aktivitas pengunjung
Sasaran
Mengidentifikasi permasalahan mengenai Museum Seni Modern dan Kontemporer di Palangka Raya
Pengumpulan Data
Sarana prasarana
Analisa Museum Seni
Standart kebutuhan
Modern dan Kontemporer
ruang
pengunjung: Ruang luar : Preseden
Analisa Pelaku
Pembatas Ruang
Analisa Aktivitas
Analisa Fasilitas
Sirkulasi
Tata hijau Sintesa
Analisa ruang
Ruang dalam :
Sirkulasi
Analisa ruang
Sintesa Material
Pencahayaan
Warna
Konsep rancangan Tekstur
Penghawaan
2.1 Museum
8|Page
2.1.2 Fungsi Museum
Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan, melayani masyarakat dan mengembangkannya, terbuka
untuk umum, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan
studi, pendidikan dan kesengangan, barang pembuktian manusia dan
lingkungannya.
Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan
untuk memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan
tentang benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan. Untuk
memperjelas kegunaan dari museum tersebut, kita harus mengetahui fungsi
dari museum itu sendiri. Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-
11 (11th General Assembley) International Council of Museum(ICOM) pada
tanggal 14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum sebagai
berikut: (Ali Akbar :2010)
1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3. Konservasi dan preservasi.
4. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.
5. Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.
7. Visualisai warisan alam dan budaya.
8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2.1.3 Tugas Museum
Tugas museum secara rinci dijelaskan oleh Drs. Moch. Amir Sutaarga
sebagai berikut: (Sutaarga, 1989).
a. Pengumpulan atau pengadaan:
Tidak semua benda padat dimasukkan ke dalam koleksi museum,
hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:
Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika
9|Page
Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya, dan
sebagainya
Harus dapat dianggap sebagai dokumen
b. Pemeliharaan
Aspek Teknis
Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta
dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan.
Aspek Administrasi
Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang
menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental.
c. Konservasi
Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan,perbaikan, pencegahan
dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.
d. Penelitian
Penelitian Intern
Penelitian yang dilakukan oleh curator untukkepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan
Penelitian Ekstern
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar,seperti mahasiswa,
pelejar, umum dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, karya
tulis, dll
e. Pendidikan
Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi
koleksi yang dipamerkan:
Pendidikan Formal
Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah, dan sebagainya
Pendidikan Non Formal
Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan sebagainya
10 | P a g e
f. Rekreasi
Sifat pameran mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang
mana merupakan kegiatan rekreasi yang segar, tidak diperlukan
konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.
4. Komunikasi Visual
komunikasi visual sangat penting tanpa harus berbicara dengan kurator ,
pengunjung dapat memahami makna dari karya yang ditampilkan.
Komunikasi visual dapat beruba gambar, pencahayaan dan tulisan, dengan
tampilan yang sederhana, singkat, dan yang pasti mudah dipahami.
11 | P a g e
2.1.5 Jenis Museum
Berdasar Koleksi
Identifikasi museum berdasar koleksi antara lain akan menghasilkan:
museum arkeologi, museum seni, museum sejarah, museum etnografi,
museum sejarah alam (natural history), museum ilmu pengetahuan
(science), museum geologi, museum industrial, dan museum militer.
Berdasar pengelola
Berdasar pengelola, antara lain adalah: museum pemerintah, museum
(pemerintah) daerah, museum universitas, museum independen, museum
tentara, museum perusahaan komersial, serta museum pribadi.
Berdasar Area
Wilayah cakupan tema atau sumber koleksi membuat antara lain terbagi
dalam: museum nasional, museum regional (daerah), museum kota, serta
museum lokal. Museum jenis ini merupakan perpaduan antara koleksi
(menggambarkan budaya/alam dari suatu daerah tertentu misalnya) dan
pengelolaan (dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut). Pada kategori ini
juga dapat dimasukkan museum situs, yaitu museum yang digunakan
untuk menginterpretasi suatu situs arkeologi, dan berada pada atau dekat
dengan situs tersebut. Namun, cakupan museum situs dapat lebih luas
daripada sekedar situs arkeologis. Berbagai kawasan alam juga memiliki
semacam museum situs, yang digunakan untuk mengkonservasi dan
interpretasi koleksi dari situs yang menjadi konteksnya.
Berdasar Audience
Museum berdasar audience yang dilayani antara lain adalah: museum
umum (general public museum), museum pendidikan (educational
museum), museum spesialis, serta museum anak-anak. Museum komunitas
juga dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini karena juga ‘melayani’
komunitas.
12 | P a g e
Berdasar Pameran
13 | P a g e
b. Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.
1. Bagan A
Walaupun museum ini dikelola dan dimiliki oleh swasta tetapi
penyelenggaraan museum ini harus berstatus badan hukum, agar museum
ini dapat penanganan atau pengelolaan yang mantab dan tidak
terombangambing. Dalam akte pendiriannya perlu dicantumkan satu pasal
peralihan, yang menyebutkan suatu tindakan hukum akan diambil
dalam hal berakhirnya masa berdirinya yayasan atau perkumpulan
tersebut, kepada siapa miliknya (museum) itu akan diserahkan demi
kesinambungan penyelenggaraan, pengelolaan dan pemanfaatan.
2. Bagan B
Untuk museum-museum resmi, bagan B memperlihatkan
bagaimana kaitannya penyelenggaraan dan pengelolaan museum-
14 | P a g e
museum tersebut. Badan pemerintah (Departemen atau Lembaga non-
Departemen) disebut penyelenggara museum, yang bertanggung jawab
atas tersedianya dana, sarana dan tenaga museum-museum resmi
tersebut. Yang mengelola museum adalah kepala museum yang
diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, Menteri atau Ketua
Lembaga non-Departemen yang bersangkutan. Unit Pembina teknis
bertanggung jawabatas perencanaan, pengaturan, pengawasan,
pengendalian program-program kegiatan pelaksanaan dan museum-
museum itu sebagai obyek pembinaan merupakan unit-unit
pelaksanaan teknis di bidang kegiatan museum sebagai saran ilmiah,
pusat studi dan kegiatan edukatif-kultural.
3. Bagan C
Untuk museum yang lebih besar atau yang lebih kecil tentu
diperlukan struktur organisasi yang disesuaikan dengan kenyataan
yang diperlukan. Untuk museum yang lebih kecil, biasanya kepala
museum merangkap tugas kurator yang bertanggung jawab atas
penangan koleksi. Ia dapat dibantu oleh petugas ketata-usahaan.
Demikian, seorang kurator museum kecil, diperlukan manager yang
berpendidikan ilmiah dan pandai mengelola museum, oleh karena itu
sebenarnya museum kecil diperlukan kurator-kurator paripurna.
15 | P a g e
Bagan C menggambarkan suatu struktur organisasi medium. Semua
unit yang merupakan :
• Unsur pimpinan
• Unsur penunjang ketata-usahaan
• Unsur penunjang perpustakaan
• Unsur kegiatan pokok pengadaan dan penelitian koleksi
• Unsur kegiatan pokok perawatan dan pemeliharaan
• Unsur kegiatan pokok pameran koleksi
• Unsur kegiatan pokok bimbingan kegiatan edukatif-kultural
sudah termasuk dalam bagan struktur organisasi museum madya tersebut.
2.1.8 Persyaratan berdirinya Museum
Adapun standar persyaratan dalam sebuah pembangunan Museum
(Sutaarga : 1989), yaitu :
1. Lokasi yang Strategis
a. Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya,tetapi
untuk masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan
dan masyarakat umu lainnya.
b. Lokasi harus sehat yang tidak terletak di daerah industri yang
banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah
16 | P a g e
pasi, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain
: kelembaban udara setidakna harus terkontrol mencapai netral,
yaitu 55-65 %.
2. Persyaratan Bangunan
17 | P a g e
- Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh
pengunjung museum.
-Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami ataupun karena pencurian.
2. Bangunan auditorium, harus dapat :
- Dengan mudah dicapai oleh umum.
- Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah
3. Bangunan Khusus, harus :
- Terletak pada tempat yang kering.
- Mempunyai pintu masuk yang khusus.
- Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,
kebakaran, dan pencurian).
4. Bangunan Administrasi, harus :
- Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum
maupun terhadap bangunan lainnya.
3. Persyaratan Ruang
18 | P a g e
(gambar 2.1 Penggunaan cahaya alami pada Museum)
19 | P a g e
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat
menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami
koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung
juga pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
20 | P a g e
- Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal,tipe, gaya dan
sebagainya.
b. Benda Reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru
benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi :
• Replika: Benda yang tiruan yang diproduksi dengan memiliki sifat-
sifat benda yang ditiru.
• Miniatur: benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki bentu,
warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli.
• Referensi: Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku
mengenai etnografi, sejarah dan lainnya.
• Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film
yang sukar dimiliki.
c. Benda Penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan pelengkap
pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akandisampaikan,
misalnya : lukisan, foto dan contoh bahan.
21 | P a g e
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi
museum.
b. Metode Romantik (Evokatif)
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan susasan tertentu yang berhubungan dengan bendabenda
yang dipamerkan.
c. Metode Estetik
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum.
d. Metode Simbolik
Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi
pengunjung.
e. Metode Kontemplatif
Adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun
imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.
f. Metode Interaktif
Adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat
berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian
interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
5. Penyimpanan dan Perawatan Koleksi Museum
Beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau yang dapat
merupakan gangguan pada koleksi museum, adalah:
a. Iklim dan lingkungan
Iklim di Indonesia pada umumnya adalah lembab dan dengan
curah hujan yang cukup banyak. Temperatur udara di antara 25
sampai 37 derajat celcius, dengan kadar kelembaban relatif
(RH=Relative Humadity) antara 50 sampai 100 %. Iklim yang
terlampau lembab ditambah faktor naik-turunnya temperatur
menimbulkan suasana klimatologis yang menyuburkan tumbuh
22 | P a g e
kembangnya jamur (fungi) dan bakteri tetapi iklim yang terlampau kering
juga menimbulkan berbagai kerusakan.
Faktor lingkungan terbagi atas dua macam, yaitu: pertama macro,
meliputi wilayah yang luas, dan yang kedua micro , yakni udara dan
iklim di kota dan di dalam gedung museum. Umumnya udara di kota
sudah tercemar dengan polusi. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak polusi tersebut adalah dengan memanfaatkan
fungsi taman lindung.
b. Cahaya
Cahaya mempengaruhi benda koleksi yang ditampilkan pada
museum. Untuk jenis koleksi seperti batu, logam, dan keramik pada
umumnya tidak peka terhadap cahaya tetapi untuk bahan organik
seperti tekstil, kertas, peka terhadap pengaruh cahaya. Cahaya
merupakan bentuk energi elektro-magnetik, memiliki dua jenis radiasi
yang terlihat maupun tak terlihat. Ultra violet sangat membahayakan benda
koleksi dan dapat menimbulkan perubahan bahan maupun warna. Lampu
pijar dinyatakan paling banyak mengeluarkan ultra violet, sedangkan
lampu fluorescentdinyatakan paling rendah kadar radiasinya.
c. Serangga dan Mikro-organisme
Cara mencegah untuk perusakan benda koleksi yang disebabkan oleh
serangga ataupun mikro-organisme, yakni:
• Fumigasi
Beberapa jenis zat kimia bisa menguapa pada suhu biasa dan akan
menjadi gas yang mematikan bagi serangga, misalnya paradichlro
benzene, carbon disulphine, carbon tetrachloride. Fumigasi dapat
dilakukan dalam ruangan yang suhunya normal yang kedap udara.
• Penyemprotan
23 | P a g e
2.1.10 Jenis Pameran
Penyajian koleksi museum yang paling tepat adalah dengan cara
melakukan pameran. Teknik pameran adalah suatu pengetahuan yang
meminta fantasi, imaginasi, daya improvisasi dan ketrampilan teknis dan
artistik sendiri.
24 | P a g e
sifatnya yang temporer atau sementara, diselenggarakan dalam waktu
singkat, antara mingguan hingga bulanan.
3. Pameran Keliling
Adalah pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik
koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu yang
singkat dengan tema khusus mengenai aspek-aspek tertentu dalam
bidang sejarah alam dan budaya serta wawasan nusantara dimana
benda-benda koleksi tersebut dipamerkan dan dikelilingkan dari suatu
tempat ketempat lainnya.
Ruang-ruang yang memiliki fleksibilitas yang tinggi diperlukan pada
Museum Seni Modern dan Kontemporer untuk mendapatkan sebuah ruang
pameran selain terdapat ruang pameran yang permanen dan terdapat ruang
pameran yang multifungsi. Ruang pameran yang multifungsi tersebut selain
terdapat pada area indoor juga terdapat pada area outdoor. Jon Lang pada bukunya
terdapat 3 jenis pola tata letak yang diidentifikasi oleh Edwaard T. Hall yaitu :
1. Fixed-feature space
Fixed-feature space merupakan ruang tertutup yang dibatasi oleh
beberapa elemen pembatas yang tidak mudah untuk digerakkan.
Elemen-elemen pembatas tersebut antara lain dinding solid, lantai, dan
jendela atau bukaan.
2. Semifixed-feature space
3. Informal space
25 | P a g e
didalamnya. Elemen pembatas dibuat untuk dapat diubah sesuai dengan
aktivitas yang nanti terdapat pada ruang pameran. Tata letak yang
memiliki fleksibilitas ini untuk memberikan kemudahan agar dapat
mengakomodir perbedaan kebutuhan pada ruang tersebut.
Kebutuhan dari pengunjung menjadi sangat penting mengingat tidak hanya
ruang dalam yang dibutuhkan dalam suatu ruang pameran tetapi ruang luar juga
harus mampu memberikan kebutuhan dan dapat memberikan pengalaman bagi
pemakainya. Jadi sebuah pameran tak semata-mata harus diberikan di dalam
ruangan tetapi di saat pameran diharuskan untuk diluar ruangan, ruang pameran
dapat memberikan pengalaman yang berguna bagi pemakainya.
26 | P a g e
Ruang toilet
Ruang parkir dan taman
Ruang pos jaga
Menurut Aristoteles
“seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal.”
27 | P a g e
berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Sedangkan kontemporer
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pada waktu yang sama;
semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini. Jadi Museum Seni Kontemporer
adalah sebuah tempat atau wadah yang memfasilitasi seluruh kegiatan seni baik
dari media pendengaran, penglihatan serta pendengaran dan penglihatan yang
tidak hanya sebagai alat komunikasi untuk sesama, melainkan bentuk perwujudan
ekspresi dengan menggunakan media yang modern.
28 | P a g e
Gambar 2.5 Bagian jalur sirkulasi Museum
(Sumber : Pinterest)
29 | P a g e
Gambar 2.6 susunan Komplek Museum yang diindpirasi kisah Tiongkok
(Sumber : Pinterest)
Pendiri Museum mengatakan, bahwa dia ingin Museum karya Seni yang
berkonsepkan perjalanan kisah lama Tiongkok “Lembah Bunga Persik”. Dimana
bercerita tentang seorang Nelayan yang mendapati dirinya di jalan yang sempit,
tetapi berjalan lebih dalam, pemandangan indah tiba-tiba terbuka di depannya. Hal
ini selaras dengan idenya yang menginginkan Museum berada setelah menaiki
jalan yang landai dengan berjajar pohon-pohon hijau, melewati terowongan, dan
melintasi jembatan, Museum Miho dapat ditemukan. Museum adalah ekspresi
dari momen itu, momen ketika museum tiba-tiba muncul di matamu. Itu seperti
sebuah potongan cerita dari kisah lama Tiongkok tersebut.
30 | P a g e
Gambar 2.7 kondisi interior Museum
(Sumber : Pinterest)
Museum ini hanya bisa diakses melalui jembatan yang menghubungkan kedua
lembah.
Sistem sirkulasi ini merupakan sirkulasi linear, dimana arahnya menuju satu arah
lurus untuk menikmati pameran di masing-masing ruang/bangunan.
31 | P a g e
Gambar 2.9 denah Museum Miho
(Sumber : Pinterest)
Museum seni berada di kawasan tepi pantai kota Cape Town. Museum ini
akan memiliki 80 galeri, 18 ruang belajar, taman atap, ruang penyimpanan, ruang
konservasi, restoran, kedai kopi, dan toko buku. Museum ini memiliki luas secara
keseluruhan mencapai 102.000 meter persegi yang terbagi dalam 9 lantai, 65.000
meter persegi di antaranya merupakan ruang pamer.
Zeitz Museum of Contemporary Art Africa memang unik karena
mengalihfungsikan sebuah lumbung biji yang sudah tidak terpakai untuk menjadi
museum. Bangunan ini sendiri berdiri pada era 1920-an digunakan untuk
menyimpan biji gandum, biji kacang, dan lainnya. Bangunan ini pernah menjadi
gedung tertinggi di Cape Town. Setelah cukup lama tidak terpakai, bangunan ini
kemudian dialihfungsikan.
Arsitek asal Inggris, Thomas Heatherwick mendesain ulang lumbung ini
menjadi museum seni yang kekinian. Dia membuat ruang terbuka pada bagian
tengah lumbung yang berbentuk tabung. Sementara pada beberapa bagian luar
atau eksterior terutama di bagian atas dipasang kaca warna warni. Ada perpaduan
antara lumbung yang terbuat dari beton ekspos dan kaca berwarna yang kekinian.
32 | P a g e
Gambar 2.10 tampak bangunan Zeitz MOCA
(Sumber : Pinterest)
Ruang tengah ini seolah menjadi atrium pada bagian tengah gedung.
Pengunjung bisa melihat ke bagian atas atau bagian bawah gedung.
33 | P a g e
Gambar 2.13 rencana denah Zeitz MOCA
(Sumber : Pinterest)
Kesimpulan
Miho Museum dan Zeitz MOCA selain sama-sama memiliki program ruang yang
sama, dari bangunan pun sama-sama bergaya kontemporer yang memiliki bentuk
yang subjektif dan juga terlihat kontras dengan lingkungannya.
34 | P a g e
2.2.2 Kota Palangka Raya sebagai Lokasi Perancangan
1. Letak dan Luas Kota Palangka Raya
Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113˚30`- 114˚07` Bujur
Timur dan 1˚35`- 2˚24` LintangSelatan, dengan luas wilayah 2.678,51 Km2
(267.851 Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukitdengan
kemiringan kurang dari 40%. Secara administrasi Kota Palangka Raya berbatasan
dengan:
35 | P a g e
Sungai dan Danau : 42,86 km2
Lain-lain : 69,41 km2
Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka 2009
2. Kondisi Fisik
a. Geologi
Formasi geologi yang ada di wilayah Kota Palangka Raya tersusun
atas formasi Aluvium (Qa) (tersusun daribahan-bahan liat kaolinit
dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas,
merupakan endapansungai dan rawa) dan formasi Batuan Api (Trv)
(tersusun dari batuan breksi gunung api berwarna kelabukehijauan
dengan komponennya terdiri dari andesit, basalt dan rijang. Selain
kedua formasi tersebut, wilayahKota Palangka Raya juga termasuk
ke dalam formasi Dahor (TQd) (tersusun atas sebagian besar pasir
kuarsadengan dasar lempung, pada beberapa tempat terdapat sisipan
konglomerat yang komponennya berupa batuanmalihan, granit dan
lempung).
b. Iklim
Curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya selama 10
tahun terakhir (1997-2006) berkisar dari 1.840-3.117 mm dengan
rata-rata sebesar 2.490 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75-
89% dengankelembaban rata-rata tahunan sebesar 83,08%.
Temperatur rata-rata adalah 26,880 C, minimum 22,930 C
danmaksimum 32,520 C.
c. Tanah
Tanah—tanah yang terdapat di wilayah Kota Palangka Raya
dibedakan atas tanah mineral dan tanah gambut(Histosols).
Berdasarkan taksonomi tanah (soil survey staff, 1998) tanah–tanah
tersebut dibedakan menjadi 5 (lima) ordo yaitu histosol, inceptosol,
entisol, spodosol dan ultisol.
36 | P a g e
2.2.3 Pendekatan Geometrik Fraktal
1. Pengertian Arsitektur Geometrik
Geometri seperti yang disebut oleh Prijotomo dalam diktatnya tentang
tipologi geometri, merupakan sebuah bidang pengetahuan rasional mengenai
rupa dan bangun dari benda alam. Atau dapat diartikan bahwa geometri
adalah alat untuk berkomunikasi dengan menggunakan rupa dan bangunan.
Menurut Rob Krier (1988) dalam bahasannya mengenai komposisi arsitektur
menyebutkan bahwa geometri dapat di kategorikan menjadi: bentuk yang
teratur dan tidak teratur serta mempunyai unsur-unsur titik, garis, bidang
solid, ruang interior dan ruang eksterior. Selanjutnya Prijotomo menyebutkan
bahwa, pada umunya rupa dari geometri dapat dikelempokan menjadi rupa
dwimatra3 dan rupa yang trimatra4.
37 | P a g e
Efek dari arsitektur dam dari bentuk-bentuk arsitektural atas kesadaran
manusia telah menjadi lebih jelas. Para pemakai diberikan potensi, melalui
program-program perancangan dan konsep-konsep perancangan yang
sesuai, untuk partisipasi pada rancangan dari lingkungan mereka. Suatu
integrasi yang lebih dekat dari pemakai dan arsitektur dicoba melalui dunia
bentuk arsitektur yang berubah-ubah. Ketentuan dibuat demi pengenalan
terhadap pemakai yag lebih jelas beserta lingkungan arsitektural mereka,
di dalam teknologi bangunan yang tersedia.
(Schirmbek, 1988: 168-169)
38 | P a g e
Gambar 2.14 Fraktal alamiah
(Sumber :google)
39 | P a g e
Gambar 2.16 bunga salju dan segitiga sierspinski
(Sumber : Wikimedia Commons)
40 | P a g e
Gambar 2.17 Ca D’Oro
(Sumber :pinterest)
41 | P a g e
Gambar 2.19 Palmer Hose
(Sumber :pinterest)
Habitat 67
42 | P a g e
Gambar 2.20 Habitat 67 di Montreal
(Sumber : Pinterest)
43 | P a g e
Gambar 2.22 proses konsep bentuk
(Sumber : Pinterest)
2.5 Kesimpulan
44 | P a g e
Ruang penyimpanan koleksi, sebagai tempat untuk mengelola koleksi
museum yang masuk dan keluar.
Ruang edukasi
Ruang transit koleksi, tempat pergantian koleksi museum yang akan
ditampilkan
Bengkel kerja reparasi, tempat perbaikan karya seni yang rusak atau
cacat
Ruang cenderamata dan kafetaria, tempat bersantai pengunjung dan
mendapatkan cenderamata dari museum
Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
Ruang lobi
Ruang toilet
Ruang parkir dan taman
Ruang pos jaga
45 | P a g e
mengenali dengan baik bentuk-bentuk yang mengandung unsure
geometris, menyelesaikan masalah yang muncul dalam bentuk-bentuk
geometri, sehingga memberikan kita serangkaian bentuk-bentuk yang siap
pakai yang dapat disesuaikan dalam berbagai macam variasi. Desain
arsitektur Kontemporer berbicara tentang karya desain bangunan kekinian
yang menggunakan material kekinian dan dipengaruhi apa yang menjadi
isu masa kini.
46 | P a g e
BAB III
STUDI BANDING LITERATUR
47 | P a g e
Pada kawasan Galeri terdapat 10 bangunan bergaya arsitektur kolonial
didalamnya, dengan fungsi bangunan yang berbeda-beda.
48 | P a g e
Gambar 3.3 Galeri Nasional Indonesia 1975
(http://galeri-nasional.or.id/)
49 | P a g e
2.4 Fasilitas yang ada pada Galeri Nasional Indonesia
50 | P a g e
bagian besar, yaitu Galeri 1 dan Galeri 2, yang secara keseluruhan
terdiri dari 11 ruang dengan dilengkapi teks informasi (cetak dan
multimedia).
Galeri 1
Menampilkan Seni Rupa Modern Indonesia dan Internasional,
yang terbagi menjadi tujuh ruang. Diantaranya:
Ruang 1 : Koleksi Internasional;
Ruang 2 : Raden Saleh Sjarif Bustaman (1807–1880);
Ruang 3 : Mooi Indie dan Persagi (1920–1942);
Galeri 2
Galeri 2 terbagi menjadi empat ruang. Diantaranya:
Ruang 8 dan 9 : Gerakan Seni Rupa Baru,
Ruang 10 dan 11 : Seni Rupa Kontemporer Indonesia.
51 | P a g e
Ruang pameran tetap : Gedung B (luas 1400 m²), Gedung C (luas
840 m²).
52 | P a g e
Gambar 3.7 Gedung A
(http://galeri-nasional.or.id/)
3. Ruang Seminar
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas ruang seminar
(serba guna) untuk mendukung kegiatan seminar, diskusi
pembahasan karya seni rupa. Kapasitas ruang seminar ini dapat
menampung sekitar 200 orang. Dilengkapi dengan pendingin
ruangan (AC), agar suasana seminar atau diskusi terasa nyaman.
53 | P a g e
Gambar 3.9 Ruang Seminar
(http://galeri-nasional.or.id/)
4. Gedung Perpustakaan
Sama seperti perpustakaan pada umumnya, bangunan ini
juga berisikan buku-buku tentang seni dan pendidikan dan juga
buku umum lainnya. Dan juga fasilitas lainnya seperti tuang baca
dan lain-lain.
54 | P a g e
2.5 Penataan Kawasan Galeri Nasional Indonesia
2.6 Sirkulasi
Pada Museum ini, jalur sirkulasi terbuka sehingga pengunjung dapat
dengan bebas melihat seisi ruang secara luas dan bebas.
55 | P a g e
2.7 Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan alami hanya digunakan diruang-ruang tertentu saja,
untuk ruang pameran menggunakan pencahayaan buatan didalamnya agar
benda-benda yang dipamerkan menjadi focus tersendiri terhadap
pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati hasil karya seni. Dan
untuk penghawaan, menggunakan penghawaan alami dengan adanya
ruang-ruang terbuka yang berguna memasukkan atau mengarahkan angin
untuk masuk kedalam ruang-ruang bangunan.
56 | P a g e
Museum ini memiliki program berkelanjutan berupa pameran dan aktivitas seni
dalam fasilitas seluas 4000 meter persegi yang mencakup area penddikan dan
konservasi. Museum tersebut berkomitmen untuk membuat seni mudah diakses
public luas dan sebagai sarana edukasi.
57 | P a g e
Gambar 3.17 ruang pameran tetap seni modern berupa lukisan
(google)
58 | P a g e
Kantor Sewa. Itu berarti Musuem ini berada di tengah kota, dikelilingi
bangunan-bangunan lainnya seperti perkantoran, penginapan (hotel), pusat
belanja dan lain sebagainya.
59 | P a g e
Gambar 3.23 Cafetaria
Ruang Pameran
Gambar 3.25
60 | P a g e
d. Sirkulasi
Sirkulasi didalam Museum menggunakan sirkulasi linear, dan
terbuka. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini, dimana pengunjung dapat
dengan leluasa melihat seisi ruang pameran.
61 | P a g e
Gambar 3.28
Ruang yang memanfaatkan pencahayaan alami di siang hari
Gambar 3.29
Ruang yang memanfaatkan pencahayaan alami di siang hari
Gambar 3.30
Pameran lukisan yang menggunakan pencahayaan buatan
Gambar 3.31
Ruang pameran khusus yang menggunakan pencahayaan buatan
62 | P a g e
1.1.3. 21 Century Contemporary of Art Museum, Kanazawa
Museum yang dibangun di tengah Kota Kanazawa ini didesain oleh 2
arsitek ternama di dunia, yaitu Kazuyo Sejima dan Ryuue Nishizawa dari biro
arsitektur SANAA. Memang banyak pengunjung yang datang karena
mengagumi isi museum ini, tetapi banyak juga yang berkunjung untuk
menikmati arsitektur kreatif museum ini.
Gambar 3.33
Zona Publik, bersifat umum dan pengunjung tidak dikenakan biaya
63 | P a g e
a. Fasilitas yang ada di 21 Century Contemporary of Art Museum
Kota Kanazawa dikenal sebagai kota dengan berbagai kebudayaan
tradisional jepang, seperti upacara minum teh dan kerajinan tradisional,
seperti kerajinan tembikar Kutani-yaki dan kerajinan pernis Wajima-nuri.
Ditengah suasana tradisonal yang kental, Museum 21 Century hadir
dengan konsep modern dan berbeda. Namun, walau bergaya berbeda dari
lingkungannya, Museum ini tetap terlihat selaras.
Gambar 3.34
1. Pameran
Sama seperti namanya, Museum ini menampilkan karya-karya seni
kontemporer dengan material dasar tekonologi terbaru saat ini. Dan
juga, tidak hanya ruang didalam yang dimanafaatkan sebagai ruang
pameran, tetapi juga ruang luar juga dimanfaatkan sebagai ruang
pameran. Dan pada bangunan ini juga dibagi menjadi 2 zona, yaitu
zona public dan zona eksibisi. Zona Publik dapat di kunjungi oleh
siapa saja tanpa dikenakan biaya, sedangkan ketika memasuki zona
eksibisi pengujung dikenakan biaya.
64 | P a g e
Zona Eksibisi
Zona Publik
Gambar 3.35
Zona Publik dan Zona Eksibisi
Gambar 3.36
“The Man Who Measures the Clouds”
Karya Jan Fabre,Belgia yang berada di rooftop Museum
65 | P a g e
Gambar 3.37
Karya Seni bermaterialkan alumunium menyerupai corong terompet yang bisa
mengeluarkan suara
Gambar 3.38
Karya Seni bermaterialkan alumunium menyerupai kursi dia area taman terbuka
Gambar 3.39
66 | P a g e
2. Café
Terdapat ruang istirahat berupa café, disini pengunjung berkesempatan
untuk beristirahat hanya sekedar duduk maupun menyantap makanan
dengan menikmati pemandangan dibalik kaca.
Gambar 3.40
Gambar 3.41
67 | P a g e
4. Toko Sovenir
Terdapat took souvenir untuk pengunjung dapat membeli buku, atau
baju sebagai buah tangan dari Museum ini.
Gambar 3.42
Gambar 3.43
5. Workshop
Untuk menarik pengunjung anak-anak, maka disediakan tempat
sebagai pembelajaran tentang seni khusu anak-anak.
Gambar 3.44
Jalan menuju Workshop
68 | P a g e
c. Penataan Ruang yang ada di Museum 21 Century Contemporary Art
Bangunan Museum berada di tengah-tengah taman, dimana didalam taman
tersebut juga terdapat karya-karya seni kontemporer. Dan didalam bangunan
terdapat zona Publik dan Zona Eksibisi. Dimana zona eksibi bersifat eksklusif
(private).
Gambar 3.45
Penataan Ruang disekitar bangunan
Zona Eksibisi
Zona Publik
Gambar 3.46
Zona Publik dan Zona Eksibisi
69 | P a g e
d. Sirkulasi
Pola sirkulasi pada museum merupakan sirkulasi acak, dimana
pengnjung diajak untuk berkeliling menjelajahi seisi museum sesuka
pengunjung. Dapat dilihat dari denah sirkulasi dibawah ini.
Gambar 3.47
Zona Publik dan Zona Eksibisi
70 | P a g e
Gambar 3.48
Pencahayaan didalam Museum
Gambar 3.49
Ruang terbuka ditengah-tengah Museum
Gambar 3.50
Dinding kaca yang mengelilingi bangunan
71 | P a g e
1.2. Kesimpulan
Tabel 3.1
72 | P a g e
Penataan Ruang Terdapat dua Terdapat zona Terdapat dua Tidak semua pameran
zona lukisan dan zona dapat di tampilkan
didalamnya seni patung, didalamnya secara public,karena ada
yaitu zona dan juga zona yaitu zona karya-karya seni yang
Publik dan pameran Publik dan bersifat eksklusif.
Zona Private. temporer. Zona Private.
Zona private Zona private
teruntuk teruntuk
ruangan yang ruangan yang
menyimpan menyimpan
karya seni karya seni
bernilai sejarah bersifat
dan berusia eksklusif
tua. (pengunjung
yang telah
membayar
biaya masuk)
Sirkulasi sirkulasi sirkulasi sirkulasi sirkulasi dari masing-
bersifat bersifat terbuka bersifat acak, masing museum
terbuka dan linear pengunjung berbeda-beda, tetapi
sehingga sehingga diajak persamaan dari Galeri
pengunjung pengunjung menjelajahi Nasional Indonesia dan
dapat menimati dapat seisi museum Museum seni rupa dan
karya seni dari menikmati sesuka hati keramik adalah sama-
segala arah karya seni mereka. sama membawa
secara meluas. secara terarah. pengunjung menikmati
eksibisi mereka secara
terarah. Sebaliknya
dengan Museum 21
Century yang membawa
pengunjung bereksibisi
didalam Museum sesuka
mereka dengan
bermodalkan buku
panduan yang
disediakan oleh
Museum
73 | P a g e
dan Penghawaan alami alami alami maksimal yang
digunakan digunakan digunakan dimanfaatkan oleh
pada zona pada zona pada zona bangunan museum, dan
public dan public dan public berupa penghawaan alami
ruang pameran ruang pameran dinding- dengan meletakkan
berupa patung berupa patung, dinding kaca ruang terbuka
dan lain-lain. dan lain-lain -Pencahayaan disekeliling bangunan
-Pencahayaan -Pencahayaan buatan untuk sebagai jalan angin
buatan untuk buatan untuk pameran terhadap bangunan.
pameran pameran berupa
berupa lukisan- berupa lukisan- lukisan-
lukisan lukisan lukisan
-penghawaan -penghawaan -penghawaan
berupa berupa berupa
penghawaan penghawaan penghawaan
alami dengan alami dengan alami dengan
meletakkan meletakkan bukaan-
jendela-jendela jendela-jendela bukaan lebar
terbuka dan terbuka dan dan ruang
ruang terbuka ruang terbuka terbuka
disekitar disekitar disekitar
museum. museum. museum.
74 | P a g e
1.3. Gambaran Lokasi Perancangan di Palangkaraya
Lokasi berada ditengah Kota, dekat dengan salah satu ikon kota Palangka
Raya yaitu Jembatan Kahayan yang menghubungkan pusat Kota Palangka Raya
dengan Kelurahan Pahandut Seberang dan tembus ke Kabupaten Pulang Pisau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan,
Kabupaten Barito Utara, dan lainnya.
Berdasarkan standar persyaratan dibangunnya museum menurut tinjauan
pustaka. Adapun poin-poin yang menjadi kriteria lokasi yang dapat dibangun
Museum.
a. Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya,tetapi untuk
masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan
masyarakat umu lainnya.
b. Lokasi harus sehat yang tidak terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen
iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban
udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65 %.
Site 1
Gambar 3.51
(sumber : googleearth)
75 | P a g e
• Akses dapat dicapai dengan: Kendaraan umum, dan kendaraan
pribadi.
Dasar pemilihan lokasi:
a. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di lokasi ini dekat dengan alam, karena terdapat
sungai Kahayan dan hutan.
Gambar 3.52
(sumber : google)
Gambar 3.53
Sekolah Yayasan Sinatria
Gambar 3.54
76 | P a g e
b. Kondisi Akses Transportasi
Lokasi diapit oleh 4 jalan beraspal yaitu:
Sisi Utara terdapat jalan S.Parman
Sisi Barat terdapat jalan Katingan
Sisi Timur terdapat jalan Mentaya
Sisi Selatan terdapat jalan Barito
Gambar 3.55
(google map)
Dan didekat lokasi ada Jembatan Kahayan yang menjadi akses
penyeberangan kota Palangka Raya dengan daerah lainnya.
Gambar 3.56
77 | P a g e
Site 2
Gambar 3.57
(sumber : googleearth)
Gambar 3.58
(sumber : googleearth)
78 | P a g e
Sisi Timur terdapat jalan RTA Milono
Sisi Selatan terdapat jalan Raden Saleh
Gambar 3.59
(sumber : googleearth)
Kesimpulan
79 | P a g e
Alternative
Site 1 Site 2
No Kriteria
1 Sesuai dengan RDTRK
Ditinjau dari peruntukannya 40 30
yaitu sebagai area Pendidikan
2 Kemudahan Akses
Mudah dijangkau oleh 40 40
kendaraan
3 Kondisi Site
Site terbebas dari banjir, bau 40 30
tidak sedap, dan polusi
4 Jarak Dengan Pusat Kota
Site berada dekat dengan pusat 40 30
kota, untuk memudahkan
masyarakat mengunjungi
Museum
5 Luas
Site memiliki luas yang cukup 40 40
6 Sarana Prasarana
Site memiliki jaringan
telepon,listrik,air bersih dan 40 40
drainase
Berdasarkan hasil scoring, site terpilih adalah site 1 yaitu berada di jalan S.
Parman.
80 | P a g e