Anda di halaman 1dari 26

FENOMENOLOGI [2]

LOKALITAS
PERTEMUAN 5

Miyajima Torri, Japan, sketched by Mariusz Szmerdt


https://www.etsy.com/listing/185639629/torii-gate-japanese-art-sumi-e-
asian?utm_source=Pinterest&utm_medium=PageTools&utm_campaign=Share

TEORI ARSITEKTUR | DA5213 | UKDW


16 Oktober 2020
1 FENOMENOLOGI

2 LOKALITAS

3 MAKNA TEMPAT

4 PLACEMAKING
2 LOKALITAS
FENOMENOLOGI
ARCHITECTURE ORIGIN
Norberg-Schulz
Arsitektur diawali (origin) dengan tipikal usaha untuk menandai
suatu tempat atau berusaha membedakan suatu tempat dengan
tempat yang lain dengan pembatas (enclosure) dalam rangka
membuat suatu tempat terasa aman untuk berhuni.

BATAS (enclosure) menjadi penting:


dinding, lantai, langit-langit sebagai perlambang horizon, batas, dan
bingkai.

ARSITEKTUR memperjelas lokasi eksistensi manusia:


“Di antara langit dan bumi, di hadapan keilahian” [Heidegger]

Theorizing the New Agenda for Architecture, An Anthology of Architectural Theory, 1965-1995, halaman 413
A painting by Paul Kane depicts an encampment on the shores of Lake
Huron in about 1845. While hunting and gathering away from their
villages, bands of Northeast Indians lived in portable bark shelters https://kids.britannica.com/students/assembly/view/136198
ARSITEKTUR memperjelas lokasi eksistensi manusia:

“Di antara langit dan bumi, di hadapan keilahian”


(Heidegger)
FOCUS ON SITE

Vittorio Gregotti (phenomenologist)


Tapak (site) perlu memperkuat, memadatkan, dan
menepatkan struktur alam dan pemahaman manusia
akannya.

Kualitas ini juga menjadi dasar untuk Regionalism oleh


Kenneth Frampton.

Theorizing the New Agenda for Architecture, An Anthology of Architectural Theory, 1965-1995, halaman 412
Possible relationships between natural and
human-made places: gathering

1. Visualize:
building demonstrates human understanding of nature by
replicating what is seen in nature
2. Complement:
building adds what is perceived to be lacking in nature
3. Symbolize:
building demonstrates human understanding of nature and
self by translating that understanding onto built form
(Genius Loci, p. 17)

Towards a Phenomenology of Architecture: Norberg-Schulz halaman 17


Machu Picchu, Urumbamba - Peru
LOKALITAS: ASPEK FISIK
key issues design

 Tidak terisolasi dari konteks lokal

 Desain yang responsif:


 sesuai dengan konteks lokal & respon positif terhadap
lokalitas
 menciptakan tempat2 yang beragam & menarik, orang dapat
mengenali perbedaan & karakter yang mudah diidentifikasi

 Renspons yang sesuai konteks lokal:


 Mengulangi atau re-interpreatsi pola bangunan lokal
 Sengaja dibuat kontras

Kuliah Bu Wiyatiningsih
responds to local context
development patterns
Pola kawasan eksisting sebagai awal pembentukan lay out
bangunan dan ruang
 Memasukkan pola bangunan lokal eksisting ke struktur bangunan yang
baru: memperjelas identitas & sense of belongings

Memperhatikan pola kawasan yang mencakup


 garis dan set-back bangunan
 pola-pola kelompok masa
 kepadatan bangunan
 orientasi bangunan
Respek terhadap pola eksisting
 Dimungkinkan variasi pola
 Memperkuat karakter
 Lahan digunakan secara efisien
 Pola jalan direncanakan secara teliti, bukan by accident
Kuliah Bu Wiyatiningsih
Kuliah Bu Wiyatiningsih
landscape
Respon bentuk lansekap eksisting (pola lahan/
kebun, pohon, batas, kolam & selokan)
 Pohon, kolam sebagai focal points
 Mengikuti topografi eksisting, bangunan &
jalan mengikuti kontur

Pohon & batas – keunikan site


 Meminimalkan penebangan pohon
 Pada awal proses desain perlu didata zona
pohon2 yang dilindungi
buiding design
harmoni & kesinambungan visual antara bangunan baru dan lama

building scale & shape

Bukan hanya ukuran absolut bangunan yang baru, namun ukuran


relatif dg lingkungan sekitar, & bagaimana skala yg terlihat

Membedakan elemen visual


bangunan baru – lama akan
mengurangi skala tampilan
bangunan

Arsitektur vernakular  pemakaian


elemen lokal pada bangunan baru
 Ketersediaan bahan & tradisi
lokal secara historisKuliah Bu Wiyatiningsih
buiding height
Respek terhadap ketinggian bangunan eksisting

Secara visual
tidak hanya fokus pada ketinggian
bangunan baru – lama secara
keseluruhan, namun juga ketinggian
papan lisplank atap

Lokasi bangunan baru menentukan


ketinggian bangunan yang sesuai

Kuliah Bu Wiyatiningsih
building elevation
Keunikan lokal diperkuat melalui adopsi bahan dan detil lokal pada
bangunan baru
 kombinasi baru – lama
Pola & proporsi jendela bangunan di sekitarnya
 elevasi horisontal & vertikal
 irama visual baru – lama

Kuliah Bu Wiyatiningsih
Kali Code
Sendangsono

Kuliah Bu Wiyatiningsih
LOKALITAS: ASPEK NON-FISIK
 SOSIAL
Usia
Gender
Hirarki/Kelas
 BUDAYA
Religi/Kepercayaan
Tradisi
 EKONOMI
Sumber penghasilan/livelihood
Koleksi Pak Greg
Javanese traditional house in
Kotagede

pawon senthong dalem pendhapa


Koleksi Pak Greg
Koleksi Pak Greg
Koleksi Pak Greg
Building Culture
of the Javanese Traditional House

Koleksi Pak Greg

Anda mungkin juga menyukai