Kritik Normatif
Kritik Arsitektur Normatif adalah mengkritisi suatu karya arsitektur sesuai dengan norma
atau keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah
perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah
prinsip.
Narasi Arsitektur
Menurut Lang, (1987:15-16) bahwa. Teori normatif adalah istilah yang ambigu Teori
normatif yang dibangun dari teori positif, keduanya didasarkan pada persepsi tentang
bagaimana dunia bekerja tetapi kedua hal ini didasarkan juga pada persepsi tampilan yang
baik dan benar atau salah, yang diinginkan dan tidak diinginkan, apa yang bekerja dengan
baik dan apa yang bekerja buruk. Teori Normatif dibidang desain adalah bersangkutan juga
dengan isu-isu substantif dan prosedural. Berbeda dengan teori positif, teori normatif yang
bersangkutan dengan posisi yang berbeda telah diambil atau mungkin diambil dari
lingkungan hidup peran desainer adalah apa lingkungan yang baik, dan bagaimana proses
desain harus dilakukan.
Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar
dalam arsitektur
Dapat memberi arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
Memperkaya penafsiran
Guggenheim selesai dibangun tahun 1980 Bangunan ini menjadi arsitektur yang
merupakan momen tunggal dalam budaya arsitektur karena berupa arsitektur langka.
Bangunan menempati total 24000 meter persegi dan terdiri dari serangkaian volume
kompleks yang berinteraksi satu sama lain dengan cara spektakuler, dengan jelas
mengabaikan hukum statika. Museum ini adalah bangunan paling sering disebut sebagai
karya yang menakjubkan tak hanya di Spanyol tetapi juga di tingkat internasional. Hal
tersebut berdasarkan survey di kalangan ahli arsitektur di tahun 2010.
Bangunan ini menjadi yang paling penting dari karya-karya yang terkandung di
dalamnya dan salah satu bangunan paling spektakuler dari dekonstruksionisme. Dirancang di
perairan yang tercermin meningkat bahkan lebih yang spektakuler, terutama pada malam hari
ketika Anda mempertimbangkan bahwa tingkat air ditempatkan burner yang menonjol api
berwarna dicampur dengan semprotan air. Bentuk bangunan ini sering diinterpretasikan
sebagai seekor ikan, walaupun ia tidak secara eksplisit tergambar seperti itu. Namun konteks
kota Bilbao yang berada di antara dua sungai dan tapak Guggenheim sendiri yang berada di
tepi air menjadikan proses pembentukan bangunan ini mengambil bentuk dari seekor ikan
dengan pola bekas air di sekitarnya Frank Gehry mengambil bentuk ikan ini dikarenakan
bangunan ini diapit oleh dua sungai.
Yang mencolok dari bangunan ini adalah, elemen penutup yang menyelimuti hampir
seluruh bangunan ternyata bukan dari pelat besi atau aluminium seperti pada karya-karya
Gehry sebelumnya, melainkan terdiri dari lapisan bahan metal yang sangat kuat dan tahan
ratusan tahun, yaitu titanium, yang biasanya digunakan untuk membuat pesawat terbang.
STRUKTUR
Dampak dengan lingkungan sekitarnya tentu kuat tetapi tidak cukup untuk membuat
gangguan, memang struktur mengesankan menyatu dengan lingkungan berkat keanggunan
sederhana dari bahan Titanium yang membuat struktur brilian hampir seperti sisik ikan
(lembaran batu kapur dan lembar kaca yang dibentuk oleh thermal kristal ganda yang
melindungi interior dari panas dan radiasi matahari).
Pemandangan paling spektakuler adalah didalam atrium setinggi 55 m yang tersusun
dari kepingan- kepingan dinding masif dan transparan yang meliuk-liuk dan menciptakan
ruang yang yang sangat plastis dan sculptural.
EKSTERIOR
Eksteriornya memiliki gaya yang unik berbahan kaca dan batu pasir serta berlapis plat
titanium. Dari atrium ini kita juga bisa menuju ruang luar yang menghadap sungai dan kota
tua Bilbao sengan bukaan kaca berukuran besar yang dilengkapi kanopi berkolom tunggal
dan menjorok ke arah sungai.
Di sekitar area museum terdapat dua patung unik. Tepatnya di pintu masuk berdiri
anjing raksasa yang terbuat dari rangkaian ratusan bunga hasil kreasi Jeff Koons. Tak jauh
dari situ, giant spider karya Louise Bourgeois ikut berdiri dengan angkuhnya menghadang
setiap pengunjung museum.
Team Member: Rafael David, Johansen Yap, Armeyn Ilyas, Wahid Annasir.
Site Area : 542 m²
DMHQ Office atau Dwamitra Headqurter adalah bangunan perkantoran yang terletak
di daerah Jakarta Selatan, pada sebuah kawasan padat berisi hunian mewah dan perkantoran
kecil. Gedung yang selesai dibangun pada 2010 lalu ini dibangun untuk mengakomodasi
kebutuhan sebuah perusahan keluarga yang memperkerjakan kurang lebih 15 staff karyawan.
Gedung yang didirikan di atas lahan seluas kurang lebih 540 meter persegi ini didesain
seolah-olah tampak seperti lima buah bangunan kecil yang dikelilingi oleh pepohonan dan
semak yang rimbun.
Yang unik dari penampilan bangunan ini yaitu, dibungkus dengan dinding putih serta
kaca dengan kadar besi yang rendah, sehingga memberi kesan minimalis dan “humble”.
Kemudian hadir beberapa bidang dinding berpori berwarna coklat dari bahan Papan GRC
yang memberi irama tersendiri, menciptakan kesan hangat dan fun.
DMHQ Office ini memiliki desain yang tidak identik dengan perkantoran pada
umumnya yang memiliki kesan kaku dan formal yang melekat pada bangunan. Bertindak
sebagai tim perencana dari Aboday Architects, dalam proses perencanaan para staff karyawan
ikut dilibatkan, hal ini untuk memaksimalkan fungsi yang nantinya akan mereka lakukan
sebagai pelaku aktifitas pada bangunan ini. Hasilnya adalah gubahan ruang yang “mengalir”
dan menciptakan interaksi yang maksimal dalam bangunan, dimana banyak ruangan sisa dan
koridor yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang komunal, untuk mengobrol dan bahkan untuk
makan siang bersama. Keterbatasan lahan yang tersedia juga menuntut desain yang kompak
dan efisien, tetapi tetap memberikan kesan luas kepada pelaku kegiatan di dalamnya, akses
visual yang maksimal terhadap tata lansekap menjadi solusinya.
• Konsep Design
Tak hanya dari sisi eksterior, pada bagian interior, konsep dinamis dan minimalis juga
ditonjolkan. Karena fungsinya sebagai perkantoran, gedung ini memiliki ruang kerja, lobby,
ruang pertemuan dan fasilitas umum lainnya yang didesain eksentrik sesuai dengan konsep
bagunan. Flow dari gedung ini unik, karena didesain menanjak, menurun dan penataan dari
ruang yang menyerupai seperti labirin dengan jalur-jalur terhubung. Hal lain yang menjadi
keunikan adalah letak ruang pertemuan dibawah tanah dan hanya mempunyai akses masuk
melalui pintu disamping pintu masuk utama bangunan. Bagian dalam diberi finishing dengan
sentuhan modern berupa marmer putih, kaca, batu, lingkaran.Tak hanya dari sisi eksterior,
pada bagian interior, konsep dinamis dan minimalis juga ditonjolkan. Karena fungsinya
sebagai perkantoran, gedung ini memiliki ruang kerja, lobby, ruang pertemuan dan fasilitas
umum lainnya yang didesain eksentrik sesuai dengan konsep bagunan. Flow dari gedung ini
unik, karena didesain menanjak, menurun dan penataan dari ruang yang menyerupai seperti
labirin dengan jalur-jalur terhubung. Hal lain yang menjadi keunikan adalah letak ruang
pertemuan dibawah tanah dan hanya mempunyai akses masuk melalui pintu disamping pintu
masuk utama bangunan. Bagian dalam diberi finishing dengan sentuhan modern berupa
marmer putih, kaca, batu, lingkaran.
• Denah
Dari denah tersebut, dapat dilihat bahwa bangunan memiliki axis yang kuat pada area
sirkulasi di bagian tengah bangunan dengan bentukan memanjang. Komposisi bentuk dan
dimensi ruang yang beragam pada bangunan menjadi suatu hal yang unik, dan menyebabkan
bangunan ini menjadi asimetris. Bangunan dikelilingi oleh existing berupa pepohonan yang
membuat kesan green dan natural melekat pada bangunan. Pepohonan juga membuat kondisi
sejuk bagi pengguna dan cocok bagi tipikal bangunan yang berada di jakarta dengan kondisi
temperatur kota yang terbilang panas atau tinggi.
• Potongan
Sementara itu, jika dilihat dari potongan, kesan dinamis berusaha ditonjolkan pada
bangunan lewat perbedaan level pada ruang, dan juga flow atau sirkulasi aktivitas bagi
pengguna. Bentuk dari office ini juga didapat melalui berbagai transformasi bentuk-bentuk
geometris.
Meskipun DMHQ Office merupakan kantor yang dirancang di atas lahan terbatas,
bangunan ini mampu menghilangkan kesan sempit dan membosankan dengan bentukannya
yang minimalis dan dinamis, tidak seperti keadaaan kantor pada umunya di Jakarta.
Banyaknya tempat yang mewadahi aktivitas sosial penggunanya menjadi nilai plus tersendiri
bagi bangunan ini. Dari sanalah DMHQ Office dapat dikategorikan sebagai good building,
karena memiliki kesesuaian antara desain dengan tema dan konsep perancangannya, dan yang
terpenting mampu mengakomodir kebutuhan penggunanya secara optimal sebagai gedung
perkantoran.
Kesimpulan
Teori normatif adalah teori yang berasal dari suatu ideologi tentang bagaimana dunia bekerja
dan membandingkan cara bekerja berbagai macam orientasi professional sehingga
memunculkan guidelines yang dapat digunakan sebagai panduan mendesain di suatu wilayah
tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
Teori normatif mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dan dapat dilakukan pada
lingkungan terbangun atau pada proses desainnya. Teori ini berfungsi menggali peran
arsitektur dalam rona kemasyarakatan dan sosial budaya tertentu sehingga dapat
mempengaruhi kepekaan apresiasi, evaluasi dan antisipasi terhadap fenomena arsitektur di
masa lampau, masa kini dan masa mendatang
Lang, Jon. 1987. Creating Architectural Theory - The Role of the Behavioral Sciences in
Environmental Design. Van Nostrand Reinhold Company. New York. Hal. 13-19.
https://earlyretno.blogspot.com/2018/11/kritik-arsitektur-normatif-dengan.html
https://www.archdaily.com/422470/ad-classics-the-guggenheim-museum-bilbao-frank-
gehry
http://www.archdaily.com/72590/dmhq-office-aboday-architects
http://www.dinilifarchitect.com/2011/10/aplikasi-unik-material-grc-pada.html
http://rwienuniverse.blogspot.co.id/2008/12/dmhq-building.html
http://kommunars.com/dmhq-office-alternatif-desain-kantor/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor
Sadeghi SHR, Jalili K. 2008. Land use optimization in watershed scale, Land Use Policy
2008.