Anda di halaman 1dari 30

KRITIK NORMATIF

Wayne Attoe

Mahasiswa:
JHON TUAH ADITYA SARAGIH
(Tugas Kritik Arsitektur)
Kritik Normatif
• Esensi kritik normatif adalah pendirian bahwa; diluar dan terlepas dari
suatu bangunan atau kota yang dikritik, terdapat norma, model,
pola, standard atau prinsip yang tingkat kualitas atau keberhasilannya
dapat diases. Norma tersebut mungkin sama bentuk fisik dan
spesifiknya dengan standard disain tangga-tangga bebas tanpa
penghalang.
• Tangga seharusnya sesuai dengan standard yang terdapat dalam
peraturan bangunan, dengan syarat-syarat tambahan yang harus
terpenuhi, seperti;
• Pijakan-pijakan tangga tidak boleh menggunakan nosing kasar
(persegi), yang diijinkan minimal nosing dengan bulatan satu inci.
• Tangga sebaiknya memiliki handrail menerus dengan ketinggian 32
inci diukur dari permukaan pijakan anak tangga.
• Handrail ini seharusnya memanjang melewati pijakan teratas dan
terbawah setidaknya 18 inci. Hal ini perlu dilakukan dengan seksama
sehingga perluasan tersebut tidak membahayakan dan perluasan
harus dibuat pada sisi dinding yang letaknya juga. (Mace dan Laslett,
1974).
Kritik Normatif
Kritik Doktrin
• Doktrin merupakan salah satu dasar pengambilan keputusan dalam
arsitektur dan kritik merupakan bagian sejarah arsitektur yang
menakjubkan. Doktrin telah disampaikan antara lain: bentuk mengikuti
fungsi, fungsi mengikuti bentuk, kurang berarti lebih (less is more),
kurang mengakibatkan bosan (less is bore), bangunan harus seperti
yang dimauinya, bangunan harus mengekspressikan struktur, fungsi,
aspirasi, metode konstruksi, iklim daerah dan material, dsb, sebuah
rumah seharusnya berada pada tempat yang sesuai dan bukan pada
puncak bukit, dan ornamen adalah kriminal.
• Kritik doktrin, karena memiliki pandangan tunggal, cenderung
mengarah kepada; ”hanya satu cara yang terbaik” (Shaw 1956) untuk
mencapai tujuan dan satu standard tunggal untuk mengukur
keberhasilan.
• Keuntungan bagi disainer, doktrin yang kabur dan tunggal akan
memberikan arah penentuan keputusan disain pada waktu yang sama
memberikan ruang yang luas untuk penafsiran. Disainer akan merasa
selalu merasa benar dari sisi moral, tanpa harus terikat (adhere) pada
tuntutan khusus bagi kebebasan (freedom).
Kritik Normatif
Kritik Doktrin
• Beberapa doktrin tidak dinyatakan dengan sederhana dan mudah, tidak
seperti doktrin sederhana Louis Sullivan ”Bentuk mengikuti fungsi” atau
pernyataan John Ruskin mengenai kuantitas ornamen pada bangunan:
”Tidak ada yang berlebihan jika untuk bagus” (Ruskin 1851, hal 268).
Doktrin juga tidak selalu muncul dan menjadi slogan yang dapat diingat
dengan mudah, karena terkadang terkubur dalam pernyataan panjang
atau sukar difahami, seperti kritik Peter Prangnell untuk Amsterdam
City Hall.
• Kritik doktrin cenderung merupakan abstraksi, seperti ”mikrokosmos”
dan ”image jalan dan tempat di kota”, dsb, maka kecil kemungkinan
membuat pengujian yang objektif untuk mengetahui sejauh mana
bangunan atau kota telah mencapai tujuan doktrin. Sepasang doktrin
yang sering muncul dalam tulisan kritik arsitektur yang memenangkan
Pulitzer, Prize Ada Louise Huxtable adalah; bangunan bersejarah yang
memiliki kualitas arsitektur harus diselamatkan, dan bangunan baru
seharusnya tidak dirancang dengan rumus klasik usang (moribund).
Boston City Hall menjadi bangunan publik yang superior karena
menghindari kemulukan arsitektur klasik lampau, Panitia pembangunannya
mencengkeram (clutch) doktrin ini seperti selimut Linus (Huxtable 1972,
hal 170). Doktrin dibawah ini, merupakan jantung kritik Huxtable terhadap
dua bangunan baru di Washington DC.
Kritik Normatif
Kritik Doktrin
• Walaupun tidak mengalir dan mudah diingat seperti doktrin ‘bentuk mengikuti
fungsi’, tetapi doktrin yang mendasari kritik Huxtable jelas dan mampu memberi
arah pada keputusan disain dan assesment yang kritis.
• Kritik David Gebhard (1974) atas museum J. Paul Getty di Malibu, Kalifornia
mengidentifikasi enam kritik dasar, yang kenyataannya merupakan dasar dari
beberapa doktrin ’penilaian negatif’. Kumpulan doktrin ini menawarkan diri sebagai
’alat ukur’ teori arsitektur kontemporer di Amerika (Gambar 12):

• Tidak etis menggunakan imaji arsitektur masa lampau untuk bangunan


kontemporer.
• Tidak etis menggunakan teknologi yang berbeda dengan yang telah digunakan pada
awalnya pada sebuah bangunan
• Jika membuat reproduksi suatu objek masa lampau, maka harus dibuat setotal dan
seakurat mungkin, seperti seorang perfeksionis yang kaku (stickler).
• Arsitektur harus dengan tepat mengungkapkan keputusan disain (design
judgment).
• Disain harus sesuai atau menunjukkan cita-rasa ’seni estetis yang tinggi’ bukan seni
populer yang rendah.
• Secara sosial bangunan mestinya buruk (deplorable-terrible) karena menghadirkan
representasi keinginan (whim) satu orang tertentu yaitu disainer, bukan keinginan
masyarakat.
Kritik Normatif
Kritik Doktrin
• Kritikus iconoclast lainnya, Robert Venturi (1966) menentang apa yang disebut
dengan doktrin ”Modern Orthodoks” yang mengandung ”simplisitas palsu” dan
berikutnya ”kompleksitas yang palsu”:
• Pertama, media arsitektur harus diuji kembali, jika harus mengekspressikan
meluasnya ruang lingkup arsitektur serta kerumitan dari tujuan yang harus
dicapai. Bentuk yang disederhanakan dan kompleksitas yang hanya dipermukaan
tidak akan berhasil untuk tujuan ini. Sebaliknya, lebih baik, sekali lagi kembali
menyadari dan mengeksploitasi variasi yang terkandung dalam ambiguitas presepsi
visual.
• Kedua, harus disadari, bahwa kerumitan (comlexity) bertambah (pada arsitektur
modern kontemporer; trans) justeru karena masalah ”fungsional” (alat; trans). Saya
cenderung pada ”program yang unik pada jaman kita” (unique in our time), dengan
bangunan, yang kompleksitasnya meningkat karena ruang lingkup pelayanannya
sendiri (tujuan; trans), seperti laboratorium penelitian, rumah sakit dan terutama
aneka proyek pada skala kota dan rejional planning. Namun, rumah tinggal,
ruang lingkupnya sederhana tetapi tujuan sangat kompleks jika harus merefleksikan
ambiguitas pengalaman kontemporer. Perbedaan antara ”alat” dan ”tujuan” pada
sebuah program sangat signifikan. Walaupun alat yang dilibatkan dalam sebuah
program rocket untuk sampai ke bulan sangat rumit, namun tujuannya sederhana
dan hampir tanpa kontradiksi. Sebaliknya, alat yang dilibatkan dalam program
dan struktur rumah jauh lebih sederhana dan tidak canggih menurut ukuran
teknologi, namun tujuannya sangat rumit dan selalu ambiguity sebagai bawaan
lahir.
Kritik Normatif
Kritik Sistematis
• Kritikus dan disainer yang baik, jarang mengambil risiko karena
menggantungkan diri pada doktrin tunggal untuk mendukung
penilaian mereka. Prinsip tunggal berbahaya karena mudah
diserang dengan hujatan simplisitas tidak pantas dan ’dated’.
David Gebhard (1974) dicengangkan oleh komplain terhadap
museum Getty:
• Dapat difahami dan dilihat (seperti sudah saya duga) bahwa pada
pertengahan 1970-an, masih ada arsitek dan pakar teori
arsitektur yang masih ingin mengungkapkan pandangan dan
keyakinan abad ke 19.
• Alternatif doktrin tunggal adalah jalinan berbagai prinsip dan
faktor membentuk sistem untuk menilai bangunan atau kota.
Kritik sistematis dianggap lebih mampu dari doktrin tunggal
menghadapi kerumitan kebutuhan dan pengalaman manusia.
Kritik Normatif
Kritik Sistematis
• Diantara beberapa sistem untuk mengevaluasi lingkungan fisik, terdapat
sejumlah variasi; komoditas keteguhan, dan kesenangan (commodity,
firmness and delight). Sistem ini, mengasumsikan bahwa aristektur yang
baik bukan hanya kuat (firmness), kekuatan penting jika dibarengi oleh
fungsi yang tepat (commodicious) dan kapasitasnya untuk meningkatkan
aktivitas dan pengalaman (delight) manusia. Versi Albert Bush-Brown
yang merujuk pada sistem diatas, dibingkai dari sudut pandang kegagalan
potensial bangunan-bangunan. Bangunan mungkin runtuh, atau tidak
dapat mengakomodasi tujuannya, atau tidak menjadi karya seni. (Bush-
Brown 1959). John Ruskin mengemukakan versi berbeda, namun Vitruvius
dapat diidentifikasi sebagai sumbernya.

• Setiap bangunan diperlukan agar:


• Berlaku baik dan melakukan sesuatu seperti diharapkan dengan cara yang
terbaik.
• Berbicara dengan baik dan mengatakan sesuatu seperti yang diingikan
ingin dikatakan dengan kata-kata yang terbaik.
• Terlihat baik, dan kehadirannya menyenangkan, apapun yang dilakukannya
dan dibicarakannya. (Ruskin 1851, hal 39-40).
Kritik Normatif
Kritik Sistematis
• Sistem yang dikembangkan oleh Hillinger, Musgroove dan O’Sullivan (1972)
berbeda dengan Vitruvian dan versi variasinya, karena menumpukan perhatian
pada akhir abad 20, yang menempatkan bangunan sebagai; modifier iklim,
modifier perilaku, modifier budaya dan modifier sumber daya, gagasan modifikasi
mengandung aspek ”fungsional” dan ”displecement”:

• Pertama, bangunan adalah ’modifier iklim’, dalam konsep yang luas berfungsi
sebagai filter lingkungan yang kompleks antara bagian dalam dan luar. Memiliki
’efek displecement’ pada iklim luar dan ekologi dan hal-hal yang dimodifikasinya,
dengan jalan menambah, mengurangi dan membuat spesifikasi input sensory pada
organisme manusia.
• Kedua, bangunan adalah ’kontainer aktivitas’, menampung dan memfasilitasi
aktivitas, dan terkadang melakukan percepatan dan penentuan aktifitas. Bangunan
ini juga modifikator untuk memodifikasi perilaku total masyarakat.
• Ketiga, bangunan adalah objek ’simbol dan budaya’ bukan hanya ditinjau dari
tujuan disainer, tetapi juga dalam hubungannya dengan rangkaian kognitif dari
orang yang melihatnya. Efek ”displacement” juga terjadi pada budaya masyarakat.
Perlu dicatat bahwa sebuah bangunan yang secara kultural negatif akan menjadi
objek simbol sama seperti bangunan yang positif (intentionally) secara kultural
• Keempat, sebuah bangunan adalah nilai tambah bagi bahan baku (seperti proses
produksi), menyangkut modal investasi, maksimalisasi sumber yang langka sejalan
dengan waktu. Dalam konteks yang lebih luas yaitu masyarakat, maka bangunan
dilihat sebagai modifier sumber.
Kritik Normatif
Kritik Sistematis
• Geoffrey Broadbent menyarankan tambahan faktor kelima
yaitu ”dampak lingkungan”. Sistem yang diajukan Hillier dkk
dikembangkan untuk membantu pemahaman tugas penelitian,
tapi dapat difungsikan sama untuk evaluasi dan mengukur
keberhasilan dan kegagalan dari masing-masing set yang
dibahas dalam sebuah sistem. Kedua sistem, Vitruvian dan
Hillier dkk mengidentifikasi faktor-faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam evaluasi, namun mereka tidak
menunjukkan standard khusus dalam membuat penilaian. Kita
disuguhi model, namun tidak dengan ukuran (measurement).
• Dalam beberapa kasus, penilaian dikaitkan dengan out-line
sebuah sistem. Christian Norberg-Schulz (1965) misalnya
mengembangkan sistem tripartite-tugas bangunan, bentuk dan
teknik (building task-form and technics) yangb diakhiri dengan
penilaian mengenai bentuk (form). Dia menjelaskan bagaimana
sistem tersebut digunakan untuk menganalisa bentuk bangunan:
Kritik Normatif
Kritik Sistematis
• Beberapa sistem kritik berusaha menjadi komprehensif, sedang yang lainnya
membatasi diri pada pertimbangan tertentu seperti pertimbangan estetis.
Sebuah sistem telah diajukan ”tongue-cheeks” untuk menentukan apakah
bangunan berhasils sebagai vernakular komersil tahun 1950-an. Sistem tersebut
didasarkan pada fitur-fitur sebuah restauran di Los Angeles yang disebut dengan
milik Googie (House and Home , 1952).
Ciri-ciri dari arsitektur Googie adalah:
• Modern: memiliki jendela ”string”, namun tidak pernah jendela 16-light jendela
”shash” kolonial, dapat dilindungi dengan atap segi-tiga terbalik tetapi tidak pernah
memiliki ”cornice”.
• Abstrak: Jika sebuah rumah kelihatan seperti jamur, maka jamurnya harus abstrak,
jika kelihatan seperti burung, maka harus seekor burung geometris.
• Lebih dari satu tema: Seperti jamur abstrak ditunggangi seekor burung abstrak.
• Mengabaikan gravitas: bangunan harus tergantung, jika alam dan enjinering
tidak dapat mewujutkannya , maka harus dibantu seni.
• Gabungan tiga tema arsitektur lebih baik daripada satu, sehingga dua atau tiga
sistem struktur yang digabung bersama menambah manfaat dan daya tarik.
• Menggunakan seluruh material yang ada: Baja, beton, kaca, kayu, semen asbes
dan blok kaca, plastik dan plywood, menggunakan lebih banyak batu anngrek yang.
Mengapa melempar batu bara ke dalam tungku ? Mengapa tidak ke dinding ?
Mengapa bukan membangun dengan tali? Mengapa tidak menggunakan apa saja ?
• Penemuan Mekanikal: Dinding menggantung dan berputar pada caster, pintu
tertanam ke tanah dan lampu overhed untuk membakar hamburger.
Kritik Normatif
Kritik Sistematis
• Kritik terhadap rumah-rumah baru di Edgartown, Massachusett yang dilakukan
oleh Moore, Allen dan Lyndon (1974) pada esensinya adalah kritik formalist
walaupun seperti kebanyakan kritik lainnya, tidak terlihat secara eksklusif.
Pengarang menganalisa pola yang timbul berulang-ulang pada pembuatan rumah
dan pembuatan jalan, dengan demikian menetapkan ”sistem” yang besifat lokal,
kemudian mengkonfrontir rumah individu dengan sistem tersebut. Sistem eksternal
terhadap bangunan yang dikritik dalam arti aturan dan tujuan tidak tergantung
pada bangunan yang dikritik, namun tetapi diturunkan dari metode pembuatan
rumah dan pembuatan jalan pada kota dimaksud. Standard tersebut tidak bersifat
universal bagi arsitektur hanya menunjukkan pola lokal.
• Untuk menggunakan sistem formalis ini, menilai arsitektur, maka harus jelas
perbedaan antara sistem penilaian arsitektur dan sistem klasifikasikan bangunan.
Yang terakhir hanya cara pengelompokan bangunan, sesuai dengan style, periode,
karakter atau asumsi yang dimiliki bangunan dan tidak menyatakan nilai dari suatu
judgement. Misalnya, Heinrich Wolfrin (n.d) mengembangkan sistem klasifikasi
bangunan berdasarkan karakter visual bangunan, yakni ”linear dan painterly” ,
”plane dan recession”, ”closed dan open form” multiplicity dan unity”, ”clearness
dan unclearness”. Charles Jencks (1971) menawarkan sistem klasifikasi
berdasarkan ”asumsi dan tujuan yang mendasari pembentukan sebuah ”form”
arsitektur”, bukan berdasarkan ciri-ciri visual, karakter yang ditawarkan Jencks
antara lain adalah; logis, idealis, kesadaraan diri (self-concious), intuisi, aktivist dan
ketidaksombongan (unself-concious).
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Kritikisme didasarkan atas sebuah sebuah tipe-itipe sebuah struktur,
fungsi dan bentuk (form), yang jarang digunakan di dalam kritik-kritik
arsitektur populer maupun dalam perspektif para ahli sejarah, namun
tidak demikian akhir-akhir ini.
• Mengapa Hotel Hilton terlihat berbeda dengan sebuah
keretapenginapan, apakah karena perubahan dalam konteks cita rasa
arsitektur atau perubahan dalam konteks bisnis hotel? Pertanyaan ini
langsung mengemukakan kelemahan pendekatan konvensional
terhadap sejarah arsitektur. Pertimbangan fungsi secara logika selalu
muncul lebih dahulu dari pertimbangan estetika, dan aspek kedua ini
tidak dapat dingevaluasi tanpa memahami aspek yang pertama.
Bangunan memiliki sebuah kegunaan sebelum memiliki sebuah style
arsitektur.
• Studi tipologi bangunan, sekarang dikenal di benua Eropa sebagai
sebuah titik perhatian utama para ahli sejarah arsitektur. Buku-buku di
Inggris mencurahkan perhatian pada tipologi berbagai bangunan
tertentu seperti stasiun kereta api, pabrik, theater, mulai
dbermunculan, tetapi secara keseluruhan buku-buku ini, kurang
diperhatikan (Pevsner, 1976-A).
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Kegagalan pemikiran dalam terminologi tipologi bangunan, mungkin diakibatkan
oleh karena perhatian para ahli kritik dan sejarah tefokus pada orijinalitas
(originality) sebuah bangunan. Perhatian biasanya hanya terpusat pada bangunan
yang sudah mencapai tahap “seminal” dan dikenal serta dan “prototypical”, yang
menyimpang dari pola yang sudah baku. Sejarah dibentuk oleh sekuen bangunan
yang menyimpang dan “progressive seperti ini. Studi yang dilakukan oleh Nikolaus
Pevsner ”A History of Building Types, akan membantu menyeimbangkan pandangan
sejarah arsitektur kita.
• Meskipun tipologi jarang menjadi dasar dari kritik, namun dengan mudah dapat
dikemukakan argumentasi bahwa sebagian besar lingkungan binaan, kenyataannya
didisain berdasarkan type-type standar, bukan bentuk inovasi yang orijinal yang
langka, dan perhatian ril untuk kualitas, utilitas, dan ekonomi di lingkungan
difokuskan pada tipe standard tersebut, bukan pada kondisi khusus, seperti kasus-
kasus seminal. Perhatian yang lebih dalam kepada bungalow-bungalow akan
memberikan keuntungan kepada lebih banyak orang, dari pada memberikan
penghargaan yang lebih kepada suatu bangunan karena keanehan –keanehan
arsitektural, dan memuji hanya pada satu orang. Atau jika kita memilih melanjutkan
perhatian pada bangunan khusus yang innovatif, setidaknya harus dilihat secara
tipologi, seperti dikemukakan Alan Colquhoun (1969), ’penyelesaian dengan tipe
standar sangat dominan’- bahkan juga digunakan pada disain inovatif. Hanya sedikit
’masalah’ yang memiliki parameter, yang dapat digunakan untuk menyelesakian
maslahnya sendiri, sehingga bergantung pada konvenskonvensi dan tipe-tipe standar
yang untuk mengurangi kerumitan dalam mpenyelesaian masalah.
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Relevansi pendekatan tipologi dapat dilihat pada sebuah ’perbandingan’
(comparison) yang dibuat oleh March dan Steadman (1974), yang menunjukkan
tiga rumah oleh Frank Lloyd Wright yang berbeda bentuk (curvilinear, rectiliniear
dan triangular), yang pada kenyataan ketiganya didasarkan pada hubungan
fungsional yang sama.
• Daripada terfokus pada keunikan dan inovatif, kritik tipologi lebih mencari
kommonalitas diantara bangunan, yang memiliki tujuan pelayanan yang sama
(fungsi), memiliki sistem susunan formal (form) yang sama atau struktur (structure)
yang sama, yang digunakan untuk mengukur kesuksesan dan kegagalan sebuah
bangunan yang dikritik, melalui kedekatan atau kesesuaiannya dengan tipologi
tersebut yang dilakukan dengan membuat perbandingan. Tipologi kritik
mengamsumsikan bahwa; terdapat konsistensi dalam pola kebutuhan dan aktifitas
manusia (pattern of human needs and activity), sebagai akibatnya, menuntut
konsistensi cara membangun lingkungan fisik yang akan memenuhi tuntutan
tersebut.
• Terdapat tiga fitur dasar yang berhubungan dengan tipologi dalam menganalisa
sebuah bangunan yaitu: struktur, fungsi dan bentuk (structure, function and form).
Tipologi kritik berdasarkan struktural, membandingkan sebuah lingkungan buatan
dengan lingkungan buatan yang terbuat dari ’material dan pola pendukung’, yang
sesuai. Sebagai contoh, penggunaan ”vierendeel frame” oleh Louis Kahn pada
laboratorium penelitian medis, Universitas Pennsylvania, telah diuji dengan
membandingkannya pada penggunaan vierendeel lainnya, hasil perbandingan
menyimpulkan bahwa milik Khan dinyatakan “unique”.
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Kritik Tipologi yang didasarkan bentuk (form) membuat sebuah asumsi
tentang eksistensi bentuk yang murni (pure form) sebagai tipologi, apapun
fngsi dari objek yang bersangkutan. Kritik jenis ini fokus pada cara “form”
itu sendiri mengalami modifikasi beserta variasinya yang timbul. Kajian
William MacDonalds berjudul “The Pantheon” (1976) menyimpulkan
dalam sebuah bab tentang kritik tipologi. Setelah mendapatkan garis besar
dan interpretasi dari sejarah Pantheon di Roma, kemudian dia mengkaji
turunannya (progeny-off spring) berupa bangunan-bangunan yang
merupakan imitasi bentuk Pantheon.

• Palladio pada akhir hayatnya, membangun sebuah chapel yang sangat


menyenangkan di Maser tahun 1579-80, namun, dapat disebut anak dari
Pantheon yang durhaka (irreverent-disrespectful, rude). Kolom teras
berkurang dari 8 menjadi 6, dan gedungnya tergolong tinggi untuk lebar
yang demikian. Menara kembar muncul, dan dari denah dapat dilihat niche
yang memanjang (apsidal) dan yang memalang (transverse-crossways)
dibuat melampaui keluar pinggiran rotunda sehingga mengingatkan orang
pada kuil bulat di di Ostia. Struktur pendukung kubah, dengan cerdas
terintegrasi dengan perpanjangan niche. Jika dibandingkan, maka Pantheon
kelihatan sendu (sombre) .....
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Kritik Rayner Banham atas studio-studio artis di Paris fokus pada dua
aspek; bentuk (form) dan fungsi, menciptakan contoh kritik tipologi yang
lebih komprehensif. Masalahnya adalah menciptakan kritik dalam plot yang
dibatasi; sebuah rumah orang Paris, malah dibatasi sebuah struktur
standard rumah tersebut, meskipun ruangannya cukup luas untuk melayani
keperluan sebuah studio, dan dapat dilengkapi dengan fenestrasi yang
sesuai dengan aturan normal ’komposisi fasade’ (Banham, 1956). Fitur
karakteristik studio artis Paris adalah jendela yang besar; ditutup kaca
dengan kosen sempit yang tinggi; kombinasi jendela dan hauling-up hatch;
dan koloni artis. ’Vernakular warisan moyang’, merupakan kontribusi
modernisme pada bangunan studio ini, dengan pemakaian kembali elemen
vernakular, dan pembakukan norma bangunan studio kecil yang berlanjut
yang pernah runtuh (slump-drop-fall) ditinggalkan. Di dasarkan atas tipologi
ini maka Banham melakukan penilaian terhadap bangunan studio yang
spesifik, seperti karya Le Corbusier:

• Dimanapun, tidak ditemukan studio abad duapuluhan, jendela berukuran


sangat besar, dengan kaca berkosen sempit-tinggi, yang digunakan dengan
penuh keyakinan, kecuali pada rumah (oleh Le Corbusier) di Meistchaninoff
dan Lipchitz, dengan elemen-elemen vernakular yang telah dicerna
sepenuhnya, tanpa harus menjadi sok seniman, seperti yang terdapat pada
beberapa bagian lain dari rumah-rumah ini.
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Sebuah kajian oleh Deilmann, Kirschenmann dan Pfeiffer berjudul
Wohnungsbau (1973) memakai pendekatan ’kritik tipologi struktur’ dalam
mengklasifikasi struktur perumahan. Mengabstraksi beberapa tipe dasar
rancangan (basic plan type) yang berkaitan dengan perumahan; tipe rumah
tinggal (dwelling types), tipe bangunan (building types) dan tipe
penggunaan (used type) bangunan. Penulis mengembangkan beberapa
variabel standart sehingga dengan terminologi tersebut mampu
menggambarkan sebuah komplek seperti Habitat di Montreal (lihat Gbr
33, 34). Deilmann dkk juga mampu membuat penilaian, segera sesudah
mereka membuat beberapa tujuan. Misalnya, jika ruang terbuang
diminimalkan, maka penyelesaian dengan tipe 1 tidak baik, karena ruang
terbuang di area-area akses pada tipe ini. Jika diinginkan pemisahan area
komunikasi dan individual, maka solusi pada tipe 4,5,dan 6 dinilai yang
terbaik.
• Meskipun kajian memilih judul ’sebuah type bangunan’ (the Dwelling),
tidak menjaminan bahwa kajian ini akan menawarkan kritik tipologi. Buku-
buku dengan judul seperti “Row House” atau “Multi-Storey Housing” dan
isu-isu tema pada majalah profesional yang menyajikan (devoted-
loyal,caring, dedicated) pusat-pusat perbelanjaan atau gedung
pertunjukan, cenderung hanya untuk display, bukan analisa atau evaluasi.
Tujuannya hanya mendisplay pernyataan artistik dan menyediakan
material, sebagai rujukan gambar untuk para disainer, atau mengukur
penyelesaian yang mereka buat dengan rujukan tersebut..
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Kita dapat mengharap kritik tipologi arsitektur dan disain kota, makin
sempurna dengan ketertarikan baru pada semiotik, bahasa pola
(pattern of language) dan riset performance bangunan yang timbul
akhir-akhir ini. Kritik arsitektur tidak akan lagi hanya memfokuskan
perhatian pada bangunan-bangunan yang individual unik dan innovatif,
tetapi juga bangunan yang berhasil memanifestasikan dan
menyediakan diri untuk mengakomodir ‘deep pattern’ penggunanan
dan persepsi, yang muncul berulang-ulang. Dalam kata-kata McDonald,
disebut bahwa; kritik mencari sesuatu yang mendekati ‘inti kebutuhan
pokok manusia (the core of human needs)’, didalam sebuah bangunan.
• Semiotik, secara umum, adalah sebuah ilmu tentang ”system sign”,
yang tergantung pada model linguistik dan asumsi bahwa lingkungan
secara prinsip adalah sebuah kumpulan dari sign-sign, yang harus
dipelajari untuk diinterpretasikan dan dimengerti serta difahami.
Beberapa sign bersifat ’transitory” beberapa bersifat kultural, dan yang
lain bersifat ”deep” dan barangkali menjadi universal. Arsitektur
mencoba untuk merefleksikan pola yang terdapat didalam sanubari
(deep pattern)- yaitu ’archetypal pattern’ bukan pola yang hanya timbul
dipermukaan (surface pattern)- yang diperkirakan akan lebih signifikan
dan efektif. Archetypical, perfectly typical example of something,
original idea
Kritik Normatif
Kritik Tipologi
• Banyak bangunan yang menampilkan informasi, dan riset yang
formulasinya dalam terminologi type bangunan, salah satunya
menemukan studi sekolah, pemukiman-pemukiman, singel
family, pusat-pusat perbelanjaan dan lain sebagainya. Sebuah
studi seperti Generic Plans: Two and Three Storey Houses,

• ... berkenaan dengan tuntutan penghuni terhadap rumah. Bukan


mencoba menunjukkan rencana yang sudah selesai siap-pakai,
tetapi disusun untuk menunjukkan bentuk rencana generik yang
telah berhasil memenuhi kebutuhan rumah didalam praktek
aktual. (National…,1965)

• Dimasa datang kita berharap dapat melihat usaha yang dengan


kesadaran sendiri mendamaikan persepsi “typical” dan “pola
perilaku” dan tugas tipologi adalah untuk mengkonstruksi dan
memelihara type bangunan spesifik.
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Measure, membedakan evaluasi yang ketat dengan kritik yang lain. Numerik dan standar
khusus memberikan norma, yang menjadi rujukan sebuah bangunan agar menjadi seperti yang
diharapkan. Standar dapat mempresentasikan nilai minimum, rata-rata atau preferensi, sebagai
contoh institusi pemerintahan dan peraturan bangunan lokal selalu menetapkan batasan
minimum:
• Sec. H-503 (a), Ruang yang dihuni, gudang dan ruang cuci harus memiliki ketinggian langit-
langit tidak kurang dari 7 kaki 6 inches. Hallway, koridor, kamar mandi dan ruang toilet harus
memiliki ketinggian langit-langit tidak kurang dari 7 kaki, diukur ketitik terendah dari langit-
langit. (international ..... 1970)
• Jenis persyaratan minimum lainnya dibentuk untuk bagian-bagian lain suatu bangunan, sebagai
contoh di dalam persyaratan minimum sebuah ”doorset” dinyatakan sebagai sebuah
penyimpangan maksimum dari persegi (square):
• Test untuk akurasi segi-segi empat Pintu gantung
Pengujian Apparatus:
• Sebuah alat pengukur jarak dengan akurasi yang penyimpangannya yang masih diijinkan.
• Sepotong baja persegi dengan sisi-sisi 500 mm.
Methoda pengetesan:
• Pencatatan dimensi-dimensi linear pintu.
• Pemeriksaan kurasi sudut keempat persegi daun.
Kriteria:
• Penyimpangan dimensi yang diijinkan tidak dilampaui.
• Penyimpangan persegi empat tidak lebihi dari 0,75 mm, setiap 500 mm,
• (Baud dan McIntyre, n.d.).
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Di beberapa kasus, standard yang digunakan dalam kritik terukur, tidak dinyatakan
secara ekspilisit, namun masih digunakan dalam kritik sebagai sebuah norma.
Seperti terlihat pada kasus Huxtable (19976-B) saat menyatakan bangunan Pennzoil
di Houston: bangunan ini sukses mengawinkan seni arsitektur dan bisnis investasi
konstruksi (p.67)
• Biaya akhir bangunan $ 28/kaki persegi, partisi interior yang eklusive dan $ 7,5 untuk
curtain wall….
• Mr. Hine menggambarkan, biaya konstruksi untuk arsitektur jenis ini 10 % di atas
dasar, tapi perbedaan 10% kemudian berkurang menjadi 5 % oleh kecepatan
membangun dan biaya bunga ... 5% yang lain diambil dari biaya sewa yang lebih
tinggi karena menunjukkan prestise/ wibawa bangunan.(P 70).
• Standard yang tidak dijelaskan adalah rata-rata harga pada struktur kantor berlantai
banyak. Standard preferensi menjadi tujuan bangunan yang sangat diinginkan sekali
dicapai. Bagi Vitruvius (1960, p. 179) dimensi ruang makan, panjangnya harusnya 2
kali lebarnya. Camillo Sitte (1945) proporsi tertentu harus ditetapkan pada disain
square publik.
• Dimensi square publik juga tergantung pada pentingnya bangunan utama yang
mendominasi square tersebut, atau dengan cara lain, tinggi bangunan utama diukur
dari muka tanah ke cornice (ornamen-ornamen di atas tembok) harus dalam
proporsi dengan dimensi square publik diukur tegak lurus dalam arah fasade
bangunan utama tersebut. Di square publik ketinggian fasade istana atau bangunan
utama harus berbanding dengan lebar (breadth) square tersebut (p 27).
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Norma atau standar yang menjadi dasar kritik terukur, apakah
yang minimum, rata-rata atau hanya preferensi terhadap kondisi
tertentu, akan terefleksi dalam berbagai macam tujuan dari
sebuah bangunan. Biasanya tujuan-tujuan ini digambarkan dalam
dari tiga macam performance; tujuan teknikal (technical goal),
tujuan fungsional (functional goal), dan tujuan perilaku
(behavioural goal).
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Tujuan teknikal, berkenaan dengan fabric bangunan, soliditas, dan
pemeliharaannya. Sebuah evaluasi teknis terhadap dinding-dinding interior
sekolah-sekolah, misalnya, akan memasukkan pertimbangan berikut ini:

Objektif performance: Membuat stabilitas struktur


• Test #1: Daya tahan terhadap beban.
• Test #2: Daya tahan terhadap impact.
• Test #3: Support untuk attached load.
• Test #4: Instalasi yang sesuai untuk elemen-elemen non-sistem.
Objektif performance: Membuat permukaan durable secara fisik
• Test #5: Ketahanan permukaan..
• Test #6: Perlawanan pada goresan dan abrasi.
• Test #7: Penyerapan dan penyimpanan air (absorbtion and retention).
Objektif perfomance: Penampilan yang memuaskan dan mudah dirawat.
• Test #8 : Daya bersih dan resistensi terhadap noda/ kotoran.
• Test #9 : Akumulasi debu.
(Rabinowitz, 1974)
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Tujuan fungsional mengaitkan penampilan bangunan sebagai sebuah
setting untuk aktivitas-aktivitas spesifik dan khusus, dengan demikian
sebuah ruang sekolah, disyaratkan agar menyediakan sebuah area yang
dapat digunakan sebagai kelas-kelas, baik bagi individu atau kolektif oleh
group aktifitas, presentasi-presentasi, dan kegiatan-kegiatan lain.
Rabinowitz (1975, p. D-1,-2) mengevaluasi eksistensi sebuah ”Forum” di
sekolah Parkside, Columbus, sejalan dengan tujuan diatas, menggunakan
tiga mekanisme pengujian; sebuah questioner untuk guru-guru (mereka
dengan suara bulat setuju bahwa setiap sekolah harus memilikinya);
sampel (dihuni sekitar 50 % dari waktu yang tersedia, berdasarkan
observasi sampel); dan lembar tanda tangan (sign-up sheet), digunakan
untuk mereserve ruang berdasarkan mingguan.

• Temuan: meskipun ini sebuah sekolah dasar tradisional, ada indikasi, jika
diberikan kesempatan pengajaran yang inovatif dan perlengkapan di luar
ruang kelas, maka fasilitas seperti ini akan digunakan dengan baik. Terlihat,
bahwa Forum telah berhasil seperti yang diharapkan, digunakan untuk
berbagai aktifitas dan oleh sejumlah orang. Atribut-atributnya yang terbaik,
adalah karena jaraknya yang dekat dan mudah diakses, bebas dari ganguan
dan memiliki disain yang atraktif. Tangga-tangganya, khususnya, digunakan
untuk tempat duduk dalam berbagai aktifitas-aktifitas dan oleh sejumlah
pemakai. (Rabinowitz 1975, p. D-2,-3)
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Tujuan perilaku tidak berhubungan dengan fabric bangunan atau
keberhasilannya sebagai sebuah setting untuk berbagai aktifitas,
tetapi pengaruh bangunan terhadap individu-individu. Lozar
(1974, p.173) mengusulkan sebuah taksonomi untuk
membedakan berbagai macam perilaku (behaviour), tiga kategori
yang terdapat pada taksonomi ini relevan untuk digunakan dalam
criticism sebagai; respon dengan maksud tertentu:
• Persepsi visual dari lingkungan fisik;
• Attitude umum terhadap aspek-aspek lingkungan fisik;
• dan aktifitas-aktifitas perilaku yang terlihat (observable) didalam
lingkungan fisik.
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• 1. Persepsi lingkungan,
• Persepsi terhadap lingkungan terutama mengacu pada persepsi
terhadap aspek-aspek visual dari bentuk-bentuk buatan (built forms).
Sering bentuk-bentuk visual tertentu mengisyaratkan kategori-kategori
penggunaannya. Sebagai contoh, sebuah atap pelana dengan sebuah
menara (steeple) mengimplikasikan sebuah lingkungan gereja. (Lozar,
1974, p.173). Pada evaluasi sebuah projek perumahan di Cambridge,
Massachusetts Zeisel dan Griffin (1975) menguji persepsi pemakai,
terhadap bentuk pembangunannya secara keseluruhan. Arsitek melihat
organisasi site sebagai ”sebuah hirarki ruang-ruang”.

• Mereka membayangkan pqra penghuni, akan mencapai unit-unit
hunian mereka melalui tipe-tipe ruang yang berbeda: Orang dapat
memasuki site melalui salah satu jalan yang terlindung atap sekitar
pada siku-siku (knuckles) bangunan, memasuki ruang tengah yang
besar, lalu masuk ke “ruang kluster” yang spesifik berhubungan dengan
bangunan mereka, dan akhirnya memasuki sebuah tangga bersama
menuju unit hunian mereka. Pard Team (para arsitek bangunan ini)
mengharapkan site plan dapat membimbing orang melalui ruang-ruang
tersebut (p.33).
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• 2. Sikap Umum,
• Attitude umum terhadap aspek-aspek lingkungan fisik, mengacu pada
“ketertarikan” atau “penolakan” yang dirasakan oleh seseorang
terhadap sebuah objek atau situasi. Hal ini menjadi dasar dari evaluasi
yang dibuat oleh Kasl dan Harburg (1972) yang mengkaji cara-cara
bagaimana berbagai persepsi terhadap lingkungan dikaitkan dengan
keinginan pindah dari lingkungan tersebut (p.320). Sebuah asumsi,
bahwa hampir setiap kasus keinginan pindah diinterpretasikan sebagai
sebuah penilaian negatif terhadap lingkungan sekitar. Penulis
menemukan bahwa hal ini lebih sering ketika respondent-respondent
tinggal dalam tekanan yang tinggi dalam lingkungan tersebut, dan
kemudian

• Hidup di dalam area-area dengan tekanan tinggi mempunyai sebuah


pengaruh yang kuat di dalam: ketidak asingan dengan kejadian-
kejadian kejahatan dan pelanggaran di dalam lingkungan: penaksiran
critical dari polisi: persepsi lingkungan tidak aman: penaksiran critical
fasilitas-fasilitas di dalam lingkungan: dan ketidak sukaan lingkungan
dan hasrat untuk keluar.(p.323).
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• 3. Perilaku
• Perilaku lahiriah (overt) langsung terlihat dalam aktifitas-aktifitas manusia. Pada
sebuah skala besar, definisi ini mengisayaratkan pola-pola pergerakan, jalur-jalur
sirkulasi, pengelompokan sosial masyarakat, dsb. Dalam skala yang kecil, pengertian
ini menganjurkan studi faktor tentang dari furniture, mesin-mesin, atau penutup
permukaan (Lozar, 1974, p. 173)
• Mintz (1956) mengobservasi perilaku lahiriah untuk membuat penilaian tentang
kualitas estetika dari dua ruang yang dijadikan sebagai eksperimen.

• Selama 3 minggu, dua penguji, yang tidak tahu bahwa mereka adalah subjek dari
studi ini, masing-masing menghabiskan waktu sesi yang panjang mentest
(beberapa subjek) dalam sebuah ruang “indah” dan “jelek”. Pada sebuah skala
tingkatan, penguji memiliki efek-efek jangka pendek, yang sama dengan yang telah
dilaporkan sebelumnya; selanjutnya, selama 3 minggu sesi yang panjang, tingkatan
skala, secara signifikan lebih tinggipada ruang “indah”. Perbandingan lamanya waktu
percobaan dikedua ruang, menunjukkan bahwa penguji diruang “jelek’ biasanya
menyelesaikan testing lebih cepat, dari penguji yang menilai ruang “Indah”. Catatan
observasi menunjukkan bahwa di ruang “jelek” penguji mendapatkan reaksi-reaksi
terhadap ruang, seperti; kemonotonan, kelelahan, sakit kepala, mengantuk,
perasaan tidak senang, perasaan lekas marah dan lain sebagainya; sebaliknya pada
ruang “indah” penguji merasa nyaman, menyenangkan, penting, energik, dan
memiliki untuk melanjutkan aktifitas mereka lebih lama. dapat disimpukan, bahwa
estetika visual lingkungan
Kritik Normatif
Kritik Terukur
• Teknik-teknik pengukuran, dalam membuat evaluasi-evaluasi perilaku
ini, termasuk alat untuk mensurvey attitude dan mekanisme simulasi,
teknik-teknik interview, observasi yang dilengkapi dengan instrument,
obeservasi langsung, observasi stimulasi sensory, dan metode tidak
langsung atau tanpa penghalang (unobstrusive). (Lozar, 1974, p. 171).
Meskipun metoda yang tersedia banyak, namun masing-masing
memiliki kelemahan yang tak dapat dielakkan, yang harus diingat saat
membuat kesimpulan-kesimpulan. Misalnya, ketika meminta reaksi
orang terhadap gedung-gedung, kita menghadapi masalah umum yang
sering terdapat pada poling pendapat: unclear referents and
antecedents- (kita tidak pernah mengetahui dengan pasti bahwa
responden memiliki pemahaman yang sama dengan kita atas kata-kata
yang digunakan), changeability (akankah attitude ini berubah?),
response sets (sebuah gejala yang diberikan responden dalam
menanggapi yang dilakukan secara yang konsisten tanpa melihat lagi
keadaan aktual yang sesungguhnya), staged behaviour (memberikan
reaksi sesuai dengan naskah pribadi yang dibuat sendiri oleh responden
seolah bermain dalam bagian tertentu di atas panggung), evaluation
apprehension (respon untuk memenangkan dan menyenangkan
evaluator), helpfulness (memberikan jawaban untuk memperbaiki hasil-
hasil studi).

Anda mungkin juga menyukai