Anda di halaman 1dari 24

Study of concepts and architectural figures - Book Chapter Template

Kajian Tokoh Arsitektur Budi Pradono

Budi Pradono Architect, Indonesia


Email: pradono.budi@gmail.com

Abstract
Budi Pradono is one of the indonesian architects that known with green architecture concept
and some of his iconic works and yet functional building. Budi Pradono is founder and
principal of budi pradono architects {BPA} which is a research based architectural studio with
interdisciplinary practice focus on contemporary lifestyle, hospitality and urban design through
an inclusive and rigorous methodology of research, intensive experimentation and
collaboration. He states green concept in various criteria. Green Architecture can be interpreted
as sustainable, enviromental friendly, and high performance building. He graduated from a
university at Jogjakarta and continued his masters at Rotterdam. His works were published and
exhibited worldwide and awarded with numerous prizes. Budi Pradono focused on creating
works that contribute to nature, local community, and surrounding spaces. This paper
examines specialty design of green architecture concept in his works, how the concept of his
thinking can adapt to the surroundings, and also presenting some of his best existing project
buildings.
Keywords: Budi Pradono, Architect, Green Architecture, Research, Building

Abstrak
Budi Pradono adalah salah satu arsitek Indonesia yang dikenal dengan konsep arsitektur hijau
dan beberapa karya ikonik yang juga fungsional. Budi Pradono adalah pendiri dan kepala
arsitek budi pradono {BPA} yang merupakan studio arsitektur berbasis penelitian dengan fokus
praktik interdisipliner pada gaya hidup kontemporer, keramahtamahan dan desain perkotaan
melalui metodologi penelitian yang inklusif dan teliti, eksperimen intensif, dan kolaborasi. Budi
Pradono mengungkapkan Arsitektur Hijau dengan berbagai kriteria. Arsitektur Hijau dapat
diinterpretasikan sebagai berkelanjutan, ramah lingkungan, dan bangunan dengan performa
sangat baik. Budi Pradono lulus di universitas di Yogyakarta dan melanjutkan masternya di
Rotterdam. Karya-karyanya diterbitkan dan dipamerkan di seluruh dunia dan memenangkan
banyak penghargaan. Budi Pradono fokus pada penciptaan karya yang berkontribusi pada
alam, komunitas lokal, dan ruang-ruang di sekitarnya. Karya tulis ini membahas tentang desain
konsep arsitektur hijau dalam karya-karyanya, bagaimana konsep pemikirannya dapat
beradaptasi dengan lingkungan alam, dan juga menghadirkan beberapa proyek terbaik
miliknya.
Keywords: Budi Pradono, Arsitek, Arsitektur Hijau, Penelitian, Bangunan
1. Pendahuluan
Salah satu arsitek yang akan dibahas pada penelitian ini adalah arsitek yang dirasa memiliki
passion di bidang green Architecture dan kearifan lokal di Indonesia. Budi Pradono memiliki
keterbukaan bagaimana proses perwujudan karya arsitektural dengan hal yang sederhana
menjadi wujud yang kompleks. Budi Pradono adalah seorang arsitek yang berkebangsaaan
Indonesia, lahir dari pasangan Eliana Rosalina Pradono dan Wahyu Pradono. Beliau
menyelesaikan studinya di jurusan arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Jogjakarta dan
kemudian memperoleh gelar masternya di belanda. Beliau juga mempunyai pengalaman kerja
di beberapa biro arsitektur internasional di luar negeri. Budi Pradono banyak memenangkan
pernghargaan lewat konsep "arsitektur hijau". Karyanya pernah diliput a+u, sebuah majalah
arsitektur dan urbanisme Jepang, majalah ini menjadi benchmark para arsitek, Bukan saja
karena publikasi tersebut selalu mengangkat isu terkini dan menampilkan karya spektakuler
arsitek dunia, tapi juga karena penyebarannya yang mendunia. Arsitek Budi Pradono terkenal
dengan arsitektur "secondary skin-nya", ia mengatakan bahwa wujud karyanya "dilapisi" oleh
material atau bentuk lain sebagai lapisan kedua, bukan semata konsep estetika untuk tampilan
bangunan saja tapi juga respon positif terhadap lingkungan sekitar.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjalanan arsitektur Budi Pradono?

2. Apa ciri khas konsep yang digunakan Budi Pradono dalam merancang?

3. Bagaimana pemahaman konsep dari mata seorang Arsitek Budi Pradono?

4. Apa saja hasil karya perancangannya?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perjalanan arsitektur seorang Budi Pradono

2. Untuk mengetahui ciri khas konsep yang digunakan Budi Pradono

3. Untuk mengetahui pemahaman Budi Pradono mengenai konsep yang digunakannya

4. Untuk mengetahui hasil-hasil karya perancangannya


2. Perjalanan Arsitektur Budi Pradono
Budi Pradono lahir di Salatiga, 15 Maret 1970. Ia merupakan salah satu arsitek berbakat
Indonesia yang karyanya telah dikenal di dunia luas dan telah memperoleh sejumlah
pernghargaan bertaraf internasional. Penghargaan-penghargaan tersebut antara lain, Cityscape
architecture award, Dubai 2004; AR Awards for Emerging Architecture, London, 2005; World
Architecture Festival Award, Barcelona 2008; Silver medal & Honorary diploma INTERARCH,
Triennial Architecture, Sofia Bulgaria 2009.
Pada tahun 1995, ia menyelesaikan studinya di Universitas Kristen Duta Wacana. Setelah
mendapatkan gelar sarjananya, Budi Pradono melakukan perjalanan untuk mencari
pengalaman berarsitektur di beberapa negara. Proses pencarian arsitektur didalam
perjalanannya juga diikuti dengan berbagai macam pekerjaan, penghargaan-penghargaan
arsitektural, dan pengalaman bekerja dengan seniman dan berbagai arsitek di lain negara.
Pada tahun 1995-1996, budi pradono memulai pengalamannya dengan bekerja di Beverly
Garlick Architects, Sydney Australia kemudian pada tahun1997 – 1999 bekerja pada
International Design Consultant, dibawah arsitek Inggris Malcolm Wildsmith, setelah
menyelesaikan perjalanan arsitekturnya mengelilingi eropa.
Sebagai pemenang dari Talented Young Asian Architects, The Bunka Cho Fellowship Award
Year 2000, Budi Pradono memulai perjalanannya mengelilingi jepang dan bergabung dengan
Kengo Kuma &Associates pada kurun waktu 2000-2002. Selama tinggal di Jepang, Budi
Pradono bersosialisasi dan saling bertukar pandangan dengan seniman-seniman jepang.
Pada kurun waktu 2001-2002, Budi Pradono melanjutkan perjalanan arsitekturnya di negeri
Cina dan menghasilkan desain arsitektur bagi kantornya, Kengo Kuma & Associates.
Mempunyai hubungan dengan komunitas sosial dan budaya di Jepang dan Cina membuat
perjalanan arsitekturalnya menjadi lebih kaya.
Dalam perjalanannya, Budi Pradono memutuskan untuk kembali belajar untuk memahami
pemikiran tentang arsitektur kontemporer dengan belajar di Berlage Institute, Laboratory of
Architecture, Rótterdam pada tahun 2002-2003. Berada di bawah bimbingan Winny Maas,
penulis dan Principal Architect MVRDV, saat di Rótterdam, Budi Pradono juga mulai
berhubungan dan bertukar pikiran dengan banyak arsitek eropa lainnya seperti Alejandro
Zaera-PoloPrincipal Architect FOA, Jan Willem Kalinberg dari MONOLAB, Jacques Herzogdan
Pierre de Meuron dari HdeM, serta Zaha Hadid
Pendidikan dan karir Budi Pradono Secara Berurutan   :

•    1995        lulusan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

•    1995 – 1996     Bekerja di Biro Arsitek Beverley Garlick Architects, Sydney

•    1996 – 1999     Bekerja di Konsultan Desain Internasional

•    1999         Mendirikan Biro Arsitek Budi Pradono

•    1999 – 2000    Mengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia, Jakarta

•    2000 – 2002     Bekerja di Kengo Kuma & Associates, Tokyo

•    2002 – 2003     Menyelesaikan program Pasca Sarjana di Berlage Institute, laboratory of
architecture, Rotterdam

Award       :
1993 Meraih Juara kedua untuk Dani Tropy in the National Student Architecture Competition.
“Conservation Of The Dani tribe settlement”, Irian Jaya, Indonesia

1993 Pemenang hadiah utama dari National Architectural Design Competition for the Loji Kecil
Area of Yogyakarta

2000 Penghargaan sebagai Arsitek Muda Berbakat dalam The Bunka Cho fellowship (Japan
Architecture Institute)

2000 Finalis The “City for All “Desain Kota Dirgantara – Halim, Jakarta

2004 Pemenang Proyek Leisure Future Project, City Scape Architectural Review Award Dubai
for Restaurant at Jimbaran, Bali

2004 Pemenang Proyek komersial, City Scape Architectural Review Award Dubai for Tetaring
Kayumanis Restaurant Nusa Dua, Bali

2005 Meraih Juara ketiga One Stop Shopping Gallery Jakarta Kota, Architectonia Indonesia
Design Magazine

200 Honourable mention, Penghargaan AR  untuk Emerging Architecture, London


Tahun 1999, Budi Pradono mendirikan sebuah konsultan teknik yang diberi nama Budi
Pradono Architects (BPA). BPA sendiri merupakan studio arsitektur yang berfokus pada gaya
hidup kontemporer, keramahtamahan, dan urban desain.

Perjalanan penemuan
jatidiri atas sikap ber-
arsitektur yang sangat
panjang ini
membuka jalan pikiran
Budi Pradono dalam
berkarya di Indonesia.
Mencetuskan
ide jalan desain GLOCAL,
Budi Pradono telah
menemukan arah dan
tujuan pada
setiap desain arsitektur
budi pradono architects
Perjalanan penemuan jatidiri atas sikap ber-arsitektur yang sangat panjang ini membuka
jalan pikiran Budi Pradono dalam berkarya di Indonesia. Mencetuskan ide jalan desain
GLOCAL, Budi Pradono telah menemukan arah dan tujuan pada setiap desain arsitektur di
perusahaan biro arsitektur miliknya, yaitu budi pradono architects (BPA)

3. Biro Konsultan Budi Pradono Architects (BPA)

Pada Tahun 1999, Budi


Pradono bergabung
dengan International
Design
Consultant dibawah
Principal Architect
Malcolm Wildsmith.
Pada tahun 1999,
Indonesia mengalami
krisis moneter sehingga
hal ini juga berdampak
pada dunia
arsitektur. Satu persatu
biro konsultan arsitektur
muda gulung tikar. Hal ini
juga
berpengaruh pada
International Design
Consultant (IDC). Hal yang
dilakukan IDC
adalah mengurangi
jumlah arsitek yang
bekerja di konsultan
tersebut. Arsitek
yang semula berjumlah
14 orang hanya tersisa 3
orang termasuk Budi
Pradono.
Setelah itu, Budi Pradono
mendirikan 2 biro
konsultan yang bernama
Studio 5
dan budi pradono
architects. Biro
konsultan ini
mempunyai fungsi
berbeda,
fungsi dari Studio 5
adalah untuk
menangani urusan
yang bersifat proyek
sedangkan budi pradono
architects berfungsi
sebagai research dan
kompetisi
dengan di biayai oleh
IDC. Pada tahun 2000,
Budi Pradono mendapat
penghargaan Talented
Young Asian Architects,
The Bunka Cho
Fellowship
Award Year 2000 dan
bekerja di Jepang
sehingga pada tahun
2000-2002 biro
konsultan yang telah
didirikan oleh Budi
Pradono berstatus non
aktif. Lalu pada
tahun 2002, setelah
keadaan di Indonesia
mulai membaik, Budi
Pradono kembali
ke Indonesia untuk
mendirikan kembali biro
konsultan budi pradono
architects
yang berfungsi sebagai
Project dan research
hingga saat ini.
Pada Tahun 1999, Budi Pradono bergabung dengan International Design Consultant
dibawah Principal Architect Malcolm Wildsmith. Pada tahun 1999, Indonesia
mengalami krisis moneter sehingga hal ini juga berdampak pada dunia arsitektur. Satu persatu
biro konsultan arsitektur muda gulung tikar. Hal ini juga berpengaruh pada International
Design Consultant (IDC). Hal yang dilakukan IDC adalah mengurangi jumlah arsitek yang
bekerja di konsultan tersebut. Arsitek yang semula berjumlah 14 orang hanya tersisa 3 orang
termasuk Budi Pradono. Setelah itu, Budi Pradono mendirikan 2 biro konsultan yang bernama
Studio 5 dan budi pradono architects. Biro konsultan ini mempunyai fungsi berbeda,
fungsi dari Studio 5 adalah untuk menangani urusan yang bersifat proyek
sedangkan budi pradono architects (BPA) berfungsi sebagai research dan kompetisi dengan di
biayai oleh IDC.
Pada tahun 2000, Budi Pradono mendapat penghargaan Talented Young Asian
Architects, The Bunka Cho FellowshipAward Year 2000 dan bekerja di Jepang sehingga
pada tahun 2000-2002 biro konsultan yang telah didirikan oleh Budi Pradono berstatus non
aktif. Lalu pada tahun 2002, setelah keadaan di Indonesia mulai membaik, Budi Pradono
kembali ke Indonesia untuk mendirikan kembali biro konsultan budi pradono architects yang
berfungsi sebagai Project dan research hingga saat ini.
Saat ini Budi Pradono mempunyai sebuah konsultan teknik yang diberi nama Budi Pradono
Architects (BPA). BPA sendiri merupakan studio arsitektur yang berfokus pada gaya hidup
kontemporer, keramahtamahan, dan urban desain dengan menggunakan metode merancang
absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang
berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu
lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi
pemanasan global, penghematan energi, dan pengelolaan lingkungan yang lebih
bertanggungjawab

a. Definisi Arsitektur Hijau


Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture
merupakan salah satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah
lingkungan. Beberapa poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya
alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan material non
polusi serta daur ulang.
Arsitektur hijau merupakan suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau berkelanjutan, elemen-elemen
yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi
arsitekturnya.
Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah
lingkungan, arsitektur alami dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau dapat
diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-
bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur
hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan
Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting seperti
pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable development.
Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus mengorbankan sumber daya alam yang
harus diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri
Norwegia Bruntlan

b. Awal Mula Arsitektur Hijau


Green Architecture muncul sebagai trend/gerakan baru dalam perancangan bangunan dan
lingkungan, terutama sejak munculnya formulasi Komisi PBB, Brundtland Commision
tahun 1987 tentang Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). PBB
mendirikan World Commission on Environment and Development (WCED) yang mengenalkan
istilah “sustainable” yang kemudian dalam dunia arsitektur lebih dikenal “Green
Architecture” atau arsitektur Hijau.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable) diterjemahkan sebagai “development that meets the
needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs ”.
Sejak saat itu, isu 'hijau' mulai menjadi perhatian di dunia perancangan bangunan, sebagai
bentuk kepedulian dan partisipasi dunia arsitektur dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan konsekuensi dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Arsitektur hijau meminimalkan penggunaan sumber daya alam oleh manusia untuk
menjamin generasi mendatang dapat merasakan hal yang minimal sama dengan yang
dirasakan saat ini. Arsitektur hij au adalah arsitektur yang minim mengkonsumsi sumber
daya alam, termasuk energi, air, mineral, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan (Karyono, 2008).

c. Prinsip Arsitektur Hijau


Prinsip Arsitektur Hijau prinsip arsitektur hijau pada tahun 1994 the one arsitektur hijau
amerika atau u.s. green building council mengeluarkan sebuah standar yang bernama
leadership in energy and environmental design (leed) standards. adapun dasar kualifikasinya
adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan yang berkelanjutan
Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan
sekitar. Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon
sekitar bangunan juga dianjurkan

2. Pelestarian air
Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas
serta pemasangan bangunan penampung air hujan. Selain itu penggunaan dan persediaan air
harus juga di pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi


Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuat layout dengan orientasi bangunan
yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan


Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau
bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk
diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan
kimia berbahaya. Sifat bahan bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah
tanpa polusi yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.
5. Kualitas lingkungan dan ruangan
Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa dalam
sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah ruang yang
meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas
beracun.

Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future
mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit
mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkannya kembali.
Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim
dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih
jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain
bangunan agar hemat energi, antara lain:
 Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan
menghemat energi listrik.
 Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai
sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap.
Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau
sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang
maksimal.
 Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu
hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
 Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas
cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
 Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
 Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh
penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
 Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam
bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
 Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
 Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang
bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
 Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat
kolam air di sekitar bangunan.
 Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak
lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
 Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak
yang ada.
 Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan
secara vertikal.
 Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan
akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam
perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat
digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu
dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.
Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu,
sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan
sesuai potensi yang ada di dalam site.

d. Perkembangan Arsitektur Hijau di Indonesia


Di Indonesia sendiri, gerakan Arsitektur Hijau juga tampak pada tahun 1980-an.
Beberapa tokoh yang turut berperan dalam perkembangan awal arsitektur hijau adalah Y.B.
Mangun Wijaya, Heinz Frick, dan Eko Prawoto (Tanuwidjaya, Gunawan).
Pada tahun 2009, didirikan Green Building Council Indonesia (atau sering juga disingkat
GBCI). Yaitu sebuah lembaga mandiri dan nirlaba yang didirikan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan seperti: biro konsultan dan konstruksi, kalangan indistri properti, pemerintah,
intitusi pendidikan, dan masyarakat peduli lingkungan sebagai sarana pertimbangan dan
sertifikasi bangunan bertaraf green.
Menurut GBCI dalam programnya yang disebut Green Ship, terdapat beberapa faktor yang
menentukan apakah suatu bangunan dapat diberi sertifikasi green building. Yaitu:
• Tepat guna lahan
• Efisiensi energi dan refrigerant
• Konservasi air
• Sumber dan siklus material
• Kualitas udara dan kenyamanan udara
• Manajemen lingkungan bangunan
Menurut Paola Sassi, dalam bukunya yang berjudul: “Strategies for Sustainable
Architecture”, hal-hal yang mempengaruhi tepat guna lahan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
memilih lahan dengan mempertimbangkan keberadaan fasilitas transportasi publik, jaringan
pedestrian dan jalur sepeda, nilai ekologi lahan, dan dampak lahan pada komunitas;
menggunakan lahan dengan efisien dengan mempertimbangkan kebutuhan komunitas,
kepadatan, pengembangan yang atraktif, kemungkinan mixed-use, dan membangun diatas
lahan yang sebelumnya terabaikan; meminimalisir dampak pengembangan dengan melindungi
habitat alami, mempertahankan tanaman existing, meningkatkan potensi pedestrian dan jalur
sepeda, menambahkan fungsi produksi pangan apabila memungkinkan.
Dalam praktiknya, desain Bangunan Hijau atau Green Building terkadang ditolak oleh klien
karena besaran dana yang cenderung lebih besar apabila dibandingkan dengan bangunan
tanpa konsep green dalam upaya mempersiapkan fasilitas-fasilitas ‘hijau’-nya tanpa
mengetahui dan/atau mempertimbangkan besaran dana yang perlu dipersiapkan nantinya
manakala bangunan siap untuk ditinggali. Hal ini juga terjadi karena kurangnya pengetahuan
dan/atau kesadaran klien mengenai pentingnya Arsitektur Hijau bagi keberlangsungan
komunitas kedepannya.
Dalam perkembangan arsitektur di Indonesia saat ini, salah satu arsitek Indonesia yang sedang
menarik perhatian dunia adalah Budi Pradono yang banyak mengusung konsep arsitektur
hijau pada karya karyanya.

4. Konsep Arsitektur Hijau Menurut Budi Pradono


Profesi arsitek (menurut Budi Pradono) menuntut kita untuk melihat green sebagai
kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan
pada bangunan yang green dengan berbagai kriteria. Green dapat di interpretasikan
sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan) dan high performance
building (bangunan dengan performa sangat baik).
Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang
merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award
bagi bangunan yang menerapkan konsep ramah lingkungan. Contohnya: pengurangan
pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong green yang sering
menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus
memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang
mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam
hal ini, peran arsitek menjadi penting.
Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas
yang dibeli agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic
(sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak
murah. Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur
antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui)
passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan
tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area
perkerasan, dan sebagainya. Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan
penggunaan energi (misalnya energy listrik), low energy house dan zero energy building
dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi
terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi
juga patut diperhitungkan.
Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah
tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya
memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan,
menciptakan ruang ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan
sebagainya.

5. Perkembangan Desain Budi Pradono

Praktek arsitektur yang ada di dunia terbagi ke dalam beberapa golongan atau
kategori terutama dalam spesialisasi yang dikerjakan praktek arsitektur yang fokus pada
perancangan bangunan komersial, bangunan rumah, bangunan hospitalitas (hotel/ villa),
desain urban. Studio BPA milik Budi Pradono mencoba mendefinisikan sebagai firma
arsitektur yang berbasis riset. Hal ini memberikan output yang luas baik di bidang
perancangan urban, bangunan privat, maupun bangunan kebudayaan dan komersial.
Sebenarnya basis penelitian ini memberikan kesempatan yang luas agar BPA dapat selalu
berinovasi dengan begitu karya-karyanya merupakan sesuatu yang benar-benar baru
sehingga ke depannya dapat menggoreskan sejarah arsitektur di Indonesia. Dari sisi
perancangan juga diharapkan dapat menjadi global karena mereduksi batas geografis suatu
Negara, diharapkan ke depan dapat menjadi bagian dunia yang lebih luas.
BPA berfokus pada perubahan lifestyle masyarakat kontemporer tentu saja
bersentuhan dengan kehidupan masyarakat dunia terkini, hal inilah yang menyebabkan
analisis-analisis pada perubahan masyarakat ini yang akan menentukan rancangan
sehingga rancangan-rancangannya menjadi sangat spesifik. Perbedaan mendasar dari setiap
proyek adalah karakteristik lokalitasnya atau konteks. Dengan begitu ramuan arsitekturnya
adalah penggabungan antara programming dan konteks tempatnya atau the spirit of place
nya.
Pemikiran BPA adalah mengacu untuk menciptakan bangunan yang hijau atau
identik dengan alam. Mengacu kepada konsep desain ini, arsitek memadukan antara
potensi dari kontur lahan, pergerakan cahaya matahari dan unsur air dengan pengolahan
bentuk dan susunan ruang, detail konstruksi sampai desain interior hunian.

6. Karya Arsitektur Budi Pradono


a. Restoran Kayu Manis Bali, Indonesia
Restoran Tetaring Kayumanis Bali 2007. Resto ini memiliki 2 unsur penting sebagai
eyecatch yakni bambu dan tanah liat/clay. Bambu-bambu yang ada pada restoran ini
memang bukanlah jenis bambu biasa. Ukuran dimensi nyaris seragam. Restoran ini
adalah bagian dari Hotel Kayu Manis, Bali. Berdiri diatas kolam dan ditopang
menggunakan baja sebagai pondasi nya dan fasad-fasad nya menggunakan bambu agar
lebih terlihat alami.
Struktur utama bangunan yang menggunakan baja berkesan dingin sehingga
keberadaan bambu menjadi elemen penghangat sekaligus penimbul suasana lokal.
Sementara itu tanah liat digunakan pada ramp
terowongan sebagai entrance menuju resto ini.
Tanah liat yang menjadi acian/plester bangunan
berkesan rapuh saat dipegang dan berasa dingin.
Secara umum kesan elemen bambu pada bangunan
ini sangat mendominasi sampai elemen baja pun
dicat menjadi emas kekuningan agar terlihat meny
atu dengan material bambu
b. Rumah Kindah Office Jakarta, Indonesia
Rumah Kindah Jakarta 2008, Bangunan
yang berlokasi di jalan Lenteng Agung
Jakarta ini menempati lahan seluas
kurang lebih 490 m2. Sekilas tampak
kurang ramah jika dilihat dari luar
karena bentuknya yang seperti benteng
beton. tapi tampaknya bentuk ini dapat
dipahami berhubung di depan
bangunan terdapat jalur kereta api yang
masih aktif sampai sekarang. Sehingga
fasad depan pun didesain dengan sedikit bukaan.
Bangunan dengan kombinasi material beton dan
kaca ini mempunyai sebuah courtyard sebagai area
utama. Material beton yang cukup mendominasi dicoba
diseimbangkan dengan material kaca agar kesan
bangunannya tidak terlalu berat. Desain dengan pola
grid sangat terasa pada bangunan ini.
Material beton yang cukup mendominasi dicoba
diseimbangkan dengan material kaca agar kesan
bangunannya tidak terlalu berat. Elemen arsitekturnya
pun banyak yang dibuat dengan kesan melayang sebagai
kesan bangunan yang ringan. Mulai dari plafond, tangga
sampai plat lantai. Sobekan-sobe kan kaca memberi sentuhan menarik pada dinding
beton rumah Kindah ini.

c. R house Depok, Indonesia


R house Depok 2011, Desain hunian ini
mengutamakan konsep mutualisme, yang artinya
menciptakan kebersamaan antara pemilik rumah
dengan tetangga sehingga saling menguntungkan.
Arsitek memadukan antara potensi dari kontur lahan,
pergerakan cahaya matahari dan unsur air dengan
pengolahan bentuk dan susunan ruang, detail
konstruksi sampai desain interior hunian.
Halaman belakang yang luas ini sendiri didesain
menjadi taman dan kolam renang, sementara jalan
penghubung antara bagian muka dan belakang
hunian, didesain dengan konsep inner courtyard semi terbuka
d. Dancing Mountain House Salatiga, Jawa Tengah
Dancing Mountain House Salatiga, 2014 konsepnya yang
mengedepankan peran arsitektur di tengah masyarakat
dan kombinasi antara modernisasi dengan unsur
tradisional. Tak hanya itu, konsep borderless home atau
rumah bambu tanpa sekat yang diterapkan BPA
membuatnya lebih luas dengan berpusat pada ruang
keluarga berupa ruang makan utama. Bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat Dancing Mountain
House ini berasal dari rumah-rumah tua dengan
memaksimalkan penggunaan bahan-bahan lokal
yang tersedia di daerah sekitarnya seperti bambu,
tanah liat, batu, dan batu bata. Rumah ini juga
dibangun oleh masyarakat yang tinggal di sekitar

Atap di dalam rumah ini dibuat terbuka yang sekaligus berfungsi sebagai cahaya langit
guna mendapatkan cahaya alami sebanyak mungkin ke dalam rumah
tersebut

e. Rumah miring Pondok Indah, Jakarta


Rumah miring Pondok Indah, Jakarta 2015 diciptakan oleh BPA untuk
menciptakan sebuah “antitesis ekstrim” untuk kolom-kolom dekoratif
yang menggunakan detail mediterania, rumah
ini sebenarnya tidak miring, tetapi kerangka
baja putih rumah ini dibuat miring ke arah
jalan. Rumah Miring memiliki tiga lantai dan
dihubungkan oleh tangga jaring putih.
Masing-masing lantai memiliki akses menuju
teras dengan pohon tinggi yang tumbuh
melingkar didalam rumah
Rumah miring ini terdiri dari tiga lantai utama
dan satu lantai mezanin di lantai dasar. Pada
lantai dasarnya terdapat area parkir kendaraan, ruang tamu sekaligus pantry, kamar
mandi, kolam renang, dan juga ruang belajar pada area mezaninnya. Pembatas antara
area parkir dan ruangan di dalamnya adalah kenaikan lantai pada bangunannya. Pada
lantai dasar ini area benar-benar cukup terbuka dan lapang

f. Casablancka Residence, Bali


Rumah yang berlokasi di Kelating, Tabanan, Bali ini diberi
nama oleh pemiliknya yaitu Casablancka. Dengan
pendekatan alamnya ini memang merupakan salah satu
ciri khas dari arsitek ternama Indonesia yaitu Budi
Pradono. Ide utama dalam desain rumah ini adalah untuk
menciptakan Arsitektur Bali yang diambil dari konsep Tri
Mandala dimana akan terdapat tiga area atau wilayah
dalam bangunan. Sedangkan untuk konsep bangunannya
sendiri mengambil transformasi bangunan tradisional Bali
bernama Taring. Taring merupakan struktur bangunan
sementara yang terbuat dari bamboo dan biasa digunakan
pada acara tertentu seperti pada acara pernikahan atau
pemakaman. Dinding yang didesain dari batu bata, disusun zig zag dan diberi beton
penyangga di dalamnya. Dinding batu bata tentunya akan mengurangi udara panas di
Bali. Banyaknya bukaan pada massa bangunan menjadi salah satu solusi yang diberikan
pada rumah ini. Hal ini dilakukan agar udara alami bisa keluar dan masuk secara
leluasa.
Kesimpulan

Dalam karya tulis ini telah diperoleh suatu kesimpulan yaitu seorang arsitek dari
Indonesia yaitu Budi Pradono melakukan penerapan konsep green architecture pada
karya rancangannya yang juga telah dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai
bangunan yang ramah lingkungan. Konsep green architecture tidak hanya berorientasi
pada pembaharuan material dan tata desain, tetapi juga harus memperhatikan
lingkungan sekitar agar dapat memberikan kebaikan di masa sekarang dan di masa
yang akan datang.

Selain itu, dalam konsep Green Architecture/Arsitektur Hijau yang


dikembangkannya, ia juga menegaskan bahwa seorang arsitek dalam merancang suatu
bangunan setidaknya memperhatikan ketiga prinsip ini; sustainability (keseimbangan),
ecofriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan
performa yang baik). Arsitektur hijau juga tidak sekedar menanam atau menambah
banyak tanaman di sekitar bangunan, melainkan juga memberdayakan bangunan agar
lebih bermanfaat bagi lingkungan.

Berdasarkan karya-karya yang dihasilkannya, dapat disimpulkan bahwa karakter


desain yang paling menonjol dalam karya-karya Budi Pradono adalah konsep
hunian/bangunan yang menyatu dengan alam. Hal ini terlihat dari beberapa karya dan
desainnya yang sangat memperhatikan isu-isu lingkungan.

Desain BPA, diawali dengan adanya survey lapangan dan analisis kondisi
lapangan. Sehingga desain yang muncul juga tanggap lingkungan. Untuk pembentukan
masa, BPA menggunakan geometris yang cenderung simple, seperti belah ketupat,
karena beberapa karya cenderung hasil permainan bentuk geometris yang diperlakukan
secara bijak berdasarkan kebutuhan alam dan pangsa pasar.
Ucapan Terima Kasih

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun serta menyelesaikan Karya Tulis yang
berjudul Kajian Tokoh Budi Pradono. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Utama
dan Dosen Pembimbing dalam mata kuliah Kajian Konsep dan Tokoh Arsitektur, sehingga kami
dapat menyelesaikan Tugas dengan baik. Terima kasih pula kepada pihak yang telah membantu
saya dalam proses penyusunan tugas ini. Saya juga sangat berterima kasih kepada Arsitek Budi
Pradono yang mana menjadi seorang inspirasi saya dalam mengerjakat tugas ini. Sosok beliau
dan karya-karyanya telah membuat saya yakin bahwa Budi Pradono adalah salah satu sosok
arsitek yang paling saya kagumi untuk dibuat Karya tulis tentang beliau dengan judul Kajian
Tokoh Budi Pradono.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada karya tulis ini, baik dalam hal
isi, penggunaan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharap krtik dan
saran yang membangun, demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Semoga karya yang
kami buat, dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami sebagai penyusun, serta
semoga dapat menjadi jembatan dalam memperoleh ridho Allah SWT. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 6 April 2020


Penyusun
Daftar Pustaka

[1] Dwijayanti, I, Maulana S. , Mahasiswa dan Dosen Universitas Surakarta. STRATEGI DESAIN BANGUNAN
GREEN ARCHITECTURE OLEH ARSITEK BUDI PRADONO November 2017, 63-74
[2] Nugroho, A.C. SERTIFIKASI ARSITEKTUR/BANGUNAN HIJAU: MENUJU BANGUNAN YANG RAMAH
LINGKUNGAN, Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2011
[3] Pradono, B. 2008. Green Design dalam Perspektif Arsitek Muda. Good Business With Green Design. 8
November 2008. Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
[4] FuturArc, Green Issues 2009 : Discourse, rd Application, Imagination, 3 Quarter 2009, Vol 14, PT. Indonesia
Printer
[5] Hindarto, P. 2008. Konsep Green Architecture/Arsitektur Hijau oleh Budi Pradono.
[6] Handayani, S. 2009. Arsitektur &Lingkungan. Edisi ke-1. UPI. Bandung
[7] https://budipradono.com/ diakses pada Februari 2020
[8] www.Archdaily.com
[9] https://budipradono.com/
[10] https://www.slidesearch.net/slide/profil-arsitek-indonesia-budi-pradono
[11] file:///C:/Users/fitri%20isnaini/Downloads/79-Article%20Text-67-1-10-20190411.pdf
[12] file:///C:/Users/fitri%20isnaini/Downloads/343483646-ipi164421-pdf.pdf
[13]

Anda mungkin juga menyukai