Anda di halaman 1dari 60

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Sastra Jepang Skripsi Sarjana

2019

Analisis Struktur dan Fungsi Rumah


Tradisional di Jepang ( Minka No Ie )

Soffan, Mukhbit
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14486
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL DI

JEPANG ( MINKA NO IE )

NIHON DE DENTOU TEKI NA UCHI (MINKA NO IE) NO KINOU TO

KŌZŌ NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

MUKHBIT SOFFAN

140708006

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala

puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dan mengajarkan apa-apa yang

tidak diketahui. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita mendapatkan

syafaatnya di hari akhir nanti.

Atas berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI RUMAH

TRADISONAL DI JEPNG (MINKA NO IE)”, yang merupakan syarat untuk

mencapai gelar sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam

menyelesaikan skripsi ini, baik dari keterbatasan bahan maupun keterbatasan

penulis sendiri dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih orang-

orang yang atas izin Yang Maha Kuasa telah menjadi prantara untuk membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang,M.S.,Ph.D., selaku Ketua Jurusan

Sastra Jepang dan selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan waktu

dan tenaga sedemikian besarnya untuk membimbing, memeriksa serta

memberikan saran–saran kepada penulis dalam rangka penyempurnaan

skripsi ini hingga selesai.

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Para Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, khususnya kepada para Dosen dan Staf Pegawai di

Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada kak Putri yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua penulis Ahmad Sayuti,B.A dan Almh.

Yusniar yang selama ini telah mendidik penulis, mengasihi dan selalu

mendo’akan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan

penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala waktu, cinta dan do’a

yang telah diberikan kepada penulis.

6. Kepada kakakanda saya Zuhroti Saniah, S.Pd. Abanganda Mahlan

Amdad, S.Pd. Dan kedua adik perempuan Alpi Sahri Sahara serta Asya

Turji Rahinah.

7. Kepada teman seperjuangan di Sastra Jepang M Caesar Amin, Pangestu

Nanda Sukma, Ilham Mustaqim, Arya Dwi Pangga, M Brawijaya,

Hakeem Yazid dan semua teman-teman Sastra Jepang yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Saya ucapkan trima kasih telah menemani

penulis selama kurang lebih 4 tahun ini.

8. Kepada teman sekelas yang putri seperjuangan Hani, Anggun, Risna,

Intan, Cici, Dea, Astrid, Zura, Mona, Rosmauli, Fira, Anna, Sari, Ika,

Nurul, Yermina dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Trima kasih sudah menjadi teman sekelas yang hebat.

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Kepada seluruh anggota Putsal Pajus Academy dari generasi ke generasi

Bang Fey, Bang Taufik, Randu, Fauzan, Aristo, Arif, Mustafa, Oki,

Vandy, Josep, Rai, Puja, Hafis dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu-satu. Terima kasih telah menjadi rekan terbaik saya.

10. Kepada Keluarga besar Aceh, Medan dan Sumbar yang telah

mensupport penulis. Jajaran para guru yang telah mencurahkan ilmu

kepada saya, terima kasih saya ucapkan SDN 060820 Medan, SMPN

6 Medan, dan SMA AL-WASHLIYAH 1 Medan.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga penulisan ini hingga

selesai.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

penulis sendiri dan bagi pembelajar Bahasa dan Sastra Jepang. Semoga kiranya

Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Berkah-Nya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Medan, 11 Oktober 2018

Penulis,

MUKHBIT SOFFAN

NIM 140708006

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ....................................................................... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ........................................................ 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7

1.4.2 Kerangka Teori ............................................................................... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 11

1.5.1 Tujuan Penelitian ............................................................................ 11

1.5.2 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11

1.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 12

BAB II RUMAH TRADISIONAL JEPANG (MINKA)

2.1 Pengertian Rumah Tradisional Jepang (Minka) .......................................... 13

2.2 Jenis rumah tradisional jepang (Minka) ..................................................... 18

2.2.1 Rumah Petani (農家/ nouka) .............................................................. 18

2.2.2 Rumah di Perkotaan (町家/machiya) ................................................. 19

2.3 Bagian-bagian ruang rumah tradisional jepang ............................................ 20

2.3.1 Washitsu (和室) .............................................................................. 20

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.2 Genkan (玄関)............................................................................ 23

2.3.3 Washiki (和式)........................................................................... 29

2.3.4 Daidokoro(台所)........................................................................... 31

BAB III ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL

DI JEPANG (MINKA)

3.1 Struktur tata ruang rumah petani tradisional di Jepang ................................. 32

3.2 Fungsi bagian-bagian ruang rumah tradisional Jepang ................................. 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 39

4.2 Saran ........................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ABSTRAK

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Letak geografi sangat mempengaruhi kehidupan rakyat, karena geografi

menentukan apa pekerjaan rakyat, apa makanan, pakaian dan seperti apa rumah

atau tempat tinggal rakyatnya. Jepang adalah sebuah bangsa di mana geografinya

terletaknya di daerah subtropis bagian utara belahan bumi, oleh karena itu

mengenal 4 musim yaitu musim panas (natsu/夏) dan musim dingin (fuyu/冬)

yang diantarai musim gugur (aki/秋) dan musim semi (haru/春).

Pada dasarnya rumah atau tempat tinggal mempunyai beberapa fungsi

bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat berlindung dari cuaca,

keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja.

Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan khususnya sebagai sarana

pemberi rasa aman dan nyaman dari segala bahaya bencana alam seperti gempa

bumi dan sebagainya.

Bangunan rumah di Jepang memiliki desain yang berbeda dan khas,

khususnya pada rumah tradisional Jepang atau Minka. Rumah tradisional jepang

(Minka) berasal dari 2 kanji, yaitu : 民 dibaca min yang artinya rakyat dan 家 ka

yang artinya rumah. Maka kalau kedua kanji tersebut digabungkan memiliki

makna rumah rakyat. Minka merupakan rumah rakyat Jepang pada jaman sebelum

akhir tahun 1800 yang digunakan oleh hampir semua masyarakat Jepang. Akan

tetapi, di era jaman modern ini tidak semua masyarakat Jepang menempati rumah

Minka karena masyarakat sekarang lebih cenderung memilih rumah ideal yang

praktis dan murah.

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Minka merupakan hunian untuk rakyat biasa (masyarakat golongan

menengah ke bawah). Gaya arsitektur Minka berbeda – beda di setiap daerahnya.

Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuaian terhadap

letak geografi / iklim setempat, dan keperluan industri. Misalnya, Minka di daerah

Jepang bagian utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi terhadap

musim dingin yang panjang dan hujan salju. Atap jerami dengan bubungan yang

terjal memungkinkan udara di dalam ruangan cukup hangat. Selain itu bentuk

seperti ini bertujuan agar tidak adanya tumpukan salju yang berlebih di atas atap

rumah. Karena jika ada banyak tumpukan salju di atap rumah hal tersebut dapat

menyebabkan runtuhnya atap.

Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok

rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh

ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin topan (taifun).

Rumah panggung ini juga dirancang untuk merendam gunjangan gempa. Rumah

tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu (ruang

serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang

keluarga), Genkan (Area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).

Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional

Jepang. Ada beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari

jumlah tatami yang dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah

washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama.

Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur.

Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan bersifat portabel, yang disimpan

dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan).

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang

dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu

menjadi ruang tidur bila diletakkan futon (matras tidur). Meja besar dikeluarkan

bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan. Ada dua macam benda yang

dapat digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan

shoji. Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal

pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong atau digeser.

Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu. Seperti

halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi

dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi

permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau

vinil.

Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana,

kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan

fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu

mendorong fusuma. Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat

ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya.

Salah satu ciri rumah Jepang adalah genkan. Genkan adalah tempat di

mana orang melepas sepatu mereka. Ketika mereka melepaskan sepatu mereka,

orang-orang melangkah naik ke lantai yang lebih tinggi 40-50 cm (15-19 inci) dari

genkan. Disamping genkan terdapat sebuah rak atau lemari disebut Getabako di

mana orang dapat menyimpan sepatu mereka. Sandal untuk dipakai di rumah juga

tersimpan di sana.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal

sebagai kloset Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen.

Para pengguna toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka

menghadap ke dinding di belakang toilet. Kloset jongkok dibagi menjadi dua

jenis: kloset yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian

lantai yang ditinggikan sekitar 30 cm.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa penting

untuk membahas dan menganalisis tentang arsitektur rumah tradisional Jepang

(minka). Hal ini akan penulis bahas melalui skripsi yang berjudul “Analisis

Struktur dan Fungsi Rumah Tradisional di Jepang (Minka) ”.

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan rumah tradisional di Jepang sudah ada sebelum akhir tahun

1800. Rumah-rumah ini dapat ditemukan di seluruh Jepang dengan gaya yang

khas pada masing-masing daerah. Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap

daerah karena penyesuaian terhadap letak geografi /iklim setempat, dan keperluan

industri. Misalnya, Minka di daerah Jepang bagian utara, bangunannya dirancang

untuk dapat beradaptasi terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju.

Atap jerami dengan bubungan yang terjal memungkinkan udara di dalam ruangan

cukup hangat. Hal ini juga bertujuan agar tidak adanya tumpukan salju di atas atap

yang dapat membuat rumah akan rubuh. Bukaan berupa jendela kecil hanya ada

di bubungan tersebut untuk menghindari banyaknya angin masuk kedalam

rumah. Disamping itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat

sutra.

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok

rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh

ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.

Rumah panggung ini dirancang untuk meredam gunjangan gempa. Selain

penyesuaian terhadap letak geografi, iklim dan gaya hidup, Minka dapat juga

dibagi menjadi dua tipe, yaitu rumah-rumah pertanian (nouka) dan rumah di

perkotaan (machiya).

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, permasalahan

penelitian ini mencoba untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur ruang rumah tradisional di Jepang?

2. Bagaimana fungsi bagian-bagian rumah tradisional di Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penulis menganggap

perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dilakukan

agar masalah tidak terlalu luas sehingga dapat lebuh terfokus dan terarah dalam

pembahasannya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi penulisannya hanya

mengenai pembagian ruang rumah tradisional di Jepang. Agar pembahasannya

jelas, maka penulis dalam bab II menjelaskan tentang sejarah rumah tradisional

Jepang, arsitektur rumah tradisional di Jepang secara umum, dan struktur ruangan

rumah tradisional serta fungsi dari bagian-bagian rumah tradisional di Jepang.

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada bab III penulis akan menjelaskan tentang rumah tradisional di

Jepang (minka) berdasarkan struktur dan fungsi ruangan tersebut. Fokus utama

pada bagian ini ialah tentang fungsi ruang, letak tata ruang serta makna dan

manfaat yang terkandung dalam pemilihan material yang digunakan pada rumah

petani tradisional di Jepang. Pada bab IV berisikan kesimpulan, bab ini

merupakan bagian yang terakhir berisi kesimpulan dari analisis pada bab

sebelumnya sehingga pembaca dapat mengetahui jawaban dari penelitian ini.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan pustaka

Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Oleh karena itu,

melalui karya seni seperti karya seni bangunan, manusia dapat mengekpresikan

ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, serta perasaan-perasaannya. Karya-karya seni

merupakan media komunikasi, sehingga seorang seniman dapat

mengkomunikasikan suatu permasalahan maupun suatu pengalaman batin kepada

orang lain.

Definisi rumah dalam definisi umum, Rumah ialah salah satu bangunan

yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi

tempat tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang

khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus,

rumah mengacu pada konsep-konsep sosial kemasyarakatan yang terjalin di dalam

bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktifitas, dan

lain-lain.

6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai salah satu kesatuan wilayah, tempat

manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara

kelangsungan hidupnya.

Tata ruang adalah wujud dari struktur ruang dan pola ruang. Struktur

ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan

sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat

yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Struktur benda adalah

sifat fundamental bagi setiap sistem yang dalam penggunaannya sering dapat di

petukarkan dengan kata-kata. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas

subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-

bagiannya, dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur

berorientasi tujuan, dan tergantung pada pengetahuan yang ada.

Menurut Hoed (dalam Ekky, 2012) struktur adalah bangun (teoretis)

yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu

kesatuan. Struktur ada struktur atas, struktur bawah. Struktur mempunyai sifat:

Totalitas, Transformatif, Otoregul.

Menurut Prijotomo (1998) ruang adalah bagian dari bangunan yang

berupa rongga, sela yang terletak diantara dua objek dan alam terbuka yang

mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh

pendengaran, penciuman dan perabaan. Menurut Imanuel Kant, ruang bukanlah

7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merupakan sesuatu yang objektif atau nyata merupakan sesuatu yang subjektif

sebagai hasil pikiran manusia.

Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari istilah “Fungsi”.

Sayangnya istilah ini seringkali sangat dibatasi pada pengertian sebagai aktifitas

didalam bangunan maupun diluar bangunan. Tetapi pada prinsipnya pengertian

fungsi sangat luas.

Skripsi ini menggunakan pendekatan yang melihat struktur dan fungsi

rumah tradisional di Jepang (minka) melalui letak geografis serta kondisi alamnya.

Dari letak geografis tersebut dapat dipelajari cara mereka beradaptasi,

memperoleh tempat tinggal. Selain itu, penulis juga meninjau penelitian yang

disusun oleh Audrin Manurung yang berjudul “Arsitektur Rumah Tradisional

Jepang (Minka) Berdasarkan Gaya dan Desain Tata Ruang” tahun 2016. Skripsi

ini lebih melihat dari perspektif Arsitektur pada rumah tradisional jepang (minka)

berbeda dari arsitektur bangunan rumah lainnya. Termasuk dari bahan-bahan yang

diperlukanpun sangat mudah untuk didapat, dan juga di arsitektur minka pada

bagian-bagian rumahnya memiliki fungsi masing-masing.

Di dalam penelitian tersebut dijabarkan bahwa bangunan rumah di

Jepang memiliki desain arsitektur yang berbeda dan khas, khususnya pada rumah

tradisional Jepang atau Minka. Minka merupakan hunian untuk rakyat biasa.

Penulis menggunakan karya ilmiah ini sebagai kajian pustaka utama (significant

literature). Selain itu, penulis juga menggunakan berbagai kajian pustaka

pendukung (collateral literature) sebagai bahan-bahan pendukung dalam

penulisan karya ilmiah ini, berupa buku, skripsi, makalah dan jurnal.

8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4.2 Kerangka teori

Sebagai rancangan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian, kerangka teori merupakan salah satu unsur dalam prosedur penelitian

yang tak kalah pentingnya dengan hal yang menjadi fokus dalam suatu penelitian

dalam hal ini semua teori-teori yang akan ditampilkan mengacu kepada objek

yang dibahas ataupun dijelaskan secara terperinci. Dimana penjelasan tersebut

dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dalam suatu

penelitian.

Definisi struktur dalam konteks hubungannya dengan bangunan adalah

sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan atau

kehadiran bangunan ke dalam tanah.(Scodek, 1998). Struktur adalah tata ukur,

tata hubung, tata letak dalam suatu sistem yang membentuk satuan kerja. Dalam

ilmu arsitektur, struktur berhubungan dengan sistem penyaluran atau distribusi

gaya-gaya eksternal maupun internal ke dalam bumi.

Menurut para moderenis, fungsi dapat di kategorikan sebagai penentu

bentuk atau panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk

harus di tentukan. ( yuswadi saliya, 1999 ).

Karena fungsi merupakan gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan

tersebut membutuhkan fungsi, tentunya akan berlanjut dengan pembahasan

tentang ruang. Sedangkan bentuk yang menurut sullivan merupakan akibat dari

pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi pembahasan fungsi

tidak dapat di pisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan ekspresi

bentuk yang di hasilkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9
Fungsi tidak mutlak menentukan bentuk. Konsep form follows function

banyak dibantah oleh para modernis. Sebagai contoh satu fungsi dapat

meghasilkan bermacam-macam bentuk. Bentuk adalah bagian integral dari kadar

spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk harus sebagai media bagi komunikasi

(ruang). Yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang sesuai untuk memancarkan

informasi tertentu. (Sohirmbeck, 1988).

Dipandang dari segi seni, arsitektur adalah bangunan, termasuk bentuk

dan ragam hiasanya. Dari segi ruang arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan

ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk melaksanakan aktivitas

tertentu. Sedangkan dari segi sejarah, kebudayaan dan geografi, arsitektur

dipandang sebagai ungkapan fisik peninggalan budaya dari suatu masyarakat

dalam batasan waktu dan tempat tertentu. ( Sumalyo, 1997 : 1)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan struktur ruang pada arsitektur rumah

tradisional petani di Jepang (minka) .

2. Untuk mendeskripsikan fungsi masing-masing ruangan rumah

tradisional Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Sebagai salah satu karya ilmiah hasil dari suatu penelitian diharapkan

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat, yaitu:

1. Secara akademis, Bagi peneliti khususnya diharapkan dapat menambah

wawasan mengenai rumah tradisonal yang ada di Jepang.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

sumbangan terhadap penelitian sosial dan budaya masyarakat Jepang

khususnya dalam bidang seni, serta mampu menjadi bahan masukan

kepada pihak terkait yang berkenaan dengan penelitian ini.

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap tempat tinggal dan

budaya masyarakat Jepang, khususnya dalam pemahaman mengenai

rumah petani tradisional di Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Dalam proses melakukan penelitian, sangat diperlukan metode-metode

untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para

pembaca. Menurut Senn dalam Suriasumantri (2005 : 119) metode merupakan

suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah

yang sistematis. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

analisis melalui studi kepustakaan.

Menurut Nazir (2002 : 54) metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran maupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penulis akan menjabarkan hasil

penelitian dengan memilah dan memilih bahan bacaan yang di dapat, kemudian di

11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


analisis dengan mengunakan konsep keindahan dari fungsi dan pembagian tata

ruang arsitektur rumah petani tradisional di Jepang.

Metode deskripsif termasuk juga sebagai metode dalam penelitian

kualitatif. Denzin dan Licoin dalam Moleong (2007 : 5) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dengan jalan melibatkan berbagai

metode yang ada.

Menurut Koentjaraningrat ( 1976: 30 ) penelitian yang bersifat deskriptif

yaitu sebuah penelitian yang memberikan gambaran yang secermat mungkin

mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Dalam

penelitian deskriptif ini untuk memecahkan masalah dilakukan pengumpulan,

penyusunan, pengkajian dan penginterprestasian data.

Pendekatan yang digunakan ialah secara kebudayaan yang terfokus pada

keindahan/seni dari sebuah bagunan yakni rumah tradisional petani di Jepang.

Dalam pengumpulan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan topik

penelitian ini, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (library

research). Beberapa aspek penting yang perlu dicari dan digali dalam studi

kepustakaan antara lain lain masalah yang ada, teori-teori, konsep-konsep, dan

penarikan kesimpulan, serta saran. (Nasution, 2001: 14 ).

Perpustakaan yang menjadi sumber bahan bacaan adalah : Perpustakaan

Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, dan

sumber literatur lainnya baik media cetak maupun elektronik yang mendukung

penelitian ini.

12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

RUMAH TRADISIONAL JEPANG (MINKA)

2.1 Pengertian Rumah Tradisional Jepang (Minka)

Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sesuatu yang

telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,

atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah

adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun

(sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Pengertian tradisi menurut Bastomi (1984 : 14) adalah roh dari sebuah

kebudayaan, dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Jika tradisi

dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir saat itu juga.

Setiap sesuatu menjadi tradisi seringkali sudah teruji tingkat efektifitasnya dan

tingkat efisiensinya. Efektifitas dan efisiensinya selalu mengikuti perjalanan

perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam

mengatasi persoalan jika tingkat efektifitas dan efisiennya rendah akan segera

ditinggalkan oleh pelakunya dan tidak akan menjadi sebuah tradisi. Tentu saja

suatu tradisi akan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang mewarisinya.

Arsitektur tradisional memiliki keterkaitan dengan sistem teknologi

khususnya arsitektur sebagai salah satu manifestasi dan ekspresi kebudayaan.

Pada dasarnya perumahan (shelter) merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia yang tidak mengenal waktu, tempat, dan tingkat teknologi. Pada zaman

dahulu nenek moyang kita yang hidup pada jaman batu telah mengembangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13
system perlindungan fisik, yaitu perumahan di goa-goa, kemudian disusul dengan

penggunaan tenda-tenda tadah angin ataupun tenda yang sifatnya sementara

karena seringnya nenek moyang kita berpindah mengikuti binatang perburuan

ataupun musim panen tanaman liar. Apabila mereka sudah mulai bercocok tanam

dan menetap di perkampungan, maka perkampungan semi permanen pun

dibangun.

Apabila diperhatikan dengan seksama, uraian tersebut menunjukkan cara

berfikir yang evolusionis. Sementara itu kita dapat pula melihatnya dari sudut

pandangan fungsionis ataupun struktualis. Akan tetapi sebaiknya kita telaah

arsitektur tradisional secara menyeluruh sehingga dapat dipahami kaitannya

dengan nilai-nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Untuk keperluan

tersebut, kita telaah arsitektur-arsitektur tradisional dengan memperhatikan

kegunaan (use), fungsi (function) , dan arti sosial (meaning) disamping wujud dan

gayanya.

Kegunaan rumah khususnya bangunan tradisional itu bereneka ragam,

sesuai dengan struktur masyarakat dan kebudayaan penduduk yang bersangkutan.

Akan tetapi pada umumnya sebagai bangunan tradisional mempunyai kegunaan

sebagua pelindungan fisik terhadap dinginnya udara, panasnya matahari atau

derasnya angin serta air hujan. Kalu kita perhatikan dengan sungguh-sungguh ada

rumah-rumah yang sekedar menjadi tempat-tempat perlindungan sementara orang

perlu istirahat (windscreen) pada penduduk asli Australia, misalnya : masyarakat

Arunta sebagian besar waktunya dihabiskan di alam terbuka untuk berburu

binatang reptile yang langka, meramu ataupun bercengkrama dengan sesamanya.

Sebaliknya ada pula penduduk yang memanfaatkan tempat berlindung

14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


semaksimal mungkin untuk bekerja, beristirahat maupun menyelenggarakan

pertemuan sosial seperti pada kebanyakan masyarakat petani yang sudah menetap.

Suatu karya arsitektur hamper selalu, secara disadari atau tidak,

mencerminkan ciri budaya dari kelompok manusia yang terlibat di dalam proses

penciptaanya. Sekurang-kurangnya akan tercermin di situ tata nilai yang mereka

anut. Dengan demikian apabila kita secara cermat mengamati sejumlah karya

arsitektur suatu masyarakat maka lambat laun kita pasti dapat mengenali cirri

budaya masyarakat tersebut. Namun untuk dapat mengenalinya dengan benar-

benar baik kita akan perlu mengenali kondisi lain dari masyarakat tersebut.

Menurut Pasurdi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan pengtahuan manusia

yang dimiliki sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan

menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (Suparlan, 1996 ).

Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi merupakan salah satu 7 unsur

kebudayaan yang meliputi : 1. Bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Sistem

kemasyarakatan atau sistem organisasi sosial, 4. Sistem peralatan hidup dan

teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi, 7. Kesenian.

Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua teknik yang

dimiliki oleh para anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi cara bertindak

dan berbuat dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah.

Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja, penyimpanan, pakaian,

perumahan, alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya yang berupa material.

Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik yang

meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian, perhiasan,

tempat tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi.

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rumah tradisional jepang (Minka) berasal dari 2 kanji, yaitu : 民 dibaca

min yang artinya rakyat dan 家 ka yang artinya rumah. Maka kalau kedua kanji

tersebut digabungkan memiliki makna rumah rakyat. Minka merupakan rumah

rakyat Jepang pada jaman sebelum akhir tahun 1800 yang digunakan oleh hampir

semua masyarakat Jepang. Akan tetapi, di era jaman modern ini tidak semua

masyarakat Jepang menempati rumah Minka karena masyarakat sekarang lebih

cenderung memilih rumah ideal yang praktis dan murah.

Gambar 2.1 Rumah Minka bagian utara Jepang

Menurut Turner (dalam Jenie, 2001 : 45), mendefinisikan tiga fungsi

utama yang terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu :

1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada

kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah. Kebutuhan akan

16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh guna

melindungi diri dari iklim setempat.

2. Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk

berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban

keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan

sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

3. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan

keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas

lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa

kepemilikan rumah dan lahan (the form of tenure).

Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan

(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat

kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat.

Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati

kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah,

penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya didalam dunia ini.

Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi

kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah

harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada

segala peristiwa hidupnya. (Frick, 2006 : 1).

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Jenis rumah tradisional jepang (Minka)

2.2.1 Rumah Petani (農家/ nouka)

Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut dengan madori.

Denah standar rumah para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari

empat ruang, di samping ruang utama yang memiliki perapian (doma). Pembagian

ini disebut dengan yamadori (pengaturan empat ruang). Di dalam rumah jenis ini

terdapat pintu kayu sorong besar yang disebut odo, untuk memasuki ruang utama.

Pintu ini merupakan pintu utama untuk memasuki rumah petani.

Doma merupakan ruang utama pada nouka. Doma mengambil sepertiga

dari luas denah rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian

dan memasak, sehingga tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari

kayu yang didirikan di belakang doma.

Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di

perapian ini kayu dibakar untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan.

Seluruh anggota keluarga berkumpul di perapian ini, khususnya pada waktu

makan.

Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :

a. Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai

tempat melakukan kegiatan harian para penghuni rumah.

b. Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini

menempel pada dinding ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan

lukisan atau bunga.

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan formal.

Ruang tamu ini disebut dengan zashiki atau dei.

d. Di depan ruang tamu ini terdapat serambi panjang dan sempit yang disebut

dengan engawa.

2.2.2 Rumah di Perkotaan (町家/machiya)

Terbatasnya luas tanah di daerah perkotaan membuat rumah-rumah yang

didirikan di sana cenderung berbentuk empat persegi panjang.

-Di belakang ruang utama (omoya) terletak ruang tempat menyimpan

(kura/dozou) harta benda milik keluarga. Selain itu untuk menyimpan harta benda

keluarga bisa juga digunakan zashiki, yang terletak terpisah dari ruangan utama.

Untuk dapat memasuki ruangan ini, dibuatkan pintu pada ruang doma menuju ke

pekarangan belakang.

Di sekitar ruang doma terdapat tiga baris ruang. Ruang yang paling dekat

dengan jalan disebut dengan mise. Di sinilah barang-barang dagangan dipamerkan,

dan transaksi perdagangan dilakukan. Ruang yang terletak di bagian tengah,

dipergunakan sebagai kantor, dan juga tempat anggota keluarga menerima tamu.

Ruang yang terletak di bagian paling belakang menghadap ke arah taman tertutup.

Ruang ini dibuat menyerupai zashiki, lengkap dengan tokonoma, yang berfungsi

sebagai tempat melakukan kegiatan harian dari anggota rumah tangga tersebut.

Adanya ruang di loteng yang disebut dengan zushi. Ruang ini terdiri dari

dua bagian, yaitu bagian yang dekat dengan jalan mempunyai langit-langit rendah

berfungsi sebagai gudang. Bagian kedua adalah bagian belakang yang

dipergunakan sebagai kamar tidur.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Bagian-bagian ruang rumah tradisional di Jepang

Rumah tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu

Washitsu (ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu, kamar

tidur dan ruang keluarga), genkan (area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).

Gambar 2.2 Pembagian ruangan rumah tradisional Jepang

2.3.1 Washitsu (和室)

Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional

Jepang. Ada beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari

jumlah tatami yang dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah

washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama.

Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur.

Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang

disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk

penyimpanan).

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.3 washitsu untuk menerima tamu

Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang

dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu

menjadi ruang tidur bila diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan

bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan. Ada dua macam benda yang

dapa digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan

shoji.

Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal

pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya

sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu. Seperti halnya shoji,

fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian

bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya

dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil. Bila kertas

pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas

dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite

yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.

21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.4 Fusuma corak pohon

Gambar 2.5 fusuma corak hewan

Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus

cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya. Sandal rumah harus dilepas

sebelum memasuki washitsu. Lantai washitsu berupa tatami. Tatami adalah

semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional. Tatami

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari

styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan

sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos. Pada

mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu

kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami

kemudian menjadi populer diabad ke-17.

Gambar 2.6 Contoh tatami

Tatami (畳) secara harfiah adalah lipat dan tumpuk yaitu semacam tikar

yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional. Tatami dibuat dari jerami

yang sudah di tenun, namun banyak tatami yang terbuat dari styrofoam. Tatami

mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam.

23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.2 Genkan (玄関)

Salah satu ciri rumah masyarakat Jepang adalah genkan. Genkan adalah

tempat dimana orang melepas sepatu mereka. Dari sudut prespektif arsitektur

genkan adalah ruang kecil yang ketinggiannya sama dengan daratan diluar rumah.

Kedudukan genkan dalam tata ruang rumah masyarakat Jepang tampaknya

merupakan bagian ruangan yang harus ada di dalam keseluruhan ruang lingkup

struktur banguan Jepang, baik berupa rumah biasa, rumah susun, maupun

apartemen bergaya modern. Genkan sudah menjadi bagian ruangan yang wajib

ada dalam rumah tinggal mereka, sehingga setiap pintu masuk pada rumah Jepang

memiliki ruang genkan. Dari keadaan ini dapat diketahui bahwa genkan memiliki

kedudukan dan fungsi penting dalam tata ruang tempat tinggal mereka.

Pernyataan ini juga didukung oleh hal yang telah dikemukakan oleh

Shigeru Iijima dkk dalam bukunya yang berjudul Japanese Lanscape : Where

Land and Culture Merge (1998 : 84), bahwa:

“The traditional walled residences, particularly their entrances, reflect

the psychological aspect of Japanese society. These entrances consist of three

basic elements: A gated wall surrounding the property, an inner court through

which one passes, and special entrance hall called a genkan.”

Terjemahan:

“ Bentuk dari rumah tradisional, terutama pintu masuknya mampu

merefleksikan aspek psikologis dari masyarakat Jepang. Pintu masuk ini terdiri

dari tiga elemen dasar, yakni: Dinding dari mengitari seluruh rumah, jalan setapak

untuk masuk ke dalam rumah, dan ruang masuk khusus yang disebut genkan.”

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ketika mereka melepaskan sepatu mereka, orang-orang melangkah naik

ke lantai yang lebih tinggi 40-50 cm (15-19 inci) dari genkan. Disamping genkan

terdapat sebuah rak atau lemari disebut Getabako di mana orang dapat menyimpan

sepatu mereka. Sandal untuk dipakai di rumah juga tersimpan di sana.

Istilah genkan ( 玄 関 ) dalam bahasa Jepang ditulis dengan

menggabungkan dua buah karakter kanji, gen (玄) merupakan istilah lain dari

langit dan kan ( 関 ) penghubung dan juga merupakan istilah lain dari pos

pemeriksaan. Jadi, dapat diartikan sebagai serambi, jalan masuk, atau ruang

gerbang. Walaupun sebagian masyarakat Jepang menganggap bahwa genkan

bukan merupakan hal yang besar dan perlu dipermasalahkan lebih lanjut, namun

sesungguhnya genkan sudah menjadi bagian dari ruangan yang wajib ada dalam

rumah tinggal mereka.

Dilihat dari sudut pandang konsep secara tata ruang, genkan dan uchi-

soto memiliki suatu hubungan erat yang tidak terlepaskan dari fungsi keduanya

terhadap perkembangan psikologi masyarakat Jepang, baik dalam diri mereka

sebagai seorang individu pribadi, dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Hal

ini mampu menjelaskan mengapa di rumah Jepang harus dilengkapi dengan suatu

bagian ruang yang bernama genkan.

Dilihat dari strukturnya yang berfungsi sebagai pembatas antara bagian

dalam rumah dan luar rumah, genkan juga berfungsi sebagai Ie no Kao (家の顏)

atau Ie no Omote (家の面) yaitu wajah dari rumah, tampilan rumah atau tampilan

dari karakter pemilik rumah sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh

Kasuda. Oleh karena itu, genkan menjadi suatu hal yang penting dalam rumah

atau tempat tinggal orang Jepang.

25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selain itu, dilihat dalam sudut pandang religi genkan juga memiliki

fungsi sebagai pembagi antara hare (晴) dan kegare (穢). Hare dan kegare

merupakan suatu cara pandang terhadap fungsi genkan secara religi dalam

pengertian uchi-soto yang mengacu pada keadaan suci dan tidak suci.

Sama halnya seperti bagian dari arsitektur bangunan Jepang yang sarat

akan nilai-nilai elemen artistik, genkan pun memiliki beberapa nilai-nilai artistik

yang mendasarinya, baik dari sudut pandang genkan sebagai sebuah bagian dari

bangunan, maupun peranan genkan terhadap pemilik rumah dan lingkungan

sekitarnya. Beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam genkan dipengaruhi oleh

kondisi fisik dari genkan, karena bentuk genkan pada setiap rumah tidak selalu

sama, terutama pada kondisi genkan yang terdapat di rumah tradisional jika

dibandingkan dengan genkan yang terdapat di rumah bergaya modern (genkan

yang bergaya modern lebih mengutamakan segi fungsionalnya dibandingkan segi

artistiknya ).

Berikut adalah elemen artistik dasar pada Genkan (terdapat pada genkan

yang memiliki desan bersifat fungsional):

a. Ma (間) : Ma merupakan elemen artistik yang menjadikan faktor ruang

sebagai dasar pengertiannya. Ma meliputi batasan antara luar dan dalam pada

genkan, serta menjadi penyesuaian bentuk maupun luas genkan yang dibangun

dalam rumah, seperti besar kecilnya genkan. Nilai dari ma juga mengacu pada

peranan genkan sebagai pemberi batasan yang nyata antara uchi dan soto, baik

secara fisik (pada rumah atau bangunan) maupun abstrak (pembatasan posisi suatu

individu secara sosial dalam konsep teori uchi-soto).

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Kanso ( 簡 素 ) : Kanso merupakan elemen artistik yang

menggambarkan suatu kesederhanaan yang murni dalam suatu objek. Kanso pada

genkan meliputi tiga bagian dari genkan yang mampu mendeskripsikan genkan

secara utuh (Doa, Doma, Yoritsuki). Hanya dengan 3 bagian ini saja, genkan

mampu peranannya sebagai pembatas antara bagian dalam dan luar rumah.

Elemen kanso yang di terapkan pada genkan, biasa ditemukan pada bentuk

genkan yang ada di rumah atau bangunan yang memiliki luas yang terbatas.

Sebagian besar genkan pada rumah modern didasarkan pada kanso (gaya arsitek

minimalis).

c. Yuugen (幽玄) dan Myou (妙): Yugen dan Myou merupakan dua

elemen artistik Jepang yang menggambarkan suatu misteri atau ketidak-jelasan

pada objek yang dituju. Yuugen dan Myou, tidak dapat terlihat secara fisik, namun

penerapannya ada secara nyata dan dirasakan oleh individu yang berhubungan

dengan objek. Yuugen dan Myou pada genkan meliputi segi fungsi genkan secara

abstrak sebagai bimyou no tobira (微妙の扉), aimai no tobira (曖昧の扉), dan ie

no kao (家の顔)・ie no omote (家の 面).

d. Zen (禅) : Zen merupakan elemen artistik yang menggambarkan suatu

keberadaan dari ketiadaan dalam sebuah objek. Zen cenderung mengacu pada

fungsi genkan. Elemen zen yang direfleksikan pada genkan, diperlihatkan pada

batasan genkan juga memiliki hubungan dengan elemen Ma dan Yuugen/Myou

(co: walaupun sudah masuk kedalam rumah belum dapat dikatakan masuk ke

dalam rumah pada arti yang sesungguhnya). Namun pengaruh zen terhadap fungsi

genkan lebih ditekankan pada pembatasan ruang antara bagian yang suci dan tidak

(fungsi genkan secara religius).

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Kyubou ( 窮 乏 ) : Kyubou merupakan elemen artistik yang

mengambarkan suatu pengambilan bentuk sikap dan tindakan dari suatu individu,

yang didasari oleh prinsip yang ada dalam diri mereka saat mereka bersentuhan

dengan objek (genkan). Hal ini dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa

terkecuali (karena sudah menjadi suatu tradisi). Kyubou pada genkan meliputi

etiket yang harus diterapkan di genkan yang memiliki suatu tradisi untuk

melepaskan sepatu sebelum masuk ke dalam rumah tanpa membedakan siapapun

orangnya (orang Jepang maupun orang asing).

Selain elemen artistik dasar pada genkan, terdapat pula elemen-elemen

lain yang dapat kita temui, terutama pada genkan tradisional maupun modern.

Namun, tidak semua dari elemen ini ada pada setiap genkan. Berikut adalah

contoh dari elemen sekuler yang ada pada genkan:

Shizen (自然): Shizen direfleksikan pada penggunaan benda-benda yang

berasal dari alam, seperti layaknya kayu dan bebatuan. Hampir seluruh material

pembuatan genkan menggunakan bahan dasar kayu, baik pada pembuatan struktur

dasar genkan (yoritsuki), maupun bagian sekunder dari genkan, seperti: pintu

genkan, shikidai, maupun wakiagari. Sedangkan bahan material berupa bebatuan

dapat ditemukan pada bagian doma maupun shikidai.

Ki (木): Elemen ki pada genkan direfleksikan pada penggunaan bahan

dasar pembuatan genkan yang terbuat dari kayu. Pada rumah tradisional, elemen

ki menjadi elemen primer dari keseluruhan bahan dasar yang digunakan untuk

membuat rumah.

28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ishi (石): Sama seperti elemen ki, Ishi pada genkan, didasarkan pada

bahan dasar pembuatan genkan yang berasal dari batu. Elemen ishi biasa

ditemukan pada doma dan shikidai.

Bukyou (仏教): Elemen bukyou direfleksikan dari peranan penggunaan

genkan yang pertama kali ada pada Kuil Budha beraliran Zen yang bernama

Kenchouji. Genkan pada Kenchouji berperan sebagai pembatas dunia luar

(kotor,manusia) dan dalam (suci, dewa/Budha).

Kuukan (空間): Elemen kuukan direfleksikan dari genkan yang dibangun

di luar rumah atau pada halaman terbuka. Genkan yang memiliki elemen ini yang

dapat ditemui pada bangunan tradisional Jepang. Biasanya, genkan yang memiliki

elemen artistik kuukan, dapat ditemukan pada genkan yang merangkap sebagai

kurumayose atau genkan yang masih berbentuk jalan setapak.

Yuuga ( 優 雅 ): Elemen yuuga direfleksikan dari faktor elegan yang

dibangun pada genkan. Yuuga, biasa ditemukan pada Onari genkan di kediaman

bushi kelas atas dan juga pada kediaman bangsawan.

Kazarimono (飾り物): Kazarimono dapat direfleksikan dari benda-benda

yang diletakkan pada genkan, baik benda yang berupa hiasan semata maupun

benda-benda yang memiliki fungsi umum (rak sepatu) maupun fungsi khusus

(jimat) dalam genkan.

29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.3 Washiki (和式)

Toilet tradisional jepang ( 和 式 washiki) adalah kloset jongkok juga

dikenal sebagai kloset Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari

porselen. Para pengguna toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka

menghadap ke dinding di belakang toilet pada gambar 2.6 washiki modern di

Jepang. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang berada di

permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar

30 cm.

Keuntungan dari kloset jongkok adalah mudah dibersihkan, lebih murah,

dan menggunakan lebih sedikit air dalam sekali bilasan dibandingkan dengan

kloset model Barat. Tidak adanya kontak dengan dudukan kloset membuat kloset

jongkok lebih disukai sebagai orang karena dianggap lebih higienis. Walaupun

demikian, dudukan kloset tidak mengundang risiko kesehatan yang

serius, sementara pemakai kloset jongkok risiko terkena kotoran sendiri di bagian

kaki. Lubang kloset jongkok di Jepang tidak diisi air sehingga memperkecil risiko

terciprat air kotor.

Selain itu menurut penelitian, kloset jongkok memberi sejumlah

keuntungan bagi kesehatan. Posisi jongkok menurut penelitan tersebut

memperkuat otot-otot pelvis wanita, dan mengurangi

kemungkinan inkontinensia. Selain itu, kloset jongkok memperkuat otot-otot

pinggul, memperbaiki pernapasan dan konsentrasi. Posisi jongkok juga

memungkinkan kotoran untuk lebih cepat dikeluarkan dan tidak tersisa yang

merupakan faktor risiko utama kanker usus besar. Penelitian lain membuktikan

berjongkok mencegah dan mengobati wasir.

30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.7 Washiki modern

2.3.4 Daidokoro(台所)

Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan

tungku dan yang kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama

menggunakan kayu bakar. Dapur Jepang adalah tempat di mana makanan

disiapkan di rumah Jepang.

Gambar 2.8 Contoh dapur gantung di Jepang

31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


. Sampai era Meiji, dapur juga disebut kamado dan ada banyak ucapan

dalam bahasa Jepang yang melibatkan kamado karena dianggap sebagai simbol

sebuah rumah. Istilah ini bahkan bisa digunakan untuk berarti "keluarga" atau

"rumah tangga".

Pada periode Jomon, dari 10.000 SM sampai 300 SM, orang berkumpul

ke desa-desa, di mana mereka tinggal di tempat tinggal lubang dangkal. Ini gubuk

sederhana adalah antara 10 sampai 30 meter persegi dan memiliki perapian di

tengah. Kompor awal tidak lebih dari sebuah lubang dangkal (jikaro 地 床 炉),

yang dikelilingi oleh batu untuk menangkap percikan api. kemudian mereka

menggantikan dengan Vas tanah liat atau tungku. Jenis kompor disebut

umigamero (埋 瓮 炉, "terkubur vas kompor"). Seperti kompor menjadi lebih

aman, itu dipindahkan dari pusat rumah ke samping dan, oleh periode Kofun akhir

(abad ke-6), hampir semua rumah memiliki kompor disalah satu ujung rumah.

Beberapa keluarga kaya pada periode Kofun membangun sebuah rumah terpisah

dimana memasak dilakukan.

32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL DI

JEPANG (MINKA)

3.1 Struktur tata ruang rumah petani tradisional di Jepang

Perumahan di Jepang ada yang bergaya tradisional dan modern. Ada dua

pola perumahan yang dominan di Jepang, ada yang berupa rumah-rumah keluarga

(seperti kebanyakan di Indonesia) dan juga bangunan multi-unit yang dimiliki

oleh individu atau korporasi yang disewakan sebagai apartemen atau dimiliki oleh

penghuni. Kemudian ada lagi jenis tempat tinggal tambahan di Jepang terutama

untuk orang yang belum menikah, seperti rumah kos (populer di kalangan

mahasiswa), asrama (umum di perusahaan), atau pun barak (untuk anggota

pasukan bela diri Jepang ( 自 衛 隊 Jieitai), polisi, ataupun karyawan publik

lainnya).

Pada tahun 2003 diadakan survei perumahan dan lahan yang dilakukan

oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang (総務省 Sōmu-shō)

menunjukkan bahwa di Jepang saat itu terdapat 53.890.900 unit rumah. Dari total

angka tersebut, 86.9% rumah dalam keadaan digunakan (didiami) dan sisanya

kosong. 61,2% dari total unit rumah yang didiami, dimiliki oleh rumah tangga

penduduk. Sebanyak 17.180.000 unit rumah berada di daerah perkotaan dan

sebanyak 27.553.000 unit rumah berada di daerah pedesaan.

Seperti di Indonesia, warga Jepang banyak tinggal di rumah keluarga. Tetapi

angka statistik menunjukkan bahwa persentase keluarga yang memilih

menggunakan rumah tinggal keluarga terus menurun. Pada tahun 1980-an, harga

33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rumah baru di Jepang berkisar 5-8 kali pendapatan rata-rata tahunan orang Jepang.

Jangka waktu pinjaman untuk rumah adalah 20 tahun dengan uang muka sebesar

35%.

Hal terpenting yang harus diperhitungan pada saat membangun rumah di

Jepang adalah ketahanannya terhadap 4 musim termasuk pada musim panas dan

musim dingin. Rumah tradisional Jepang dibuat dengan terlebih dahulu

memasang tiang kayu utama ditengah. Lantai ditinggikan sekitar 10 cm dari tanah

lalu ditutup dengan balok kayu untuk lantai, hal ini bertujuan untuk menghindari

embun dari tanah. Area dapur dan ruang masuk memiliki lantai yang terbuat dari

kayu namun ruangan dimana biasanya digunakan untuk duduk seperti ruang tamu,

lantainya ditutupi dengan sejenis anyaman yang disebut tatami. Orang Jepang

tidak biasa menggunakan kursi di ruangan beralasan tatami ini, mereka biasa

duduk dengan beralaskan tatami atau menggunakan bantal tipis yang disebut

zabuton. Inilah alasannya mengapa orang Jepang melepas sepatunya ketika masuk

rumah. Kerangka rumah Jepang terbuat dari kayu dan sisi melebarnya ditopang

oleh tiang vertikal, balok yang disusun mendatar dan bingkai diagonal. Bingkai

diagonal merupakan adaptasi dari teknologi asing yang diadaptasi oleh

masyarakat Jepang.

Ciri khas dari rumah Jepang adalah adanya atap yang lebar dan atap yang

tinggi untuk melindungi penghuninya dari sinar matahari di musim panas.

Pada masa lalu dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang direkatkan

dengan adonan tanah sebagai perekat atau lemnya, namun kini banyak material

lain yang bermacam-macam untuk membuat dinding rumah Jepang. Bahan yang

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sering digunakan saat ini adalah plywood (tripleks). Pada masa lalu banyak rumah

yang memiliki tiang penyangga yang tersembunyi yang berada di balik dinding.

Pada jaman Meiji (1868-1912), rumah dibuat dengan metode baru

dengan memasang tiang penyangga di dalam dinding untuk mengurangi bahaya

ketika terjadi kebakaran. Pada jaman Meiji banyak atap ditutupi dengan sirap atau

jerami, namun kini biasanya atap rumah ditutupi dengan genteng atap yang

disebut kawara. Rumah Jepang saat ini dibuat dengan kombinasi gaya tradisional

dan teknologi modern.

Struktur tata ruang rumah petani tradisional Jepang sendiripun terbagi

lagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Struktur minimal

2. Struktur maksimal

3.2 Fungsi bagian-bagian ruang rumah tradisional Jepang

Menurut Josef Prijotomo, Ruang adalah bagian dari bangunan yang

berupa rongga, sela yang terletak diantara dua objek dan alam terbuka yang

mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh

pendengaran, penciuman dan perabaan.

Ruang adalah sebagai tempat (topos), sebagai suatu dimana atau suatu

place of belonging, ruang menjadi lokasi yang tepat dimana elemen fisik

cenderung berada. Aristoteles mengatakan : wadah-wadah sementara bergerak

keatas dan kebawah menuju tempatnya yang tepat dan setiap hal berada di suatu

tempat, yakni dalam suatu tempat. Suatu tempat atau ruang tidak dapat memiliki

35 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


suatu wadah. ( Cornelis, 1995). Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi lima

butir :

1. Tempat melingkupi objek yang ada padanya.

2. Tempat bukan bagian yang dilingkunginya.

3. Tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil dari

objek tersebut.

4. Tempat dapat ditinggalkan oleh objek dan dapat dipisahkan dari

objek.

5. Tempat selalu mengikuti objek walaupun objek terus bergerak.

Ruang tidak dapat dipisakan dari kehidupan manusia, baik secara

piskologi, emosional, dan dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak,

menghayati, berfikir, dan juga menciptakan dan menyatakan bentuk dirinya.

Secara umum, ruang dibentuk oleh tiga elemen ruangan yaitu:

1. Bidang alas/lantai (the base plane). Oleh karena lantai merupakan

pendukung segala aktifitas kita di dalam ruangan.

2. Bidang dinding/pembatas (the vertical space devider). Sebagai unsur

perancangan dalam bidang dinding dapat menyatu dengan bidang

lantai atau sebagai bidang yang terpisah.

3. Bidang atap atau langit-langit (the overhead plane). Bidang atap

adalah unsur pelindung utama dari suatu bangunan dan pelindung

terhadap pengaruh iklim.

Fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu atau panduan manuju bentuk.

Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus ditemukan. Fungsi dan bentuk

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memang diperlukan untuk menjelaskan arsitektur, tapi belum memadai (necessary

but not efficient) (Saliya, 1999).

Fungsi tidak mutlak menentukan bentuk. Konsep form follows function

banyak dibantah oleh para modernis. Sebagai contoh satu fungsi dapat

meghasilkan bermacam-macam bentuk. Bentuk adalah bagian integral dari kadar

spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk harus sebagai media bagi komunikasi

(ruang). Yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang sesuai untuk memancarkan

informasi tertentu (Sohirmbeck, 1988).

Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada

saat yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi

fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada

pengamat melalui bentuk. Kaitan-kaitan tersebut dapat menghasilkan ekspresi

bentuk. Dalam menyatakan, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat

menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penagkapan ekspresi bentuk bisa sama

ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan latar

belakang pengamat.

Negara Jepang juga terletak di daerah curah hujan yang tinggi, dengan

memiliki 4 musim, yaitu: musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim

dingin. Yang dalam jangka waktu yang relatif singkat dapat berubah. Alam

Jepang selain mendatangkan keuntungan, juga mendatangkan kesengsaraan bagi

penduduknya dengan seringnya terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan

angin topan. Oleh karena itu untuk memilih bahan bangunan rumah tradisional

Jepang yang sesuai dengan perubahan-perubahan iklim dan letak geografis

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tersebut dan juga dikarenakan berlimpahnya bahan alam berupa kayu, maka kayu

lebih dianjurkan untuk dijadikan bahan dasar bangunan rumah tradisional Jepang.

Di dalam perbandingannya, kayu lebih peka untuk menerima iklim. Kayu

dapat menjadi lebih dingin dan dapat meresap kelembaban ketika musim panas

tiba, dan tidak akan terlalu dingin jika di sentuh pada waktu musim dingin. Selain

itu kayu juga lebih cocok dan dapat bertahan pada saat terjadi gempa bumi di

Jepang. Alasan lain juga diperkuat oleh pemaparan kepercayaan penganut agama

Shinto bahwa kesucian Jepang diciptakan pertama dari alam dan kemudian

menciptakan manusia sebagai bagian dari kekuatan alam, maka arsitektur rumah

tradisional Jepang pada dasarnya berbahan dasar kayu dan alam. (Tadahiro :

1983).

Selain dari tiang-tiang dan atap rumah yang berbahan dari alam (kayu

dan jerami), hampir seluruh komponen-komponen utama rumah tradisional jepang

berbahan dasar alam. Seperti pada; tokonoma (床の間) yaitu ruang sudut/bilik di

dalam ruang tamu, tatami (畳) yaitu lantai yang juga dapat berfungsi sebagai

tempat duduk lantai yang terbuat dari jerami, fusuma (ふすま)yaitu pintu geser

yang berfungsi sebagai sekat atau pemisah ruangan-ruangan bagian dalam dan

shoji ( 障 子 ) yaitu pintu geser kayu yang berfungsi untuk memisahkan teras

dengan ruang dalam, ranma (欄 間) yaitu jendela kecil di atas pintu atau kusen,

tokonoma shelves (chigaidana/違い棚) yaitu rak sudut kayu yang bertingkat, dan

tokobashira ( 床 柱 ) yaitu tiang balok ukir. Yang hampir keseluruhan bahan

dasarnya memakai kayu.

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam penelitian

ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut :

1. Minka merupakan rumah rakyat Jepang pada jaman sebelum akhir tahun

1800 yang digunakan oleh hampir semua masyarakat Jepang. Di zaman

Jepang kuno, ada dua jenis rumah. Sedangkan pada periode Heian melalui

Periode pertengahan Edo (792 – 1750) ada tiga jenis rumah.

2. Pengertian Minka sendiri merupakan nama umum untuk rumah tradisional

Jepang dan merupakan hunian untuk rakyat biasa. Bahan bangunan yang

dipergunakan antara lain balok kayu besar, bambu, tanah liat, rumput dan

atau jerami.

3. Struktur Tata ruang Minka terdiri dari Genkan, Washitsu, Washiki (toilet),

Daidokoro (dapur) dan untuk memperindah dibuat sebuah taman. Selain

itu ada juga desain khas yang menjadi karakteristik Minka. Rumah Minka

terdiri dari 2 jenis yaitu Nouka dan Machiya.

4. Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional

Jepang. Ada beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai.

Dari jumlah tatami yang dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari

sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu

washitsu utama. Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan,

belajar, atau kamar tidur.

39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang

dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja.

Washitsu menjadi ruang tidur bila diletakkan futon(matras tidur). Meja

besar dikeluarkan bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan.

6. Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal

pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong.

Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.

7. Genkan adalah tempat dimana orang melepas sepatu mereka. Dari sudut

prespektif arsitektur genkan adalah ruang kecil yang ketinggiannya sama

dengan daratan diluar rumah. Kedudukan genkan dalam tata ruang rumah

masyarakat Jepang tampaknya merupakan bagian ruangan yang harus ada

di dalam keseluruhan ruang lingkup struktur banguan Jepang, baik berupa

rumah biasa, rumah susun, maupun apartemen bergaya modern.

8. Toilet tradisional jepang ( 和 式 washiki) adalah kloset jongkok juga

dikenal sebagai kloset Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat

dari porselen.

9. Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan

tungku dan yang kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama

menggunakan kayu bakar. Dapur Jepang adalah tempat di mana makanan

disiapkan di rumah Jepang. Sampai era Meiji, dapur juga disebut kamado

dan ada banyak ucapan dalam bahasa Jepang yang melibatkan kamado

karena dianggap sebagai simbol sebuah rumah.

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2 SARAN

Ketika membangun rumah sebagai tempat tinggal, ada beberapa faktor

penting yang harus kita pertimbangkan, mulai dari faktor luar (eksternal) seperti

kondisi alam sekitar maupun faktor dari dalam (internal) yang menyangkut bentuk

maupun fungsi dari masing-masing ruangan yang akan ditempati.

Rumah merupakan tempat untuk berkumpulnya suatu keluarga, oleh

karena itu sangat diperlukan juga struktur rumah yang sesuai dengan kebutuhan

anggota keluarga yang menghuni rumah tersebut.

Minka atau rumah tradisional di jepang memiliki perbedaan struktur dan

bentuk pada bagian utara dan bagian selatan Jepang. Hal ini tidak terlepas dari

kondisi alam serta pengaruh cuaca yang ada.

Skripsi ini mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi, pemahaman

konsep, penulisan dan analisis data. Bagi pihak-pihak yang ingin melanjutkan

pembahasan tentang rumah tradisional di Jepang (minka) dapat melanjutkan

pembahasan dengan melihat dari segi faktor yang menyebabkan adanya

perbandingan bentuk rumah tradisional dimasing-masing daerah Jepang.

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka

Fakhriana, Rifda. 2015. “Nilai Estetika Zen Pada Fusuma Dalam Arsitektur

Jepang” (Skripsi). Yokyakarta : Universitas Gajah Mada.

Koentjaraningrat, 1974. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :

Gramedia.

Manurung, Audrin. 2016. “Arsitektur Rumah Tradisional Jepang Berdasarkan

Gaya dan Desain Tata Ruang” (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera

Utara.

Putri, Pujiasrini Eliza. 2012. “Chasitsu Bergaya Soan Sebagai Cerminan Konsep

Wabi Sabi dalam Konsep Naturalisme Jepang” (Skripsi). Depok :

Universitas Indonesia.

Siagian, Sabar Liana. 2015. “Analisis Fungsi Genkan Pada Arsitektur Rumah

Masyarakat Jepang” (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Situmorang, Hamzon. 2013. Minzoku Gaku (ethnologi) Jepang. Medan : USU

Press

Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta : Gajah Mada

Universty Perss.

Suparlan, Pasurdi. 1996. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta : PT

Rajawali Grafindo Persada.

Tantawi, Isma. 2015. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Medan : Al-Hayat

http://en.wikipedia.org/wiki/Housing_in_Japan. Diakses pada tanggal 23 February

2018 pukul 13:34:25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


http://misakiyuuki.blogspot.com/2011/06/minka-rumah-tradisional-jepang.html.

Diakses pada tanggal 24 February 2018 pukul 07:51:32

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/09/rumah-tradional-jepang-

minka.html. Diakses pada tanggal 25 February 2018 pukul 17:45:24

http://www.arsitag.com/article/arsitektur-rumah-tradisional-jepang.html. Diakses

pada tanggal 9 Mei 2018 pukul 16:06:54

http://j-cul.com/rumah-tradisional-jepang/ Diakses pada tanggal 9 mei 2018 pukul

15:49:35

https://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-ruangbentuk-dan-ekspresi-

dalam-arsitektur/. Diakses pada tanggal 10 Mei 2018 pukul 19:55:04

http://rumah-kula.blogspot.co.id/2012/12/definisi-fungsi-rumah-tinggal.html.

Diakses pada tanggal 10 Mei 2018 pukul 19:57:54

http://miasiibungsu.blogspot.com/2013/02/sejarah-perkembangan-dan-

konsep.html Diakses pada tanggal 30 Mei Pukul 21:36:39

https://id.wikipedia.org/wiki/Fusuma. Diakses pada tanggal 1 Juni 2018 pukul

05:29:43

https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur. Diakses pada tanggal 15 September 2018

Pukul 19:41:55

https://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-ruangbentuk-dan-ekspresi-

dalam-arsitektur/ Diakses pada tanggal 15 September 2018 Pukul 19:46:33

http://www.penataanruang.com/istilah-dan-definisi2.html Diakses pada tanggal 23

September 2018 Pukul 08:39:34

https://www.materipendidikan.info/2017/10/arsitektur-tradisional.html Diakses

pada tanggal 2 Oktober 2018 Pukul 08:56:33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

Gokayama_Japanese_Old_Village_002

Rumah panggung di Jepang bagian Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Washitsu bergaya moderen di Jepang

Gambar fusuma bermotif alam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Toilet tradisional jepang

Dapur pada rumah tradisional Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAKSI

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI RUMAH TRADISIONAL DI JEPANG

(MINKA NO IE)

Mukhbit Soffan

Minka merupakan rumah rakyat Jepang pada jaman sebelum akhir tahun

1800 yang digunakan oleh hampir semua masyarakat Jepang. Akan tetapi, di era

jaman modern ini tidak semua masyarakat Jepang menempati rumah Minka

karena masyarakat sekarang lebih cenderung memilih rumah ideal yang praktis

dan murah.

Minka merupakan hunian untuk rakyat biasa (masyarakat golongan

menengah ke bawah). Gaya arsitektur Minka berbeda – beda di setiap daerahnya.

Perbedaan gaya arsitektur Minka disetiap daerah karena penyesuaian terhadap

letak geografi / iklim setempat, dan keperluan industri. Misalnya, Minka di daerah

Jepang bagian utara, bangunannya dirancang untuk dapat beradaptasi terhadap

musim dingin yang panjang dan hujan salju. Atap jerami dengan bubungan yang

terjal memungkinkan udara di dalam ruangan cukup hangat. Selain itu bentuk

seperti ini bertujuan agar tidak adanya tumpukan salju yang berlebih di atas atap

rumah. Karena jika ada banyak tumpukan salju di atap rumah hal tersebut dapat

menyebabkan runtuhnya atap.

Sedangkan di daerah Jepang bagian selatan, terdiri dari sekelompok

rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan rumah panggung agar memperoleh

ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin topan (taifun).

Rumah panggung ini juga dirancang untuk merendam gunjangan gempa. Rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu (ruang

serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang

keluarga), Genkan (Area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).

Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional

Jepang. Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang

dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu

menjadi ruang tidur bila diletakkan futon (matras tidur). Meja besar dikeluarkan

bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan.

Genkan adalah tempat di mana orang melepas sepatu mereka. Disamping

genkan terdapat sebuah rak atau lemari disebut Getabako di mana orang dapat

menyimpan sepatu mereka. Sandal untuk dipakai di rumah juga tersimpan di sana.

Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal

sebagai kloset Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen.

Para pengguna toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka

menghadap ke dinding di belakang toilet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


要旨

にほん いえ こうぞう きのう ぶんせき


日本での伝統的な家(民家の家)の構造と機能の分析

みんか ねんだいぜんはん にほんじん いえ


民家は 1800年代前半 の日本人の家 で、ほとんどすべての日本人が使って
りそうてき あんか じゅうたく えら けいこう
いた。しかし、現代は、人々は理想的で安価な 住 宅 を選ぶ傾向 が強まっ
にほんじん みんか いえ し
ているため、すべての日本人が民家の家を占めるわけではない。
みんか ふつう ひと ちゅうきゅう じゅうきょ みんか
民家 は 普通 の 人 ( 中 級 か ら 下 級 者 ) の 住 居 で あ る 。 民家 の
けんちくようしき かくちいき こと かくちほう みんかけんちくようしき ち り て き
建築様式 は 各地域 に よ っ て 異 な る 。 各地方 の 民家建築様式 の 地理的 /
き こ う て き い ち さんぎょう ちょうせい さ い にほん
気候的位置 と 産 業 ニーズの 調 整 による差異 がある。 例えば、日本 の
ほくぶ なが ふゆ ゆき てきおう せっけい
北部のミンカ(民家)は、長い冬と雪に適応するように設計されている。
きゅう かやぶ や ね しつない くうき じゅうぶんあたた
急 な屋根のある茅葺き屋根 は、室内の空気を 十 分 暖 かくすることがで
いえ や ね か ど ゆき
きる。さらに、このフォームは家の屋根に過度の雪が積もらないようにす
もくてき
ることを目的としている。
いえ や ね ゆき や ね ほうかい かのうせい
家の屋根に雪がたくさんあると、屋根が崩壊する可能性があるからで
にほん なんぶ かんき さいだいげん は り け ん たいふう きけんせい
ある。日本の南部では、換気を最大限にし、ハリケーン(台風)の危険性
へ ひかくてきしょうきぼ ていそう かおく はしら
を減らすために、比較的小規模で低層 の家屋が 柱 になっている。このス
じしん じしん きゅうしゅう せっけい でんとうてき
テージハウスは、地震の地震を 吸 収 するように設計されている。伝統的
にほん いえ わしつ い ま しんしつ げんかん にゅうじょう
な日本の家は、和室(居間、寝室、ファミリールーム)、玄関( 入 場 エ
せんめんじょ
リア)、キッチン、洗面所 (トイレ)などのいくつかのメインルームで
こうせい
構成されている。
わしき にほん でんとうてき たてもの たたみ へ や しよう かでんせいひん
和式 は日本 の伝統的 な建物 の 畳 の部屋 である。 使用 する家電製品
せんたくきのう か お わしづ けんきゅうしつ
によって洗濯機能 が変 わる。 テーブルを置 くと鷲津 は 研 究 室 になる。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ねぶくろ ふとん お しんしつ せんたくもの えんかい しよう
寝袋 は布団 を置 いたときに寝室 になる。 洗濯物 が宴会 に使用 されたい
ばあい おお て ぶ る はっこう げんかん ひとびと くつ ぬ ばしょ
場合は、大きなテーブルが発行される。玄関は、人々が靴を脱ぐ場所であ
げんかん くわ ひとびと くつ ほかん げ た ば こ よ
る。 玄関に加 えて、人々が靴 を保管 することができる下駄箱 と呼 ばれる
しょっきだな じたく しよう す り っ ぱ ほかん
棚や食器棚がある。 自宅で使用 するためのスリッパもそこに保管 されて

いる。
にほん でんとうてき せんめんだい よ
日本の伝統的なトイレ(洗面台)は、アジアのトイレとも呼ばれる
にほん じ き せ い
スクワットトイレである。 日本 のほとんどのスクワットトイレは磁器製
にほん かべ めん
である。日本のトイレユーザーは、トイレの壁に面しているインドネシア
はんたい
の反対である。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai