Anda di halaman 1dari 26

Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disiapkan Sebagai Standard Kualifikasi

MUSEUM BATIK SEBAGAI DESTINASI BUDAYA


DI SOLO JAWA TENGAH

Disusun oleh :

Nur Aulia Elgietasari

184606

ABSTRACT

Museum is a place of learning, especially history and culture. Museum


store various collections of historical objects which number in the hundreds to the
thousands of collection. Historic objects that are stored in the museum is a
representation of the journey of history for thousands of years until now.
Museums can also be used as a parameter of a nation and state building. The
higher quality and the quantity of museums in a country, then the index of
development in the country is increasing. Batik according to the Javanese
language "amba" which means writing and "nitik". If both are combined to
become "mbatik". The word batik refers to the technique of making patterns with
hand-written candles using canting, patterned tools, or a stamp which is then
carried out by dyeing the fabric on the dye.
Keyword : museum, batik, javanese

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penulis adalah seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata

Ambarukmo Yogyakarta (STIPRAM), Semester III, Jenjang Strata satu dan

jurusan Pariwisata. Tujuan penulis melakukan penulisan ini adalah untuk

menggali potensi yang ada di Solo, meningkatkan pengetahuan tentang Batik

sebagai salah satu Intangible Heritage Nusantara Jawa Tengah, dan sebagai

tindak lanjut dalam menyelesaikan Jurnal Domestic Case Study.

Pada tanggal 17 September 2018 penulis mengikuti kegiatan Seminar

Dies Natalis 17 tahun bertema “Dalam Paparan Orasi Ilmiah Intangible Heritage”

yang dilaksanakan di Auditorium Amartha STIPRAM dengan salah satu

pembicaranya adalah Prof. M. Baiquni, MA. Batik berasal dari bahasa Jawa

“amba” yang berarti menulis dan “nitik”. Apabila keduanya digabung

menjadi “mbatik”. Kata batik merujuk pada teknik pembuatan corak

dengan lilin yang ditulis tangan dengan menggunakan canting, alat

bermotif , atau cap yang kemudian dilakukan pencelupan kain pada

pewarna. Dengan adanya pegukuhan dari UNESCO pada tanggal 2

Oktober 2009 lalu, muncul semangat baru untuk melestarikan dan

mengembangkan batik. Masuknya batik dalam daftar warisan dunia ini

mengikuti sukses wayang kulit dan keris yang lebih dulu meraih

pengakuan yang sama pada tahun 2003 dan tahun 2005. Selain itu batik

dianggap sebagai ikon budaya bangsa yang unik, memiliki simbol, dan

2
tradisi dan hidup di masyarakat. Batik juga memiliki filosofi yang

mendalam menyangkut siklus kehidupan manusia, karena dikembangkan

secara turun temurun.

Museum dapat jelaskan secara etimologis dan secara terminologis.


Secara etimologis museum berasal dari bahasa Yunani klasik. Dalam
bahasa Yunani Klasik museum berasal dari kata “Muze”. Muze
merupakan kumpulan 9 dewi sebagai lambang dari ilmu dan kesenian.
Berdasarkan arti dari kata tersebut maka museum dapat dijelaskan sebagai
tempat yang gunakan untuk menyimpan benda-benda kuno (bersajarah)
tujuan agar dapat dilihat dan pelajari lagi untuk menambah wawasan dan
menjadi tempat berekreasi.
Secara terminologis museum dijelaskan oleh beberapa sumber ahli.
Pengertian museum menurut secara terminologis adalah sebagai berikut:
A.C. Parker merupakan salah seorang ahli permuseuman Amerika. Beliau
mengemukakan bahwa museum dalam pengertian modern adalah sebuah
lembaga yang secara aktif menjelaskan dunia, manusia dan alam. Menurut
Douglas A. Allan museum merupakan sebuah gedung yang didalamnya
menyimpan kumpulan benda-benda untuk penelitian studi dan
kesenangan.
Pengertian museum dalam advanced dictionary adalah sebuah gedung
yang didalamnya dpamerkan benda-benda yang memiliki nilai seni,
sejarah, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Berdasarkan beberapa
pengertian museum diatas maka dapat dijelaskan museum adalah suatu
tempat atau lembaga yang mengumpulkan, menyimpan dan memamerkan
benda-benda yang dapat menjadi sumber pengertahuan seperti sejarah,
kesenian, ilmu alam dan lain-lain.
Dalam jurnal pariwisatanya Amin Kiswantoro dan Damiasih (2018
:57, http://ejournal.stipram.net) fungsi museum tidak hanya sebagai
lembaga yang mengumpulkan atau memamerkan benda-benda
sejarah, tetapi menjadi suatu lembaga yang bertugas untuk

3
melakukan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya suatu
bangsa untuk memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa tersebut.
Selain itu, museum juga menjadi salah satu obyek wisata yang
mengandung nilai-nilai edukasi atau pembelajaran, khususnya bagi
wisatawan yang sedang menempuh pendidikan, seperti sekolah dasar,
SMP, SMA atau bahkan mahasiswa.Tidak hanya wisatawan domestik,
wisatawan dari mancanegara yang ingin mengetahui tentang sejarah
atau keilmuwan tertentu, mereka juga mengunjungi museum.
Museum merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh
masyarakat, baik itu untuk study tour, penelitian maupun rekreasi.
Sebenarnya museum juga keberadaannyaa sangat diperlukan. Seperti yang
kita ketahui bahwa di museum terdapat benda-benda yang bisa
memperluas wawasan kita. Namun ternyata fungsi museum tidak hanya
sesederhana itu. Berdasarkan hasil musyawarah umum ke-11 International
Council of Museum (ICOM) pada tahun 1974 di Denmark, dikemukakan 9
fungsi museum. Kesembilaan fungsi museum tersebut adalah sebagai
berikut: Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan bidaya,
Dokumentasi dan penelitian ilmiah, Konservasi daan preservasi,
Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum, Pengenalan dan penghayatan
kesenian, Visualisasi warisan alam dan budaya, Cerminan pertumbuhan
peradaban umat manusia.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah bagaimana bisa saat ini ada
museum maka kita bias melihat kembali asal dari kata museum itu sendiri.
Kalau pada pengertian tadi dijelaskan bahwa museum berasala dari kata
“muze”, maka untuk lebih jelas lagi kali ini dijelaskan tentang Museion.
Museion merupakan merupakan tempat tinggal Muze, yaitu 9 Dewi anak
dari Zeus. Seiring dengan perkembangan zaman museion juga
dikembangkan menjadi tempat kerja para ahli pada zaman Yunani Kuno.
Contoh ahli yang bekerja di museion adalah Plato dan Phytagoras. Karena
sudah merasa nyaman bera di Museion mereka menganggap tempat
tersebut sebagai tempat penyelidikan, pendidikan filsafat, ruang ilmu dan

4
kesenian.  Seiring berjalannya waktu, pengetahuan terus berkembang,
hingga akhirnya dibangunlah Museum yang terdapat di Iskandarsyah.
Museum ini merupakan museum tertua terkait dengan ilmu dan seni.
Pada mulanya gedung museum tersebut adalah tempat pengumpulan
benda-benda dan alat untuk penyelidikan ilmu dan kesenian. Akan tetapi
koleksinya terus bertambah hingga museum tersebut menjadi tempat
mengumpulkan benda-benda yang dianggap unik dan aneh. Perkembangan
terus terjadi hingga abad pertengahan. Pada masa itu para petinggi,
pencipta seni dan ilmuwan menyimpan benda pribadinya di museum ini.
Perkembangan zaman menyebabkan hasil-hasil seni rupa terus bertambah
baik dari dalam maupun maupun dari luar Eropa. Nah, ini lah yang
menjadi cikal bakal pertumbuhan Museum yang ada di Eropa. Perubahan
peradaban dan perkembangan membuat banyak Museum dibangun di
berbagai belahan didunia begitu pula dengan di Indonesia.
Museum tempat yang menyimpan banyak sumber pengetahuan. Setiap
museum memiliki isi yang berbeda dengan museum lain. Isi dalam
museum tersebut bergantung pada jenis museum itu sendiri. Untuk lebih
mudah dibedakan, museum diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
berdasarkan beberapa hal. Klasifikasi dari jenis museum tersebut adalah
sebagai beriikut:
1. Pengklasifikasian Museum berdasarkan tingkatan koleksinya
Tingkatan koleksi dapat menjadi tolak ukur dalam pengklasifikasian
museum. Berdasarkan tingkatan koleksinya, museum dibagi menjadi 3
jenis. Adapun jenis museum berdasarkan tingkatan koleksinya adalah
sebagai berikut:
a. Museum Nasional
Museum Nasional merupakan museum yang mempunyai tingkatan koleksi
sesuai dengan kelas nasional atau dalam taraf nasional. Umumnya berisi
berbagai benda yang berisi dari berbagai daerah disuatu Negara.
b. Museum Regional

5
Museum regional merupakan museum yang memiliki tingkatan koleksi
tersebatas dan hanya dalam lingkup daerah regional. Umumnya koleksinya
berasal dari daerah regional tempat museum tersebut berdiri.
c. Museum Lokal
Museum lokal merupakan museum yang memiliki tingkatan koleksi dalam
taraf daerah saja. Benda yang dikoleksi dalam museum tersebut hanya
terbatas pada warisan dan budaya yang terdapat pada daerah itu saja.
Dalam jurnal pariwisatanya Rekta Deskarina (2017 :45,
http://ejournal.stipram.net) menyatakan bahwa Batik adalah sehelai kain
yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam
matra tradisional, memiliki beragam corak hias dan pola tertentu yang
pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan lilin batik
sebagai bahan perintang warna. Oleh karena itu, suatu kain dapat disebut
batik apabila mengandung dua unsur pokok, yaitu jika memiliki teknik
celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola
yang beragam hias khas batik (Santosa dalam Afrillyana Purba, 2005).
Batik merupakan kain bergambar dan peroses pembuatannya secara
khusus yang di gambar atau menerangkan motif ke suatu kain yang
masih kosong, dan kemudian melaui proses khusus sehingga mempunyai
ciri khas pada kain tersebut. Batik Indonesia, keseluruhan teknik,
teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh
UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Batik klasik Surakarta
memiliki ciri khas yang dipengaruhi oleh Kraton Surakarta, dengan motif
pakem Sidomukti, Sidoluhur, Satriyo dan Manah. Batik pakem adalah
motif batik klasik yang mempunyai makna filosofi pada setiap motifnya
Batik adalah bahan kain tekstil dengan pewarnaan menurut corak

khas Indonesia dengan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang

warna. Seni batik merupakan merupakan kreasi yang mempunyai arti

6
tersendiri, yang dihubungkan dengan tradisi, kepercayaan dan sumber-

sumber kehidupan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Sejarah

perjalanan batik yang cukup panjang, kini menjadikan batik tidak hanya

sebagai bahan pakaian saja, tetapi telah menjadi kebutuhan rumah tangga

sehari hari dan sumber ekonomi serta kehidupan sebagian masyarakat

Indonesia. Dewasa ini batik telah dijadikan salah satu pakaian nasional

Indonesia. Bahkan batik telah menjadi ciri khas identitas bangsa

Indonesia. Awalnya batik hanya dibuat dan dipakai oleh raja raja dan

keluarganya di lingkungan keraton. Beberapa diantaranya dijadikan

pakaian upacara yang penuh dengan kesakralannya. Dalam perkembangan

batik, teknik membuat batik keluar dari lingkungan keraton dan mulai

dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar keraton secara terbatas

sesuai dengan kebutuhannya. Lama kelamaan batik tidak hanya dibuat

oleh masyarakat sekitar keraton untuk kebutuhan sendiri tetapi telah

menyebar dan dijadikan mata dagangan yang bermuara pada peningkatan

kegiatan dan ekonomi keluarga (Kardi, 2005).

Berdasarkan konsensus nasional yang diselenggarakan pada

tanggal 12 Maret 1996 di kutip oleh batik digolongkan menjadi lima besar:

a) Batik Tulis adalah batik yang diperoleh dengan cara

mengggunakan canting tulis sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin

batik ada kain.

b) Batik Cap adalah batik yang diperoleh dengan menggunakan

canting cap sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin pada kain

7
c) Batik Kombinasi adalah batik yang diperoleh dengan cara

menggunakan canting tulais dan cap sebagai alat pembantu melekatkan

lilin pada kain.

d) Batik Moderen adalah batik yang diperoleh dengan pelekatan

lilil batik pada kain, tidak menggunakan canting tulis atau cap. Tetapi

menggunakan kwas atau alat lain disesuaikan dengan kebutuhannya. Batik

moderen juga sering atau umum disebut batik lukis.

e) Batik Bordir atau prada adalah batik, batik batik tulis, cap atau

kombinasi yang sebagian dari motifnya (gambarnya) diberi warna-warna

tertentu sesuai dengan Peran edukasi ..., Zahir Widadi, FIB UI, 2010

Universitas Indonesia 45 selera, dengan cara dibordir atau dan diberi

warna emas atau perak (prada) dengan menggunakan canting tulis atau

kuwas.

Museum Batik memiliki peranan yang sangat penting dalam


memperjuangakan pengakuan dari Unesco sehingga batik dikaui sebagai
warisan budaya tak benda asli dari Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009
melalui sidang khusus Unesco di Doha-Qatar. Sejak itulah tanggal 2
Oktober diakui sebagi Hari Batik Nasional. Bersamaan dengan pengakuan
Unesco tersebut, Museum Batik juga mendapat penghargaan Best
Practices untuk pelestarian budaya batik dari Unesco, yaitu penghargaan
satu-satunya yang diraih oleh Museum. Di museum ini, kita akan
mendapat informasi yang lengkap mengenai sejarah berbagai macam batik
baik batik tulis maupun batik cap, alat-alat dan bahan membatik, serta
proses membatik
Tujuan didirikannya Museum Batik adalah:

8
1. Terwujudnya Museum Batik di kota Solo menjadi tempat pelestarian
batik sebagai warisan budaya Indonesia
2. Terwujudnya Museum Batik sebagai tempat tujuan wisata.
3. Terwujudnya tampilan pameran batik yang informatif dan edukatif
4. Terwujudnya informasi batik yang dapat diakses oleh masyarakat.
5. Terwujudnya minat masyarakat terhadap budaya batik Indonesia.
6. Terbentuknya hubungan kerjasama dalam lingkungan internasional

Berbicara tentang Kota Solo, tak lepas dari sejarah Kota Solo itu
sendiri pada masa lalu. Solo yang merupakan sebutan akrab untuk Kota
Surakarta ini adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia.Sebelah timur Kota Solo berbatasan dengan Kabupaten
Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.Sementara sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Karanganyar dan di sebelah
selatan juga berbatasan dengan Sukoharjo.Kota Solo juga terletak di jalur
strategis, yang mempertemukan jalur dari arah Jakarta, Yogyakarta dan
Semarang menuju Surabaya dan Bali, atau sebaliknya. Sejarah kota ini
bermula pada saat Kerajaan Kartasura mengalami keruntuhan, yang
disebabkan oleh ada nya pemberontakan.Pemberontakan ini berawal dari
penindasan yang dilakukan kompeni VOC Belanda kepada para orang
orang Cina yang berada di Jakarta. Orang orang Cina ini kemudian
melarikan diri ke Jawa Tengah.Kemarahan orang orang Cina ini di
luapkan dengan pemberontakan orang orang Cina yang di pimpin oleh
Sunan Kuning kepada Keraton Kartasura.Dan pemberontakan ini di
dukung Raden Mas Said yang juga kecewa dan marah atas kebijakan
Keraton Kartasura yang memangkas daerah Sukowati yang dulunya di
berikan Keraton Kartasura kepada ayahandanya.Serangan dari para
prajurit orang orang Cina berhasil menjebol benteng pertahanan Keraton
Kartasura dan menyebabkan timbul banyak korban jiwa.Untuk
menghadapi pemberontakan tersebut Baginda Sunan Pakubuana
memerintahkan kerabat keraton dan para abdi dalem untuk mengungsi ke
wilayah Jawa Timur yaitu Pacitan hingga ke Ponorogo.Ketika para kerabat

9
keraton dan abdi dalem mengungsi, para prajurit pemberontakan Cina
menghancurkan dan menjarah Keraton.Adipati Bagus Suroto yang berasal
dari Kadipaten Ponorogo mendengar tentang pemberontakan orang orang
Cina tersebut. Ia yang langsung marah dan membenci pemberontakan itu,
kemudian menyediakan prajuritnya untuk menumpas pemberontakan
orang orang Cina tersebut.Lalu terjadilah peperangan untuk menumpas
pemberontakan orang orang Cina itu. Peperangan itu berlangsung seru.
Tetapi akhirnya pemberontakan itu berhasil di tumpas.Dan ketika kerabat
keraton dan abdi dalem kembali ke Keraton. Keraton sudah
hancur.Berawal dari situ lah, Baginda Sunan Pakubuana menunjuk
beberapa orang diantaranya: Tumenggung Honggowoso, Adipati
Sindurejo, Adipati Pringgoloyo, Tumenggung Mangkuyudo, Tumenggung
Pusponegoro dan yang di sebut narapraja untuk mencari tempat baru untuk
pemerintahan.Para narapraja melakukan pengembaraan ke berbagai tempat
akhirnya menemukan 3 desa yaitu Desa Sala, Desa Kadipolo, dan Desa
Sana Sewu yang bisa di jadikan tempat pemerintahan baru.Setelah itu di
lakukan perundingan, dan akhirnya Kota Sala lah terpilih menjadi pusat
pemerintahan Keraton Mataram yang baru. Letaknya hanya 10 km sebelah
timur Kartasura. Kraton surakarta saat ini Dan tepatnya pada 18 Februari
1745 kerajaan di pindahkan ke Desa Sala yang terletak di tepi Sungai
Bengawan Solo.

Perpindahan Keraton Kasunanan ke Desa Sala ini merupakan bedol


keraton secara menyeluruh atau total.Perpindahan itu dilakukan dengan
suasana sedih karena keraton yang di hancurkan oleh orang orang Cina.
Untuk perpindahan keraton, Baginda Sunan Pakubuana memerintahkan
abdi dalem untuk membabat hutan belukar, menimbuni rawa karna pada
masa itu Desa Sala memiliki banyak rawa.Peristiwa inilah yang dijadikan
sebagai peringatan Hari Lahir Kota Solo. Dan alasan kenapa desa ini di
sebut sebagai Desa Sala yaitu karena di desa Sala ini hidup seorang tokoh
masyarakat yang sangat bijaksana bernama Kyai Sala. Selain itu, karena di

10
daerah ini dahulu banyak di tumbuhi tanaman sala (sejenis pohon pinus)
seperti yang tertulis di serat Babad Sengkala.Adapun mengapa
penyebutannya sekarang Kota Solo bukan Kota Sala, karena kesalahan
orang-orang Eropa dalam penyebutan nama ini. Lidah mereka susah untuk
menyebutkan Kota Sala, jadi mereka menyebutnya Kota Solo.Nah, karena
itulah masyarakat Indonesia mengikuti kebiasaan tersebut dan menyebut
Sala menjadi Solo. Meskipun nama resmi kota ini adalah Kota
Surakarta.Tapi lebih banyak orang yang menyebutnya Kota Solo. Dan
dalam dunia marketing pun nama Solo lebih menjual daripada nama resmi
nya.Bagi penduduk Kota Solo, persoalan nama ini tidak perlu di
permasalahkan. Sebab bagi rakyat Solo nama Surakarta juga di terima
sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan karena nama tersebut
adalah nama pemberian dari Baginda Sunan Pakubuana.Jadi demikian
baik nama Solo maupun Surakarta akan selalu hadir mencerminkan
hubungan saling menghargai antara pemimpin dan rakyat Solo.Dan bagi
anda yang penasaran akan Kota Solo, maka berkunjung lah ke kota wisata
yang masih kentara akan kultur dan budayanya ini.

11
BAB II

PEMBAHASAN

A. Museum Batik Sebagai Destinasi Budaya di Solo Jawa Tengah

Seminar dilaksanakan pada tanggal 17 September 2018 berlokasi


di Auditorium Amartha Sekolah Tinggi Ambarukmo Yogyakarta
( STIPRAM ). Mahasiswa/I STIPRAM Yogyakarta ikut berpartisipasi
mengikuti acara Dies Natalis ke-17 dengan diadakannya Seminar “Dalam
Paparasi Orasi Ilmiah Intangible Heritage oleh Prof. M. Baiquni, MA “
yang diadakan oleh STIPRAM. Pengisi materi yang kompeten
dibidangnya yang dapat dikaitkan dengan materi Domestic Case study.
Dalam seminar ini mahasiswa/i STIPRAM mendapatkan ilmu dari
pembicara diantaranya mengenai Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan
Seni Tangible and Intangible Heritage yang Beragam di Negara
Kepulauan. Batik adalah bahan kain tekstil dengan pewarnaan menurut
corak khas Indonesia dengan menggunakan lilin batik sebagai zat
perintang warna. Seni batik merupakan merupakan kreasi yang
mempunyai arti tersendiri, yang dihubungkan dengan tradisi, kepercayaan
dan sumber-sumber kehidupan yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia. Sejarah perjalanan batik yang cukup panjang, kini menjadikan
batik tidak hanya sebagai bahan pakaian saja, tetapi telah menjadi
kebutuhan rumah tangga sehari hari dan sumber ekonomi serta kehidupan
sebagian masyarakat Indonesia. Dewasa ini batik telah dijadikan salah satu
pakaian nasional Indonesia. Bahkan batik telah menjadi ciri khas identitas
bangsa Indonesia. Awalnya batik hanya dibuat dan dipakai oleh raja raja
dan keluarganya di lingkungan keraton. Beberapa diantaranya dijadikan
pakaian upacara yang penuh dengan kesakralannya. Dalam perkembangan
batik, teknik membuat batik keluar dari lingkungan keraton dan mulai
dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar keraton secara terbatas
sesuai dengan kebutuhannya. Lama kelamaan batik tidak hanya dibuat

12
oleh masyarakat sekitar keraton untuk kebutuhan sendiri tetapi telah
menyebar dan dijadikan mata dagangan yang bermuara pada peningkatan
kegiatan dan ekonomi keluarga (Kardi, 2005).

B. Museum Batik Danar Hadi Solo

Museum Batik Danar Hadi yang terletak di Solo, yang merupakan

salah satu kota dengan industri batik yang maju. Museum Batik Danar

Hadi adalah museum yang terdapat dalam sebuah kompleks wisata

warisan budaya terpadu House of Danar Hadi yang didirikan oleh

perusahaan batik asal Solo PT. Batik Danar Hadi pada tahun 2000 dan

mengkhususkan batik beserta filosofi dan budaya sejarahnya sebagai

obyek wisata utama dari museum ini. Dengan dipandu oleh petugas

museum, museum ini dapat dijadikan untuk tempat mencari ilmu yang

berhubungan dengan sejarah budaya batik. Saat ini, pengelolaan Museum

Batik Danar Hadi dilaksanakan secara mandiri dari tiket masuk. Promosi

yang ada saat ini kurang mencitrakan keadaan Museum Batik Danar Hadi

yang megah, indah serta lengkap akan koleksi batik dari berbagai jaman.

Pencitraan promosi yang ada masih tampak kusam dan kuno, sehingga jika

dilihat tidak akan menarik perhatian orang untuk melihat apalagi membaca

brosur. Minimnya promosi yang terdapat di dalam showroom dan parkiran

sehingga jika sekilas dilihat dari jalan raya tidak terlihat ada Museum

Batik Danar Hadi. Management House of Danar Hadi lebih memfokuskan

promosi pada kegiatan bisnis sehingga Museum Batik Danar Hadi kurang

mendapatkan kesempatan berpromosi. Dengan adanya perancangan

13
promosi museum ini, diharapkan Museum Batik Danar Hadi dapat

dijadikan sebagai tempat yang menarik serta menyenangkan untuk

dikunjungi dan tempat representasi dan edukasi sejarah batik yang mampu

bersinergi dengan lokasi wisata lainnya di seputar kota Solo dan mampu

menambah minat masyarakat untuk datang mengunjungi Museum Batik

Danar Hadi. Kota Solo telah menjadi bagian dari World Heritage Cities

for Euro-Asia yang ditetapkan UNESCO, dan telah menjadi Tuan Rumah

International Conference of World Heritage Cities for Euro-Asia pada

Oktober 2008. Sejak tahun 2006, Kota Solo telah menjadi Tuan Rumah

untuk 440 pertunjukan seni, meliputi tarian tradisional, pertunjukan musik

dan teater. Sebagai tambahan, kota ini juga mempunyai Institut Seni

Indonesia (ISI-Surakarta), yang menawarkan beragam program jurusan

seni tradisional, termasuk ‘karawitan’ dan ‘wayang’. Juga diadakannya

Solo Batik Carnival setiap tahun yang telah berhasil menarik banyak minat

wisatawan asing. Dengan demikian Kota Solo telah memiliki potensi yang

sangat besar untuk menjadi salah satu (meeting, incentive, convention,

exhibition city) di Indonesia. Kota Solo juga memiliki koleksi batik

terlengkap di dunia yang dipamerkan di Museum Batik Danar Hadi. Total

koleksi Museum Batik Danar Hadi ini berjumlah 11ribu-an batik, tetapi

yang dipamerkan untuk dilihat pengunjung hanya sekitar 700an batik saja.

Sesuai dengan motto mereka : The only place where you can find the most

complete antique batik. (http://id.wikipedia.org/, 2011)

14
1. Sejarah

Berawal dari keinginan H. Santosa Doellah (pengusaha pribumi)


untuk melestarikan batik mendorong didirikannya museum batik di Kota
Solo. Museum ini bernama Museum Batik Danar Hadi. Berlokasi di jalan
utama Kota Solo, jalan Slamet Riyadi. Museum yang didirikan sejak tahun
1967 ini menyuguhkan koleksi batik kualitas terbaik dari berbagai daerah
seperti batik asli keraton, batik China, batik Jawa Hokokai (batik yang
terpengaruh oleh kebudayaan Jepang), batik pesisir (Kudus, Lasem dan
Pekalongan), batik Sumatera dan berbagai jenis batik lainnya. Museum ini
memiliki koleksi kain batik mencapai 1000 helai dan sudah diakui MURI
(Museum Rekor Indonesia) sebagai museum dengan koleksi batik
terbanyak. Pengunjung dapat melihat proses pembuatan batik bahkan bisa
mengikuti workshop pembuatan batik secara langsung.

Selain mendapat pengalaman membatik, pengunjung juga bisa menikmati


arsitektur bangunan khas Jawa di samping museum, yang dikenal dengan
nama Ndalem Wuryaningratan. Ndalem Wuryaningratan semula
merupakan tempat tinggal Pangeran Wuryaningrat, menantu Susuhan
Pakubuwono X. Dibangun dengan konsep rumah tinggal bangsawan pada
masa itu, dengan pakem Jawa dan pengaruh arsitektur gaya Eropa. Pada
tahun 1997, H. Santosa Doellah sebagai pemilik Batik Danar Hadi
membeli bangunan ini menjadi House of Danar Hadi dengan
mempertahankan arsitektur aslinya. 

1. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

Visi dari PT. Batik Danar Hadi adalah “menjadikan batik sebagai
bagian dari gaya hidup”.Visi ini bermaksud untuk memberikan konsumen
atau pelanggan batik Danar Hadi kemampuan untuk membuat batik
menjadi bagian dari kehidupan sehari – hari mereka. Mewujudkan visi
perusahaan dapat dilakukan dengan menghargai dan menciptakan produk

15
– produk gaya baru yang menarik. Produk – produk tersebut juga
ditanamkan tradisi yang baik dengan gaya yang modern

b. Misi

PT. Batik Danar Hadi memiliki misi mencari peluang untuk


memperluas merek dan menciptakan produk – produk yang menarik
dengan gaya modern. Perluasan merek akan terus dilakukan dengan terus
menjaga visi yang ada. Misi selanjutnya yang diemban PT. Batik Danar
Hadi adalah membawa batik dalam kehidupan modern serta berusaha
untuk menciptakan dan mempromosikan apresiasi untuk batik. Misi
tersebut dilakukan dengan menciptakan produk yang baik sehingga semua
pelanggan dari berbagai kalangan dan usia dapat menghargainya.

3. Koleksi Museum

Secara Keseluruhan terdapat 11 Ruangan di Museum yang


berisikan batik serta alat-alat untuk membuat batik.
Disini para pengunjung akan diajak menelusuri kisah-kisah dibalik batik
yang dipamerkan . Terdapat pengaruh zaman terhadap kelahiran setiap
batik dimasing-masing daerah Misalnya, Batik Solo umumnya berwarna
gelap. Pasalnya masih ada unsur agama Hindu yang melekat saat
pembuatan batik dimasa lampau.
Selain batik Yogyakarta dan Solo, di museum ini juga bisa menyaksikan
koleksi batik Belanda dan Cina yang ditaruh dengan cara dibentangkan
tanpa etalase kaca. Batik Belanda ini diprakarsai oleh orang Belanda yang
dulu menetap di Indonesia antara periode 1810 hingga 1940.

Adapula ruangan yang menampilkan batik adikarya yang dinilai


memuat kerumitan dan keindahan motif yang sulit diduplikasi.
Disampaikan Kiki, bagi Anda yang menyimpan kain batik peninggalan
sesepuh dipersilakan menawarkan itu kepada pemilik museum ini.

16
Pengunjung juga akan menuju ruangan berisi batik Indonesia, Batik
Nusantara, Batik Suvenir yang merupakan pemberian koega si empu
museum ini, dan Batik Mancanegara. Jika berkunjung tidak lewat dari
pukul 15.30.

4. Proses Pembuaan Batik

Berikut langkah-langkah untuk membuat batik:

1. Siapkan alat dan bahan untuk membatik seperti: kain mori sesuai
kebutuhan yang telah diketel (proses menghilangkan kanji pada kain
dengan cara diuleni dalam larutan minyak kacang) dan canting.

2. Gambar desain di atas kain mori sesuai dengan pola yang diinginkan.
Dalam istilah perbatikan tahap ini sering disebut Nglengreng.
3. Panaskan lilin/malem diatas wajan hingga mencair sempurna. Suhu
maksimal lilin/ malem sekitar 80 derajat Celcius. Jadi, harus berhati-hati
saat menggunakannya.

4. Perhatikan posisi duduk saat membatik. Duduklah dengan posisi tungku/


kompor batik berada di sebelah kanan(kecuali kidal, tungku/ kompor ada
di sebelah kiri) untuk memudahkan mengambil malem dan
menggoreskannya ke atas kain mori.

5. Celupkan canting ke dalam wajan yang terisi oleh malem selama sekitar 3
detik sebagai pengesuaian suhu pada canting.

6. Mulailah menggoreskan canting ke atas kain yang telah dilengreng


(dipola) dengan menggoreskannya dari kiri ke kanan sama halnya dengan
menulis latin. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan goresan yang baik
dan halus.

7. Isilah bagian pola yang kosong dengan ornamen-ornamen seperti garis-


garis arsiran maupun titik-titik. Misalnya pada gambar daun mestinya
memiliki tulang daun, maka daun tersebut akan diisi garis sesuai dengan
kebutuhan. Tahap ini biasa disebut dengan istilah Isen-isen.

17
8. Tahap nembok artinya mengeblok bagian kain yang tidak ingin terkena
warna. Namun, tahap ini dilakukan apabila dibutuhkan warna awalnya.

9. Tahap pencelupan warna. Biasanya menggunakan pewarna


sintesis naptholdan indigosol. diperlukan beberapa kali celupan untuk
memunculkan warnanya.
10. Tiriskan kain yang telah dicelup dan diamkan agar warnanya dapat
meresap dengan maksimal pada serat kain.

11. Rebus kain dalam air mendidih 100 derajat Celcius untuk melirihkan lilin/
malem yang menempel pada kain untuk memunculkan motif yang telah
didisain. tahap merebus ini disebut nglorod.
12. Cuci kain batik dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa lilin/
malem yang masih menempel. Kemudian, jemurlah dengan angin-angin
dan hindari terkena panas sinar matahari langsung.

5. Daya Tarik Wisata Sebagai Wisata Budaya

Dalam jurnal pariwisatanya Zahrotun Satriawati (2016 :23-28,


http://ejournal.stipram.net) menyatakan bahwa daya tarik yang tidak atau
belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya
potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai
adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya, penyediaan
aksebilitas atau fasilitas.
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Menurut Sunaryo (2013, 25-27), daya tarik
wisata dikelompokkan menjadi tiga jenis, 47 dari aspek sosial,
budaya dan lingkungan.
Sedangkan menurut Suansri (2003:14), mengemukakan definisi
Community Based Tourismc (CBT) sebagai pariwisata yang
memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan

18
budaya dalam komunitas. Community Based Tourism (CBT)
merupakan alat bagi pembangunan komunitas dan konservasi
lingkungan. Pariwisata berbasis masyarakat ( community
based tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan
dan keselarasan antara kepentingan berbagai steakholders
pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta dan
masyarakat.Bisa dikatakan, konsep ini memegang prinsip pembangunan
pariwisata “dari masyarakat,oleh masyarakat dan untuk masyarakat“.
Dalam setiap tahapan pembangunan pariwisata, mulai dari perencanaan,
pembangunan,pengelolaan dan pengembangan sampai dengan pemantauan
(monitoring) dan evaluasi,masyarakat dilibatkan secara aktif dan diberi
kesempatan untuk berpartisipasi karena tujuan akhir adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat
sebagai pelaku utama dalam pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat berperan disemua lini pembangunan, baik sebagai perencana,
investor, pelaksana, pengelola, pemantau maupun elevator.
Namun demikian meskipun pembangunan pariwisata berbasis
masyarakat menekankan pada faktor .
Dalam jurnal pariwisatanya Atik Hendarwati (2015 :47-48,
http://ejournal.stipram.net) menyatakan bahwa Wisata Budaya adalah
gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-
objek wisata hasil dari seni budaya setempat, misalnya: adat
istiadat, upacara keagamaan, tata kehidupan masyarakat, peninggalan
sejarah, seni dan kerajinan rakyat dan sebagainya (Damardjati,1995:29).
Sedangkan Yoeti (2006:317) menjelaskan bahwa situs (sites) adalah
bidang tanah tempat kegiatan masyarakat masa lalu. Di situs terdapat
benda-benda peninggalan yang merupakan gabungan dari artefak, ekofak
dan fitur.

Organisasi Pariwisata Dunia atau World Tourism Organization


(2005) mencatat bahwa kunjungan wisatawan ke objek wisata warisan

19
budaya dan situs (cultural heritage and heritage site) telah menjadi
salah satu kegiatan wisata yang tercepat pertumbuhannya.

C. Kolerasi tema seminar dengan Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan karya


budaya. Warisan kekayaan ini wajib dijaga, direkam, disimpan, dan
dipertahankan agar tidak hilang atau menjadi identitas negara lain.
Museum merupakan sebuah bangunan yang ditujukan untuk pelestarian
warisan budaya. Museum melakukan usaha pengoleksian, konservasi,
mengkomunikasikan dan mempertunjukkan kepada masyarakat untuk
kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenian. Museum adalah rekaman
sejarah kebudayaan dan peradaban manusia, tempat disimpannya berbagai
karya manusia. Museum digunakan sebagai media universal tempat
memamerkan benda-benda peninggalan sejarah dan budaya yang dapat
menjadi wahana pembelajaran, objek wisata edukatif yang perlu didorong
agar menjadi dinamis serta dapat memadai untuk melayani masyarakat.
Diperlukan adanya budaya mengunjungi museum, sehingga koleksi
kekayaan budaya yang ada di museum dapat dipamerkan ke masyarakat
luas dan kekayaan budaya ini terjaga tidak musnah terlempar oleh
industrial modern yang hampir seluruhnya impor. Bila budaya menghargai
museum ini bisa tumbuh dengan baik, maka masyarakat akan memiliki
dan mengerti akar budaya sendiri. Meski telah bersentuhan dengan
berbagai budaya luar, budaya sendiri akan tetap dihargai dan dijadikan
identitas diri. Batik merupakan salah satu warisan kekayaan bangsa
Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai identitas budaya
bangsa yang sangat bernilai. Dalam dunia internasional, batik mulai
dikenal sebagai salah satu bentuk tekstil khas Indonesia. Batik Indonesia,
sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan
budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Masterpieces
of the Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak 2 Oktober 2009.
Kesenian batik 2 merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian

20
yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman
dulu. Karena telah dikenal sejak berabad-abad lalu dan berkembang di
banyak tempat, perkembangan batik begitu pesat. Dengan adanya
perkembangan zaman, batik yang dulunya hanya menjadi pakaian keluarga
istana, kemudian menjadi pakaian yang mulai digemari masyarakat, baik
wanita maupun pria. Salah satu upaya pelestarian batik dan penelusuran
sejarah batik dapat terlihat pada Museum Batik Danar Hadi yang terletak
di Solo, yang merupakan salah satu kota dengan industri batik yang maju.
Museum Batik Danar Hadi adalah museum yang terdapat dalam sebuah
kompleks wisata warisan budaya terpadu House of Danar Hadi yang
didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT. Batik Danar Hadi pada tahun
2000 dan mengkhususkan batik beserta filosofi dan budaya sejarahnya
sebagai obyek wisata utama dari museum ini. Dengan dipandu oleh
petugas museum, museum ini dapat dijadikan untuk tempat mencari ilmu
yang berhubungan dengan sejarah budaya batik. Saat ini, pengelolaan
Museum Batik Danar Hadi dilaksanakan secara mandiri dari tiket masuk.
Promosi yang ada saat ini kurang mencitrakan keadaan Museum Batik
Danar Hadi yang megah, indah serta lengkap akan koleksi batik dari
berbagai jaman. Pencitraan promosi yang ada masih tampak kusam dan
kuno, sehingga jika dilihat tidak akan menarik perhatian orang untuk
melihat apalagi membaca brosur. Minimnya promosi yang terdapat di
dalam showroom dan parkiran sehingga jika sekilas dilihat dari jalan raya
tidak terlihat ada Museum Batik Danar Hadi. Management House of
Danar Hadi lebih memfokuskan promosi pada kegiatan bisnis sehingga
Museum Batik Danar Hadi kurang mendapatkan kesempatan berpromosi.
Dengan adanya perancangan promosi museum ini, diharapkan Museum
Batik Danar Hadi dapat dijadikan sebagai tempat yang menarik serta
menyenangkan untuk dikunjungi dan tempat representasi dan edukasi
sejarah batik yang mampu bersinergi dengan lokasi wisata lainnya di
seputar kota Solo dan mampu menambah minat masyarakat untuk datang
mengunjungi Museum Batik Danar Hadi.

21
D. Tiga Pilar Pengembangan Pariwisata

Dalam pengembangan pariwisata pembentukan pilar-pilar


pariwisata yang berguna untuk mendorong dan memajukan destinasi
wisata tersebut agar bisa berkembang lebih baik dan maju . Dorongan
pilar pariwisata tersebut antara lain : pemerintah, industri, dan masyarakat.
Dorongan dan sumbangsih mereka sangat penting untuk membantu
memajukan destinasi suatu tempat wisata.

1. Pemerintah

Pemerintah Kota Solo ikut serta dalam berperan pengembangan


Museum batik sebagai Destinasi Budaya. Membantu meningkatkan
semangat para pengrajin untuk membangun dan mempertahankan produksi
baik dalam bentuk stimulus dana segar maupun fasilitas. Seperti yang kita
ketahui, batik saat ini telah menjadi trend di semua kalangan, Pemerintah
juga berperan dalam memberikan ruang publikasi produk yang dapat
diakses oleh masyarakat pedesaan.

2. Industri

Para pengusaha industri batik umumnya belum melakukan


perbaikan sistem dan mutunya bisa sama untuk setiap lembar kain batik.
Perkembangan industri-industri kreatif warisan budaya di Kota Solo
tumbuh membentuk pemusatan geografis yang ditandai dengan banyak
sentra industri kerajinan, salah satunya yaitu industri batik yang
merupakan produk-produk unggulan Kota Solo.

3. Masyarakat

Masyarakat sekitar Museum Batik juga ikut berperan dalam


pengembangan Museum Batik seperti mengikuti kegiatan workshop

22
membatik setiap hari kecuali hari libur nasional dan hari minggu.
Masyarakat juga dapat membeli batik di toko yang sudah disediakan .

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dengan berkunjung ke Museum Batik Danar Hadi artinya kita

menghargai adanya kebudayaan batik sebagai warisan dunia yang dimiliki

oleh Indonesia. Museum Batik Danar Hadi yang terletak di Solo, yang

merupakan salah satu kota dengan industri batik yang maju.

Museum Batik Danar Hadi adalah museum yang terdapat dalam

sebuah kompleks wisata warisan budaya terpadu House of Danar Hadi

yang didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT. Batik Danar Hadi pada

tahun 2000 dan mengkhususkan batik beserta filosofi dan budaya

sejarahnya sebagai obyek wisata utama dari museum ini. Dengan dipandu

oleh petugas museum, museum ini dapat dijadikan untuk tempat mencari

ilmu yang berhubungan dengan sejarah budaya batik.

B. Saran

4. Pentingnya pemerintah daerah untuk mendukung adanya Museum

Batik Danar Hadi Solo sebagai salah satu tempat edukasi heritage

Indonesia.

5. Pihak museum sebaiknya bekerjasama dengan biro perjalanan wisata

agar dapat menjadi salah satu tujuan wisata.

23
DAFTAR PUSTAKA

Deskarina,Rekta.2017.Pengembangan Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta


Dengan Penguatan Karakter Sebagai Kampung Konservasi.Yogyakarta :
STIPRAM http://ejournal.stipram.

Hendrawati, Atik.2015. Penerapan Prinsip Sustainable Cultural Tourism


Terhadap Wat Arun Sebagai Invaluable Cultural Heritage Di Bangkok,
Thailand.Yogyakarta : STIPRAM http://ejournal.stipram.

Kiswantoro, Amin dan Damiasih.2018.Persepsi Kualitas Layanan Museum


Sebagai Sarana Edukasi (Studi Kasus : Museum Gunung Api Merapi
Yogyakarta). Yogyakarta : STIPRAM http://ejournal.stipram.

Zahrotun Satriawati & Jati. 2016. Pengelolaan Objek Wisata Watu Kendil
Sebagai Wisata Alam di Magelang. Yogyakarta : STIPRAM
http://ejournal.stipram

24
LAMPIRAN

(Foto 1 Bagian Depan Museum Danar Hadi Solo)

(Foto 2 Bagian Dalam Museum Danar Hadi Solo)

25
(foto 3 Proses Pembuatan Batik)

(foto 4 Contoh Motif Batik)

26

Anda mungkin juga menyukai