Anda di halaman 1dari 91

PRAKTEK KEWIRAUSAHAAN 4

OLEH:
Widarta, SE,M.M

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta

1
Disusun Oleh : Widatin Mayasari
Tekhnik Informatika

“Dunia Baru untuk Sebuah Pengalaman”

Dari sebuah impian ingin membuka sebuah Toko kue saya ingin membuat usaha dan
membuat kue hasil dari buatan saya sendiri dan mencoba untuk menjual serta memasarkan
kue buatan saya untuk dikonsumsi oleh orang lain, tetapi dengan keterbatasan dan kendala
yang saya miliki saya memilih, melakukan, dan mencoba dari hal yang terkecil yaitu dengan
membuat risoles. Saya membuat risoles dengan memakai uang pribadi saya untuk membuat
usaha ini. Saya menjual 20 risoles ke warung-warung disekitar rumah saya.
Sebenarnya saya masih kebingungan untuk mengatur keuangan dari sebuah usaha.
Seperti yang saya alami, saya menjual sebuah risoles dengan harga Rp 1.500 dan modal yang
saya keluarkan untuk membuat sebuah risoles adalah Rp 1.000. Saya saat itu hanya menjual
sekitar 20 risoles, tetapi yang berhasil terjual hanya sekitar 8 risoles. Sedangkan saya harus
menjual risoles baru pada keesokan harinya dengan jumlah yang sama, tetapi saya belum
mendapatkan keuntungan dari penjualan saya yang sebelumnya. Meskipun begitu, usaha
membuat risoles ini sudah berjalan sekitar satu bulan, namun saya hentikan karena dari usaha
ini bukan keuntung yang saya dapat tapi justru kerugian yang saya dapatkan dari setiap
harinya. Dari kerugian yang saya dapatkan saya telah kehabisan modal untuk membuat
risoles lagi. Saya menjual risoles yang sudah matang (digoreng) sedangkan risoles yang
sudah matang tidak bertahan lebih dari satu hari, jadi setiap hari saya harus mengganti risoles
yang saya jual dengan risoles yang baru, kecuali risoles yang belum digoreng dapat bertahan
lama hingga tiga hari jika dimasukan kedalam mesin pendingin (kulkas). Meskipun begitu
sebenarnya saya masih ingin dan sudah berencanan untuk memulai usaha membuat risoles ini
lagi, tetapi saat ini saya masih disibukkan dengan tugas kuliah yang kebanyakan adalah
sebuah project. Karena saya sadar kemampuan saya sangat kurang dalam membagi waktu
saya tetap mengutamakan kuliah saya terlebih dahulu.
Namun disela-sela kuliah saya, saya menjadi pengajar ekstrakulikuler disebuah
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya mengajar ekstrakulikuler HW (Hizbul Wathan).
Hizbul Wathan atau HW itu sama saja dengan pramuka, hanya saja Hizbul Wathan ini
dibawah naungan sebuah lembaga atau Majelis Muhammadiyah. Yang menjadi perbedaan
antara pramuka dan Hizbul Wathan yaitu jika pramuka berisikan ajaran menjadi seorang
pramuka yang terbaik, sedangkan di Hizbul Wathan berisikan ajaran materi untuk menjadi
sebuah pandu yang baik dan mendapatkan pelajaran agama di dalamnya. Jadi Hizbul Wathan
tidak hanya tentang bagaimana kita mengerti sandi, jejak alam, mendirikan tenda, tetapi juga
disini diajarkan sebuah nilai keagamaan yang di praktekkan dengan sebuah kepanduan.
Alasan saya mengajar di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta yang berada di daerah
Karangkajen ini karena saya dulu pernah belajar di SMP tersebut selain itu saya sudah
terbiasa dengan lingkungan disana dengan pengalaman 3 tahun saya menuntut ilmu di SMP
tesebut saya sudah tau bagaimana lingkungan disana, saya juga diminta secara langsung oleh
guru disana untuk mengajar disekolah tersebut dan alasan saya yang ketiga karena saya bisa
bertemu teman-teman yang juga mengajar di SMP tersebut. Jadi disela saya mengajar, saya
juga dapat bertemu dengan teman-teman lama saya, namun yang paling penting saya juga
mendapat sebuah pengalaman tentang bagaimana sulitnya untuk menjadi seorang pengajar.
Selain saya bekerja sebagai seorang pengajar ekstrakulikuler disebuah Sekolah
Menengah Pertama saya juga mengambil kesempatan untuk menjadi asisten dosen di
Universitas Mercubuana Yogyakarta. Universitas dimana saya kuliah saat ini. Saya menjadi

2
seorang asisten dosen dari mata kuliah Praktek Aplikom 1. Sebenarnya saya tidak pernah
mempunyai keinginan untuk menjadi seorang asisten dosen, tetapi ketika saya melihat sebuah
kesempatan yang bagus untuk saya kedepan kenapa tidak saya mencoba untuk mengambil
kesempatan ini.
Untuk kegiatan asisten dosen, sudah dirancangkan sebuah jadwal untuk setiap asisten
dosen yang mengajar. Yang pertama adalah jadawal tentang ruangan yang akan dipakai,
karena Universitas Mercubuana Yogyakarta kampus 2 hanya memiliki 2 Lab komputer dan
memiliki lebih dari 100 mahasiswa yang akan memakai jadi harus ada jadwal agar tidak ada
peristiwa berbenturan waktu. Setiap kelas yang diajar diisi oleh sekitar 20 mahasiswa dan 2
asiaten dosen didalamnya. Disaat praktek kita juga mempunyai sebuah peraturan agar dapat
membuat para mahasiswa menjadi lebih disiplin dan dapat menghargai asisten dosen mereka.
Dan dalam pembagian jadwal itu saya mendapatkan bagian untuk hari jumat malam pukul
20.00-22.00 WIB, rabu pagi pukul 08.00-10.00 WIB, dan hari kamis malam pukul 18.00-
20.00 WIB. Ketika mengajar didalam kelas saya tidak selalu mendapatkan rekan kerja yang
sama. Hanya saja setiap asisten dosen mempunyai pembagian kelas yang berebeda. Ada yang
mendapatkan 4 kelas dalam 1 minggu, ada yang 3 kelas, bahkan ada yang hanya 2 kelas.
Di kegiatan saya menjadi asisten dosen ini, saya mengajar 7 minggu atau bisa disebut
7 pertemuan. Setiap minggu saya mengajar 3 kelas. Dan setiap minggunya memiliki materi
yang berbeda. Setiap minggunya sebelum memulai untuk mengajar para asisten dosen harus
menghadiri rapat evaluasi setiap pertemuan. Rapat ini membahas apa saja yang telah terjadi
saat proses mengajar. Dan materi apa yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya,
dan para asisten sudah memiliki materi yang akan diajarakan atau belum. Kurang lebih
seperti itulah pembahasan rapat evaluasi asisten dosen.
Untuk gaji yang saya terima, setiap kelas dihitung sekitar Rp 8.000. Jadi jika saya
mengambil 3 kelas maka 3 x Rp 8.000 = Rp 24.000/minggu. Dan saya mengajar sekitar 7
minggu. Tetapi meskipun begitu saya tidak pernah mempermasalahkannya yang saya cari
dari asisten dosen ini adalah sebuah pengalaman.
Walaupun dengan gaji atau bayaran yang tidak seberapa, saya sangat senang menjalani
kegiatan ini. Karena saya dapat melatih diri saya untuk terbiasa berbicara didepan umum.
Untuk membisakan diri saya untuk menjadi seorang pengajar. Dan untuk melatih kesabaran
saya ketika menghadapi mahasiswa dan mahasiswi yang tidak seperti yang kita harapkan atau
dengan kata lain terlambat dalam menerima materi, seenaknya sendiri jika didalam kelas, dan
harus memiliki berbagai cara supaya yang kita didik mau untuk mendengrakan kita dan mau
untuk memahami materi yang kita sampaikan. Tetapi itu lah resiko yang harus saya jalani
dari kegiatan yang saya ambil ini.
Saya bekerja untuk menggali potensi yang belum muncul dalam diri saya. Saya
bekerja bukan untuk sekedar hanya mencari uang. Saya mencari sebuah pekejaan yang dapat
membantu saya untuk mengembangkan diri saya. Karena saya sadar, saya masih seorang
remaja yang masih butuh banyak belajar dalam sebuah bisnis, usaha, maupun pekerjaan dan
saya mengambil sebuah pekerjaan yang berbeda dari orang lain. Selain itu waktu yang
diberikan untuk mengajar sangat bersahabat dengan waktu kuliah saya sehingga saya dapat
bekerja sekaligus juga dapat kuliah tanpa harus menemui sebuah kesulitan dalam membagi
waktu antar keduanya.
Seperti itulah kegiatan dalam dunia baru dengan segala pengalaman yang saya
dapatkan dan yang saya jalani saat ini. Mungkin belum seberapa untuk mencapai target usaha
saya, tetapi seperti itulah kegiatan yang dapat saya jalani saat ini. Tetapi saya selalu berusaha
untuk membuat kegiatan-kegiatan lain yang dapat membantu usaha saya agar bisa segera
terlaksana. Saya hanya sedang berusaha untuk mencapainya.
***

3
Disusun Oleh: Dian Ramadhan Nisa
Manajemen

“Mie Titi Khas Makassar”


Masakan asli mie titi khas Makassar ini beragam-
ragam bahannya, ada yang menggunakan seafood seperti
cumi, udang, dan potongan bakso/gorengan mirip bakso ada
juga yang menggunakan suiran daging ayam dan ati ampela.
Tetapi dalam usaha ini saya menjualnya dengan bahan yang
menggunakan suiran ayam dan gembus goreng tepung.
Awalnya pada tester pertama saya, saya menggunakan
banyak bahan seperti suiran ayam, ati ampela, bakso, dan
juga menambahkan bunga kol. Saya memberikan masakan ini
pada teman-teman kos saya untuk bahan tester. Menurut
mereka masakan saya keasinan, lalu saya menambahkan
sedikit air dan memasaknya kembali agar merata dan setelah
itu untuk kritik kedua masakan saya terlalu amis manurut
mereka ini karena ati ampelanya, dan karena itulah saya
menghapus ati ampela dari bahan saya. Sedangkan ntuk
bunga kol, karena setahu saya bunga kol tidak ada di masakan mie titi manapun jadi saya
juga menghapus bahan itu. Dan untuk bakso, saya pikir ini terlalu mahal untuk memasukkan
bakso kedalam mie titi, jadi saya juga menghapusnya untuk bahan mie titi yang akan saya
jual. Setelah cukup banyak yang saya revisi lalu saya pergi membeli bahan untuk penjualan
pertama, saya melihat ada bahan makanan yang cukup unik menurut saya dan saya
membelinya berniat untuk mencoba sesuatu yang baru. Setelah saya beli bahan tersebut saya
kembali ke kos untuk memasaknya, sampai di kos saya bertanya pada mbak penjaga kosan.
Mbak Trim menyarankan untuk menggorengnya dengan tepung agar lebih enak. Akhirnya
saya mencoba saran mbak Trim untuk menggoreng gembus itu dengan tepung, setelah saya
menggorengnya saya memotong-motong kecil gembus tersebut. Setelah itu saya memasak
mie titi dengan menggunakan bahan gembus tersebut dan hasilnya, ada beberapa teman yang
bahkan merasa gembus itu rasanya berbeda, rasanya seperti bakso. Saya pun ikut
mencobanya dan rasanya tetap rasa gembus hanya saja dia kenyal dan terasa seperti bakso
ayam. Dari situ saya berinisiatif untuk membuat mie titi dengan menggunakan gembus, selain
rasanya yang enak bahan makanan ini juga murah dan mudah di temukan di pasar-pasar. Jadi
begitulah cerita bagimana mie titi dengan bahan gembus tercipta.
Bahan tersebut saya masak untuk dua kali masak dua kali jual. Karena pada saat tester
saya memulai masak pukul 17.00 WIB dan selesai pada pukul 19.30 WIB maka saya
mempercepat memasak pada pukul 16.00 WIB pada penjualan di hari pertama, masakan ini
selesai pada pukul 18.00 WIB, lalu saya menge-pack nya hingga selesai pada pukul 18.30
WIB dan saya membawanya ke kampus. Saya sedikit canggung, karena ini pertama kalinya
saya menjual makanan seperti ini, saya menitipkan 10 bungkus mie titi di kantin kampus,
pada saat saya membawa mie titi itu kebetulan ada mbak yang katanya mengetahui makanan
itu karena ayahnya berasal dari makassar, mbak itu pun menawarkan kepada temannya “Ayo
cobain ini, ini enak loh khas makassar, aku suka banget makan ini kalo ke makassar” kata
mbaknya, saya pun ikut memasarkannya pada teman mbak yang promosikan tadi “Iya mbak,
ini makanan khas makassar, enak loh, masih anget, aku sendiri yang masak, dijamin enak loh
mbak cobain aja” saya berkata sambil tersenyum memberikan mie titi tersebut, mbak itu pun
alhamdulillah membalasnya dengan jawaban positif “Oh yaudah deh mbak aku cobain satu

4
deh” kata mbaknya membalas senyum saya. Dan bertambah satu poinlah semangat saya
dalam usaha ini.
Pada penjualan pertama itu mie titi yang laku adalah 4 bungkus. Saya sebenernya
sedikit kecewa, maka saya membawa makan itu pulang ke kos, sampai di kos teman kos saya
bertanya tentang mie titi tersebut, dan saya pun berkata kalau makanan saya cuman laku 4,
dan ini membuat saya kecewa. Teman kos saya pun menyarankan untuk menjual ke
kontrakan-kontrakan sebelah kos kami, mereka menyarankan itu dan menawarkan diri untuk
menemani saya, lalu kami pun keliling kontrakan sebelah kosan kami, karena kontrakan-
kontrakan sebelah kosan kami kebanyakan kontrakan cowok, jadi ini adalah hal baik untuk
kami menjualnya untuk jam yang bukan jam makan lagi, dan kebetulan ada kontrakan yang
di tinggali orang afrika, kami mulai menawari ke kontrakan tersebut. Dari penjualan di
kampus tadi lebih 6 bungkus, dan alhamdulillah laku pada penjualan kontrakan keliling tadi,
kami berhasil menjual ke 3 rumah kontrakan, per kontrakannya membeli 2 mie titi. Jadi
kekecewaan saya yang tadi tiba-tiba hilang karena lakunya makanan yang saya jual.
Keesokan harinya pada penjualan ke 2, saya hanya menitip 4 bungkus di kampus,
saya berfikir untuk mengantarkan sedikit saja, jadi apabila memang makanannya habis saya
akan membawakan mie titi lagi ke kampus. Pada saat saya mengantar makanan itu, saya
bertemu mbak nisa, pada saat saya datang itu mbak nisa terkejut saya membawa makanan
khas makassar yang dia tahu benar bahwa hanya orang makassar yang biasanya tau makanan
ini, jadi disitulah saya berkenalan dengan mbak nisa, mbak nisa baru mengetahui kalau saya
ternyata orang makassar, saya lalu menawarkan mbak nisa untuk membeli mie titi buatan
saya, mbak nisa awalnya ingin membelinya tapi ketika saya berkata mie titi ini seharga Rp
10.000/bungkus, mbak nisa langsung mengkerut, ya ini memang cukup mahal untuk harga
makanan di jogja, dan juga untuk mahasiswa-mahasiswa seperti kami. Tapi mbak nisa
berkata “Iya si, emang mie titi itu mahal, di makassar aja Rp 15.000-Rp 20.000 per porsinya”
kata mbak nisa pada temannya, mbak nisa kemudian mengajak temannya untuk membeli mie
titi buatan saya, tapi sayangnya teman mbak nisa tidak membelinya.
Sebenarnya saya menjual 1 porsi mie titi dengan harga Rp 8.000 tetapi harga berbeda
jika membeli dikampus, untuk dikampus harga seporsinya Rp 10.000 ini karena saya hanya
menitipkan makanan saya di kantin kampus.
Pada saat pukul 20.00 WIB saya ke kampus untuk mengambil hasil jualan hari ke-2 dan yang
laku pada hari itu hanya satu porsi, saya benar-benar drop, semangat saya yang kemarin
1.000 poin benar-benar berkurang, saya lalu pulang bergandengkan 3 bungkus mie titi. Dan
karena saya tidak tau harus bagaimana lagi, saya lalu pergi ke kos mbak neng, di kos mbak
neng ternyata ada susi yang sedang mengerjakan tugas, saya menawarkannya untuk membeli
mie titi dan alhamdulillah dia pun membelinya, setidaknya bertambah satu lagi jualan saya
yang laku.
Saat UTS, saya memberhentikan sejenak jualan saya ini, namun beberapa hari
setelahnya saya diberitahu bahwa anak kontrakan yang sebelumnya membeli mie titi saya
ingin membelinya lagi, begitu pula dengan orang afrika yang mengontrak dekat kosan saya,
dengan mendengar hal ini saya benar-benar merasa ingin menjual kembali dengan cepat,
namun tetap untuk saat ini saya harus menunggu UTS selesai lalu saya melanjutkan jualan
saya kembali.
Setelah UTS saya melanjutkan jualan saya, tapi dengan cara yang berbeda, saya tidak
lagi menitipkannya di kantin kampus, karena saya tidak bisa mengejar waktu titipan,
terkadang saya harus kuliah sampai pukul 14.00 WIB sedangkan mie titi dibuat dalam waktu
3 jam. Jadi untuk sekarang saya hanya menerima pesanan yang bisa sinkron dengan jadwal
kuliah saya, walaupun sebenarnya jadwal saya tidak begitu padat tapi untuk memasak mie titi
saya benar-benar membutuhkan waktu yang luang dikarenakan juga saya mengerjakannya
sendirian.

5
Dan dalam penjualan saya setelah UTS saya cukup banyak menjual dari pesanan-pesanan
konsumen, awalnya yang membeli hanya dari teman kampus, tetapi ada teman dari tante saya
yang sedang kuliah di UGM yang memesannya dari via Instagram, awalnya saya hanya iseng
mengupload foto mie titi buatan saya ke instagram, lalu teman tante saya itu tertarik dan
penasaran dengan rasanya, karena dia dari pontianak jadi dia tidak tahu seperti apa mie titi
makanan khas Makassar itu. Hingga keesokan harinya saya membuat mie titi itu, tapi karena
saya hanya mendapatkan satu pesanan dengan hanya satu porsi, jadi saya berfikir untuk
membuatnya menjadi beberapa porsi untuk saya jual kembali, pada saat itu saya membuat 6
porsi karena bersisa 5 porsi, saya lalu menawarkannya kepada teman saya Mira yang saat itu
sedang chat-an dengan saya, saat itu sedang hujan dan saya tau dia tidak memiliki kendaraan
untuk keluar membeli makanan, pada saat itu pula ibunya sedang menjenguk mira di kosnya,
jadi saya lalu menawarkan pada Mira mie titi itu dengan membebaskan delivery untuknya,
alhasil dia memesan 4 porsi, untuk Mira, ibu, adiknya, dan Hida, jadi alhamdulillah 6 porsi
itu laku terjual semuanya.
Saya juga mendapatkan pesanan dari mas Ferdy, dia adalah teman kelas
kewirausahaan 2, dia mengatakan penasaran dengan rasa dari makanan khas makassar ini,
jadi saya membawakannya ke kampus tepat di kelas kewirausahaan 2, tapi ternyata pada saat
saya membawakannya mas Ferdy tidak hadir. Jadi saya berinisiatif menawarkan ke anggota
HMPS Manajemen 2014 yang saat itu sedang berchatan ria di grub HMPSM, alhasil dari
postingan saya di group itu mie titi saya yang 4 porsi itu laku 2 porsi dibeli oleh Radit &
Pospos, lalu 2 porsi lebihnya saya berikan satu tester kepada anak HMPSM lainnya yang
keliatannya begitu penasaran dengan makanan ini, lalu 1 porsi lebihnya lagi karena sudah
tidak ada yang membeli dan mie titi itu juga sudah tidak hangat, maka saya sendiri yang
memakannya karena saat itu kebetulan sudah waktunya untuk makan siang, jadi rasa kecewa
saya terbayarkan dengan lakunya 2 porsi mie titi saya.

***

6
Disusun Oleh : Lisa dwi putri silalahi
Manajemen

“Usaha Donat Kecil-kecilan”


Saya dan teman saya yang bernama Hida ini memang hobi dan suka memasak,
awalnya kami berencana untuk memasak nasi goreng dan mie goreng tetapi ternyata setelah
kami survey ke tempat penjualan dimana kami berencana untuk menitipkan jualan kami (di
kantin mb Ika), ternyata sudah ada yang membuat nasi goreng dan mie goreng terpaksa
rencana itu kami batalkan dan kami mulai berfikir untuk mencari alternative lain. Saat itu
Hida menawarkan untuk membuat resoles, tahu bakso, dan martabak karena dia bercerita
bahwa di Kendal dia sering membuat makanan-makanan itu dengan Ibunya sekedar untuk
dinikmati keluarga. Namun ternyata saat kami survey ke kantin kampus lagi, sudah ada yang
menjual semua makanan yang tadinya kami pikirkan untuk kami buat dan beberapa hari
setelah itu, tepatnya tanggal 15 Oktober 2014 setelah perkuliahan Kewirausahaan 2 selesai,
saya didatangi oleh mbak Lina yang juga mengambil mata kuliah Kewirausahaan 2 sama
dengan saya. Ia menawarkan saya untuk melanjutkan usahanya untuk membuat donat dan
dijual ke kantin kampus. Dia bercerita pada saya bahwa dia memulai usahanya itu bersama
dengan temannya sekitar setahun yang lalu. “Awalnya memang gak mudah, aku aja dalam
seminggu itu nyoba bikin terus baru akhirnya jadi juga”, katanya. Mendengar hal itu ada rasa
takut dibenak saya akankah usaha kecil-kecilan kami ini bisa berjalan atau tidak, tetapi mbak
Lina tetap meyakinkan kami bahwa kami pasti bisa membuatnya dan berbekal resep dari nya
dan beberapa sumber yang saya cari juga baik dari internet maupun bertanya dengan ibunya
Nadia (teman kuliah saya) yang notabene memang berdagang roti dan kue.
Tepatnya kami baru memulai usaha ini pada akhir Oktober 2014 lalu, sebenarnya
kami tergolong terlambat memulainya karena setelah mendapat ide itu, Hida berencana
mudik ke kampung halamannya dan membawa peralatan seperti kompor, wajan dan hal-hal
lain yang dibutuhkan (selain bahan kue) yang tujuannya agar modal yang kami keluarkan
tidak telalu besar supaya lebih mudah karena kami memulai bisnis ini berdua.
Tester pertama kami lakukan pada tanggal 27 Oktober 2014 di kos Hida, karena
masih belum mengerti takaran yang paling tepat (sebenarnya kami sudah diberikan takaran
oleh Ibunya Nadia) namun karena takarannya dalam gram, sementara kami tidak memiliki
timbangan dan akhirnya kami pun hanya mengira-ngira berapa takaran yang tepat. Namun
ternyata kami gagal dan adonan donat kami bantet (tidak mau mengembang). Karena
memang baru percobaan pertama, kami masih tetap bersemangat untuk mencoba lagi dan
merasa bahwa kegagalan ini bukan masalah. Sebenarnya menurut mbak kos tetangga kos
Hida itu mengatakan bahwa rasanya sudah enak namun hanya kurang pengembang “Kalau
udah ditambahin pengembang pasti lebih bagus hasilnya”,ucapnya.
Lanjut lagi kami memulai tester kedua kami pada tanggal 28 Oktober 2014, awalnya
setelah kami mencampurkan semua bahan-bahan yang ada, kami diamkan dulu adonan
tersebut selama 2 jam agar dapat mengembang dengan lebih baik. Setelah 2 jam berlalu dan
saat kami mengecek adonannya kembali ternyata adonan kami dapat mengembang dengan
baik dan dengan senang hati kami pun menyiapkan wajan untuk penggorengan. Namun
memang keberhasilan belum memihak kami, donat yang kami buat pun masih kurang manis
dan kurang berasa. Meskipun begitu kami tetap berfikir bahwa ini baru percobaan kedua dan
kami mencoba meyakinkan diri kami sendiri bahwa tidak apa untuk gagal yang kedua kali

7
ini. Di hari itu juga kami sepakat untuk mencoba tester selanjutnya pada hari kamis tanggal
30 Oktober 2014. Namun ternyata ada hal yang mengharuskan Hida untuk pulang ke Kendal
sehingga rencana itu harus tertunda. Saya sempat terfikir bahwa mengapa saya tidak mencoba
sendiri saja dari pada banyak waktu yang terbuang sia-sia. Saya pun meminjam kompor,
kuali dan alat-alat yang diperlukan untuk tester yang diletakkan di kos Hida dan saya
letakkan di kos saya agar saya bisa tester sendiri. Dengan berbekal kemauan sendiri saja saya
pergi ke swalayan dan membeli keperluan untuk tester saya disana. Siang harinya saya
memulai tester dengan mencampurkan semua bahan-bahannya seperti tepung terigu, gula,
garam, pengembang, pelembut, susu, telur, kentang dan yang terakhir mentega (karena saya
dapat masukan dari Ibu Nadia bahwa sebaiknya mentega dimasukkan terakhir).
Sesuai dengan percobaan sebelumnya saya
mendiamkan adonan yang telah jadi tadi selama 2-3 jam.
Dan lanjut saya menyiapkan penggorengan untuk memasak
adonan donat yang telah mengembang tadi. Ternyata hasil
nya masih belum seperti yang diharapkan karena donatnya
ternyata terlalu asin karena sepertinya garam yang saya
masukkan terlalu banyak. Ada rasa kecewa terlintas dalam
diri saya, namun saya tetap mengingatkan diri sendiri bahwa
ini baru perjuangan dan saya tidak boleh menyerah di
tengah jalan.
Keesokan harinya yaitu jum’at 31 Oktober 2014 saya mencoba lagi. Nadia pernah
memberi masukan pada saya untuk mencoba mendiamkan adonan lebih dari 2-3 jam karena
biasanya ibu nya jika membuat adonan selalu dibuat malam hari dan digoreng pada pagi
harinya. Dan saya pun mencoba hal yang demikian juga dengan membuat adonan pada
malam hari dan memasaknya di pagi hari, malah ternyata saat menggoreng adonannya donat
tersebut sudah asam (mungkin karena terlalu lama). Dan tidak dapat dipungkiri saat itu
sempat terfikir untuk saya menyerah saja, namun setelah dipikir-pikir ulang sepertinya jika
saya menyerah begitu saja, usaha saya selama ini terasa percuma saja.
Akhirnya pada hari minggu tanggal 2 November 2014 pagi Hida sudah kembali ke
Jogja dan kami pun memulai untuk percobaan kami selanjutnya. Dengan kembali
mencampurkan semua bahan-bahannya seperti ±200 gr tepung terigu, 3 sendok makan gula
pasir, satu sendok the garam, 1 butir telur, 1 bungkus susu kental manis, setengah bungkus
pengembang dan satu sendok the pelembut, dan 3 sendok mentega dan dengan ditambahkan
sedikit air kami mencampurkan semuanya itu dan kembali mendiamkan adonan selama 3-4
jam. Setelah itu akhirnya donat yang kami buat berhasil dan dapat mengembang dengan baik
dan kami pun bersyukur bahwa sudah mendapatkan jalan untuk usaha kami ini.
Kami memulai untuk menjualnya ke kantin kampus pada tanggal 3 November
kemarin dan dengan bermodal Rp 55.000 untuk 2 kali adonan dan setiap sekali adonan kami
menghasilkan ±15 tusuk donat yang setiap tusuknya berisi 3 bulatan donat dan kami jual
pertusuknya Rp 2.000. Sehingga jika dihitung-hitung dalam dua kali adonan sekitar Rp
5.000an dan sampai sekarang kami masih berusaha membuat donat dan menjualnya di kantin
kampus.
Pada tanggal 10 November 2014, kami berencana untuk menjual donat kami lagi, tapi
ternyata karena saat itu pulang kuliah sudah terlalu sore sementara kami perlu waktu
beberapa jam untuk membuat donat tersebut, dan sudah terlalu malam untuk menitipkannya

8
di kantin kampus hingga akhirnya kami menjualnya di burjo dekat kos. Kami menitipkannya
pukul 19.30 WIB sementara burjo tersebut tutup pukul 23.00 WIB.
Awalnya kami berencana untuk menjual Rp 2.000/tusuk namun karena teteh yang berjualan
di burjo itu complain harganya telalu mahal, jadi kami hanya menjual Rp 1.500 per tusuk
dengan isi dalam satu tusuknya 4 buah. Keesokan harinya saya dan Hida berencana untuk
memasak lagi besok, jadi sore harinya kami mendatangi burjo itu lagi untuk mengecek berapa
hasil donat yang terjual. Saat itu kami menitipkan 10 tusuk namun kami sedikit kecewa
karena yang laku terjual hanya 6 tusuk.
Ketika teteh penjual burjo itu akan memberikan hasil uang penjualan donat kami, beliau
cerita katanya isi dalam donat kami tidak terlalu matang, jadi beliau memberi masukan jika
akan memasak lagi agar minyaknya lebih diperbanyak sehingga semua adonan donat yang
akan digoreng tenggelam di dalam minyak.
Keesokan harinya tanggal 14 November 2014, setelah selesai kuliah, kami langsung
ke swalayan untuk membeli bahan-bahan untuk membuat donat, awalnya saya akan membeli
susu kental manis namun Hida memberi masukan agar kami tidak usah menggunakan susu
karena jika kami menjual di burjo dengan harga Rp 1.500/tusuk untung yang kami dapatkan
hanya sedikit dan kami juga berinisiatif utuk sedikit memperkecil ukuran donat kami dari
ukuran sebelumnya.
Saat sedang membeli kentang di tempat ibu sayur di gang yang tidak terlalu jauh dari kos
kami ternyata di tempat ibu sayur itu di jual juga jajanan-janjanan pasar namun karena kami
kesana sudah sore jadi kue-kue tersebut sudah habis, dan ibu itu cerita kalau biasanya jajanan
makanan disana di beli saat pagi hari dari pasar dan siangnya biasanya sudah habis. Dan
melihat itu, saya berinisiatif untuk menjual donat kami juga disana. Ternyata ibu itu juga
mengizinkan rencana kami itu dengan tetap menjual Rp 1.500/tusuknya.
Hari itu kami menyelesaikan pembuatan donat pada pukul 18.00 WIB dan mengantarkannya
ke burjo pukul 18.30 WIB, sebelumnya saat memasak kami takut donat yang kami masak
tetap tidak matang, namun ternyata bisa matang sampai ke dalam. Dan dengan percaya diri
kami menjualnya ke burjo teteh itu lagi. Hari minggu tanggal 16 nya kami jemput lagi ke
burjo itu dan Puji Tuhan donat kami laku semua.
Selanjutnya tanggal 19 november, kami membuat adonan lagi dan berencana
membuat untuk 30 tusuk yang akan kami titipkan di burjo dan di tempat ibu penjual sayur.
Kami membuat adonan mulai pukul 04.30 WIB sampai pukul 06.30 WIB dan memasukkan
masing-masing 15 tusuk ke dua buah kotak.
Besoknya kami kembali ke burjo untuk melihat hasil titipan kami dan ternyata di burjo donat
kami habis sedangkan di warung sayur itu hanya terjual 10 tusuk tetapi kami tetap senang
karena paling tidak ada perkembangan dari penjualan kami sebelumnya. Kami masih
membuat donat untuk kami jual pada akhir desember sampai sekarang. Sampai saat ini kami
masih tetap menitipkannya di warung burjo dan di warung ibu penjual sayur walaupun
untungnya tidak terlalu besar kami senang karena paling tidak kami sudah mengerti
bagaimana caranya berusaha.
***

9
Disusun Oleh : Siti Romelah
Manajemen

“Chipo Kroket
Jajanan Praktis dan Bergizi”

Jajanan pasar merupakan makanan yang sudah akrab di lidah orang Indonesia, mulai
dari anak-anak hingga dewasa. Indonesia yang kaya budaya membuat jajanan pasarnya
memiliki beraneka ragam bentuk dan rasa. Salah satu jajanan pasar yang diminati masyarakat
adalah kroket. Namun di beberapa daerah di Indonesia tidak begitu mengenal makanan yang
pada umumnya terbuat dari kentang ini. Kroket pada umumnya terbuat dari kentang dengan
isian berupa ayam serta berbentuk bulat. Namun sekarang ini, banyak pula kroket yang dibuat
berbentung lonjong atau sedikit lebih panjang.
Di Yogyakarta, jajanan pasar sangat mudah didapatkan dibeberapa tempat. Misalnya
saja di pasar-pasar maupun di pinggiran jalan besar seperti Jalan Glagahsari, Jalan
Ngeksigondo dan Jalan Brigjen Katamso. Harganya pun terbilang sangat ekonomis untuk
ukuran mahasiswa maupun masyarakat umum. Sangat nikmat dimakan di pagi hari untuk
sekedar mengganjal perut atau menemani aktivitas di pagi hari. Di Yogyakarta juga banyak
industri rumah tangga yang memproduksi jajanan pasar. Jajanan pasar tersebut biasanya
dijual kepada para penjual jajanan pasar atau toko-toko yang menjual kue. Ada juga yang
sudah berhasil memasarkan jajanannya ke hotel-hotel dengan jumlah pesanan yang menetap
setiap harinya. Para pembuat jajanan pasar akan mengalami masa panen pada saat bulan
Ramadhan, jumlah jajanan yang di produksi bisa mencapai tiga kali lipat dari biasanya.
Kroket termasuk jajanan yang masih jarang dijual. Para pembuat jajanan pasar pun
enggan untuk membuat jajanan yang satu ini. Kroket pada umumnya terbuat dari kentang,
dan kentang inilah yang dianggap sebagai kendala dalam proses pembuatan kroket. Harga
kentang yang lumayan mahal terlebih lagi proses pembuatannya hingga menjadi adonan
kentang membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Ibu teman saya merupakan salah
seorang pembuat kroket yang sukses dan menjadi suplier tetap untuk hotel Inna Garuda
Yogyakarta. Sekitar satu tahun yang lalu saya belajar untuk membuat kroket, karena pada
waktu itu saya sering membeli kroketnya sehingga ada keinginan untuk belajar membuatnya.
Ternyata proses pembuatannya tidak serumit yang saya bayangkan. Adonan kentang bukan
terbuat dari kentang yang direbus dan dihaluskan, namun terbuat dari tepung kentang. Harga
tepung kentang ternyata cukup ekonomis, yaitu Rp 40.000 per kilogram. Satu kilogram
tepung kentang bisa untuk membuat sekitar 250 buah kroket, tergantung dari besarnya kroket
yang dibuat.
Resep yang saya buat sama persis dengan yang dibuat ibu teman saya, mulai dari takaran
hingga cara membuatnya. Kroket pertama yang saya buat untuk dijual yaitu pada tanggal 23
Oktober 2014. Modal awal untuk membeli bahan-bahan kroket sebsesar Rp 150.000. Modal
sebesar itu cukup untuk membeli ayam 1 kg, tepung kentang 1 kg, tepung panir 1 kg, telur
0,5 kg, gula pasir 0,5 kg, 2 buah wadah plastik ukuran sedang dan bahan-bahan pelengkap
lain seperti garam, vetsin, lada, bawang Bombay, bawang putih serta penyedap rasa. Bahan-
bahan tersebut apabila digunakan semuanya maka akan menghasilkan sekitar 250 buah
kroket. Satu buah kroket saya jual dengan harga Rp 1.300 per buah, dikalikan 250 maka total
omset yang didapat adalah Rp 325.000. Jadi dapat disimpulkan bahwa profit yang didapat per
250 buah kroket adalah sebesar Rp 175.000. Itu adalah penghitungan awal yang saya
lakukan. Namun pada kenyataannya ada beberapa kendala yang saya hadapi sehingga profit
yang didapat lebih sedikit dari penghitungan awal.

10
Sebelumnya saya belum pernah berbisnis atau
berniaga dalam waktu yang lama. Dulu pernah berjualan
jilbab namun karena kurang serius menggelutinya dan
ketidaktahuan saya terhadap selera pasar sehingga
membuat bisnis tersebut tidak berjalan lama. Hanya
merasa nyaman saat menjalaninya diawal dan
selanjutnya menjadi malas. Ketika akan membuat suatu
usaha diperlukan sebuah konsep yang detail.
Ketidaktahuan saya dalam bisnis ini memaksa saya untuk
mengenal pola pasar terlebih dahulu.
Pada awalnya saya menitipkan kroket di pasar dekat
rumah saya di Kotagede. Kebetulan di sana belum ada
yang menjual kroket. Saya menjual kroket seharga Rp
1.300 per buah, kemudian dari pihak pemilik toko
menjualnya kepada konsumen dengan harga Rp 1.500 per
buah. Uang selisih itulah yang menjadi keuntungan
pemilik toko. Pada hari itu hari sabtu yang kebetulan
adalah hari libur. Saya menitipkan sebanyak 20 buah
kroket, dan ternyata kroket ludes terjual di hari pertama. Kemudian hari kedua yang juga hari
libur saya membuat 20 kroket lagi, dan terjual habis seperti pada hari pertama. Setelah itu
saya berencana untuk menambah jumlah kroket yaitu menjadi 30 buah. Di hari ketiga yaitu
hari senin ternyata hanya 10 buah kroket yang laku terjual. Berdasarkan kejadian tersebut
saya menyimpulkan bahwa hari pertama dan kedua kroket terjual habis karena pada hari itu
adalah hari libur atau akhir pekan, sehingga jumlah pengunjung pasar meningkat dan orang
yang berminat membeli jajanan pasar menjadi lebih banyak. Sedangkan hari senin sampai
dengan jumat orang sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Setelah kejadian
tersebut saya memutuskan untuk membuat kroket sebanyak 20 buah untuk hari senin sampai
dengan jumat, dan sebanyak 40 buah untuk hari sabtu, minggu, dan hari libur. Pasar
Kotagede memiliki hari tertentu untuk pasaran besar yaitu pada saat hari Legi. Pada saat
pasaran legi saya juga menambah jumlah dagangan menjadi 30 buah karena pengunjung
pasar lebih banyak dari hari biasanya. Setelah seminggu pertama, tidak setiap hari kroket
yang saya titipkan habis terjual. Terkadang sisa 3 buah, dan tidak jarang juga tersisa 5 buah
kroket. Pada hari ke delapan, saya memutuskan untuk menitipkan kroket di tempat lain juga
yaitu di toko kue di jalan Ngeksigondo. Toko tersebut hanya buka pada saat pagi sampai
menjelang siang dan setiap hari selalu ramai pembeli karena dekat dengan lingkungan
sekolah dan jalan besar.
Strategi yang saya terapkan sama dengan sebelumnya, yaitu 20 buah kroket hari senin sampai
dengan kamis dan 30-40 buah kroket pada hari sabtu dan minggu. Di toko kue jalan
Ngeksigondo tersebut kroket yang saya titipkan lebih banyak terjual dari pada di pasar
Kotagede. Mungkin karena tempatnya yang strategis di pinggir jalan besar, sehingga orang
lebih nyaman berbelanja disana. Berbeda dengan di pasar Kotagede yang harus melakukan
parkir terlebih dahulu, selain itu juga terdapat lebih dari satu toko kue disana sehingga
peluang jajanan untuk terjual menjadi lebih kecil disebabkan banyaknya saingan. Untuk
sementara saya hanya membuat kroket dengan isian ayam, namun selanjutnya saya juga
berencana untuk membuat variasi isian lain seperti sayuran, keju, ikan dan udang. Inovasi
harus dilakukan untuk memberi ciri khas tersendiri dan membuat konsumen menjadi tidak
cepat bosan. Bahan adonan yang terbuat dari kentang juga bisa terbuat dari bahan lain

11
misalnya kroket nasi. Mungkin bisa juga membuat eksperimen dengan menggunakan
singkong atau ubi, namun saya belum pernah mencoba membuatnya. Tetapi inovasi-inovasi
yang dilakukan juga tetap harus memperhatikan selera pasar dan mengikuti perkembangan
jaman.
Saya mulai membuat kroket pada pukul 19.00 WIB atau setelah sholat isya, biasanya
selesai pada pukul 21.00 WIB tergantung dari jumlah yang dibuat. Kemudian pagi harinya
sekitar pukul 05.00 WIB tinggal menggoreng saja yang membutuhkan waktu tidak terlalu
lama. Pada pukul 07.00 WIB kroket diantar ke tempat penitipan, setelah itu baru saya
berangkat ke kampus. Memang sedikit melelahkan, tetapi jika dijalani dengan niat terasa
semakin ringan. Saya pun masih bisa membagi waktu untuk belajar, mengerjakan tugas
kuliah, membaca buku, mengikuti taklim dan pengajian. Saya berusaha menyesuaikan
semuanya agar dapat berjalan beriringan bersama. Hal ini juga menjadi pembelajaran bagi
saya bahwa untuk membuat usaha sekecil apapun itu tidak mudah. Menguras banyak tenaga
dan pikiran, butuh ketekunan, keseriusan, manajemen usaha yang baik dan semangat untuk
terus konsisten.
Dalam bisnis kroket ini saya tidak memiliki target khusus, tetapi berawal dari sini saya mulai
belajar untuk memulai usaha dan cara-cara untuk mengembangkan usaha disertai dengan
target-target yang harus dicapai. Memulai sebuah usaha sebenarnya mudah, tetapi sangat sulit
untuk konsisten dalam menjalankan usaha tersebut. Dibutuhkan keuletan dan kesabaran
untuk dapat terus menjalankan usaha tanpa rasa bosan.
Setelah usaha ini berjalan selama kurang lebih satu bulan, saya mulai memikirkan
untuk memberi nama produk yang saya buat. Dengan adanya nama produk akan
memudahkan saya dalam mempromosikannya dan juga untuk menarik minat konsumen agar
merasa penasaran dan tertarik dengan kroket yang saya buat. Kroket ini saya beri nama
“Chipo Kroket”. Chipo merupakan singkatan dari chicken potato kroket, karena kroket pada
umumnya terbuat dari kentang dengan isian berupa ayam. Nama tersebut cukup unik dan
membuat teman-teman saya merasa penasaran.
Pada awalnya rencana memberikan nama produk ini bertujuan untuk pembuatan sticker yang
akan di tempel pada kemasan kroket, namun kenyataannya sampai saat ini pun saya belum
merealisasikan hal tersebut. Sejauh ini saya hanya mencetak brosur untuk memperkenalkan
produk saya kepada masyarakat terutama teman-teman dan tetangga di sekitar saya.
Pelanggan yang membeli produk saya sebagian besar adalah para ibu rumah tangga.
Awalnya saya merasa takut untuk menawarkan pesanan dalam jumlah yang besar
karena terkendala masalah tenaga dan waktu karena saya masih harus membagi waktu
dengan kuliah dan hanya seorang diri membuat kroket. Hal ini juga yang terkadang membuat
saya merasa bosan karena lelah harus membuat kroket setiap hari. Untuk saat ini tidak setiap
hari saya membuat kroket, saya membuat kroket hanya pada saat pasar ramai yaitu pada hari
Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu serta hari-hari besar atau hari libur saat pasar dipenuhi
pengunjung. Pada hari-hari biasa jumlah pengunjung sedikit sehingga kroket yang saya
titipkan selalu tidak habis terjual, oleh karena itu saya memutuskan untuk membuat kroket
pada hari-hari tertentu saja dan pada saat ada pesanan.
Promosi yang sudah dilakukan yaitu melalui mulut ke mulut saja. Saya menawarkan kroket
kepada teman-teman di kampus dan ibu-ibu di sekitar rumah saya. Selain itu saya juga
membuat desain brosur yang sederhana untuk memperkenalkan chipo kroket yang saya buat.
Promosi sederhana yang saya lakukan membuahkan hasil. Saya mendapatkan pesanan 100
buah kroket untuk arisan ibu-ibu PKK di sekitar rumah saya. Saya juga mendapat pesanan

12
dari teman kampus yang beberapa memesan kroket meskipun dalam jumlah yang lebih
sedikit. Tanggapan dari teman-teman pun cukup memuaskan, terbukti ada salah seorang
teman yang tidak hanya sekali memesan. Mereka memesan bukan karena terpaksa atau hanya
ingin mencicipi saja, tapi memang suka dengan kroket buatan saya.
Keunggulan chipo kroket yang saya buat adalah yang pertama terbuat dari tepung
kentang. Kroket pada umumnya terbuat dari kentang yang direbus lalu dibuat adonan,
kendala produksi kroket yang terbuat dari kentang adalah sulit untuk mendapatkan kentang
yang bagus dengan kualitas yang sama secara terus-menerus. Sehingga apabila kentang
mempunyai kualitas yang buruk maka akan mempengaruhi rasa kroket secara keseluruhan,
karena bahan utamanya adalah kentang.Saya membuat adonan yang terbuat dari tepung
kentang yang berasal dari kentang asli. Tepung kentang tersebut mudah didapatkan di toko-
toko kue. Adonan yang terbuat dari tepung kentang akan membuat rasanya konsisten dari
waktu ke waktu, proses pembuatannya pun lebih mudah dan cepat bila dibandingkan dengan
menggunakan kentang asli.
Keunggulan yang kedua yaitu menggunakan bahan-bahan yang segar. Saya selalu membuat
kroket dari bahan-bahan yang berkualitas bagus dan segar. Kebetulan rumah saya tidak jauh
dari pasar, sehingga memudahkan saya untuk mendapatkan bahan-bahan bagus yang masih
segar. Bahan-bahan dibeli pada saat adonan akan dibuat agar kualitas kroket tetap terjaga dan
dapat bertahan lama. Keunggulan yang terakhir adalah harga yang lebih murah. Chipo kroket
lebih murah daripada kroket yang ada di pasaran. Hal ini karena chipo kroket terbuat dari
tepung kentang yang selalu tersedia di toko kue, sehingga ketersediaan kentang di pasaran
tidak mempengaruhi harga kroket.
Promosi merupakan sarana paling efektif untuk memperkenalkan produk, tetapi tidak cukup
dilakukan hanya sekali. Harus diiringi dengan strategi yang jelas untuk mencapai target yang
telah ditentukan dan dilaksanakan secara terus-menerus. Bagi mereka yang memang
berhasrat tinggi dalam hal bisnis tentu akan terus mencari cara agar tidak cepat merasa jenuh
dalam menjalankan bisnisnya. Semangat berbisnis harus dipupuk terus-menerus agar tidak
cepat merasa bosan. Saya merasa belum memiliki semangat itu, sehingga menjadi cepat
bosan setelah menjalankan usaha dalam beberapa waktu. Tetapi dengan ini saya telah
mencoba untuk memulai sebuah usaha dengan pengalaman-pengalaman berharga yang saya
dapatkan.
***

13
Disusun Oleh : Yesi Septa Lindawati
Manajemen
“Online Shop Baju Cowok”
Memulai sebuah bisnis baru di dunia maya yaitu bisnis toko online menimbulkan rasa
takut, deg-degan sekaligus menciptakan rasa kesenangan tersendiri karena mempunyai dunia
baru dengan memulai suatu bisnis. Untuk memulai bisnis baru tidak harus diawali dengan
pembelajaran bisnis ataupun mempunyai banyak pengalaman. Karena bisnis baru dapat di
lakukan dengan apa adanya. Yang penting disini adalah mau bertindak dan berani mengambil
resiko gagal maupun berhasil.
Walaupun berawal dari hal yang sederhana dan apa adanya dalam membangun bisnis toko
online namun untuk hasilnya jangan apa adanya. Justru degan hal yang apa adanya dan
sederhana jika kita menjalankan dan mengembangkan dengan ketekuan, kegigihan maka
akan menjadi bisnis yang besar dan akan mendatangkan keuntungan yang besar pula.
Awalnya saya tidak pernah berfikiran untuk menggeluti bisnis online tetapi karena
ada seorang teman yang menawarkan saya untuk menjualkan barangnya dengan upah yang
lumayan untuk seorang mahasiswa, jadi setelah saya pikir-pikir lebih baik saya ambil tawaran
tersebut untuk menambah uang saku bulanan saya.
Dengan berbekal handphone saya mulai melihat lihat harga dan model-model baju cowok
meskipun sebelumnya saya tidak mengerti dalam masalah style cowok dengan mensurvey
harga dan kualitas produk toko milik teman saya dengan toko-toko lainnya untuk
perbandingan. Setelah saya melakukan survey untuk melihat-lihat barang-barang yang
nantinya akan dijadikan gambar atau foto baju-baju yang ada di distro mlik teman saya untuk
di pajang pada media online seperti BBM dan Facebook. Setiap ada barang baru dari toko
teman saya, saya selalu di beri kabar dan saya dikirimkan foto-foto baju, celana, dan topi
tersebut untuk dishare ke teman terdekat ataupun teman yang ada di sosial media milik saya.
Sudah sekitar 3 minggu saya menjalankan bisnis ini dan hasilnya lumayan
memuaskan. Untuk target sendiri teman saya tidak terlalu mengekang hanya saja dia
memberi upah Rp 500.000 jika terjual 10 barang dan itu belum dengan keuntungan yang saya
ambil dari setiap barang tersebut.
Harga untuk satu baju mulai Rp 65.000-Rp 350.000, harga celana mulai dari Rp
130.000-Rp 400.000 dan topi mulai dari Rp 100.000-Rp 250.000 dan sedikit demi sedikit
akhirnya pesanan baju pun mulai berdatangan dan semua pesanan mulai di kirim melalui jasa
kurir sehingga secara otomatis keuntungan dapat saya peroleh.
Sebagai seorang marketing seperti saya dengan pendapatan kurang lebih Rp 700.000
sampai Rp 850.000/bulan lumayan cukup untuk tambahan uang bulanan saya dari pada tidak
sama sekali. Dari pendapatan yang saya peroleh di setiap bulannya saya akan menjalankan
bisnis ini dengan baik dan akan mengembangkannya lebih maju dari sebelumnya agar
pendapatan saya juga lebih baik dari sekarang. Disamping itu juga banyak rintangan-
rintangan yang saya lalui seperti, banyak teman-teman yang bertanya tentang produk yang
saya pasarkan dan mereka bertanya tentang harga dan terkadang ada yang mengkritik karena
terlalu mahal, dan jika memang sebenarnya harganya murah di kritik murahan produk KW
ya? memang harus menyiapkan mental meskipun kita belum pernah bertemu langsung
dengan orang tersebut. Tapi terkadang juga dapat membuat emosi saat sudah bertanya
tentang harga, size, warna dan sebagainya calon pembeli tidak jadi membeli barang tersebut.
14
Tetapi dari pengalaman saya selama berjualan ini sangat banyak yang saya dapatkan bukan
hanya uang tetapi juga kesabaran, dan menambah teman yang awalnya hanya teman-teman
saja sekarang lebih sering berkomunikasi meskipun yang kita bahas hanya barang-barang
jualan.
Dua bulanan lebih saya menjalankan usaha ini banyak yang memberi masukan-
masukan positif seperti saya disarankan agar memasarkan tidak hanya melalui via facebook
dan bbm saja tetapi lebih banyak mengetahui tentang sosial media lainnya supaya banyak
yang tahu tentang produk saya dan bukan hanya itu kemarin saya mendapat masukan dari
sahabat saya dian, dia menyarankan agar saya menjualkan baju-baju milik distro lain bukan
hanya satu distro yang saya jualkan.
Melihat pendapatan perbulan dari teman saya terlintas saya berfikir ingin membuka toko
distro dan membuat brand sendiri tetapi untuk
saat ini saya harus lebih banyak belajar terlebih
dahulu tentang bisnis distro milik teman saya
agar lebih menguasai dan mengerti pasar-pasar
ataupun cara penjualan yang lebih luas dari saat
ini.
Di lihat dari usaha saya saat ini saya lebih
mengerti tentang usaha bisnis online dan
mengerti tentang dunia pasar dan dengan
kegigihan saya selalu menawarkan produk-
produk saya kepada kerabat, teman dekat, ataupun orang yang belum pernah saya temui dan
saya kenal sebelumnya.
***

15
Disusun oleh: Anita Ferawati Saudale
Manajemen

“Nasi Ayam Balado”


Sebagai salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, ayam dapat
dijadikan berbagai macam menu makanan. Ada ayam bakar, ayam goreng, ayam rica-rica,
ayam balado, dll. Dan utuk kali ini, saya (fera) dan teman-teman (stevi, lupita, prima, us dan
ana) kami sepakat untuk membuat ayam balado untuk berjualan. Sebelum lanjut ke makanan
yang akan kami masak, sedikit cerita bahwa kami berniat untuk berjualan memang karena
kami semua adalah penyuka ayam. Entah ayam goreng, bakar, balado, atau apapun itu
asalkan ayam maka kami akan dengan senang hati untuk menghabiskannya. Sebenarnya kami
telah melakukan jualan ini sejak bulan januari 2014. Namun terhenti karena kami masing-
masing mulai sibuk dengan tugas akhir kami yang cukup menguras tenaga. Dan kami baru
memulai mencoba lagi saat saya mengatakan bahwa saya ingin melakukan sesuatu yang
menghasilkan uang. Teman-temanpun menyambut baik saat saya bercerita.
Kami berenam akhirnya memutuskan untuk berjualan nasi ayam karena hasilnya
lumayan untuk bisa membeli pulsa sendiri, hitung-hitung menghemat uang bulanan yang
keluar hanya untuk membeli pulsa. Dan yang kami pilih adalah nasi ayam balado, kenapa?
Karena kami semuanya berasal dari luar pulau jawa yang sering makan makanan pedas.
Kamipun mulai merencanakan kapan kami akan berjualan, dimana dan bagaimana kami akan
berjualan. Kami memulai dengan menentukan target yang kami jadikan sebagai pembeli. Dan
anak kos (teman-teman kami sendiri) adalah target kami. Kami berenam masing-masing
harus mencari sepuluh orang pembeli dengan begitu maka akan semakin cepat jualan kami
terjual. Sepuluh orang itu akan kami data sehingga tidak akan terjadi kekeliruan. Setelah
mendapat target maka yang kami lakukan adalah menentukan harga. Karena target adalah
anak kos maka harga yang diberikan pun harus murah. Dalam hal ini tidak terlalu mahal
sehingga mereka mau membeli. Kamipun memutuskan untuk menjual nasi ayam balado kami
dengan harga Rp 10.000.
Setelah itu kami juga memutuskan untuk menjual makanan kami pada malam hari saat akan
makan malam. Dengan begitu teman-teman tidak perlu keluar untuk mencari makan lagi,
karena kami juga yang akan mengantarkan langsung makanannya. Kami juga memberikan
waktu bayaran kepada teman-teman yang tidak bisa langsung membayar, paling tidak dua
hari setelah itu. Dan hari yang kami tentukan untuk bisa memasak dan menjual adalah hari
jumat karena besoknya sabtu dan kami tidak ada kuliah. Dalam sebulan kami hanya berjualan
2-3 kali dengan alasan agar para pelanggan kami tidak bosan akan menu makanan yang kami
tawarkan. Maklum, anak kos tidak selalu bisa membeli setiap makanan yang kami tawarkan.
Untuk itu, dalam sebulan paling banyak kami berjualan adalah 3 kali.
Dan tanggal 17 oktober (siang) adalah kami mulai untuk membuat nasi ayam. Kami
membagi tugas agar semuanya dapat bekerja dengan benar. Berhubung hanya ada 2 orang
laki-laki maka mereka yang kami tugaskan untuk mendata berapa banyak teman kami yang
akan membeli nasi ayam kami. Tujuannya agar kami tidak rugi apabila yang kami buat tidak
habis terjual dan yang lainnya mulai memasak dari nasi sayur dan ayam balado.
Setelah semuanya selesai dimasak dan dihitung maka yang kami akan jual adalah 80 bungkus
nasi ayam balado. Dengan 80 bungkus maka kami semua akan mengantar ke teman-teman

16
yang sudah sejak awal telah memesan untuk makan malam. Kami antar makanan sekitar
pukul 18.30 WIB. Dan yang lebih membuat senang adalah teman-teman kami bertambah.
Yang awalnya hanya teman waktu kami menempuh bangku kuliah D3, sekarang bertambah
saat kami melanjutkan S1. Jadi penjualan pun bertambah luas, tidak hanya didaerah
Giwangan seperti dulu. Dan akhirnya jualan kami pun habis terjual. 80 bungkus nasi ayam
balado ludes terjual. Awal yang baik untuk minggu berikutnya. Hal ini juga terjadi pada
tanggal 31 oktober 2014. Walaupun hanya 56 bungkus yang kami jual namun kami merasa
puas.
Catatan:
Minggu ke 1:

 Ayam 6 kg = Rp 180.000 (perkiraan bahwa akan mendapatkan ± 11 potong


perkilo,ternyata lebih). Ditambah dengan wortel, buncis, bumbu dapur, gas, dan
mika maka pengeluarannya adalah Rp 250.000
 Diluar beras( karena beras kami iuran).
 Modal : per orang Rp 50.000= Rp 300.000
 Pemasukan: Rp 800.000
Jadi, keuntungan yang kami peroleh diluar modal adalah Rp.500.000/6=
Rp.83.000
Minggu ke 2:

 Ayam 4 kg= Rp 120.000 (12-13 potong perkilo). Ditambah dengan wortel, buncis,
bumbu dapur, dan gas maka pengeluarannya adalah Rp 160.000
 Diluar beras
 Modal : per orang Rp 30.000= Rp 180.000
 Pemasukan : Rp 560.000
Jadi, keuntungan yang kami peroleh diluar modal adalah Rp 380.000/6 = Rp 63.000
Usaha yang saya dan teman-teman lakukan ini
masih tetap berjalan. Walaupun saat ini, nasi ayam
yang kami jual sudah tidak sebanyak ketika awal kami
berjualan. Yang ketika awal berjualan bisa mencapai
80 bungkus nasi ayam, saat ini hanya bisa mencapai
20-50 bungkus nasi ayam. Alasan merekapun beragam.
Ada yang mengatakan bahwa mereka akan makan
diluar, ada yang mengatakan bosan makan nasi ayam,
dan ada juga yang mengatakan bahwa lain waktu saja
mereka akan membeli. Dan kamipun tidak bisa
memaksakan mereka agar mau membelinya. Dengan
begitu jumlah pesanan tidak sebanyak yang dulu lagi.
Dan pemesanan pun pernah kami dapatkan dari salah satu teman kami yang kebetulan
keluarganya datang menjemput seusai acara wisudanya. Saat itu teman kami menceritakan
bahwa keluarganya akan datang untuk menjemputnya dan dia tidak ingin memasak sehingga
dia ingin memesan nasi ayam juga (jogja chiken). Saat itu juga saya dan teman saya
menawarkan teman kami supaya memesan saja kepada kami. Setelah kami menjelaskan
bahwa nasi ayam kami menggunakan sayuran maka diapun setuju untuk memesan kepada
kami. Dan pemesanan itu kami dapatkan sebanyak 50 bungkus. Saat itu kami tidak perlu

17
mendata karena pemesanan yang kami dapatkan hanya untuk satu orang namun dalam jumlah
yang banyak. Setelah pemesanan sebanyak 50 bungkus itu, kami kembali mendapatkan
pesanan dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dari sebelumnya yaitu hanya 40 bungkus. Dan
penjualan kami pada saat itu dilakukan untuk anak-anak yang akan melaksanakan Natal
bersama. Kebetulan salah satu teman saya adalah guru sekolah minggu. Setelah dua kali kami
mendapatkan pesanan yaitu dari teman dan anak sekolah minggu maka kami merasa bahwa
lebih baik jika memperkenalkan makanan yang kami buat. Dengan begitu maka kami tidak
perlu lagi berkeliling untuk menawarkan kepada teman-teman yang ingin membeli nasi ayam
balado kami. Bersamaan dengan itu, ketika saya melakukan presentasi tugas KW II juga saya
di sarankan untuk membuat brosur yang bisa memperkenalkan makanan yang kami buat.
Awalnya kami membuat brosur yang kecil untuk menempelkan dibagian atas kertas mika.
Dan kami melakukan ini untuk yang pertama kali hanya sebanyak 20 bungkus. Itupun hanya
sebatas teman yang masih dalam lingkungan kost. Kami mengantarkan itu kepada teman
kami. Namun itu dirasa oleh teman-teman menutupi makanan yang ingin mereka lihat
sebelum mereka memutuskan untuk mengambilnya. Melihat perbedaan ketika tidak
menempelkan brosur dan menempelkan brosur maka teman-teman menyarankan untuk tidak
menempelkan apapun diatas kertas mika tersebut.
Sampai saat ini, dilihat dari usaha saya dan teman-teman saya lakukan adalah tidak
semua hal bisa diterima oleh konsumen. Mereka terkadang bosan dan merasa membutuhkan
sesuatu yang berbeda. Itu hal yang kami rasakan ketika teman-teman menolak untuk membeli
dengan alasan bosan dengan lauk yang sama lagi. Dan yang paling kelihatan perubahan atas
apa yang kami lakukan adalah jumlah makanan yang setiap waktu bisa berubah akibat selera
dan perubahan itu membuat kami merasa bahwa ada yang perlu kami perbaiki. Baik dari cara
membuat makanan ataupun cara kami menawarkan kepada teman-teman kami.
Untuk penghasilan semua akan dibagi rata untuk kami berenam. Dapat dihitung total
kami berjualan selama 3 kali dalam bulan desember. Untuk semuanya :

 Penjualan sebanyak 110 bungkus


Untuk 3 kali pembuatan ( 50 + 40 + 20)
 Pengeluaran = Rp 380.000
Untuk 3 kali pembuatan
 Modal = Rp 480.000 (3x penjualan)
 Pemasukan = Rp 1.100.000 – Rp 480.000
 = Rp 620.000 / 6 = Rp 103.333
Dengan hasil yang saya dapatkan saat ini, saya merasa bahwa saya dan teman-teman
jika ingin mendapatkan sesuatu yang lebih maka kami harus lebih sungguh-sungguh untuk
bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari saat ini. Baik itu untuk produk yang kami
tawarkan, cara kami untuk menawarkan harus jauh lebih baik. Dengan ini juga saya
mengetahui bahwa tidak semua hal bisa didapatkan dengan mudah. Butuh usaha yang
sungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti target kami yang
ingin mendapatkan 80 konsumen tapi hanya mendapatkan 50 dan yang paling kecil adalah 20
dan saya berharap usah kami ini tetap berjalan walaupun harus tetap berusaha keras untuk
bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
***

18
Disusun Oleh : Susi Sasi
Manajemen

“Susan Online Shop”


Usaha saya ini sudah berjalan 5 bulan dan perjalanan saya tidaklah mudah melainkan
banyak sekali hambatan yang datang kepada saya. Hampir putus asa juga saat satu-satunya hp
untuk menjalankan usaha saya rusak tidak bisa untuk menyimpan foto. Saat itu saya bingung
namun saya menemukan solusinya, akhirnya saya meminjam uang kepada teman terdekat
saya untuk membeli hp sebagai fasilitas usaha saya dan akhirnya hp itu sekarang sudah lunas
setelah saya cicil dengan hasil dari jualan saya, saya juga bersyukur saya bisa membayar spp
sendiri dengan uang hasil usaha sendiri.
Pada bulan Agustus 2014 lalu hasil jualan saya Rp 1.265.000 dengan total barang
yang terjual 17 pcs dan barang yang tersisa 3 pcs, untuk bulan September saya mendapatkan
Rp 1.661.000 dengan barang yang terjual 11 pcs dan sisa barang yang belum terjual 2 pcs. Di
bulan September itu saya dibantu oleh teman saya untuk menjual barang dagangan saya
dengan demikian hasil yang di dapatkan juga lumayan banyak.
Di bulan September saya sangat merasa senang karena hsil penjualan saya meningkat terlebih
lagi di bantu teman saya. Teman saya bergabung dengan saya pada awal September jadi saya
menitipkan baju kepadanya dan dia menjualnya kembali. Per pcs baju saya mengambil
keuntungan 20-45% khusus untuk dia atau bagi reseler saya harga baju yang dia jual kembali
dapat sesuai dengan keinginannya sendiri. Untuk mencegah terjadinya konflik biasanya harga
jual kami kepada customers kami samakan tetapi yang membedakan adalah dari segi
pelayanan kami.
Selain itu saya memang melayani hutang kepada pembeli yang mau berhutang baju, dan
untuk pembayaranya setiap tanggal 6 dan 21 karena di tanggal tersebut sebagian besar
mereka sudah menerima gaji. Jadi setiap tanggal 6 dan 21 saya selalu berkeliling menagih
hutang kepada pelanggan yang berhutang kepada saya. Yang berkesan ketika tidak sedikit
orang yang selalu menghindar saat saya menagih hutangnya dan saya sering mendapat ejekan
dari teman-teman dengan berkata saya tukang kredit (rentenir) dan ocehan-ocehan yang tidak
jelas. Tetapi saya tidak mendengarkan ejekan dan ocehan mereka, yang terpenting saya
melakukan usaha ini dengan halal.
Namun dari ejekan dan ocehan mereka membuat customers saya bertambah dan banyak yang
mengetahui jika saya berjualan baju online, yang awalnya hanya kelompok tertentu yang tahu
jika saya berjualan baju tetapi sekarang teman-teman kuliah, teman main, jadi mengetahui
jika sekarang saya berjualan baju. Apa lagi dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan, itu
menjadi pengaruh besar bagi saya, dan dari situlah juga saya menemukan ide-ide untuk
memajukan usaha saya. Di bulan November ini penjualan saya lumayan mengalami
peningkatan di bandingkan bulan sebelumnya. Di bulan November saya melakukan transaksi
sebanyak 21 pcs dan saya bisa mendapatkan Rp 1.055.000 dari 16 pcs baju yang terjual dan 5
pcs yang tersisa. Setiap barang yang tersisa selalu saya kumpulkan dan terus saya bawa
ketika saya sedang menagih uang pakaian dan saya bawa saat mengantar pesanan supaya ikut
laku terjual.
Banyak hambatan yang saya lalui saat saya menagih hutang pada teman saya yang berhutang
baju pada saya dan saya harus mengambil uang itu di tempat yang jauh padahal untung yang
19
saya terima tidak seberapa. Meskipun begitu semua itu juga demi pelayanan dari Online
Shopku. Rasa capek memang sudah saya rasakan dari saat pulang kuliah yang kebiasaan saya
selalu tidur, tetapi sekarang setelah pulang kuliah harus mengecek barang dari supplier,
berkomunikasi dengan calon pembeli jika banyak pesanan harus mengantarkan pesanan, jika
saat panas kepanasan saat hujan kehujanan. Pada waktu itu pernah saya mengantarkan
pesanan pada seorang pembeli dan kami bertemu di suatu tempat, saat itu memang hujan
lebat sekali kebetulan saya tidak membawa jas hujan. Saat itu memang saya benar-benar
dalam kondisi sangat lelah tetapi karena ada pemesan dan diminta di antarkan saat itu juga,
jadi walaupun hujan lebat tetap saya antarkan, setelah bertemu dengan calon pembeli,
ternyata beliau tidak jadi membeli dengan alasan tidak tertarik dan barangnya tidak sesuai.
Padahal dari awal saya sudah memberi tahu spesifikasi dari barang yang beliau pesan. Namun
beliau tetap tidak mau membeli. Saya sangat kecewa, dan itu juga membuat saya menangis.
Dengan adanya kejadian tersebut sekarang saya semakin teliti dalam membeli barang yang
akan saya jual, dan saya lebih sabar dalam menghadapi calon pembeli. Dan sekarang jika ada
orang yang memesan saya selalu memberi informasi mengenai bahan, motif, dan harga,
supaya hal itu tidak terjadi untuk kedua kalinya.
Selain itu terkadang hal yang membuat saya benar-benar lelah adalah saat siang saya
mengantarkan pesanan nanti sore jam 6 saya mengantarkan pesanan lagi, kemudian jam 9
mengantarkan pesanan lagi. Jadi saya harus bola-balik dan tidak bisa langsung jadi satu
karena waktu pembelinya berbeda dan sulit untuk diatur. Dan itu belum tentu mereka
membayarnya dengan cash karena terkadang ada yang hutang, terkadang hutangpun saya
harus mengambil uangnya. Mereka tidak mengantarnya. Tapi terkadang ada yang membayar
via transfer. Namun saya lebih suka ketemu langsung dengan pembeli, karena dapat membuat
suasana keakraban diantara penjual dan pembeli.
Untuk bulan Desember kemarin saya mendapat pesanan baju Natal dan Tahun baru.
Kebanayakan para customers memesan baju warna merah untuk di gunakan waktu Natal dan
baju berwarna cerah dan agak sedikit mewah untuk digunakan sewaktu Tahun baru.
Kemudian saya segera memesan baju pada beberapa supplier saya dan saat itu juga saya
sering mengupdate foto baju baru dengan model yang baru dengan bernuasa Natal dan
Tahun baru. Setelah barang datang saya mulai men-share foto-foto baju tersebut di grup
online saya.
Setelah selesai tahun baru +3 saya mulai membuka lagi discount besar-besaran mulai dari
30% hingga 50% hal itu saya lakukan untuk mengantisipasi sisa barang saya yang belum laku
terjual, saya mengadakan promo discount selama 2 hari, dan hal itu saya umumkan dengan
cara Broadcast pada grup online saya.
Di bulan Desember ini saya mendapatkan Rp 1.530.000 dengan membeli 16 pcs baju
yang terjual 13 pcs dan sisa 3 pcs baju. Sebenarnya di bulan Desember ini saya sempat
kebingungan dengan modal karena ada pembeli yang masih berhutang kepada saya di bulan
September dan belum juga membayar hutangnya, namun akhirnya saya pertegas dan
Alhamdulillah saya bisa mengatasinya.
Di bulan ini ada lumayan banyak keuntungan yang saya dapatkan namun saya juga menerima
tidak sedikit kerugian akibat keputusan saya yang beresiko besar. Saya dari awal memang
melayani hutang dan ada salah satu customers saya yang berhutang pada saya dari bulan
September sampai sekarag belum di bayar. Kerugian yang saya alami ini sebesar Rp 315.000.
Kemarin saya juga mengalami hambatan karena paket pengiriman terhambat karena saya
sulit mengambil keputusan, karena saya harus memastikan customers saya pesan baju pilihan

20
mereka dan saat saya laporan ke supplier itu menjadi lambat. Di tambah lagi paketan
terhambat karena hari Natal dan Tahun baru. Yang biasanya saya 3-4 hari sudah sampai dan
ini membutuhkan 10 hari baru terkirim. Saya kemarin juga kurang teliti karena alamat yang
saya tulis kurang lengkap jadi saya harus konfirmasi ulang kepada pihak paket JNE untuk
mengubah alamat paket. Saya tidak teliti karena terlalu terburu-buru. Saya selalu melayani
customers selama 24 jam bahkan malam Tahun baru kemarin saja saya masih di sibukan
dengan pengantaran barang.
Gambar tersebut adalah contoh baju yang saya jual. Saya menjual baju dengan harga
yang standart biasanya saya mengambil keuntungan
sebesar 20%-30% untuk baju santai biasa, dan saya
mengambil keuntungan 30%-45% untuk baju dress,
karena bahanya bagus dan peminatnya lumayan banyak
sekali dan peminat dari baj dress memang orang
kalangan menengah atas yang bergaya hidup mewah.
Sekarang saya mulai berjualan baju dengan PO
bangkok. Harga PO bangkok jauh lebih mahal di
bandingkan baju-baju biasanya. Untuk baju PO Bangkok
saya beli dengan harga kurang lebih Rp 150.000 dan
biasanya saya menjualnya kembali dengan harga Rp
200.000 an per pcs. Saya juga mulai mencari supplier -
supplier baru supaya saya bisa lebih leluasa memilih dan mempertimbangkan mana yang
sekiranya cocok untuk saya jual, cocok pada sasaran saya, dan cocok dengan harga. Saya
juga melakukan pemberian bonus belt/ikat pinggang dan bross untuk pembelian di atas Rp
200.000 . Untuk belt/brossnya saya beli beberapa saja karena jarang sekali orang membeli 2
pcs baju dengan hrga Rp 200.000. Itu juga merupakan trik yang saat ini saya lakukan.
Saya juga berusaha meminimalkan pengeluaran saya untuk menghemat modal dengan
cara sebagai berikut:
1. Untuk menghemat biaya transportasi biasanya saya mengantisipasinya dengan
mengantarkan barang banyak sekaligus. Misalnya ada 5 orang yang memesan baju,
maka saya akan antar di hari yang sama. Jadi saya membawa 5 pesanan orang dengan
hari yang sama, 5 pesanan saya antarkan 1 sekali dalam 1 antaran. Jadi saya tidak
bolak-balik mengantarkan pesanan, hal demikian membuat saya menghemat anggaran
bensin.
2. Untuk menghemat biaya pengiriman paket, biasanya saya memesan terlebih dahulu
dan saya pending selama 1 minggu. Setelah jangka 1 minggu barang akan dikirim ke
alamat saya jadi selama satu minggu hanya transaksi 1 kali pengiriman paket.
3. Untuk plastik pembungkus baju, saya hanya menggunakan plastik pembungkus baju
yang berwarna putih, dan plastik hitam biasa.
Itu adalah cara saya dalam menghemat pengeluaran modal usaha saya. Dengan
demikian saya bisa menjalankan usaha ini dengan baik dengan pengaturan yang baik juga.
Setiap bulanya saya juga membuat rincian buku besar, supaya keuangan di usaha ini bisa
tertata rapi, dan saya lebih mudah untuk mengelolanya.
Sekarang modal saya yang Rp 2.000.000 telah kembali, dan saya sudah
mengembalikan uang pinjaman dari orang terdekat saya. Dan Alhamdulillah saya juga sudah
membayar hutang HP dari usaha saya.

21
Memang diperlukan kesabaran dan proses yang cukup lama. Dari berbagai macam strategi
yang sudah saya lakukan, dari pelayanan yang saya berikan kepada customers, saya ingin
meningkatnya lagi supaya lebih maju dan lebih berkembang. Sekarang planning saya adalah
mempunyai toko baju sendiri, memang kemarin saya sudah mendapatkan info ruko di daerah
godean dengan harga Rp 9.000.000/tahun tetapi setelah saya survey tempatnya masih sepi.
Sekarang saya masih mencari - cari tempat supaya dapat maju dan ada perkembangan, tidak
monoton seperti ini. Sambil jalan sambil mencari-cari tempat dan meningkatkan volume
penjualan.
Semoga saja usaha yang telah saya lakukan selama ini tidak sia - sia dan membuahkan
hasil manis yang bisa saya petik dan saya nikmati bersama orang-orang yang selalu
mendukung saya dalam usaha saya selama ini. Semoga saja demikian.
Dengan usaha online yang saya beri nama “Susan Online Shop” saya mendapat banyak sekali
pelajaran, tidak punya pekerjaan membuat saya memutar otak bagimana caranya saya bisa
membiayai kuliah dan membiayai hidup sehari-hari dengan tidak bekerja dengan orang lain,
dan kemudian saya menemukan yang cocok untuk saya. Di sini saya benar-benar merasa
tertolong dan merasa puas dengan usaha yang saya jalani sendiri.
***

22
Disusun Oleh : Muhammad Zulfikar
Sistem Informasi

“Marketing,
Langkah Awal Menjadi Seorang Enterpreneur”
Di semester 3 ini saya mengambil salah satu mata kuliah yang mulai menyadarkan
saya tentang pentingnya berjuang dan bermimpi sukses di masa muda, yaitu mata kuliah
kewirausahaan. Pada mata kuliah ini, saya dan teman-teman seperjuangan terus di dorong
untuk memiliki sebuah mimpi yaitu kesuksesan, kami terus di beri motivasi untuk terus
berfikir maju dan mau berusaha untuk sukses. Usaha tersebut bukan berarti kami harus
menjadi seorang pedagang, berjualan sesuatu untuk di perjual-belikan, namun apapun
jalannya, apapun usaha tersebut agar kami bisa menemukan yang sesuai dengan model dan
passion kami untuk di perjuangkan.
Saya mulai mencari kemampuan yang saya rasa bisa saya andalkan. Saya berfikir
bahwa saya mempunyai sedikit kemampuan di bidang desain grafis dan itu bisa saya
kembangkan. Lagipula itu sedikit parallel dengan jurusan yang sedang saya tempuh sekarang
yaitu di bidang ilmu komputer, walaupun di kurikulum jurusan ini tidak sedikitpun
membahas tentang ilmu desain grafis namun kemampuan yang saya dapat dijurusan ini
(pembuatan dan desain website, pemrograman aplikasi) juga bisa saya gunakan untuk usaha
saya nantinya.
Berangkat dari pikiran itu saya mulai bercita-cita untuk membuat sebuah usaha yang
berkaitan dengan kemampuan saya tersebut. Untuk merealisasikan usaha tersebut, langkah
awal yang saya lakukan saat ini adalah dengan belajar serius dalam mengembangkan
kemampuan saya di bidang itu. Saya mulai lebih sering membuka program-program desain
grafis dan mengutak-atik fungsi dari setiap tool yang ada di dalamnya. Saya juga sudah
membuat sedikit karya desain (pakaian distro) dan masih saya simpan di dalam file komputer
saya. Dan untuk menjalankan usaha tersebut, saya pastinya di tuntut untuk mempunyai
kemampuan di bidang pemasaran. Nah, saat ini saya juga sedang mengembangkan
kemampuan di bidang tersebut. Saya akan mencoba bercerita sedikit tentang pengalaman
saya belajar pemasaran.
Saya mencoba menawarkan diri untuk menjadi reseller di salah satu badan usaha
milik keluarga saya di Sulawesi. Pada saat-saat pertama mendaftarkan diri menjadi reseller
itu saya hanya memberikan alasan kepada beliau bahwa saya hanya ingin belajar
berwirausaha dan mengatakan saya tak apa-apa bekerja tanpa bayaran. Dan beliau lantas
menerima saya bekerja.
Untuk jenis barang yang saya tawarkan, saya
memasarkan pakaian (jaket, baju kaos, jeans) dan
aksesoris seperti jam tangan, dll. Saya biasanya
menawarkan barang tersebut melalui social media
seperti BBM (Blackberry Messenger) dan Facebook
karena saya anggap lebih mudah. Karena teman saya
dominan berada di Sulawesi, maka target penjualannya
adalah orang-orang disana, walaupun saya juga tidak
akan menolak jika ada pembeli dari luar Sulawesi yang

23
ingin membeli produk saya. Lagipula jika calon pembeli barang saya adalah dari pulau Jawa,
itu bisa lebih murah karena barang yang di order juga berasal dari Bandung dan Jakarta.
Awal memulai pekerjaan ini tidak mudah. Minggu pertama
sampai kedua orang-orang masih belum ada yang mau membeli
barang yang saya tawarkan. Mereka hanya sekedar menanyakan
perihal harga dan kualitas barang, tanpa ada satupun yang
membelinya. Mereka tampaknya masih ragu tentang kualitas barang
yang saya tawarkan. Namun menurut saya itu hal wajar karena
disamping saya masih pemula saya juga menawarkan barang lewat
media online dan itu artinya orang-orang hanya bisa melihat barang
tersebut lewat layar ponsel/komputer mereka, barang-barang yang
ditawarkan tidak bisa di lihat dan di sentuh secara langsung.
Memasuki minggu ketiga sudah ada beberapa orang yang berani memesan barang yang saya
tawarkan. mereka rata-rata berasal dari Sulawesi, bahkan ada juga yang sampai ke Samarinda
(Kaltim), karena memang ada juga teman saya yang kuliah di salah satu Universitas disana.

Setiap perjuangan ada ujiannya...

Selama berjualan online, tentu saya juga harus fokus merencanakan tujuan utama
bisnis yang akan saya jalani, yaitu usaha di bidang desain grafis. Awalnya saya sangat
bersemangat untuk terus belajar mengembangkan skill saya dibidang itu, namun ditengah
jalan ada beberapa hambatan yang mengharuskan saya untuk berhenti dan beralih fokus ke
kegiatan yang lain. Dan itu juga bahkan menghentikan saya selama beberapa minggu dalam
berjualan online. Bukannya mengeluh, tapi saya memasukkannya ke cerita ini agar nantinya
saya punya cerita kepada diri saya sendiri, dan agar bisa menjadi penyemangat saya supaya
bisa terus berjuang. Ada beberapa hambatan yang telah saya hadapi selama dalam
merencanakan dan menjalankan usaha saya (ada sebagian mungkin yang tidak pantas saya
jadikan alasan), yakni :

Laptop bermasalah

Untuk terus belajar desain grafis, tentu harus lebih banyak menghabiskan waktu di
depan komputer dan mempelajari setiap fungsi-fungsi dari tool dalam aplikasi tersebut.
Namun pernah saat saya sedang mengerjakan tugas kuliah, tiba-tiba komputer saya mati
dengan sendirinya, dan harus dibawa ke tukang servis komputer. Bukan hanya itu, aplikasi
desain grafis di dalamnya juga sampai saat ini masih belum bisa di operasikan.

Tugas – tugas kuliah yang semakin ganas


“Saya datang ke Jogja untuk belajar. Saya punya banyak tugas-tugas kuliah dan jika
saya mengabaikannya untuk pekerjaan-pekerjaan lain, saya telah berpaling dari tujuan
utama..”

Kalimat ini mungkin yang sering menjadi alasan utama saya untuk mengabaikan banyak hal
lain di luar kuliah yang telah saya rencanakan. Tugas-tugas semester yang kebanyakan
pekerjaan proyek rasanya sangat sulit untuk dijalani bersamaan dengan pekerjaan-pekerjaan
lain. Bahkan sampai saat ini saya harus membagi waktu bergantian dengan tugas-tugas lain
dalam menyelesaikan tulisan yang saya sedang kerjakan sekarang ini.

24
Minder
Ini mungkin penyakit utama yang paling umum dirasakan oleh para pejuang bisnis
baru, tak terkecuali saya sendiri. Saat melihat teman-teman saya yang lain sudah melangkah
sangat jauh dengan penghasilan sampai di atas Rp 10.000.000 dengan bisnis yang
dijalaninya, saya semakin selalu bertanya pada diri saya sendiri apakah mampu melakukan
hal yang sama yang mereka telah lakukan.

Menjadi pembantu dosen


Saya tidak akan mengatakan bahwa ini adalah salah satu hambatan saya dalam
menjalankan rencana saya berusaha, tapi justru juga mendukung usaha saya dalam banyak
hal. Tapi ada juga yang menjadi alasan sehingga saya menuliskannya disini.
Saat tugas - tugas kuliah satu persatu sedang memanggil untuk dikerjakan, ada kewajiban lain
yang juga tak kalah pentingnya yaitu asisten dosen. Hampir setiap hari tidak ada jeda waktu
selain harus menghabiskan waktu di kampus. Walaupun begitu banyak pengalaman yang bisa
saya dapatkan dalam menjalani kegiatan ini, diantaranya melatih cara saya berbicara di depan
orang banyak.

Ternyata barangnya sudah habis..


Ini adalah salah satu dari sedikit lika-liku perjalanan saya dalam menjadi seorang
reseller online. Pernah suatu hari salah seorang teman saya yang sedang kuliah di Kalimantan
Timur memesan barang yang saya pasarkan lewat media sosial. Sebagaimana umumnya
seorang konsumen online, sebelum membeli dia awalnya menanyakan apakah stok untuk
barang itu masih ada atau tidak. Sebagai seorang reseller, saya sendiri belum tahu secara pasti
tentang ketersediaan barang tersebut secara jelas, karena saya hanya memasarkan barang
yang di upload si pemilik di media social. Lantas sebelum menjawab pertanyaan konsumen
itu, saya tanyakan dulu ke si pemilik barang, apakah barang tersebut stok nya masih ada.
Beliau menjawab bahwa barang itu masih ada, dan menjelaskan tentang detail barang
tersebut.
Biasanya barang yang dibeli untuk sampai ke tangan konsumen adalah 3 hari. Lantas saya
memberi tahu teman saya untuk menunggu barang yang dibelinya sampai ke tangannya 3 hari
berikutnya. Dia setuju.
Tiga hari berikutnya, dia menelpon saya dan menanyakan apakah barang tersebut sudah
dikirim. Saya menelpon bos saya si pemilik toko apakah barang tersebut sudah dikirim dan
saya kaget setelah diberitahu bahwa barang tersebut sudah habis 4 hari sebelumnya, artinya
barang itu habis sehari sebelum barang tersebut di pesan oleh teman saya. Lantas orang itu
meminta maaf pada saya dan bilang bahwa masih banyak stok lain yang mungkin bisa
menjadi alternatif selain barang yang sudah di pesan tadi.
Betapa malunya saya kepada teman saya yang sudah memesan barang itu. Dia yang sudah
membayar transfer biaya barang itu dan bahkan sudah menunggu 3 hari ternyata harus
menelan kecewa karena barang tersebut telah habis sebelum dia memesan barang. Bukan si
pemilik toko yang seharusnya malu, melainkan saya yang memasarkan dan berkomunikasi
langsung dengan si pembeli.
Namun saya beruntung karena teman saya tidak marah dengan kejadian itu, padahal
seharusnya dia pantas marah dan memaki saya, karena barang yang dipesan dan dibayar
olehnya tersebut sudah habis bahkan sebelum dia memesan barang tersebut kepada saya. Dia
cukup pemaaf dengan memaafkan saya setelah saya jelaskan pada dia bahwa itu merupakan
kesalahan komunikasi antara saya dengan pihak toko. Padahal saya sendiri tidak tahu apakah

25
orang dipihak toko itu sedang tertidur saat menjawab pertanyaan saya ataukah hanya
menjawab dengan asal-asalan tanpa mengecek dulu barang yang saya tanyakan itu benar-
benar ada atau tidak. Setelah itu saya pun menawarkan alternative lain kepada teman saya,
sembari memperlihatkan stok barang-barang lain, saya menanyakan padanya apakah mau
membeli barang lain yang harganya sama dengan barang pesanannya ataukah ingin menarik
kembali uang yang sudah di transfernya. Setelah mengecek barang-barang yang saya
tawarkan, dia bilang pada saya bahwa dia ingin menarik kembali uang yang sudah di
transfernya. Disitu perasaan malu saya kembali muncul. Di pikiran saya tentang teman saya
itu hanya ada dua perkiraan yaitu dia sudah terlanjur kecewa atau memang hanya tertarik
pada barang yang pertama dia pesan itu. Dan sampai saat ini teman saya tidak pernah lagi
menanyakan barang yang saya tawarkan. Mungkin dia sudah terlanjur kecewa kepada saya
karena kejadian tersebut.
Sampai saat ini saya menjalankan pekerjaan ini selama lebih dari satu bulan. Dan
banyak sesuatu yang berharga yang bisa saya dapatkan dari pekerjaan ini, disamping
mendapatkan keuntungan financial juga kembali ke tujuan awal saya yaitu bagaimana cara
memasarkan produk ke orang lain, apa saja selera produk kebanyakan orang, serta
mengetahui perilaku konsumen yang bermacam-macam. Dan tidak mudah menjadi seorang
reseller. Menjadi seorang reseller dan memasarkan barang tersebut secara online tentunya
banyak memiliki kekurangan di banding memasarkan barang milik kita sendiri secara
langsung, karena pengetahuan akan kualitas, kuantitas, dan ada/tidaknya barang tersebut kita
sendiri tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Yang bisa kita lakukan sebagai seorang reseller
adalah memperbaiki sebaik mungkin komunikasi kita kepada pihak toko yang kita pasarkan
barangnya.Pekerjaan menjadi seorang reseller hanya langkah awal saya, dan semoga lewat
pengalaman menjadi reseller ini bisa sangat berharga dalam menjalankan usaha bisnis saya
nantinya.
***

26
Disusun Oleh : Ginsa Adisti Nugraha

“Rambak Cap Ginseng”

Gin dan seng yang berarti “gigitan pertama bikin ngangenin, sing purun tumbas rejekine
padang”.
Pertama saya ucapkan puji syukur atas rahmat yang
di berikan kepada saya, sehingga sampai detik ini usaha
saya yang pertama masih berjalan dengan lancar dan
mulus. Belum begitu lama saya menjalankan project ini
dan belum juga banyak pengalaman yang saya dapat,
saya pun juga masih harus belajar untuk memajukan
usaha saya ini.

Alhamdulillah tidak terasa sudah hampir setengah


tahun lebih sedikit usaha kecil saya ini bertahan, disini saya akan sedikit menceritakan
tentang kinerja saya atau hasil saya menjalankan usaha saya ini, selama 3 bulan terakhir
penjualan kerupuk rambak kulit sapi cap ginseng berkembang lumayan pesat, saat ini sudah
ada 25 warung makan, kantin, yang mau diajak berkerja sama dengan saya, sebenarnya saya
belum maksimal untuk mengajukan penawaran kerjasama konsinyasi kepada warung makan
dan kantin-kantin tersebut, jujur saya masih kurang giat dan sedikit malas untuk berkeliling
mencari toko, alasan saya sih panas dan takut hitam. Setidaknya saya berhasil membuktikan
kepada warung-warung makan yang dulu menolak produk saya bahwa produk saya ini
memang laku di jual, masih teringat ketika mereka menolak saya untuk melakukan
kerjasama.
Pernah suatu ketika, salah seorang teman saya yang memiliki warung makan dan bekerja
sama dengan saya untuk memasarkan kerupuk rambak di warung makannya, waktu itu dia
bercerita kepada saya bahwa ada kerupuk rambak yang harganya lebih murah dari pada
produk saya. Awalnya saya terkejut dan sempat berpikiran untuk mengurangi laba yang saya
dapatkan. Walaupun laba yang saya dapatkan juga sudah sangat minim. Namun, saya
beruntung karena tidak gegabah mengambil keputusan karena ternyata kerupuk rambak yang
lebih murah harganya, kualitasnya juga jauh dibawah kualitas produk kerupuk rambak saya.
Konsumen yang cerdas pasti akan tetap memilih kerupuk rambak produksi Cap Ginseng.
Memang ada beberapa kualitas kerupuk rambak dan harganya pun bervariasi, yang jelas
kerupuk rambak Cap Ginseng memang sedikit lebih mahal namun rasanya boleh di adu.

Selain saya menjual dengan cara konsinyasi saya juga terkadang mendapatkan orderan
beli putus. Maksudnya pembeli order langsung dengan saya dan langsung membayarnya,
sebenarnya bagi saya dan pembeli lebih menguntungkan beli putus, kentungan untuk saya
karena tidak menanggung return dan barang jelas laku, sedangkan keuntungan untuk pembeli
harganya lebih murah ini di sebabkan karena saya tidak menambahkan biaya return ke
produk saya. Apalagi jika pembeli mengorder banyak minimal 100 bungkus pasti saya
memberi potongan harga. Potongan harga tersebut juga merupakan strategi saya untuk
menyenangkan konsumen. Konsumen yang suka dengan produk saya akan lebih suka jika
saat membeli juga mendapatkan potongan harga.

Pernah juga sekali mendapat kerjasama dengan catering di Semarang, waktu itu saya
mendapat kabar dari orang tua saya di untuk mengajukan penawaran kerjasama ke usaha
catering temannya, waktu itu saya ragu-ragu untuk melakukannya sebab saya sudah putus asa

27
atas penawaran kerjasama saya dengan usaha catering tidak pernah tercapai di Yogjakarta,
tetapi dengan sedikit terpaksa saya tetap mencoba untuk mengajukan penawaran beserta price
list dan tester saya kirimkan, ternyata penawaran saya di acc oleh pengusaha catering itu
kebetulan dia mempunyai pesanan 150 box dan didalam box itu ada krupuk rambaknya untuk
acara pengajian di salah satu konsumennya. Mungkin karena beliau teman orang tua saya jadi
tidak enak hati sehingga memilih krupuk saya lagi pula banyak juga penjual kerupuk rambak
di kota Semarang, tetapi bisa karena beliau telah mengicipi rambak Cap Ginseng jadi ada
keinginan untuk mengorder, ingat kan dengan arti ginseng? Sebab saya mengajukan
penawaran dengan memberi price list dan tester yang dapat langsung dicicipi. Alhamdulillah
saat itu saya mendapatkan order dari catering tersebut sebanyak 150 bungkus dan ukuran
besar tiap bungkusnya saya jual dengan harga Rp 1.000 dan saya memberikan bonus 15
bungkus, jadi total saya memberikan 165 bungkus, dan ini baru kali pertama penjualan saya
yang paling banyak.
Namun sayangnya tidak setiap saat catering tersebut mengorder rambak saya
walaupun saya sudah menjadi supplier tunggal kerupuk rambak catering tersebut, hal ini
disebabkan pihak catering hanya memberikan menu terhadap konsumen dan membiarkan
konsumen yang menentukan pilihan sesuai budgetnya, repotnya saya tidak bisa selalu
memberikan tester ke setiap konsumen catering terkait padahal itu salah satu cara memikat
konsumen yaitu dengan rasa. Serta banyaknya pilihan kerupuk di catering tersebut, ada
kerupuk udang, kerupuk biasa, kerupuk rambak, dan lain-lain. Namun jika ada konsumen
yang menghendaki kerupuk rambak sudah pasti saya kebanjiran order apalagi untuk acara
pernikahan.
Saya juga sempat mendapat kritik oleh pengusaha catering tersebut, beliau mengkritik
masalah merk krupuk saya, berikut percakapan saya dengan bapak Gatot owner catering :
Bpk Gatot : mas harusnya namanya di ganti biar lebih menjual.

Saya : hehehe (saya hanya tertawa dan bilang) ya yang pentingkan hasil
penjualannya pak.
Bpk Gatot : tapi brand kan juga mempengaruhi penjualan mas.
Saya : ya itu kan bagi yang percaya pak, contohnya saja banyak artis - artis yang
mengubah namanya berharap bisa menjual dan dia laku tapi justru dia semakin
terpuruk, tapi tidak sedikit pula artis yang terkenal tanpa mengubah namanya.

Itu adalah sedikit percakapan saya dengan bapak Gatot mengenai merk produk saya,
saya pernah membaca artikel yang berjudul “Branding Untuk Yang Kecil” Dibalik brand
selalu ada cerita nya (his-story). Cerita tentang orang biasa yang melakukan hal - hal tidak
biasa, beda, utama, bahkan pertama dan satu-satunya. Ini salah satu yang saya ingat sehingga
kenapa saya memilih memberi merk Cap Ginseng karena menurut saya ini adalah merk yang
berbeda dan unik, dan sebenarnya usaha saya ini hanya batu loncatan untuk saya mencapai
usaha saya yang saya inginkan, saya mempunyai suatu ide boleh dikatakan ini adalah hal-hal
yang beda dan petama, yaitu “encok si emping dan coklat ” yang sudah saya tulis beberapa
waktu lalu. Dan ada tulisan lagi dalam artikel tersebut yang masih saya ingat “Branding
adalah soal nilai lebih. Ia melekat pada usaha yang tidak sekedar menjual barang atau jasa
wadag, melainkan kepedulian dan kebermanfaatan. Terus bertahan, belajar, dan berjuang
itulah yang mengantarkan sang pelaku pada keahlian dan keunggulan pencirinya. Branding
adalah buahnya. “

Saya akan tetap berusaha membesarkan usaha saya ini, masih banyak target - target
yang belum saya penuhi salah satunya membuat inovasi baru yang pernah saya tulis
sebelumnya, saya ingin membuat inovasi baru tidak hanya mengandalkan rasa original saja,

28
saya akan membumbui rambak tersebut agar mempunyai berbagai macam rasa, misalnya rasa
pedas, keju, bbq dan lain-lain, lalu saya juga akan membuat packaging yang layak jual untuk
kalangan menengah keatas.
Dan satu hal yang masih saya ingat dari kata-kata kakek Bob Sadino : “Saya tidak
mau pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki, terkubur bersama tubuh saya ketika
mati kelak”

Saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan semoga usaha
ini berkembang pesat agar saya bisa lebih mengembangkan bisnis ini menjadi lebih besar dan
yang jelas saya tetap ingin mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga kepada
semua orang yang selalu mendukung dan mendoakan saya serta member motivasi saya agar
lebih baik dan selangkah demi selangkah lebih maju dan sukses hingga saya menjadi orang
hebat kelak, seperti : Bob Sadino, Putri (pengusaha termuda), Chairul Tanjung, Susi
Pudjiastuti, serta seluruh orang-orang hebat yang lainnya.

***

29
Disusun Oleh : RA. Nadia Ayu Cahya NingTyas
Manajemen

“Kue Kering Ibuku, Peluang Bisnisku”


RAINBOWBAKERY, logo dan merk yang saya buat untuk kue
yang dibuat oleh ibu saya. Arti dari logo ini adalah segala hambatan,
kerugian, dan jatuh bangun yang sudah ibuku alami jika dijalani dengan
keuletan, kerja keras, pantang menyerah dan selalu berusaha maka suatu
saat hasil dari semua itu akan berbuah manis, sama seperti pelangi dari
gelapnya langit, turun hujan, hingga adanya petir dan badai setelah
semua itu selesai maka akan muncullah pelangi. Bukan sebagai sebuah
keindahan semata, namun menjadi awal yang baru untuk bisnis kue yang
ibuku buat.
Pertama kali saya mempromosikan dengan cara membawa bekal makanan setiap saya
sekolah, dari saya duduk dibangku SMP hingga SMA saya selalu membawa bekal makanan
yang berisi kue dan makanan ringan buatan ibu saya. Tujuan saya membawa bekal makanan
tersebut adalah untuk memberitahu teman-teman saya kalau ibu saya dapat membuat kue
dengan cara tidak langsung. Ternyata kue buatan ibu saya banyak disukai dan berita bahwa
ibu saya pintar membuat kue pun tersebar dengan sendirinya dikalangan teman-teman
maupun guru-guru disekolah dan dari situlah mulai ada pesanan datang.
Bermula ketika saya ingin dibuatkan kue sus oleh ibu saya, ketika kuenya matang
tetangga saya kebetulan ada yang berkunjung ke rumah dan saya mengusulkan untuk
menjamunya dengan kue sus buatan ibu saya. Namun ibu saya tidak berani untuk menjamu
tetangga saya dengan kue sus buatan beliau, ibu saya pesimis dengan hasil kue buatanya
karena menurut beliau pendapat yang ayah saya dan saya berikan tentang hasil kue tersebut
tidak dapat menjamin kalau orang lain juga akan suka. Dan setelah saya yakinkan, ibu saya
akhirnya mau untuk menjamu tetangga dengan kue sus buatan beliau sendiri. Dan responnya
pun sangat baik. Kue buatan ibu saya dipromosikan untuk menjadi tambahan snack di acara
pengajian, sebanyak 40 kue sus pun diterima ibu saya. Saat pertama kali memperoleh
pesanan 40 kue sus tersebut, ibu saya tidak memperoleh keuntungan tetapi juga tidak
mengalami kerugian itu karena pada tahap ini kue yang diproduksi ada beberapa yang gagal
(tidak mengembang/bantet, terlalu kecil) sehingga keuntunganpun semakin berkurang, dan
hasil dari keuntungannya berbentuk kue yang gagal produksi tadi dan hanya dapat
dikonsumsi pribadi.
Ketika bulan Ramadhan, saya masuk di Langgar tempat tarawihan untuk anak-anak
dan remaja yang bernama “Langgar Suasana”. Dan untuk acara malam takbiran, saya
merekomendasika kue buatan ibu saya. Sehingga ibu saya memperoleh pesanan untuk
membuat snack sebanyak 40 kotak. Snack tersebut berisikan : kue sus, kue lumpur, lumpia
dan cemilan (Lombok-lombokan). Keuntungan disini sangat sedikit, kurang lebih hanya Rp
5.000, dikarenakan anggaran untuk per satuan snack yang sedikit/ sangat minim untuk 4 jenis
snack dalam satu kotak dan ibu saya hanya bertujuan untuk membantu acara takbiran tersebut
agar berjalan dengan lancar, walaupun keuntungan yang diperoleh tidak seberapa. Namun
setiap tahun ibu saya selalu mendapat pesanan untuk konsumsi acara takbiran dengan menu
snack yang setiap tahun berbeda dan yang selalu ada dan wajib ada adalah kue sus. Walaupun

30
keuntungannya sedikit namun ibu saya tetap menerima pesanan tersebut selama satu tahun
sekali.
Disisi lain keenakan dari sus buatan ibu saya semakin menyebar luas, kabar itu pun
sampai ditelinga sebuah catering yang berada didekat rumah saya yang bernama “Catering
Livia”. Ibu saya memperoleh pesanan kue sus sebanyak 300 kue sus yang dijual @Rp 2.000.
Saat itu saya, dan kakak-kakak saya semua membantu untuk memproduksi kue sus tersebut.
Kami saling membagi tugas. Dan kami bekerja dari sore pukul 03.00 WIB sampai keesokan
paginya pukul 07.00 WIB. Kami kerja lembur karena ibu saya sangat menjaga kualitas dari
kue yang beliau buat, karena beliau ingin kue yang beliau buat masih hangat dan masih
sangat fresh yang benar – benar baru saja dibuat meskipun membuatnya harus lembur.
Semakin lama pesananpun semakin banyak yang datang dan responnya juga semakin baik,
sehingga ibu saya memperoleh pesanan lagi sebanyak 300 kue sus, untuk kali ini ibu saya
diminta untuk membuat kue sus buah yang diberi topping buah diatasnya (jeruk, strawberry,
dan nanas) dan dilapisi dengan jelly agar buahnya terlihat semakin segar, awet dan dapat
meningkatkan keinginan untuk memakannya. Setelah itu Ibu saya rutin per minggu selalu
mendapatkan pesanan kue sus berisi fla maupun kue sus buah. Dan keuntungannya pun dapat
dipergunakan untuk membiayai kebutuhan saya sekolah, seperti membelikan buku bacaan,
alat-alat tulis, maupun spp tiap bulan.
Saat akan memasuki tanggal ulang tahun kakak saya pada tanggal 31 Agustus, saya
mengobrol dengan ibu saya diteras. Kakak saya bingung harus mentraktir apa untuk teman-
teman kerjanya, saat itu saya tiba-tiba mengusulkan untuk membuat makanan untuk diberikan
kepada teman-teman kakak saya di kantor, dan ibu saya pun setuju.
Sehingga pada tanggal 31 Agustus tahun 2013 lalu ibu saya membuat songgo buana (kue sus
yang berisikan daging sapi, telur, selada, dan mayonaise), kue sus, resoles mayo dan tanggal
31 Agustus 2014 membuat ledre pisang (ledre pisang adalah makanan khusus yang hanya ada
diKraton), pudding, dan butter ballen (kentang rebus yang dicampur dengan daging sapi).
Komentar dari teman-teman kerja kakakku sangat baik mereka juga meminta resep cara
membuat kue sus kepada ibu saya dan teman-teman kakakku juga bertanya apakah bisa pesan
kue lebaran kepada ibu saya? ibu saya berfikir sejenak, saya berkata “Nanti aku bantu bu,
saya bantu mencetak adonan, mengolesi dengan kuning telur dan menaburkan keju. Nanti
saya bantu” dan ibu saya langsung menyanggupi pesanan 8 topless kue nastar dan 6 topless
kue kastangels. Dan tahun berikutnya 12 kue nastar dan 12 kue kastangels. Sudah 2 tahun ini
ibu saya mendapat pesanan kue nastar dan kastangels dari kantor kakakku (PT MIROTA
KSM).
Dan sudah 3 minggu saya mencoba menjual kue sus dan resoles mayo dengan
menitipkannya dikantin dekat Mualimat. Selama 3 minggu (dari hari senin-kamis) saya
menitipkan kue sus dan resoles mayo di kantin dekat Mualimat tersebut, dan responnya
cukup baik. Karena murid-murid sekolah disana cukup tertarik untuk membeli kue sus dan
resoles buatan ibu saya. Saya tidak berjualan pada hari Jumat karena pada hari tersebut
Mualimat libur dan masuk kembali hari Sabtu dan minggu sedangkan Sabtu dan Minggu
digunakan ibu saya untuk istirahat dan tidak membuat kue untuk dititipkan di Mualimat.
Pada tanggal 12 Desember 2014 kemarin ibu saya memperoleh pesanan dari PT Mirota KSM
untuk membuat kue nastar dan kue kastangels untuk hari Natal. Sebanyak 8 topless nastar
dan 8 topless kastangels ibu saya buat dan saya membantu beliau.

31
Setiap saya membantu dan jika ibu saya menerima banyak pesanan, saya selalu mendapatkan
uang jajan tambahan dari ibu saya.Meskipun niat saya
hanya membantu dan tidak bermaksut untuk meminta
uang namun ibu saya selalu memberikan tambahan
uang jajan untuk saya.
Dan sebenarnya jauh sebelum banyak pesanan yang
datang, saat ibu saya memperoleh pesanan snack yang
diminta oleh pelanggan harus ada arem-arem/lemper
sedangkan ibu saya tidak bisa membuatnya, ibu saya
meminta tolong kepada Bu Tuwuh (tetangga saya)
untuk membuat arem-arem tersebut. Kebetulan saat itu
Bu Tuwuh sedang tidak ada tugas memasak di catering. Dan pernah suatu ketika ada pesanan
nasi kuning untuk acara syukuran yang sama sekali ibu saya tidak pernah membuatnya ibu
saya tetap menerima pesanan itu dan meminta untuk Bu Sam (tetangga saya) untuk membuat
nasi kuning dan ibu saya yang membuat lauk pendampingnya.
Ketika saya menjadi seksi konsumsi dalam acara 17 agustus 2014 ibu saya yang membuat
snack untuk acara tersebut, dan didalam snack tersebut juga harus ada arem-arem, sedangkan
Bu Tuwuh yang selama ini membuat arem-arem tersebut sudah meninggal. Akhirnya saya
mencari info dari para tetangga yang bisa membuat arem-arem. Belakang rumah saya
namanya Bu Sapari saya mintai tolong untuk membuat arem-arem tersebut.
Banyak dari ibu-ibu tetangga saya yang menganggur untuk membantu ibu saya dalam
membuat pesanan. Selain mengisi waktu luang, ibu-ibu tersebut juga dapat mempunyai
pendapatan sendiri.
Dan saya mempunyai Tante yang bertempat tinggal di Semarang dan sekarang pindah
ke jogja, namanya Tante Mita. Beliau sangat hobi membuat kue kering sama seperti bu saya,
dan kemarin minggu saya dan ibu saya berkunjung ke rumah Tante Mita yang berlokasi di
dekat Pabrik Susu SGM. Saat berkunjung ke rumah Tante Mita kebetulan saat itu sedang
membuat kue Nastar, saya dan ibu saya pun ikut membantu dan saling sharing. Dan waktu
membuat kue tersebut saya mengusulkan bagaimana kalau ibu saya mengajarkan cara
membuat Nastar dan Kastengels dengan resep ala ibu saya dan ibu saya juga diajarkan
membuat Kue Nastar dengan resep ala Tante Mita. Saya mengusulkan hal tersebut karena
saat diajarkan Tante Mita untuk membuat kue Nastar bahan yang digunakan banyak yang
berbeda dari bahan yang ibu saya biasa gunakan. Bahan yang Tante Mita gunakan adalah
bahan-bahan yang kualitasnya sudah terjamin dan harga dari bahan-bahannya pun sangat
tergolong mahal dan dari segi komposisi bahannya juga berbeda. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan ibu saya adalah bahan-bahan yang sangat umum dan sangat mudah untuk
didapatkan dan harganya masih terjangkau, namun walaupun bahan-bahannya umum dan
mudah untuk didapatkan tetap saja tidak semua bahan yang umum tersebut dapat membuat
kue dengan rasa yang enak. Dan sebelum menggunakan bahan tersebut ibu saya juga terlebih
dahulu melakukan ekperimen untuk mencocokkan bahan-bahan tersebut apakah dapat
membuat kue menjadi mempunyai rasa enak atau tidak. Dari pandangan tersebut saya dapat
mengusulkan hal tersebut, dan Tante Mita dan ibu saya pun menyetujuinya. Saat proses
membuat kue saya juga cukup mengambil bagian, saya diajarkan cara menimbang bahan-
bahan agar pas/ sesuai dan diajarkan bagaimana memanggang kue tersebut. Dengan saling
bertukar informasi mengenai resep masing-masing ini ibu saya da Tante Mita mempunyai
referensi jika suatu saat memperoleh pesanan yang mengharuskan menggunakan bahan-

32
bahan yang mahal ataupun terjangkau, karena dari bahan yang mahal dan terjangkau itu dapat
menghasilkan kue yang cukup berbeda.
Dari bermacam-macam kue yang dibuat oleh Ibu saya namun tetap saja kue sus yang
paling utama dan untuk harga dari kue sus yang ibu saya jual lebih murah dari harga
dipasaran (toko). Jika di toko kue sus sekitar Rp 2.500-Rp 3.500/kue namun ibu saya menjual
dengan harga Rp 2.000/kue. Walaupun yang dijual dipasar tradisional juga ada yang lebih
murah yaitu Rp 1.500/kue, namun kualitas dari bahannya pun berbeda dengan kue sus buatan
ibu saya. Jika kue sus yang berharga Rp 1.500 isian flanya tidak terasa rasa susunya dan
cukup jarang juga yang memakai susu segar untuk membuat flanya.
Harga untuk resoles mayo pun jika di pasaran Rp 3.500-Rp 5.500/ resoles sedangkan harga
untuk satu resoles mayo milik ibu saya hanya Rp 2.500 dengan ukuran sedang.
Sedangkan untuk harga kue kering seperti nastar dipasaran mencapai Rp 50.000 – Rp 80.000/
topless berbanding terbalik dengan harga nastar buatan ibu saya yang hanya Rp 40.000 dan
untuk kue kastangels Rp 60.000-Rp 100.000/ topless dengan buatan ibu saya yang bisa dibeli
dengan harga yang terjangkau Rp 45.000/topless.
Usaha kue ini walaupun ibu saya yang membuat kue tersebut, namun saya pasti ikut
membantu saat proses produksi dan saya juga berusaha membantu dalam pemasaran untuk
membantu agar ibu saya mendapatkan pesanan untuk mengisi waktu luang ibu saat dirumah.
Saya juga mengupload kue ibu saya ke jejaring sosial seperti di instagram, twitter dan path.
Dari situlah setiap saya mengupload kue, cemilan, maupun makanan selalu direspon teman-
teman saya yang juga penggemar dari masakan ibu saya. Namun ibu saya tidak berniat untuk
mengembangkan usahanya secara online dikarenakan ibu saya tidak suka dengan
kecanggihan teknologi sekarang.
Dan meskipun ibu saya sering memperoleh keuntungan yang tidak cukup besar
bahkan terkadang tidak mendapat keuntungan tetapi ibu saya cukup senang jika makanan
yang beliau buat dapat disukai/digemari oleh para konsumennya.Seperti prinsip ibu saya
adalah “Biarlah keuntungannya sedikit, namun jika konsumen suka dengan rasa dari kue
tersebut dan kita menjualnya dengan harga yang cukup murah, konsumen akan datang untuk
yang pertama, kedua, ketiga kalinya, keempat kalinya, bahkan akan terus datang
kembali”.Karena kepuasan dari konsumenlah yang paling utama, jika konsumen puas maka
mereka akan datang kembali. Dan dari profit yang awalnya sedikit, jika konsumen terus
memesan, membeli secara terus menerus maka profit akan semakin bertambah.
***

33
Disusun Oleh : Nur Fajrina Putriaji
Manajemen

“Jadi Pengusaha atau Jadi Budak Pengusaha Selamanya?”

Semua orang bisa berwirausaha. Tidak mengenal usia, pendidikan, bahkan status
sosial. Asal ada kemauan dan niat, usaha itu pasti bisa dilaksanakan. Bahkan modal yang
hanya pas-pasan juga bisa mewujudkan kita menjadi seorang wirausahawan. Ide-ide kreatif
akan produk atau jasa menjadi salah satu penunjang dalam mendirikan sebuah usaha.
Dan usaha saya adalah menjual asesoris dari kain flannel. Di sini saya bukan
menjajakan hasil karya orang lain, melainkan menjual hasil karya saya sendiri. Menjual hasil
karya sendiri memang repot. Kita harus memproduksi dahulu produk yang akan kita jual.
Tetapi dengan memproduksi sendiri (tanpa perantara) produk yang akan kita jual, ada rasa
puas tersendiri yang muncul. Terlebih saya juga harus memasarkan sendiri produk saya.
Awalnya saya menawarkan ke teman-teman sekelas. Lalu kemudian dari mulut ke mulut.
Bahkan kala itu saya terkenal sebagai penjual asesoris dan banyak pula teman-teman sekolah
yang memesan produk saya.
Tidak hanya itu saat ini saya juga sedang merintis usaha berjualan kroket. Kroket
adalah makanan yang terbuat dari kentang dan diisi oleh bermacam-macam bahan. Tapi kali
ini kroket yang saya buat berisi bahan daging giling dan sayuran. Cikal bakal dari bisnis ini
sebenarnya karena saya yang memang doyan makan. Kebetulan budhe saya pintar memasak.
Dan beliau sering sekali membuat makanan-makanan seperti kroket ini. Karena saya
ketagihan kroket buatan budhe saya, saya pun penasaran bagaimana cara membuatnya.
Ternyata setelah mencoba beberapa kali kroket buatan saya tidak kalah dengan yang dibuat
oleh budhe saya. Bahkan ada yang bilang kroket buatan saya rasanya lebih enak. Saya pun
melihat peluang bisnis dari jajanan pasar ini.
Awalnya saya memang sedikit bingung. Dari menentukan harganya dan bagaimana cara
memasarkan produk saya ini. Saya harus pintar-pintar memilih bahan dan cara membuat
kudapan ini agar pas dengan harga yang saya tentukan. Apalagi melihat harga bahan-
bahannya yang dia atas rata-rata. Saya harus pintar menyeimbangkan rasa, bahan, dan
harganya.
Enam bulan yang lalu, tepatnya saat bulan Ramadhan, ada peluang untuk usaha saya
ini. Kebetulan teman saya yang bekerja di catering menawarkan menjualkan produk yang
saya buat. Walau beliau hanya menjanjikan khusus untuk bulan Ramadhan saja. Kebetulan
karena waktu itu saya baru saja mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja,
kesempatan itu langsung saya terima. Bermodalkan uang Rp 200.000 saya bisa menghasilkan
40 buah kroket. Saya memang tidak membuat banyak, karena pasaran yang akan membeli
produk saya hanyalah ibu-ibu di sekitar kantor tempat teman saya bekerja. Membuat kroket
sebenarnya tidak sulit, namun prosesnya yang panjang menghabiskan banyak waktu.
Ditambah lagi saya hanya memproduksi sendirian. Jadi sedikit sulit jika harus memproduksi
dalam porsi besar.
Setiap hari saya menyetor kroket ke teman saya itu. Hari pertama saya menyetor 40 buah.
Alhamdulillah habis terjual semua. Hari kedua, saya memproduksi sekitar 60 buah karena ada
kelebihan bahan. Tapi ternyata masih banyak sisa yang tidak terjual. Karena kroket termasuk
makanan basah alias bisa cepat basi, saya tak mungkin menjualnya lagi keesokan harinya.
Saya pernah mencoba memasukkan kroket yang sudah matang (digoreng) ke dalam kulkas,
dan besoknya saya panaskan lagi. Ternyata rasanya memang berbeda dan cenderung tidak
enak. Saya tidak mau mengambil resiko, jika kejadian itu juga dirasakan oleh konsumen.
Saya memang ingin mengunggulkan kualitas rasa dari pada keuntungan. Sebenarnya bisa saja

34
saya menjual kroket yang sudah tidak fresh. Pastinya saya akan mendapat untung yang lebih.
Tapi saya yakin kepercayaan konsumen adalah hal yang utama.
Hari ketiga, keempat, kelima saya menjual 40 buah. Lagi-lagi habis semuanya.
Karena saya adalah wirausahawan awam, tidak dipungkiri rasa ingin mendapat keuntungan
yang lebih banyak juga tersirat di pikiran saya. Hari berikutnya saya menambah pasokan
menjadi 60 lagi. Siapa tahu kali ini habis semua seperti hari-hari sebelumnya. Tapi ternyata
kenyataan berkata lain. Kali ini tidak semua terjual. Bahkan hari itu bisa dikatakan saya rugi
karena balik modal saja tidak.
Saya pun berusaha memutar otak. Bagaimana supaya produk saya bisa habis terjual.
Akhirnya saya memutuskan untuk menitipkan produk saya ke warung-warung. Karena pada
saat bulan Ramadhan banyak sekali yang menjual hidangan untuk buka puasa, maka saya pun
optimis bisa menumpang jualan di lapak mereka. Tapi ternyata dugaan saya salah. Produk
saya sudah banyak yang menjual. Saya tidak putus asa, akhirnya ada satu warung yang mau
menerima produk saya.
Akhirnya setiap hari selama bulan Ramadhan saya memproduksi kurang lebih 80 buah
kroket. 40 buah untuk disetor di tempat teman saya, 40 buah disetor ke warung satunya.
Alhamdulillah setiap hari laku semua. Walaupun hasilnya belum seberapa, tapi saya senang
karena baru pertama kali bisa menjual hasil buatan sendiri sebanyak itu.
Modal yang saya keluarkan per harinya adalah sekitar Rp 85.000 untuk 40 buah, jadi
per buahnya saya jual ke distributor sebesar Rp 2.375 dan dijual ke konsumen sebesar Rp
2.500 supaya mereka bisa mengambil keuntungan sebesar Rp 125. Saya sendiri mengambil
keuntungan sebesar Rp 250. Untuk omzetnya per hari saya bisa mendapatkan Rp 170.000
dengan keuntungan bersih Rp 20.000 per hari.
Angka yang cukup kecil memang. Saya sadar kendala saya waktu itu sampai sekarang adalah
kekurangan tenaga. Kalau saya bisa memproduksi lebih banyak lagi dan bisa memasarkannya
dengan pasar yang lebih luas, saya yakin omzet yang saya dapat bisa lebih dari itu. Tidak
hanya menjual di lapak orang saya juga pernah mendapat pesanan untuk buka puasa bersama.
Waktu itu omzetnya bisa lumayan karena pesanan yang saya dapat juga melebihi produksi
saya sehari-hari.
Berakhirnya bulan Ramadhan pun menyulitkan usaha saya ini karena lapak tempat teman
saya berjualan harus ditutup. Harus ditutup karena memang mereka hanya membuka lapak
makanan pada saat bulan Ramadhan saja. Saya pun kini hanya menyetor di satu tempat saja.
Akhirnya saya memutuskan untuk menambahkan produk lain. Pilihan saya jatuh pada
produk tahu daun singkong. Untuk produk kali ini proses pembuatannya cukup simple dan
harganya pun juga lebih murah. Saya optimis produk saya kali ini mampu menembus
pasaran.
Bahan-bahan yang digunakan hanya tahu, daun singkong, dan telur sebagai pelapis. Produk
ini bisa tercipta awalnya karena dihidangkan pada saat arisan di rumah. Dan produk ini
banyak diminati dari pada kudapan yang lainnya. Karena itu saya pun langsung memutuskan
untuk menjual produk ini.
Dengan modal awal Rp 150.000 saya bisa menghasilkan 100 buah tahu dengan omset
Rp 180.000 per hari. Saya tidak hanya menyetorkan ke satu tempat melainkan hingga 3
tempat. Sekali lagi kendala yang saya dapati lagi-lagi urusan produksi. Karena sampai
sekarang saya juga masih bekerja sehingga saya harus membagi waktu untuk bekerja,
memproduksi dan juga kuliah.
Strategi pemasaran yang saya terapkan masih cukup sederhana. Hanya menyetor ke
warung-warung dan dari mulut ke mulut. Bisnis saya ini memang masih kecil dan bisnis ini
bagaikan jamur yang tumbuh di mana-mana alias sudah merebak. Bahkan banyak para
pebisnis yang memiliki omset lebih besar, atau beraneka macam makanan lainnya, dan juga

35
rasa yang lebih unggul dari pada produk saya. Rasa pesimis itu ada. Walau sebenarnya
kendala saya bukan hanya soal pemasaran tapi juga dari sisi produksi.
Saat ini saya masih bekerja di sebuah perusahaan swasta. Perusahaan tempat saya
bekerja bergerak di bidang penerbitan buku. Secara garis besar perusahaan saya juga masih
mengembangkan cara memasarkan buku-buku yang sudah tercetak. Dan saya pun juga ambil
bagian dalam proses pemasaran itu. Saya lalu berpikir saya sendiri saja harus memikirkan
bagaimana mempromosikan produk yang saya jual, tapi kenapa saya harus lebih
mementingkan pemasaran di kantor saya. Seperti yang teman saya katakan, “Kenapa kita
harus membuat profit untuk usaha orang lain sedangkan kita pun berpeluang untuk
menguntungkan usaha kita sendiri”. Ada benarnya perkataan teman saya itu. Saya pun
berpikir untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang dan memulai usaha baru yang dapat
menghasilkan keuntungan.
Tetapi sebelum memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya, tentunya saya harus
memantapkan usaha baru yang akan saya buat ini. Saya harus menyusun rencana bagaimana
menjalankan usaha ini dan mengapa saya harus membuka usaha ini. Saya berencana untuk
membuka usaha foto copy. Seperti yang saya lihat bisnis ini sepertinya cukup menjanjikan.
Apalagi semakin banyaknya mahasiswa yang berkuliah di Jogja menjadikan usaha foto copy
menjadi primadona di kalangan mahasiswa. Saya sendiri yang seorang mahasiswa menyadari
benar akan pentingnya usaha jasa satu ini.
Sebenarnya peluang ini saya ambil dengan melihat kondisi yang ada di kampus kita
ini. Di sekitar kampus Mercu Buana II tidak ada usaha foto copy yang berdiri. Padahal saya
pribadi sering mencari keberadaan usaha ini. Sehingga jika saya memerlukannya, terpaksa
saya harus rela mendatangi foto copy di ujung jalan yang jaraknya lumayan. Saya melihat
peluang, jika saya membuka usaha foto copy di sekitar kampus Mercu Buana II pasti akan
laris manis karena kebutuhannya yang tinggi.
Saya pun mencari-cari lokasi usaha yang cocok. Dan ternyata teman saya sendiri
mempunyai rumah yang dikontrak di sekitar kampus Mercu Buana II kurang lebih berjarak
300 meter. Saat ini saya sedang bernegosiasi apakah saya bisa mengontrak rumah teman saya
itu untuk dijadikan tempat usaha. Memang pertimbangan saya ingin membuka usaha ini
karena melihat lokasi yang menjanjikan. Karena untuk urusan modal jujur saja belum
memungkinkan untuk mendirikan usaha dalam waktu dekat ini. Selain karena pertimbangan
lokasi, juga karena saya sendiri bisa mengoperasikan mesin foto copy. Itu yang semakin
membuat saya semangat untuk mendirikan usaha ini. Dengan keterampilan yang saya miliki
ini tentu saja meminimalisir pengeluaran untuk merekrut karyawan. Untuk awalnya mungkin
saya mampu sendiri tapi untuk kedepannya perekrutan karyawan akan dilakukan sesuai
kondisi yang terjadi nantinya.
Mungkin usaha ini masih menjadi wacana belaka. Tapi suatu saat jika Allah
mengizinkan usaha ini akan segera terealisasikan. Tergantung niat dan usaha yang saya
lakukan tentunya. Ditambah dengan dukungan dari keluarga dan semua pihak agar
terwujudnya cita-cita yang belum terwujud ini. Saya yakin suatu saat saya akan menjadi
seorang pengusaha dan bukan lagi sebagai budak pengusaha.
Apalagi dengan membuka usaha saya bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain yang
membutuhkan.
Yang terpenting adalah jangan takut bermimpi, karena dengan bermimpi kita bisa
menghadapi kenyataan. Dan juga jangan lupa berusaha, karena bermimpi tanpa berusaha
hanya seperti mimpi buruk semata. Dan yang paling penting adalah berdoa. Karena tanpa
doa, mau berusaha sekeras apapun, jika Allah tak menghendaki, semua akan menjadi sia-sia.

***

36
Disusun Oleh : Ernita Destianingrum
Manajemen

“Bisnis Kecil yang Akan Menuntunku ke Bisnis yang Lebih Besar”


Setelah menjalani bisnis merchandise “SEKOCI” Creative disini saya akan kembali
menceritakan usaha yang kedua saya, usaha ini hanya sebagai sampingan saya saja dan baru
mulai saya rintis bulan September tahun 2014 yang lalu dan usaha ini masih terbilang baru
karena baru saya jalani sekitar 5 bulan. Usaha ini hanya usaha kecil-kecilan saja yaitu
menjual pulsa tronik.
Berawal hanya sekedar keinginan saya dan sebagai usaha sampingan dikantor maka saya
mencoba membuka usaha ini karena dengan pengalaman saya yang tiap harinya bekerja
dikantor sering mendengar banyak keluhan karyawan-karyawan di tempat saya bekerja
kehabisan pulsa dan bingung untuk membelinya dan jika ingin keluar pergi membeli pulsa ke
counter pulsapun dirasa malas karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan.
Alasan pertama itulah yang membuat saya merintis usaha pulsa tronik ini karena saya hanya
sekedar membantu teman-teman kantor agar dengan cepat dapat memperoleh pulsa tanpa
membebani mereka yang harus keluar kantor untuk pergi ke counter pulsa. Selain alasan itu
ada beberapa alasan yang lain karena selain bisnis pulsa ini mudah, praktis, dan bisa
menambahkan penghasilan atau sekedar untuk uang jajan dan uang bensin dari berbagai
alasan-alasan tersebut itulah menjadikan saya semakin berniat untuk membuka usaha pulsa
tronik ini.
Tak dapat dipungkiri memang kebutuhan masyarakat akan pulsa sampai sekarang masih
sangat tinggi. Bahkan bisa dibilang bahwa kini pulsa sudah menjadi kebutuhan pokok
masyarakat sekitar. Dengan adanya peristiwa ini saya meyakini bahwa bisnis pulsa ini adalah
bisnis yang menjanjikan
Awal mula untuk memulai bisnis ini saya mencari dan membanding-bandingkan
harga dari agen-agen pulsa yang berada di sekitar daerah Yogyakarta. Mencari tahu agen
pulsa manakah yang menjual pulsa dengan harga yang terjangkau, pelayanan pulsa cepat,
tempat nyaman dan bersih, dan yang paling penting jarang trouble atau eror. Setelah
membanding-bandingkan dan direkomendasikan oleh salah satu seorang teman saya bahwa
didaerah Ngampilan, Yogyakarta itulah yang teman saya gunakan sebagai agen pulsanya
karena kebetulan teman saya ini juga menjual pulsa dan akhirnya saya datangi agen pulsa
yang dimaksud tersebut dan setelah saya mendatangi tempat tersebut saya langsung
mendaftarkan menjadi anggota/ member disitu setelah membaca brosur yang dirasa cukup
menarik dan menguntungkan juga.
Saya memilih agen pulsa di daerah Ngampilan, Yogyakarta ini bukan karena harga yang
dijual murah bisa dibilang harga disini standar dari agen-agen pulsa yang lain tetapi alasan
saya pilih agen ini karena pelayanan cepat dan ramah jika ada kendala trouble atau eror
dengan cepat ditindak lanjuti, banyak promo yang ditawarkan, pendaftaran menjadi agenpun
juga gratis tidak dipungut biaya sepersenpun, reply sms transaksi dan reply sms komplain
tidak memotong saldo deposit pulsa atau gratis, sistem refund yang Auto-reverse. Terkadang
gangguan operator Provider menimbulkan masalah teknis yakni kegagalan pengisian pulsa.
Tak perlu khawatir, saldo deposit akan di-refund atau dikembalikan secara otomatis oleh
sistem server dengan segera, jika sudah menjadi agen kita dapat mendaftarkan sendiri calon
agen yang baru, kita bisa mendapatkan komisi dari setiap transaksi dari agen baru yang kita

37
daftarkan jadi semakin banyak agen yang didaftarkan semakin banyak komisi yang kita
dapatkan sistem yang diterapkan ini bukan seperti MLM karena disini tidak diwajibkan agen
untuk memenuhi target penjualan, tidak mewajibkan perekrutan member baru jadi terserah
kita sendiri jika tidak ada perekrutan juga tidak masalah, karena sistem marketing di agen
pulsa ini hanya mendaftarkan agen sebanyak-banyaknya sehingga dapat mengoptimalkan
penghasilan agen itu sendiri dari komisi transaksi, dan selain berbagai keuntungan yang
ditawarkan oleh agen tersebut tempat yang nyaman dan bersih menambahkan point plus
tersendiri untuk saya dan menjadikan saya memilih agen pulsa ini untuk langganan saya
untuk mendepositkan pulsa sampai dengan saat ini.
Memulai bisnis pulsa ini pertama kali saya mendepositkan pulsa sebesar Rp 500.000
yang saya peroleh dari uang tabungan saya sendiri dan dari penjualan pulsa dengan deposit
Rp 500.00 tersebut saya bisa mendapatkan untung sekitar Rp 22.000. Keuntungan tersebut
cukup untuk menambah uang jajan saya, dan semakin hari saya berjualan pulsa ini saya
sudah dapat menambahkan deposit pulsa dan sampai saat ini saya sudah bisa menambahkan
deposit saya sekitar Rp 800.000 dan saya bisa mendapatkan untung kira-kira sekitar Rp
33.000.
Bisnis pulsa ini bisa dibilang berjalan dengan mulus dan saya hitung untuk transaksi dari
menjual pulsa yang saya lakukan ini rata-rata setiap harinya bisa bertransaksi mengirimkan
pulsa kira-kira ke 10 nomor paling sedikit, pernah juga dalam sehari saya bertransaksi
mengirimkan pulsa ke 20 an nomor. Keuntungan yang saya peroleh dari hasil berjualan pulsa
yang saya dapat saya hitung bukan setiap bulannya tapi sekali deposit jadi jika saya
mendepositkan pulsa dengan Rp 500.000 saya bisa mendapatkan keuntungan dengan kira-
kira Rp 22.000 begitu seterusnya, jadi keuntungan saya hitung berdasarkan pendepositan saya
kembali.
Keuntungan yang saya dapat juga dipengaruhi berdasarkan perdana apa yang pembeli
gunakan karena setiap perdana memiliki harga yang berbeda dan memiliki keuntungan yang
berbeda pula jadi setiap pendepositan saya memiliki keuntungan yang berbeda-beda dan
semakin sedikit nominal pulsa yang konsumen beli semakin saya mendapatkan untung yang
lumayan dan saya juga tidak begitu sering untuk mendepostikan pulsa kembali karena saldo
hanya berkurang sedikit-sedikit. Jika saya hitung keuntungan saya dari bulan September 2014
sampai dengan Januari 2015 yang baru berjalan 5 bulan ini saya sudah mendapatkan total
keuntungan yang kira-kira mencapai Rp 600.000 lumayan cukup untuk menambah uang
tabungan saya.
Perhitungan keuntungan saya sejauh ini bila digambarkan dalam diagram bisa
dikatakan naik dan turun keuntungan tersebut tergantung deposit pulsa yang saya lakukan
karena dengan begitu saya mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda pula berikut saya
rincikan hasil keuntungan saya dari bulan September 2014 hingga Januari 2015 :
1. Bulan September 2014 : Rp 85.000
2. Bulan Oktober 2014 : Rp 163.500
3. Bulan November 2014 : Rp 98.200
4. Bulan Desember 2014 : Rp 169.200
5. Bulan Januari 2015 : Rp 121.300
Keuntungan bulan Januari 2015 ini belum sepenuhnya saya hitung karena belum semua
masuk dalam buku laporan keuangan saya perhitungan hanya saya lakukan sampai tanggal 20
Januari 2015.

38
Target pemasaran pulsa tronik ini saya targetkan secara umum terutama memang saya
khususkan untuk teman-teman dikantor karena memang awalnya alasan saya merintis bisnis
ini karena membantu teman-teman kantor yang kehabisan pulsa tanpa meninggalkan diri dari
pekerjaan kantor, tetapi kini bisnis saya makin berkembang juga setelah teman-teman
kampuspun juga mulai ikut serta menjadi langganan saya, walaupun dengan laba yang tidak
seberapa tapi saya menekuni bisnis ini karena saya berpikir ditengah perkembangan modern
ini pasti semua kalangan mempunyai handphone dan pasti akan membutuhkan pulsa untuk
berkomunikasi.
Usaha pulsa ini terbilang tidak cukup memperlukan cara promosi yang melelahkan
karena dengan seseorang yang membeli pulsa kepada saya maka orang tersebut akan datang
kembali dikemudian hari untuk membeli pulsa kembali dan pasti dengan sendirinya teman-
teman yang lain ikut serta membeli di tempat saya, selain itu dengan cara SMS ke saya saja
sudah bisa saya kirimkan pulsa ke nomor yang ditujukan.
Keunggulan yang saya terapkan dalam bidang usaha pulsa tronik ini selain pelayanan yang
cepat, bisa sistem downline jika ingin menambah penghasilan yang berlebih dengan sistem
merekrut member baru tetapi disini tidak diwajibkan juga, pulsa tronik saya bisa dihutangi
dan bisa membayar keesokan harinya atau melalui via transfer, cukup dengan mengirimkan
SMS saja nominal pulsa yang diinginkan bisa langsung cepat pulsa itu sampai ke nomor yang
diinginkan mungkin keunggulan yang paling saya utamakan disini pelayanan cepat karena
mengingat jika pulsa habis itu sangat dibutuhkan apabila memang yang membutuhkan pulsa
itu dalam keadaan yang mendesak dan benar-benar membutuhkan pulsa.
Beberapa strategi pemasaran untuk menunjang bisnis pulsa elektrik samapi sekarang
ini adalah saya sebagai berikut :
1. Jangan ada pemaksaan ketika menawarkan pulsa pada seseorang.
Disini saya terapkan begitu karena saya berjualan pulsa tidak ada pemaksaan yang
mengharuskan pembeli membeli pulsa elektik ditempat saya, cara berpromosipun
saya tidak berlebihan mungkin cara ini membuat konsumen menjadi lebih tertarik
karena jika ada pemaksaan efeknya adalah kesan buruk pada saya sendiri.
2. Memberikan fasilitas.
Memberikan fasilitas disini sebagai contoh saya memberikan masa tenggang waktu
bagi pembeli pulsa untuk pembayaran/ hutang terlebih dahulu.
3. Mengutamakan Pelanggan
Saya mengusahakan melayani permintaan pulsa dimanapun dan kapanpun yang saya
usahakan bisa efektif misalkan melalui chating, sms, atau melalui telepon karena
dengan begitu sangat membantu para pembeli mendapatkan pulsa dengan praktis dan
mudah.
4. Harga Terjangkau
Saya bisa memberikan harga yang lebih murah daripada counter tetapi tentunya saya
jangan sampai merugi, cara ini membuat para pelanggan tidak membeli ditempat lain
karena harga yang saya tawarkan lebih murah dari counter tentunya pelanggan saya
menjadikan saya langganan.
Kendala dalam menjalani bisnis pulsa ini terkadang pembayaran pembelian pulsa ini
lama atau hutang kepada saya tapi tidak segera dibayarkan kepada saya, apalagi saya tipe
orang yang tidak tegaan dan tidak berani untuk menagih jika ada yang belum membayar

39
pulsa mengakibatkan kadang saya harus menggunakan uang saya pribadi dahulu untuk
mendepositkan pulsa kembali agar bisa berjualan pulsa kembali.
Memang seharusnya saya bisa lebih tegas untuk menagih pembeli yang mempunyai
tanggungan hutang yang menumpuk tetapi terkadang saya tidak bisa tegas dan
membiarkannya begitu saja tetapi saat ini saya harus bisa tegas karena bisa merugikan saya
sendiri dengan sikap membiarkan pelanggan yang seperti itu dan menjadikan penghambat
untuk mendepositkan pulsa kembali.
Tak lupa demi melancarkan bisnis usaha pulsa tronik ini saya rajin membuat
pembukuan/laporan keuangan setiap harinya mencatat siapa saja yang membeli pulsa dengan
nominal berapa, keuntungan beserta sisa saldo yang tersisa untuk menghitung jumlah
keuntungan yang saya dapat ditiap transaksi pendepositan yang saya perkirakan kira-kira laba
yang saya dapat di transaksi deposit ini rata-rata mencapai Rp 20.000 tergantung berapa
banyaknya saya mendepositkan pulsa.
Dalam usaha pulsa ini kedepannya saya memang berniat untuk mengembangkan lagi
menjadi sebuah counter pulsa yang saya dirikan sendiri dan mempunyai lahan untuk
menjalani bisnis pulsa tersebut. Saya mempunyai mimpi untuk membuka toko counter pulsa
yang strategis yang dengan cepat dapat mengirimkan pulsa dan dapat dijangkau orang-orang
dengan mudah selain itu menjual pulsa dengan harga terjangkau dari counter yang lain dan
tidak hanya itu saja impian saya bukan hanya sekedar menjual pulsa saja tetapi accesories
handphone lainnya seperti casing, cash handphone, gantungan handphone dan lain-lain,
ditambah lagi membuka jasa service untuk handphone seperti itulah keinginan saya untuk
mengembangkan bisnis pulsa ini. Tapi sampai saat ini bisnis ini hanya sebagai sampingan
saya saja diwaktu bekerja maupun kuliah belum ada kemajuan yang signifikan untuk
kedepannya karena mengingat waktu sayapun juga masih terbagi menjadi dua dengan
menjadi karyawan dan sebagai mahasiswi.
Tetapi sampai saat ini demi melancarkan bisnis pulsa tersebut sembari saya menjalankannya
sambil bekerja dan kuliah saya menyisihkan uang hasil kerja, laba yang saya dapat dari
keuntungan membuka usaha ini dan uang tabungan untuk dapat mewujudkan mimpi saya
tersebut walaupun saya rasa persaingan penjualan pulsa di counter pulsa semakin merajalela
tetapi saya yakin dengan usaha dan keyakinan saya untuk membuka usaha ini dapat berjalan
dengan baik apabila mampu kita olah dengan baik pula, persaingan dalam bisnis memang hal
yang wajar tetapi jika kita yakin untuk membuka usaha ini dengan sunguh-sungguh pasti
akan ada jalannya dan rejeki sudah diatur oleh Tuhan jadi kita tidak perlu khawatir untuk
persaingan di dunia bisnis yang kini semakin banyak.
Demikian cerita usaha bisnis pulsa elektrik sampingan saya semoga mimpi saya untuk
menjadikan usaha yang lebih besar seperti mempunyai counter pulsa sendiri bisa terwujud
walaupun saat ini memang hanya sebagai usaha yang kecil-kecilan atau usaha sampingan
saya tetapi saya juga ingin usaha ini mempunyai dampak yang lebih besar nantinya, tentunya
dengan proses yang tidak mudah pula untuk menuju jalan kesuksesan dengan terus berusaha
menjadikan rencana kedepan itu menjadi nyata.
***

40
Disusun Oleh : Ririn Dwiningsih
Manajemen
“Penjualan Pulsa All Operator
Vian Cell”
Bergelut di bidang usaha memang penting dan merupakan suatu tantangan yang perlu
untuk di coba karena akan membawa diri menjadi lebih mandiri dan tentunya berusaha untuk
mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri sesorang serta menambah pengalaman.
Saat itu saya memang sempat tertarik untuk melakukan usaha kecil. Usaha kecil yang saya
lakukan adalah membuat pudding ubi ungu. Saya terinspirasi terhadap jajanan tersebut karena
saya sendiri menyukai ubi ungu dan ubi ungu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yakni
sebagai sumber karbohidrat dan memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi sebagai
penangkal radikal bebas serta memiliki warna alami yang cantik ketika sudah diolah menjadi
makanan sehingga tidak memerlukan bahan pewarna tambahan.
Pada awalnya saya melakukan usaha pudding ungu, saat itu saya memang sedang
bekerja, namun tidak mengurangi semangat saya untuk melakukan usaha tersebut. Modal
yang saya gunakan untuk membuat usaha pudding ungu tersebut dari hasil saya bekerja yang
saya sisihkan sebagian untuk modal. Dari hasil olahan ubi ungu tersebut menjadi pudding
kemudian saya menjualnya. Sistem penjualan yang saya lakukan pada waktu itu adalah saya
menitipkan ke warung-warung, kantin-kantin kampus serta ke teman-teman kost, karena saat
itu saya harus membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Biasanya pagi-pagi sekali saya
bangun untuk membuat pudding ubi ungu, kemudian ketika mau berangkat kerja saya bawa
sebagian untuk saya titipkan ke warung, pulang kerja biasanya saya gunakan untuk
berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pudding ubi ungu dan bila tidak
sempat biasanya malam setelah pulang dari kuliah, dan memang bahannya mudah ditemukan
di pasar-pasar tradisonal. Saat berangkat kuliah pun saya bawa untuk saya titipkan ke kantin
kampus, dan saya ambil ketika pulang kuliah, untung yang saya dapatkan cukup lumayan
namun terkadang juga tidak selalu habis terjual.
Seiring berakhirnya perkuliahan kewirausahaan satu berakhir pula usaha kecil
pudding ubi ungu, hal ini bukan dikarenakan saya tidak mau menjalankan atau melanjutkan
usaha tersebut. Namun, karena adanya beberapa kendala seperti keterbatasan tempat dan juga
peralatan, karena waktu itu peralatan utama yang saya gunakan untuk mengolah pudding ubi
ungu saya menggunakan peralatan milik teman satu kamar di kost, dan saat itu teman satu
kamar tersebut harus meninggalkan kost-kostan karena sudah lulus kuliah, dan dia yang
biasanya membantu menjual di kampusnya saat itu sudah tidak bisa lagi, selain itu juga salah
satu warung yang cukup ramai dengan pengunjungnya pindah tempat tanpa ada
pemberitahuan.
Memasuki semester ganjil tahun ini saya memutuskan untuk berhenti dari tempat
kerja sebelumnya, dan saat ini usaha kecil yang saya lakukan adalah menyediakan atau
menjual pulsa, karena saya melihat peluang usaha ini cukup strategis karena di kost-kostan
teman-teman pasti membutuhkan pulsa dan teman kost lumayan banyak serta belum ada yang
melakukan usaha ini di antara teman-teman kost. Saya berusaha melakukan pelayanan yang
terbaik dan juga cepat bagi teman-teman dengan melayani pembelian pulsa 24 jam kapanpun
dan dimanapun teman-teman membutuhkan pulsa sehingga mereka tidak perlu keluar ke
counter untuk membeli pulsa dan ketika kondisi mendesak dan benar-benar membutuhkan
saya selalu siap melayani pengisian pulsa serta berusaha sebisa mungkin untuk tidak

41
mengecewakan teman-teman karena apabila salah satu teman atau konsumen ada yang
kecewa akan berdampak kurang baik terhadap jalannya usaha tersebut. Usaha sekecil apapun
yang kita lakukan serta seberapaun hasil yang kita dapatkan harus tetap disyukuri karena
semakin banyak bersyukur maka Allah akan senantiasa menambah nikmatNya. Meskipun
saat ini saya hanya melakukan usaha menjual pulsa dimana memang saat ini counter-counter
pulsa sudah menjamur, banyaknya penjual pulsa secara perorangan dan profit yang di ambil
pun bersaing dan hanya bisa sedikit mengambil keuntungan, namun tidak mengurangi
semangat saya untuk melakukan usaha tersebut. Persaingan yang ketat ini lah yang
menjadikan tantangan ketika melakukan usaha, bagaimana kita bisa mengelola usaha tersebut
dan mendapatkan konsumen serta pelanggan yang tetap mempercayakan kepada kita, serta
menjadikan pelajaran bagi kita bahwa untuk mendapatkan sesuatu memang membutuhkan
perjuangan, kerja keras dan tentunya kesabaran.
Setiap melakukan usaha tidak terlepas dari yang namanya kendala, meskipun usaha
yang saya lakukan hanya menjual pulsa namun tetap ada kendala, berhutang menjadi kendala
utama karena terkadang menghambat dalam melakukan deposit isi ulang pulsa, karena
semakin banyak yang berhutang saldo pulsa akan semakin berkurang sedangkan saya harus
tetap menyediakan pulsa bagi teman-teman, jika harus menunggu teman-teman membayarkan
utangnya akan menunda proses transaksi pulsa ke teman-teman yang lain, untuk itu ketika
kondisinya mendesak saya menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari dulu, dan jika
teman-teman sudah membayar utangnya maka saya kembalikan uang yang saya guanakan
tersebut, sehingga dengan demikian tidak pernah terjadi kehabisaan saldo ketika teman-teman
membeli pulsa. Selain itu promosi dari mulut ke mulut pun dilakukan oleh teman-teman kost
ke teman-teman kampusnya meskipun tanpa saya memintanya sehingga semakin
memperlancar usaha penjualan pulsa ini.
Awal saya melakukan usaha ini setelah lebaran idul fitri tahun ini, saat itu saya
mendapat uang saku dari orangtua, dan saya terfikirkan uang itu akan saya gunakan untuk
melakukan usaha penjualan pulsa karena melihat peluang di tempat kostan belum ada yang
melakukan usaha ini. Disamping itu, saya juga sempat mencoba usaha sampingan lain, saya
sempat melakukan usaha bersama dengan teman saya, dibidang yang memang saya belum
pernah melakukan itu dan belum memiliki pengalaman dalam usaha tersebut, yakni usaha
membuat brownies dengan konsep brownies sayur, karena adanya kendala dalam
mempromosikan dan menjual brownies tersebut selain itu juga membutuhkan modal yang
cukup besar serta hasil dari brownies tersebut masih kurang baik dibanding dengan brownies-
brownies yang banyak beredar, hingga akhirnya usaha tersebut tidak berjalan dan saat ini
saya masih fokus di usaha penjualan pulsa dan saya berharap akan terus menambah
konsumen dan usaha kecil ini bisa berkembang.
Melanjutkan cerita tentang usaha yang sama yakni berjualan pulsa, bertambah hari,
bertambah bulan saya sangat bersyukur karena usaha ini terus berjalan meskipun hambatan-
hambatan terkadang terjadi tapi itulah yang harus dihadapi. Dari penjualan pulsa ini
meskipun keuntungan yang didapat tidak terlalu banyak namun jika konsumen maupun
pelanggan yang dimiliki banyak maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha ini dan
tentunya sangat berpengaruh terhadap profit yang diterima. Penjualan pulsa yang saya
lakukan semakin hari pun semakin banyak yang membeli hal ini dikarenakan teman-teman
kost yang merekomendasikan kepada teman-temannya, dan pembayarannya dilakukan
dengan menitipkan kepadanya, sehingga hal ini membuat usaha saya semakin berkembang.
Perkembangan usaha saya bisa terlihat bahwa dengan modal awal saya sebesar Rp
100.000 kini saya bisa terus meningkatkan deposit pulsa sebesar Rp 300.000 biasanya saya

42
lakukan setiap minggu. Dan itu yang menjadi modal belum termasuk profit, karena profit
yang saya peroleh biasanya saya perhitungkan saat teman-teman yang berhutang pulsa dan
belum membayarnya itu yang menajdi profit saya, yang terpenting dari usaha penjualan pulsa
ini, saya bisa terus meningkatkan penjualan pulsa kepada teman-teman dan saya selalu siap
melayani 24 jam sehingga pelayanan tetap berjalan meskipun pembayaran terkadang
terlambat.
Dalam melakukan usaha penjualan pulsa ini saya banyak belajar bahwa dalam
melakukan usaha memang sangat lah penting memperhatikan konsumen, kita harus pintar
mencari teman atau kenalan sebanyak-banyaknya dengan demikian kita bisa mendapatkan
konsumen dan meningkatkan pelayanan, yang terpenting jangan sampai dengan usaha itu
kita memberikan kekecewaan. Jika kita memberikan kepuasan maka secara tidak langsung
konsumen akan merekomendasikan teman-temannya untuk datang dan membeli pulsa ke
kita. Kembali ke usaha penjualan pulsa, dengan berjualan pulsa setidaknya saya memiliki
usaha sampingan yang tidak mengganggu aktivitas-aktivitas yang lain, karena konsumennya
pun tidak harus datang ke tempat saya namun bisa melalui pesan singkat atau sms kemudian
nanti saya akan mentransfernya. Pembayaran tidak harus secara langsung jadi bisa dilakukan
kapan saja atau pada saat bertemu, karena berbeda dengan counter-counter yang ada dimana
kita beli pulsa maka langsung dibayar di tempat. Disinilah letak perbedaannya dengan
memberikan kemudahan bagi konsumen dan bagi penjual pulsa profit yang di dapat pun
berbeda-beda dari setiap operator karena pematokan harga tiap kartu memang berbeda
meskipun perbedaan itu tidak terlalu jauh.
Persaingan di kota besar memang cukup ketat karena di kota Jogja khususnya
penjualan pulsa termasuk masih murah karena di kota-kota kecil penjualan pulsa jauh lebih
mahal dibandingakan dengan dikota-kota besar misalnya saja untuk pulsa Rp 5.000 di Jogja
harganya masih Rp 6.000, namun jika sudah keluar jogja pulsa Rp 5.000 bisa dihargai Rp
7.000, penetapan harga tersebut dikarenakan penjualan pulsa yang tidak terlalu banyak
beredar dikota-kota kecil atau desa dan bahkan terkadang counter yang ada pun jauh dari
rumah mereka, sehingga dari sinilah sebenarnya menjadi peluang bagi yang mau melakukan
usaha penjualan pulsa.
Dalam penjualan pulsa ini pun sama meskipun hanya usaha kecil kendala pun selalu ada
terutama yang berhubungan dengan pembayarannya dikarenakan penjualan pulsa secara
individu memberikan kebebasan dalam melakukan pembayaran sehingga inilah yang menjadi
kelemahan dalam melakukan usaha penjualan pulsa secara pribadi, dan hal ini mayoritas
dilakukan oleh kalangana mahasiswa mereka lebih senang berhutang dan pembayarannya
tidak tentu, dan terkadang ada pula yang melupakan utangnya dan tidak dibayar. Hal ini lah
yang menghambat usaha kecil ini dan yang terpenting adalah jangan takut akan kegagalan
karena dengan kegagalan tersebut akan menjadi awal kesuksesan dan terus berinovasi serta
jangan sampai membuat konsumen lari atau kecewa dengan pelayanan yang diberikan dan
tetap menjaga kepercayaan konsumen. Dengan demikian semakin bertambah semangat saya
untuk meneruskan perjuangan beliau sebagai seorang pengusaha.
Banyak pengalaman yang tak terlupakan dan banyak pelajaran yang saya dapatkan bahwa
berwirusaha itu menyenangkan namun juga banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga
harus ditanamkan dalam diri semangat yang tinggi dan terus berjuang tetap optimis untuk
terus membawa manfaat bagi orang lain.
***

43
Disusun Oleh : RiskaMardinawan
Teknik Informatika

“Kisah Pendekku”
Di kewirausahaan ini saya akan berbagi cerita tentang kegiatan apa saja yang selama
ini sudah dilakukan untuk meringankan beban orang tua dan mewujudkan mimpi saya
menjadi orang yang berguna bagi siapa saja dan yang terpenting tidak menjadi sampah
masyarakat.
Awal mula sebelum masuk kampus Universitas Mercubuana Yogyakarta, saya sekolah di
SMK Muahammadiyah 1 Moyudan, di SMK bisnis yang pertama kali saya lakukan adalah
berjualan pulsa, untungnya pun tak seberapa setidaknya bisa menambah uang jajan, dan pada
masa SMK saya juga sering membantu ibu, setiap hari membantu berbelanja di pasar
gamping setelah sholat subuh, dan jika sudah selesai pulang dan langsung mandi seterusnya
berangkat sekolah. Itu yang saya lakukan hampir setiap hari. Setelah lulus dari SMK
Muhammadiyah 1 Moyudan, kebetulan kakak saya menawarkan pekerjaan ditempat temanya
disebuah tempat makan yang masih baru dibuka, dengan syarat-syarat yang cukup mudah .
Seingat saya syarat-syaratnya hanya fotocopy ktp, fotocopy ijazah dan tentunya surat lamaran
serta CV dan seminggu kemudian diterima di rumah makan tersebut, setiap hari berangkat
pukul 08.00 WIB pulang pukul 16.00 WIB belum lagi jika lembur bisa sampai pukul 21.00
WIB atau pukul 22.00 WIB tergantung banyaknya konsumen/pembeli. Pernah ada peristiwa
yang tidak bisa terlupakan, dihari Senin banyak pembelinya dan saya bertugas sebagai
pemasak didapur saya tidak sengaja memecahkan piring dan atasan saya marah besar, itu
kejadian yang tidak pernah terlupakan dan pasti saya selalu ingat kecerobohan itu.
Setelah 2 bulan bekerja di resto dan merasa sudah tidak nyaman lagi karena kecapekan saya
putuskan untuk keluar dan menjadi pengangguran, selama nganggur dirumah hanya
membantu ibu selama 2 minggu dan alhamdulilah mendapat pekerjaan sebagai penjaga
warnet di Salam Net, tepatnya di jalan wates didaerah kalibayem. Pemiliknya bernama Pak
Jarot, pertama kali datang ke kediaman beliau bertanya kepada saya tentang bagaimana saya
mengetahui jika warnet tersebut ada lowongan pekerjaan. Saya mengetahuinya dari bertanya
dan membaca tentang lowongan pekerjaan dari Koran tribun jogja dan alhamdulilah 3 hari
setelah interview says diberi kabar oleh Pak Jarot.
Diwarnet itu saya diajarkan berbagai cara untuk mengendalikan system, diberitahu
letak Wc, Mushola, alat jika sewaktu-waktu listrik mati, catatan pendapatan tanggal, serta
pendapatan warnet. Hari pertama bekerja biasa saja dan terkesan membosankan saat pagi hari
karena tidak ada pelanggan sama sekali pada saat siang hari barulah ada beberapa pelanggan
warnet berdatangan dan kebanyakan anak kecil dari SD sampai kuliah. Di warnet jam
kerjanya lebih pagi pukul 07.00-16.00 WIB dan jika menambah jam sampai pukul 22.00 WIB
saya akan mendapat bonus
Begitulah kisahku bekerja di perusahaan suasta dari pengalaman yang indah enak
bagus hingga pengalaman buruk ku terima agar menjadi pribadi yang lebih baik di masa
mendatang, itu Cuma sebagian cita-cita yang sudah terwujud, lanjut cerita masuk kampus
Universitas mercubuana Yogyakarta pada waktu itu masuk gelombang 3 dan mendaftar
dikampus 1 dibantu oleh teman om saya namanya pak Sagi yang bekerja dikampus 1 di
universitas mercubuana Yogyakarta setelah resmi masuk.

44
Beranjak ke semester 2 event pertama yaitu mengadakan Lomba web design se-Indonesia di
Kampus 2 Universitas mercubuana Yogyakarta. Web design merupakan lomba yang sudah
familiar dikalangan IT dimana cara mendesaign web secanggih dan sebagus mungkin, saat
mencari dana untuk kegiatan tersebut kami anak tenknik informatika sampai mengamen di
Alun-alun kota Yogyakarta tepatnya di Alun-alun Kidul dan di selatan Tugu Yogyakarta.
Selepas mengamen dan dipusingkan masalah dana selanjutnya mencari seponsor dan bekerja
bersama Sri Wahyuni, kami mengajukan proposal di bank BRI dan Indomaret. Di Bank BRI
yang beralamat dijalan Magelang kami berdua datang dan kami memberikan informasi
tentang web design, tentang cara periklanan produk di acara ini. Setelah itu kami bergegas ke
Indomaret pusat yang bertempat di Ringroad barat, sama seperti di Bank BRI, kami datang
kemudian menjelaskan periklanan. Setelah event web design selesai dan sudah ditentukan
pemenangnya saya kembali kekehidupan mahasiswa yang membosankan dengan banyak
tugas, kuliah, kuis, dll.
Di semester ini juga ada 1 kegiatan yang saya lakukan untuk menambah uang jajan
yaitu berjualan hp lawas /second serta menjadi Asisten dosen untuk kelas praktikum Aplikom
I, kegiatan berjualan Hp jadul/lawas itu kebanyakan merk Nokia yang bertipe 1202, 1208,
1280, 105, 107. Asal mula kegiatan ini, saat saya jaga warnet saya tidak sengaja membuka
web Tokobagus.com dan disitu banyak barang bekas dijual termasuk Hp, baju, kaos, dll,
tidak hanya barang bekas barang yang masih baru pun ada.
Saya menggunakan ID Mardinawan dan siapa saja dapat melihat barang-barang yang saya
jual dan kebetulan stok sekarang penuh sehingga bisa memesan Hp jadul yang sesuai
keinginan. Cara mendapatkan Hp lawas untuk dijual lagi caranya cukup mudah, hanya tulis
difacebook di grub atau halaman tentang bisnis “dicari hp lawas nokia bertype 1202, 1208,
1280, 105, 107, dll, harga siap jika barang Ok bisa hubungin 09655641144” begitulah cara
mendapatkan hp yang untuk stok barang di Olx.co.id yang dulunya Tokobagus.com.
Untuk keuntungan yang saya ambil Rp 50.000 per unit HP, tergantung juga dekat atau
tidaknya saat melakukan Cash on Delivery/ bertemu dengan pembeli Hp. Setiap hari biasanya
saya bertemuan dengan pembeli sampai 2 kali, bahkan jika sedang ramai bisa sampai 7 kali
tergantung permintaan dan stok hp. Banyak yang mencari hp lama karena sebagai cadangan
Android serta BB karena android susah jika untuk mengirim pesan singkat (SMS) atau
telefon.
Kegiatan ini saya lakukan hingga saat ini dan Alhamdulillah pelanggan saya juga puas
dengan Hp yang performanya bagus walaupun sudah second /lawas dan jika ditanya omset
penjualan hp ini, sangat cukup untuk kebutuhan perkuliahan saya. Selain berjualan Hp, saya
juga mengikuti kegiatan menjadi Asdos praktikum bersama 4 Sahabat saya dari Tenkik
informatika. Pada hari senin saya mengajar pukul 20.00-22.00 WIB, hari Selasa waktunya
juga sama seperti hari Senin yaitu pukul 20.00-22.00 WIB hingga hari Rabu.
Itulah impian saya untuk tidak menjadi sampah masyarakat yang sudah terwujud
hingga saat ini belum terfikir nanti mau jadi apa kelak, yang terpenting bagi saya pribadi
untuk tidak bergantung pada orang lain dan jangan malas untuk saat ini yang bisa dilakukan.
Jika mencoba jadi orang sukses sudah banyak orang yang sukses ingin menjadi orang
berguna untuk siapa saja itu bagi saya, saya sudah sangat senang. Karena prinsip hidup saya
menjadi orang bernilai bukan orang sukses, jika menjadi orang bernilai maka kesuksesan
akan dibelakangku.
***

45
Disusun oleh : Ni Luh Putu Rian Sumariska
Manajemen
“Pie Susu”
Sebelumnya saya mengambil mata kuliah ini beberapa kali saya sempat mencoba-
coba untuk mencari tambahan penghasilan dengan berjualan. Namun beberapa kali saya
berniat melakukan kegiatan ini ada beberapa hambatan dan berujung dengan kegagalan dan
rasa menyerah tanpa mau melanjutkan usaa tersebut. Sampai akhirnya saya menyerah dan
memutuskan untuk tidak berjualan lagi.
Pada semester 3 di mata kuliah kewirausahaan II ini saya memulai berusaha kembali.
Sekian lama saya memikirkan usaha apa yang akan saya lakukan namun belum juga
mendapatkan ide yang cocok, hingga suatu hari teman sekelasku mengajak untuk melakukan
usaha bersama. Ini merupakan tawaran yang cukup menarik karena kerjasama yang
ditawarkan adalah usaha memproduksi pie susu, dimana usaha ini cukup menjanjikan dan
untuk kendala tempat kami melakukan kegiatan produksi yang dilakukan dirumah teman
saya. Industrinya masih industri rumahan untuk sekali produksinya pun masih terbatas karena
kami masih kekurangan tenaga kerja dan waktunya juga terbatas. Untuk produksi kami baru
bisa melakukannya pada saat weekend karena kami terhalang dengan jam kantor. Hal ini
merupakan salah satu hambatan yang saya alami saat ini. Namum saya selalu optimis jika
nanti usaha ini mampu mendapatkan tempat di lidah para pelanggan sedikit demi sedikit kami
akan membangun usaha ini agar menjadi usaha yang lebih baik lagi.
Karena usaha ini baru berjalan belum ada 2 bulan maka perkembangan yang terjadi
belum terlalu signifikan ditambah dengan hari produksi yang hanya dilaksanakan pada hari
weekend. Namun sejauh ini usaha yang saya jalankan ini mendapat respon yang positif dari
para konsumen. Tidak lupa ketika saya melakukan pemasaran atau penjualan kepada para
konsumen yang saat ini baru mencangkup teman-teman di tempat kerja dan di kantin salah
satu Universitas diJjogja, saya meminta kritik dan saran terhadap produk yang saya jual.
Untuk produksi pertama memang mengalami beberapa hambatan. Hal ini dikarenakan kami
baru pertama kali memproduksi pie susu sendiri dan kami belum terbiasa membuat dan
mengolahnya sendiri. Namun hasilnya tidak begitu mengecewakan karena rasanya enak dan
kami mengalami kesulitan dalam pengemasannya supaya terlihat lebih menarik.
Pada produksi yang pertama ada 2 varian rasa pie yang
saya dan teman saya buat. Yang pertama adalah rasa
original dan yang kedua rasa coklat. Untuk rasa original
pie yang dihasilkan rasanya enak sedangkan untuk yang
rasa coklat sedikit mengalami kerusakan karena
kesalahan di dalam melakukan adonan fla. Untuk
menghemat biaya produksi saya berniatan mengurangi
beberapa bahan dari resep namun ternyata hal ini malah
merusak adonan. Sehingga untuk pembuatan
selanjutnya saya memutuskan untuk tidak mengurangi
bahan-bahan yang sudah ditentukan untuk hasil produksi yang lebih baik.
Dalam hal produksi saya mencoba meningkatan skill agar produk yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik dan bagus serta lebih menarik. Dalam hal pemasaran untuk saat ini baru di
targetkan pada orang-orang yang sering saya jumpai dan beberapa kantin. Untuk selanjutnya

46
saya akan menggunakan media sosial untuk memasarkan produksi saya. Karena saat ini
sedang trend melakukan kegiatan jual beli melalui media sosial seperti facebook, twitter dan
instagram. Dalam sosial media sendiri sistem penjualannya dilakukan dengan cara PO
(preorder). Konsumen dapat memesan pie dengan jumlah yang diinginkan dan rasanya sesuai
pilihan yang ada. Dan untuk produksi selanjutnya pengemasan dengan menggunakan plastik
khusus untuk membungkus pie. Sehingga modal yang diperlukan lebih kecil dari pada yang
sebelumnya.
Modal pertama yang kami dikeluarkan Rp 203.800 dengan penjualan Rp 1.500 per
pcs dengan sekali produksi 100 pcs untuk produksi pertama ini mengalami sedikit kerugian
karena kerusakan pie, yang kedua karena ada bahan yang seharusnya bisa dihemat yaitu
dengan penggunaan mentega dengan harga yang lebih murah dan penggunaan mika diganti
dengan plastik pie. Sehingga produksi selanjutnya akan mengembalikan kerugian yang terjadi
pada produksi pertama. Karena setelah produksi yang pertama kali masih mengalami
kerugian karena kerusakan produksi dan beberapa kesalahan seperti kerusakan adonan,
kurangnya penekanan pada biaya produksi, dan cara pengemasan yang masih belum
sempurna. Maka untuk produksi selanjutnya kami benar-benar melakukan perbaikan dari segi
kualitas adonan, penekanan biaya produksi dan pengemasan akhir dari pie. Untuk kualitas
adonan sendiri sudah mampu diatasi karena kami sudah tahu cara membuat adonan yang baik
dan yang menghasilkan bentuk pie yang bagus dan rapi.
Dengan seiring berjalannya dan perkembangan usaha ini saya pun semakin lancar dalam
proses pembuatannya. Mungkin bisa dibilangkan tangan ini semakin terbiasa melakukan
tahap demi tahap pembuatan pie. Untuk penekanan biaya produksi sendiri saya sudah
melakukan penekanan sehingga biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi tidak sebanyak
pertama kali produksi pie. Untuk penekanan sendiri dilakukan dengan cara mengganti
beberapa bahan yang seharusnya bisa menggunakan bahan yang sejenis namun dengan harga
yang berbeda seperti mengganti mentega tawar dengan dengan mentega non tawar yang
ternyata sama sekali tidak merubah rasa dan tampilan pie. Melainkan hasil rasa yang
dihasilkan lebih enak dari pada menggunakan mentega tawar. Penekanan biaya juga
dilakukan pada tahap akhir yaitu pada saat pengemasan jika pertama kali produksi
menggunakan mika dengan biaya yang lebih mahal maka sekarang sudah diganti dengan
menggunakan plastik pembungkus pie biasa yang membuat kemasannya menjadi lebih
simpel dan mudah di packing. Sehingga untuk keseluruhan biaya dan usaha untuk menutupi
kerugian pada pertama kali dengan cara ini berhasil. Karena dalam beberapa kali penjualan
sudah mampu menutup kerugian yang ada.
Hal ini bisa terjadi juga dikarenakan pesanan yang semakin hari semakin bertambah karena
sudah semakin banyak yang mengetahui produk pie susu ini. Untuk setiap produksi
pemesanan yang diperoleh dari minggu ke minggu bisa dibilang semakin bertambah kira-kira
2x lipatnya. Ini sangat menguntungkan bagi saya karena semakin banyak pesanan maka
semakin cepat penutupan kerugian yang ada dan modal yang pada awalnya saya tanam juga
akan semakin cepat kembali. Sejauh ini target sudah tercapai dan kerugian sudah tidak lagi
saya alami, melainkan sudah mendapat keuntungan bersih dari hasil penjualan pie susu ini.
Banyaknya orderan atau pesanan berasal dari promisi yang dilakukan oleh teman-teman saya
yang juga berlangganan pie susu dari mulut ke mulut mereka mempromisikan pie susu hasil
produksi saya. Alhasil orderan semakin banyak. Selain promosi dari teman-teman ini juga
berasal dari promosi beberapa teman langganan saya kepada kerabat maupun teman-teman
sekampus dan teman kerja mereka. Biasanya mereka invite bbm saya dan mulai melakukan
pemesanan lewat bbm dan selanjutnya pie bisa saya antar ke tempat yang memesan, namun
tentunya dengan syarat pembelian beberapa pie yaitu minimal pembelian 10-20 biji. Kalau di

47
bawah itu belum bisa menikmai jasa antar karena keuntungan yang di peroleh belum
seberapa. Untuk jasa pengantaran sendiri hanya di sekitaran kota jogja saja, karena untuk
pelayanan keluar kota jogja perlu biaya lebih untuk bensin. Dengan cara seperti ini maka
tidak akan merugikan saya selaku penjual.
Namun ketika saya melaksanakan usaha ini masih ada halangan yang sangat menghambat
usaha ini yaitu masalah waktu dan tenaga kerja yang ada. Meskipun saya bekerja sama
dengan 2 orang teman saya masih belum cukup untuk memenuhi pesanan yang ada. Tidak
jarang kami menolak pesanan karena berbentur dengan permintaan pesanan bukan pada hari
weekend. Sedangkan kami hanya melakukan produksi pada hari weekend. Untuk hari
weekend pun kami masih biasa lembur untuk memenuhi pesanan yang ada. Itupun dengan
tenaga yang seadanya sehingga produksi yang terjadi tidak seefektif jika kami menggunakan
tenaga yang full dan stamina yang kuat. Untuk sementara kami masih menggunakan tenaga
kami bertiga dalam proses produksi namun untuk kedepannya jika pesanan semakin banyak
diperlukan adanya tenaga kerja tambahan hanya untuk proses produksi. Jika ada tenaga
produksi akan sangat membantu apalagi dengan adanya tenaga produksi hari weekday pun
saya bisa tetap melayani pesanan para pelanggan. Namun untuk merekrut pekerja ini masih
bingung sistem apa yang akan dipakai untuk menggajinya. Apakah akan di upah sesuai
dengan sekian persen dari jumlah pie yang ia hasilkan atau ditentukan begitu saja tanpa ada
sistem bagi hasil. Untuk yang ini masih bingung dan akan melihat situasi yang ada dulu, jika
situasi pesanan memdukung untuk upahnya dengan cara bagi hasil sekian persen dari jumlah
pie yang dibuat maka akan dilaksanakan dengan cara itu agar tidak merugikan tenaga yang
sudah dikeluarkan. Tetapi untuk rencana penambahan tenaga produksi sudah pasti akan
dilakukan seiring dengan semakin banyaknya pesanan dan demi perkembangan usaha ini
menjadi lebih besar lagi.
Adapun harapan yang ingin dicapai untuk selanjutnya yaitu pemasaran dilakukan
lebih baik lagi mungkin dengan menggunakan facebook, twitter maupun instagram. Sehingga
bisa diketahui oleh banyak orang dan lebih luas lagi. Namun pemasaran dari mulut ke mulut
oleh temen-teman maupun pelanggan yang lain juga diharapkan masih berjalan dengan cara
ini sangat efektif karena calon pembeli sudah mendapat sugesti tentang rasa dari pie susu ini
dan kemudian menarik calon pembeli yang lain. Selain itu ada harapan jika diberikan
kesempatan untuk ikut bazzar makan saya ingin sekali mengikutinya karena mungkin dari
sana banyak pengunjung bazzar yang mengetahui produk saya dan mungkin nantinya akan
tertarik dan menjadi pelanggan setia pie susu saya ini. Harapan terbesarnya mungkin
mempunyai toko sendiri agar para pelanggan lebih mudah menjangkau tanpa harus
melakukan jasa pengiriman. Jika tempatnya strategis kemungkinan akan lebih banyak
pembeli yang datang karena kebetulan lewat dan mencoba pie susu dan jika mereka
menyukai pie susu saya dengan mudah mereka akan datang dan megunjungi toko saya lagi
untuk membeli pie susu.
Harapan saya kedepannya usaha pie susu ini akan tetap berjalan dan semakin berkembang
sesuai rencana yang saya sudah ceritakan diatas tadi. Walaupun nantinya mungkin akan
mengalami hambatan semoga itu bukan hambatan yang berarti dan semoga itu hambatan
yang bisa membangun usaha saya menjadi lebih baik lagi.
***

48
Disusun Oleh : Devina Christianto

Awal berdirinya usaha catering yang saya rintis bersama ibu saya ini berawal dari
awal tahun 2014. Sebelumnya ibu saya membuka usaha toko sepatu dengan sistem join
dengan saudara ibu saya, namun sayangnya usaha tersebut tidak berjalan dengan baik dan
tidak menghasilkan profit yang signifikan sehingga ibu dan saudara ibu saya menutup usaha
tersebut. Lalu setelah itu muncul lah pemikiran untuk membuka usaha catering ini.
Sebenarnya pemikiran untuk membuka usaha catering ini sudah lama terlintas dalam benak
saya karena usaha catering menghasilkan laba yang cukup besar dan juga sebelum ibu saya
membuka toko sepatu itu ibu saya sering menerima pemesanan makanan seperti nasi box,
snack box, dan makanan lainnya. Hasil yang di dapat juga cukup lumayan, namun memang
saat itu usaha tersebut belum dikembangkan secara maksimal. Pada awal tahun 2014 inilah
saya mulai menekuni usaha catering ini. Ibu saya yang memasak makanannya sedangkan
saya yang membuat konsep dan memasarkan makanan tersebut.
Saya mengawali usaha ini dengan membuat snack dan makanan lauk pauk seperti
capjay, nasi goreng, bakmi goreng, ayam goreng, nasi langgi, aneka sup, dan bubur ayam
yang sudah di porsi menggunakan packaging mika dan dititipkan di toko yang menjual aneka
makanan yang kebetulan letak nya di sekitar kompleks rumah saya. Modal yang dikeluarkan
untuk usaha ini bisa di bilang tidak terlalu besar karena saya hanya mengeluarkan modal
untuk membeli bahan baku dan packaging saja. Berbeda dengan usaha restaurant yang
dimana kita juga harus mengelurkan modal untuk membeli meja, kursi, peralatan makanan
dan sewa tempat. Modal untuk usaha catering kecil-kecilan ini hanya sekitar Rp 300.000 saja
untuk membeli bahan baku dan Packaging. Sedangkan laba yang dihasilkan bisa mencapai
sekitar 30 – 40 %.
Saya membuat sampel makanan yang akan dijual dan diberikan kepada pemilik toko tersebut
sambil mengajukan diri sebagai supplier untuk memasok makanan yang dijual di toko
tersebut. Sang pemilik toko pun setuju dan mulai mengajukan pemesanan. Pada bulan – bulan
awal saya memasok makanan di toko tersebut, setiap harinya dapat laku sekitar 25 – 30
bungkus. Lalu memasuki bulan ketiga dan keempat saya mulai menambah macam masakan
yang dijual dan mengganti menu-menu yang kurang laku di pasar seperti capjay dan nasi
goreng. Di bulan ketiga dan keempat mulai ada kenaikan penjualan sekitar 45 bungkus
perhari dan habis terjual, maka saya mulai menambah jumlah makanan yang saya jual
menjadi sekitar 60 bungkus perhari. Pada awal nya memang sering terdapat sisa sekitar 10
bungkus perhari, namun sekitar 3 minggu setelah saya konsisten menambah porsi makanan
menjadi 60 bungkus perhari tersebut, penjualan pun meningkat dan mulai terjual 60 bungkus
per hari nya hingga sekarang.
Usaha catering dengan menitipkan makanan kepada pemilik toko tersebut hanya
berlangsung pagi hari karena toko tersebut hanya buka di pagi hari. Sedangkan di siang hari
kami tidak ada kegiatan apa-apa. Lalu muncul ide untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.

49
Pada saat itu teman saya ada yang menawarkan tempat di samping toko alat tulis yang dia
dirikan. Tempat tersebut memang milik teman saya. Untuk luas ruangan nya relative kecil
dan tidak terpakai. Lalu teman saya ini menawarkan kepada saya secara free untuk
menempati tempat tersebut, saya pun terpikir untuk membuat warung makan kecil-kecilan di
tempat itu yang saya buka setelah selesai mensupplay makanan yang di jual di toko.
Dikarenakan modal saya terbatas untuk membuka warung tersebut jadi peralatan untuk
membuka warung tersebut juga seadanya. Saya hanya menyediakan 1 meja dan beberapa
kursi di warung tersebut dan juga meja makan, kompor, dan beberapa peralatan makan. Menu
yang dijual di warung tersebut adalah nasi ayam goreng, mie ayam, dan es buah. Kami
memang tidak menyediakan menu yang beraneka ragam karena memang space untuk
memasak di tempat tersebut memang kurang.
Di bulan pertama warung tersebut saya buka dengan menjual makanan sekitar 15
porsi sehari dan itupun teman-teman saya, teman-teman dari ibu saya, dan tetangga sebelah
toko saja yang turut meramaikan warung. Lalu memasuki bulan kedua hingga ketiga
penjualan semakin menurun dan kalau dihitung-hitung saya rugi di bahan bakunya. Setelah
saya cermati memang di area tersebut di siang hari memang agak sepi dan jarang ada yang
tertarik membeli makanan. Pada waktu itu saya mengambil keputusan untuk membuka usaha
warung dikarenakan mendapat tempat secara free jadi saya coba untuk membuka warung
tersebut namun ternyata gagal. Akhirnya warung tersebut saya tutup di bulan ketiga.
Setelah warung yang saya tutup dan bangkrut tersebut saya masih tetap memikirkan
untuk membuka usaha makanan di siang hari untuk menambah pendapatan. Kalau saya
membuka warung berarti saya mengundang customer untuk datang ke warung saya, saya
sudah mencoba membuka warung makan dan gagal. Lalu saya berpikir untuk membuat
catering harian saja, yang langsung saya antar ke rumah konsumen sehinga konsumen tidak
perlu repot-repot. Saya mempertimbangkan membuka usaha ini karena melihat target pasar
yang saya bidik di sekitar kompleks rumah saya ini adalah ibu- ibu wanita karier yang
memiliki anak yang masih kecil dan juga banyak terdapat kos-kosan anak SMA karena lokasi
rumah saya dekat dengan SMA. Jadi saya memutuskan untuk membuka usaha catering harian
ini.
Mula-mula saya membuat konsep catering harian ini dengan merencanakan menu
harian yang saya rolling setiap harinya. 1 paket makanan saya jual dengan harga Rp 10.000
untuk porsi 1 orang dan juga saya jual Rp 36.000 untuk porsi keluarga (kurang lebih untuk 4
orang). Menu makanannya ada nasi putih, 2 macam lauk, dan 1 macam sayuran. Saya mulai
membuat brosur yang saya edarkan di seluruh kompleks dan saya edarkan di pintu gerbang
SMA-SMA tersebut setelah jam pulang sekolah. Di dalam brosur tersebut sudah saya
cantumkan menu minggu pertama hingga minggu terakhir sehingga calon konsumen
mendapatkan gambaran menu apa saja yang akan mereka pilih. Dengan sistem calon
konsumen harus deposit untuk paling tidak 7x pemesanan dahulu, dan calon konsumen bebas
memilih di hari apa mereka akan memesan makanan (jadi tidak harus setiap hari pesan)
konfirmasi atau perubahan pemesanan makanan saya terima minimal 1 hari sebelumnya. Dan
makanan akan diantarkan antara pukul 11.00-12.00 WIB.
Di bulan pertama usaha ini berjalan, kami mendapatkan sekitar 10-15 pelanggan
setiap harinya. Usaha ini tidak mengeluarkan modal yang besar karena yang dimasak juga
adalah menu harian yang kebetulan juga ibu saya memasak untuk keluarga kami. Lagipula
kami juga hanya menerima pemesanan paling lambat 1 hari sebelumnya jadi masih ada waktu
untuk menambah belanjaan bahan baku dan dengan sistem ini mengurangi adanya resiko
makanan yang return / tidak laku seperti yang bisa terjadi pada usaha catering saya dimana
saya mensupplay makanan di toko. Usaha ini kini sudah hampir mencapai bulan keempat dan
saya mendapatkan pelanggan kurang lebih 20-25 perharinya. Di tahun 2015 ini usaha

50
catering harian kami semakin bertambah yaitu bisa mencapai sekitar 30-40 pelanggan
perhari.
Bulan November 2014 kemarin saya mencoba untuk berani memulai outside catering.
Sebenarnya hal ini sudah lama ingin saya lakukan namun karena terkendala dengan peralatan,
transportasi, dan berbagai persiapan yang belum matang sehingga belum terlaksana.
Akhirnya pada bulan November kemarin salah seorang saudara saya yang bekerja di salah
satu bank di Solo merekomendasikan catering saya ke bank tersebut karena bank tersebut
akan mengadakan acara gathering karyawan di kantor. Jumlah pemesanan yang diminta di
angka 80 orang. Pada saat itu saya menargetkan untuk menjual makanan per orang dengan
harga Rp 100.000 dengan menu sebanyak 10 macam, namun dikarenakan budget yang
terbatas dari bank tersebut maka saya coba sesuaikan dengan budget mereka di harga Rp
80.000 dan mendapatkan 9 macam makanan.
Hal – hal yang perlu saya persiapkan untuk outside catering ini cukup banyak namun ada
beberapa teman saya yang membantu. Contohnya untuk piring dan peralatan makan dan
minum, sebelumnya saya sudah punya sekitar 50 piring, sendok, garpu, dan gelas sebagai
peralatan makan, sehingga masih ada kekurangan sekitar 30 piring. Untunglah ada beberapa
teman saya yang juga pernah membuka warung makan kecil-kecilan dan mereka
meminjamkan beberapa peralatan kepada saya. Selebihnya saya membeli sendiri peralatan
yang lain yang masih belum lengkap. Selain peralatan makan saya juga harus menyiapkan
transportasi untuk membawa makanan, minuman, dan peralatan makan kesana. Saya
menyewa mobil luxio dari teman saya yang mempunyai usaha persewaan mobil dan
mendapatkan harga diskon. Hal ini sangat membantu sekali karena membantu saya menekan
pengeluaran. Juga saya perlu menyiapkan beberapa meja lipat untuk display makanan dan
beberapa aksesoris seperti taplak dan aneka hiasan untuk menghias meja display, saya pun
harus membeli beberapa peralatan tersebut. Hal lain yang perlu saya persiapkan adalah
tenaga pembantu untuk membantu dari persiapan memasak dan membantu untuk set up
makanan dan minuman disana. Untuk tenaga pembantu saya menggunakan 1 tenaga
pembantu wanita yang dibayar harian untuk membantu dari persiapan hingga membantu
display makanan disana. Pada hari H saya juga membayar 1 tenaga pembantu pria yang
membantu saya untuk mengangkat dan menurunkan meja display dan membantu menyetir
mobil, dan membantu set up makanan disana.
Sebenarnya saya ingin membuatkan seragam untuk dipakai di outside catering ini sekaligus
untuk branding, namun adanya waktu yang singkat dan belum siap maka seragam yang kami
gunakan adalah menggunakan baju batik yang rapi, simple, dan nyaman dipakai, yang
penting bagi saya adalah harus terlihat rapi dan bersih dari mulai seragam, peralatan makanan
minuman, meja diplay dan atribut lainnya sehingga orang-orang yang melihat juga merasa
nyaman dan percaya pada kualitas catering kami.
Beruntung dari segi persiapan belanja, memasak, hingga pada hari H acara berjalan
lancar dan tidak ada kendala yang berarti dan yang paling membahagiakan adalah pada saat
saya menanyakan comment dari para konsumen dan panitia acara, mereka semua merasa
puas pada makanan dan minuman yang disajikan dan memberikan beberapa masukan kecil
yang berarti bagi kami. Beberapa konsumen juga menanyakan beberapa pertanyaan seperti
dari catering mana dan contact person catering kami sehingga bisa menjadi referensi bagi
mereka jika akan mengadakan acara.
Dari segi profit bisa dikatakan belum begitu besar karena masih sekitar 16% saja. Hal ini
dikarenakan adanya biaya pembelian peralatan makanan dan minuman yang belum lengkap
dan peralatan display makanan. Namun keuntungan yang saya dapatkan adalah saya sekarang
sudah cukup memiliki beberapa peralatan makan dan peralatan display makanan sehingga
jika suatu saat kami ada outside catering lagi kami sudah memiliki peralatan yang cukup.
Juga hal lain yang saya dapatkan adalah memiliki pengalaman outside catering yang menjadi

51
pembelajaran bagi saya untuk memulai sesuatu yang lebih besar. Dan juga yang paling besar
adalah saya mulai dapat melakukan branding yang lebih luas dan mendapatkan berbagai
referensi, karena pada saat saya melakukan outside catering tersebut orang-orang mulai
mengenal catering kami dan menjadi referensi bagi mereka jika suatu saat membutuhkan jasa
catering.
Di langkah awal saya membuat catering ini strategi marketing yang saya lakukan
adalah dengan Pricing Strategy. Dimana harga makanan yang saya jual harus dapat bersaing
dengan produk sejenis yang di supplay oleh supplyer lain. Saat menetapkan harga pun perlu
dihitung antara cost dengan pendapatan yang diterima setiap hari nya agar harga makanan
yang saya jual tetap bersaing dan tetap memperoleh laba. Dan pada awalnya untuk strategi
pemasaran saya menggunakan strategi Word of Mouth jadi hanya dari mulut ke mulut saja.
Setiap orang yang telah mencoba makanan yang saya jual dan cocok biasanya
merekomendasikan makanan yang saya jual ke teman-teman mereka.
Memasuki babak baru pada usaha catering harian, strategi yang saya gunakan pada saat
membuat catering harian adalah saya mulai melakukan Survey Pasar. Disini saya mensurvey
calon-calon pelanggan yang saya bidik berasal dari segmen mana dan apakah sekiranya
mereka membutuhkan produk yang saya jual. Saya juga melakukan competitor info dengan
cara saya menelepon catering harian sejenis di Solo untuk mengetahui berapa harga jual
produk mereka, menu apa saja yang mereka tawarkan dan bagaimana sistem penjualan yang
mereka terapkan. Pricing Strategy masih saya terapkan di tahap ini, fungsinya agar harga jual
produk saya masih bersaing. Dari segi media promosi, media yang saya gunakan untuk
mempromosikan produk saya ini yaitu dengan menggunakan brosur yang saya sebar di
beberapa tempat yang menjadi sumber target market saya. Juga Word of Mouth Effect masih
sangat berpengaruh dalam proses promosi produk ini.
Saat outside Catering, saya benar-benar merasakan effect dari Word of Mouth hal ini karena
saya mendapatkan bisnis ini dari saudara saya yang mereferensikan catering saya tersebut.
Disaat menawarkan harga untuk outside catering ini saya juga sudah mensurvey dari
competitor sejenis berapa harga paket yang mereka tawarkan dan menu apa saja. Ini
membantu saya untuk merancang harga jual, agar harga jual produk saya masih bersaing
ataupun jika lebih mahal dari catering yang lain tapi ada keistimewaan dan kelebihan yang
bisa didapatkan oleh konsumen tersebut dibandingkan dengan catering yang lain. Pada saat
saya mendiplay makanan di saat outside catering tersebut, saya juga membuat semacam
plakat kecil yang menuliskan nama catering kami, alamat, dan contact person catering kami.
Hal ini berfungsi untuk branding, agar para konsumen mulai mengenal catering kami. Juga
kami menyediakan beberapa brosur bagi para konsumen agar para konsumen dapat mengenal
lebih jauh mengenai produk kami.
Untuk promosi secara online, saya menggunakan media jejaring sosial seperti BBM,
facebook, path, twitter, dan instagram saya untuk promosi. Jadi saya akan update menu
makanan yang kami tawarkan pada hari itu supaya semakin banyak teman saya dan teman-
teman dari teman saya yang melihat dan tertarik pada makanan yang saya tawarkan.
Untuk prosentase efektifitas media promosi yang saya gunakan, dari total 40 pelanggan
catering harian yang saya miliki sekarang, sekitar 10% berasal dari media sosial yang saya
gunakan, 30% berasal dari referensi teman (word of mouth) dan 60% berasal dari brosur yang
sebarkan. Sehingga kesimpulan nya untuk penggunaan brosur sampai dengan saat ini masih
menjadi media yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan brosur yang saya sebarkan
langsung diterima oleh target market yang saya bidik.
Kendala yang saya hadapi untuk membuat bisnis ini lebih berkembang adalah saya
belum menemukan pegawai tetap untuk mengantar makanan catering hingga jauh di luar
kompleks selain itu dengan semakin banyaknya pemesanan dan pengantaran makanan
dibutuhkan alat transportasi yang lebih memadai untuk mengantar makanan dan tenaga kerja

52
yang lebih banyak untuk membantu memasak makanan. Mengingat saat ini saya masih
menggunakan 1 tenaga pembantu yang di bayar harian untuk membantu memasak makanan.
Saya belum menemukan tenaga pembantu yang bisa bekerja tetap untuk membantu setiap
harinya, dan saya masih dalam tahap menabung untuk semakin melengkapi sarana prasarana
yang dibutuhkan. Saya berharap usaha ini dapat semakin saya kembangkan agar kedepannya
saya dapat menerima pemesanan makanan yang lebih banyak dan juga saya menargetkan
untuk dapat melakukan outside catering lebih banyak dan dapat secara regular mensupplay
makanan untuk kantoran dan juga dapat mensupplay makanan untuk kebutuhan pesta.
***

53
Disusun Oleh : Arini Dwi Astuti

“Banyak Usaha, Banyak pula yang Ku Coba”


Selama ini ada beberapa usaha yang pernah saya lakukan. Usaha pertama yang saya
lakukan adalah Kaos Flanel Hand Made. Usaha ini saya lakukan setelah saya lulus kuliah D3
dan pada saat itu saya belum mendapatkan pekerjaan. Usaha ini saya jalankan bersama 2
teman saya. Modal dalam usaha ini berasal dari patungan kami bertiga. Untuk pemasarannya
kami tawarkan kepada saudara dan teman-teman kami dan Alhamdulillah banyak yang
merespon positif dan membeli produk kami. Selain menawarkan kepada teman dan saudara,
kami juga membuka online shop lewat facebook. Menurut teman saya yang pernah membeli
produk kaos flanel kami, kaos yang kami buat ini sangat awet dan dari segi jahitannya pun
rapi. Kami pun semakin bersemangat untuk menjalani bisnis ini. Namun ditengah jalan bisnis
ini terbengkalai dikarenakan teman kami mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan di
Yogyakarta, kemudian setelah itu tidak lama saya juga mendapatkan sebuah panggilan
pekerjaan dari Rumah Sakit Swasta di Jakarta. Dikarenakan 2 dari kami sudah mendapatkan
pekerjaan maka 1 teman kami ini pun merasa kwalahan jika harus mengerjakan bisnis ini
sendirian. Sedangkan saya dan teman saya yang sudah mendapatkan pekerjaan mungkin
hanya bisa mengerjakan bisnis ini pada saat libur saja. Karena bisnis ini memerlukan
ketelitian dan konsentrasi penuh. Apalagi dalam membuat pola kain flanelnya dan menjahit
kain flanelnya diatas kain. Oleh karena itu bisnis ini terpaksa berhenti dan tidak kami
lanjutkan lagi. Mungkin suatu saat nanti saya berniat untuk meneruskan lagi bisnis ini karena
pada dasarnya saya sangat menyukai pekerjaan jahit-menjahit dan saya sangat hobi dengan
jahit-menjahit.
Pada saat saya bekerja di Jakarta, selain saya bekerja sebagai seorang karyawan
Rumah Sakit Swasta saya juga membantu sebuah usaha saudara saya. Pada saat itu usaha
yang kami lakukan adalah usaha membuat asinan buah. Asinan buah ini adalah makanan khas
yang berasal dari daerah jakarta. Asinan itu ada 2 macam, yaitu asinan sayur dan asinan buah.
Perbedaan antara asinan sayur dan asinan buah terletak pada isi dan kuahnya. Asinan sayur
itu berisi sayur-sayuran seperti kecambah, tahu, selada, kacang, dan mie kuning kemudian
kuahnya sendiri adalah kuah kacang. Sedangkan asinan buah terdiri dari segala macam buah
tergantung selera si pembuat asinan dan kuahnya sendiri adalah kuah cabai yang dicampur
dengan cuka dan gula pasir.
Sedangkan untuk modalnya sendiri berasal dari saudara saya sendiri. Karena usaha ini tidak
membutuhkan modal yang terlalu besar cukup sekitar Rp 100.000 per hari. Untuk
pemasarannya sendiri kami titipkan diwarung-warung dekat rumah dan dikantin kantor saya.
Bahkan terkadang kami berjualan didepan rumah setiap hari selasa malam karena setiap hari
itu selalu ada pasar malam didepan rumah kami.
Keuntungan yang kami dapat sangat lumayan bisa mencapai 2 kali lipat dari modal yang
sudah kami keluarkan. Bahkan terkadang pada saat saudara saya sedang tidak membuat
asinan buah ini banyak orang yang menanyakan tentang asinan buah kami. Menurut mereka
asinan buah kami pas rasanya tidak terlalu pedas dan tidak terlalu asin. Saya dan saudara saya
selalu menerima semua masukan dari para pembeli kami. Apa yang mereka katakan kami
selalu jadikan masukan untuk menambah kualitas produk kami. Namun sangat disayangkan
usaha ini pun juga tidak bertahan lama, hanya bertahan beberapa bulan saja dikarenakan
saudara saya yang sering mengeluh sakit dan saya sendiri sibuk dengan pekerjaan saya

54
dikantor. Padahal keuntungan usaha ini sangat lumayan sekali. Jadi terpaksa usaha ini tidak
kami teruskan lagi.
Setelah 2 tahun lamanya saya bekerja di Jakarta, akhirnya saya kembali lagi ke kota
Jogja ini. Dengan banyak pengalaman hidup yang telah saya dapatkan disana saya mencoba
mencari pekerjaan lagi di kota jogja ini. Dan saat ini saya bekerja disebuah Rumah Sakit
Pemerintah di Yogyakarta. Pada awalnya saya merasa sangat sedih dengan upah atau gaji
yang saya terima ditempat saya bekerja sekarang ini, karena tidak sepadan dengan gaji yang
saya terima ditempat saya bekerja dulu di Jakarta. Oleh karena itu saya mencoba bisnis kecil-
kecilan yaitu menjual pulsa elektrik. Selain untuk tambahan pendapatan saya, saya juga
merasa termotivasi dengan mata kuliah Kewirausahaan ini. Saya berfikir ada baiknya uang
saya ini saya putarkan agar menjadi lebih berguna dan menjadi investasi saya nantinya. Saya
menjadi bersemangat mencoba usaha untuk berjualan pulsa ini. Modal jualan pulsa ini
berasal dari uang saya sendiri bukan dari pinjaman kepada pihak asing maupaun bank dan
lembaga keuangan lainnya. Untuk pemasarannya hanya lingkup teman-teman kantor teman
kuliah dan saudara saja. Karena kebetulan dilingkungan tempat saya bekerja jauh dari counter
yang bejualan pulsa. Untuk keuntungannya sendiri memang tidak terlalu besar tapi saya lebih
senang menjalankan bisnis ini karena tidak mengganggu pekerjaan saya dikantor dan jadwal
kuliah saya. Bisnis ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Saat ini peluang bisnis pulsa memiliki berbagai pilihan sistem, dari cara yang murah
dan mudah hingga cara yang membutuhkan modal cukup besar pun dapat dijalankan. Salah
satu peluang usaha pulsa yang murah dan mudah dijalankan adalah bisnis pulsa elektrik.
Bisnis pulsa elektrik ini dapat dilakukan dengan menggunakan 1 chip all operator (GSM atau
CDMA), itu artinya hanya dengan modal satu handphone saja sudah dapat digunakan untuk
bertransaksi jualan pulsa ke semua operator. Selain itu juga ada 1 chip 1 operator, yang
artinya chip resmi yang langsung dikeluarkan oleh operator seluler seperti Mkios, Mtronik,
Dompul, dan lain-lain. Jadi proses transanksi langsung ke operator resmi tersebut.
Dalam bisnis pulsa ini saya menggunakan 1 chip all operator. Sistem ini mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya adalah harga lebih mahal dibandingkan
menggunakan sistem 1 chip 1 operator dan server terkadang sering error sehingga kita harus
mengulang transaksi yang sama ke server lain, hal ini membuat saya sedikit rugi karena yang
seharusnya hanya sekali transaksi saja jadi dua kali transaksi. Sedangkan kelebihannya adalah
kita tidak perlu repot menghitung stok masing-masing operator. Dan sangat praktis karena
hanya dengan satu handphone dan satu chip atau satu nomor saja sudah bisa melakukan
trasaksi ke semua operator.
Awalnya saya deposit seminggu sekali dengan modal Rp 100.000 kemudian saya
tambah menjadi Rp 300.000 dalam dua minggu sekali. Namun terkadang belum sampai dua
minggu saja deposit saya sudah habis sehingga saya tambah lagi menjadi Rp 500.000 dalam
satu bulan sekali. Namun terkadang dengan deposit Rp 500.000 ini tidak sampai satu bulan
sudah juga seudah habis, sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen saya terkadang
deposit satu bulan sebanyak dua kali deposit dan sekarang ini saya deposit Rp 1.000.000 satu
bulan sekali. Sampai sekarang ini usaha pulsa elektrik yang saya jalani masih tetap berjalan
dan semakin baik prospeknya. Bahkan keuntungannya sudah mulai dapat saya nikmati.
Namun bisnis pulsa ini juga tidak mudah karena semakin lama semakin banyak pesaingnya.
Banyak counter-counter pulsa dipinggir-pinggir jalan. Jadi saya berupaya untuk menarik
perhatian teman-teman dan saudara-saudara saya agar lebih tertarik membeli pulsa saya dari
pada milik orang lain. Saya menjual pulsa lebih murah Rp 500 untuk pulsa elektrik milik

55
orang lain pulsa Rp 5.000 dijual Rp 7.000 kalau ditempat saya pulsa Rp 5.000 saya jual Rp
6.500. Untuk pembayaran pembeli dapat pesan dan dibayar nanti pada saat bertemu dengan
saya, namun ada batasan waktunya. Itu saya lakukan untuk mengurangi banyaknya kas bon.
Saya berfikir walaupun hanya berbeda Rp 500 namun itu sangat berpengaruh terhadap
pemasaran pulsa saya ini. Selain mendapatkan keuntungan yang lumayan, berjualan pulsa ini
juga mempunyai kendala-kendala. Kendala yang dihadapi yaitu apabila bertemu pembeli
yang curang terkadang mereka suka berbohong, yang seharusnya pulsa sudah masuk tetapi
mengaku pulsa belum masuk. Keadaan seperti ini sangat susah untuk dicrosschek karena
terkadang pembeli itu membeli hanya lewat sms dan tidak bertemu langsung dan akan
membayar hari berikutnya pada saat bertemu. Cara untuk meminimalisir kejadian-kejadian
seperti ini adalah saya selalu menyimpan semua report transaksi para pembeli yang belum
membayar, sebagai bukti transakasi yang terjadi apakah pulsa sudah masuk atau belum.
Kemudian ada juga pembeli yang berpura-pura lupa sudah membayar atau belum. Untuk
mengatasinya saya selalu mencatat setiap transaksi yang ada dalam sebuah buku. Dalam buku
ini tercatat semua transaksi pembeli yang sudah membayar ataupun belum membayar.
Selain usaha pulsa elektrik ini sekarang ini saya sedang dalam proses membuat usaha lagi,
yaitu usaha toko oleh-oleh khas Jogja. Pada saat ini masih dalam proses mencari supplyer
untuk menyetok isi toko. Konsep dari toko oleh-oleh ini adalah saya akan melakukan konsep
titip jual. Konsep titip jual ini adalah konsep dimana saya hanya menyediakan tempat atau
lahan untuk berjualan, sedangkan produk dagangannya akan saya ambil dari supplyer-
supplyer yang membuat oleh-oleh khas Jogja.
Saat ini saya telah mempunyai lahan atau tempat dan sebuah etalase yang mungkin cukup
untuk membuka toko ini, lahan ini adalah rumah nenek saya didaerah Wirobrajan. Kebetulan
rumah nenek saya ini sangat strategis berada dipinggir jalan raya dan berdekatan dengan
sebuah hotel. Keinginan saya untuk membuka toko oleh-oleh ini pun terinspirasi dari hotel
sebelah rumah nenek saya ini, karena hotel ini sangat ramai apalagi setiap hari sabtu dan
minggu. Sehingga menurut saya sayang sekali apabila situasi seperti ini tidak dimanfaatkan.
Pangsa pasarnya pun menurut saya lumayan banyak karena selain dekat dengan hotel juga
merupakan jalur yang dilalui untuk menuju Malioboro dan pusat kota Yogjakarta. Dan
mungkin suatu saat nanti akan banyak toko-toko yang serupa yang akan berdiri didaerah
Wirobrajan ini, sehingga bisa menjadi pusat oleh-oleh yang dituju banyak wisatawan baik
wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, karena biasanya para wisatawan lebih
suka berbelanja diarea yang banyak berdiri toko oleh-oleh.
Dalam usaha toko oleh-oleh ini tentunya produk yang dijual adalah sesuatu yang khas
dari Yogjakarta. Saat ini supplyer yang saya pilih untuk produk makanan saya adalah dari
saudara saya sendiri. Saudara saya ini adalah pembuat kripik kentang pedas manis didaerah
Bantul. Disini saudara saya tidak menjualnya sendiri beliau bergabung dengan perkumpulan
para pembuat makanan yang lain. Didalam perkumpulan ini terdapat 10 pengusaha makanan,
seperti pembuat bakpia, wingko, yangko, kripik, dan masih banyak lagi. Sistem dari
perkumpulan ini adalah mereka menitipkan produk mereka ke toko oleh-oleh yang ada di
Jogja, namun harus terdiri dari 10 makanan yang tergabung dalam perkumpulan tersebut.
Tidak hanya dititipkan saja tetapi mereka juga mengikuti pameran-pameran makanan yang
ada di Yogjakarta dan harus dengan sistem yang sama terdiri dari 10 makanan yang
tergabung dalam perkumpulan tersebut.
Usaha ini saya lakukan bersama saudara saya. Upaya kami untuk mempromosikannya atau
memasarkan toko oleh-oleh ini adalah dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang
sangat berhubungan dengan usaha ini, misalnya menjalin kerjasama dengan hotel-hotel

56
terdekat, dengan rental-rental mobil yang sering membawa para wisatawan untuk berwisata
dan masih banyak lainnya. Dengan semakin banyak kerjasama dengan pihak-pihak lain akan
memperluas pemasaran usaha ini. Seperti toko oleh-oleh yang lain biasanya mereka menjalin
kerjasama pula dengan pihak-pihak yang bisa mereka gunakan untuk media promosi toko
mereka. Bahkan banyak dari mereka yang menjalin kerjasama dengan para tukang becak.
Sampai saat ini kami dalam proses melobi supplyer pemasok dagangan kami yaitu saudara
saya sendiri karena perkumpulan tersebut terdiri dari banyak pembuat makanan maka
prosesnya lumayan lama. Karena kesepakatan tersebut tidak bisa hanya dari seorang saja tapi
harus dari kesepakatan seluruh anggota perkumpulan.
***

57
Di Susun Oleh: Sri Wahyuni
Teknik Informatika

“Usaha dan perjuangan hidup Anak Kos”


Saya berfikir pekerjaan yang bagus adalah kita bisa memperkerjakan orang lain dan
mampu memanfaatkan peluang usaha. Sepertinya bagus sekali jika kemampuan saya ini terus
saya asah dan dikembangkan. Saya harus mengambil keputusan dan harus bisa belajar
mandiri dan tidak terus bergantung pada orang tua saya. Saya memiliki sedikit kegiatan kecil
diluar jam perkuliahan saya. Yaitu usaha percetakan dikos dan tidak hanya itu saja saya
dipercaya dosen untuk menjadi asisten dosen yaitu mengajar kuliah praktikum aplikom kelas
pagi dikampus. Mungkin memang hasilnya tidak mencukupi uang makan saya perbulan
tetapi usaha ini dapat membantu sedikit demi sedikit uang saku saya.
Kegiatan usaha percetakan saya ini sebenarnya bukan dari ide saya sendiri melainkan
dari salah seorang teman saya, awalnya saya bingung kegiatan apa yang dapat saya lakukan
disela hari libur kuliah. Dan temanku Vega memberikan saran untuk membuka usaha
percetakan dikos. Setelah saya pikir ada baiknya juga saran dari teman saya, saya rasa ini
dapat membantu saya dan belajar hidup mandiri.
Kebetulan alat percetakan saya memadai dan saya lihat juga penghuni anak kos
ditempat saya masih minim yang mempunyai fasilitas alat percetakan dikamar mereka, jadi
saya pikir dengan saya membuka usaha kecil tersebut dapat membantu mereka selain
menghemat waktu dan biaya, saya juga memberikan hak akses kepada mereka pada saat
mengeprint file dan bebas mengedit.
Usaha tersebut dapat membantu saya untuk lebih mengembangkannya sesuai bakat dan juga
kemampuan saya. Saya membuka usaha percetakan itu kira-kira baru berjalan kurang
lebihnya satu bulan.
Ketika hari pertama saya buka percetakan ini memang masih sedikit yang datang hanya tiga
orang saja, mereka juga sempat menyarankan kepada saya untuk mengembangkannya tidak
hanya sebatas cetak print biasa tetapi juga dapat mencetak foto.
Adapun kendala yang saya hadapi ketika saya membuka usaha adalah yang pertama
masalah ruang lingkup, saya berfikir jika usaha saya hanya berkembang sebatas kos saja
maka agak sulit bagi saya untuk merelasikannya dalam hal ini,
meskipun ruang lingkup usaha bukan pokok utama tetapi jika saya
tidak merelasikannya maka agak sulit bagi saya untuk
mengembangkannya, selain itu kendala saya yaitu waktu saya
kerena sebagian besar kegiatan saya lebih banyak dikampus.
Usaha dan pendapatan hasil percetakan ini cukup lumayan dapat
menambah uang makan saya. Berkat saran teman saya juga saya
dapat lebih berinovatif mengmbangkan usaha kecil saya ini. Disini
juga teman saya membantu usaha percetakan ini, dia menawarkan
kepada teman dan anak kos untuk mengeprint tugas mereka kepada
saya.
Setelah usaha saya berjalan hampir dua minggu, hasilnya cukup memuaskan dan
membuat saya percaya diri mengembangkan usaha ini. Banyak yang membutuhkan bantuan
saya untuk mencetak tugas kuliah dan yang lebih menguntungkan lagi, mereka sedang
menyusun skripsi jadi banyak yang membutuhkan jasa print. Dan cukup lumayan hasilnya
dari usaha tersebut juga dapat membuahkan hasil dan dapat membantu pekerjaan mereka.
Adapun harga untuk per lembarnya :
 Print biasa = Rp 200
 Photo copy = Rp 200

58
 Print warna = Rp 800

Dan berikut jumlah pendapatan usaha saya:

No Minggu Hasil

1 Minggu I Rp 22.500
2 Minggu II Rp 14.300
3 Minggu III Rp 19.500
4 Minggu IV Rp 7.200
5 Minggu V Rp 4.200
Jumlah Rp 56.300

Selain diluar kegiatan kampus saya mengerjakan tugas sambil membuka usaha
percetakan saya. Jika libur kuliah saya buka pukul 08.00-22.15 WIB. Alhamdullah dengan
jumlah total penghasilan kurang lebih satu bulan kemarin, saya bisa membeli keperluan saya
seperti makan dan alat mandi.
Saya berharap saya dapat terus meningkatkan usaha saya dan terus mengembangkannya,
tidak hanya mengeprint saja, saya akan menambah lagi dengan mencetakan foto. Jadi usaha
saya tidak hanya disitu saja dan juga saya akan terus berinovasi bagaimana usaha saya tetap
maju dan terus berkembang agar saya bisa hidup mandiri tidak selalu bergantung kepada
orang tua saya.
Selain saya mempunyai usaha percetakan dikos, saya juga memiliki kegiatan
dikampus yaitu menjadi tenaga pengajar perkuliahan praktikum/asisten dosen. Saya tidak
berharap penuh dari penghasilan asisten dosen tersebut karena saya sangat senang mendapat
kepercayaan dari dosen untuk mengajar perkuliahan praktikum pagi dan malam kepada
mahasiswa dengan kegiatan tersebut saya mendapatkan banyak pengalaman, cara menyikapi
mereka, dan memahami karakter mahasiswa. Yang lebih membuat saya senang yaitu bisa
mengajarkan mereka dan berbagi ilmu kepada mahasiswa baru. Dengan kegiatan tersebut
saya baru sadar jika menjadi seorang pendidik itu seperti apa dan hal itu juga membuat saya
kagum dengan dosen maupun guru yang sudah mendidik saya.
Saat tatap muka pertama kali membuat saya grogi, menghadapi banyak mahasiswa.
Pertemuan pertama sebagai pendahuluan kita harus menjelaskan materi dan langkah- langkah
praktikum kepada mahasiswa. Sementara untuk penilaian praktikum sendiri ada beberapa
aspek yaitu dari aspek kehadiran, modul, dan sikap. Jam perkuliahan praktikum sendiri
berlangsung selama 2 jam dalam hal ini sebagai asisten dosen saya harus bisa membimbing
saat berlangsungnya praktikum dan juga menguasai materi yang akan diajarkan yang
terkadang saat jam praktikum berlangsung ada-ada saja sikap dari mahasiswa yang membuat
saya jengkel ada yang susah diatur (semaunya sendiri), tidak menaati aturan perkuliahan
praktikum dan ada salah satu atau beberapa dari mereka yang malas, sering tidak masuk
praktikum dan jarang mengumpulkan tugas, tetapi dari hal itu membuat saya harus lebih bisa
memahai dan berkomunikasi dan memahami karakter mereka. Saya benar-benar bersemangat
dan mensyukuri posisi saya ketika dipercaya oleh dosen dengan mengemban amanah yang
diberikan.
Selain itu setiap hari sabtu atau minggu untuk asisten dosen akan diadakan evaluasi
mingguan. Dalam hal ini manajer asdos akan menerangkan evaluasi proses perkuliahan
praktikum tidak hanya itu banyak sekali pembahasan dalam forum tersebut, memantau

59
kinerja asdos, evaluasi materi, cara memahami karakter siswa, dan masih banyak lagi. Untuk
menjadi asisten dosen tidaklah mudah ada kriteria tersendiri yaitu dilihat dari kemampuan
kita dan indeks prestasi semester.
Untuk penggajian asisten dosen sendiri yaitu dihitung per berapa kali pertemuan. Gaji
yang saya dapatkan memang tidak seberapa tetapi saya melihat hal besar disini adalah suatu
kepercayaan besar yang diberikan dosen kepada saya dan keikhlasan hati saya serta banyak
sekali pengalaman menarik selama saya menjadi asisten dosen. Dalam hal ini sebagai asisten
dosen tentunya diperuntukan suatu tanggung jawab kepada mahasiswa praktikum, karena
konsekuensi sebagai asdos tetap menjadi pegangan saya. Jika saya melakukan kesalahan
dalam proses mengajar maupun sistem penilaian maka itu adalah tanggung jawab dan
konsekuen dari kesalahan saya. Jadi sebagai tenaga pengajar praktikum saya benar-benar
merasa bagimana menjadi seorang pendidik. Dan dari sinilah pengalaman berharga saya, dari
kegiatan ini membuat saya terus bersemangat untuk dapat menjadi asisten dosen lagi tahun
depan dan lebih banyak belajar lagi.
Itulah sejumlah kegiatan saya diluar jam kuliah menjadi asisten dosen dan membuka
usaha percetakan dikos. Walaupun hasilnya sedikit semua itu membuat saya bisa belajar
hidup mandiri dengan usaha tersebut dan dapat berbagi sedikit ilmu kepada mahasiswa
praktikum saya dan banyak sekali pengalaman saya ketika mengajar. Saya berharap dengan
usaha saya dan tekad saya lebih bermanfaat dan dapat membantu saya untuk
mengembangkannya lebih lanjut.
***

60
Disusun Oleh : Meitty Tri Yanti
Pendidikan Matematika

“Omel Happy Shoping”


Menjadi mahasiswa yang hanya meminta uang kepada orang tua itu bukan keinginan
saya. Saya mencoba usaha jual beli batik yang saya coba di kampung saya. Menelusuri pasar
Beringharjo menanyakan harga dan membandingkan kualitasnya dan akhirnya saya bertemu
dengan sebuah agen batik yang dapat saya ajak untuk bekerja sama. Disini saya diberikan
harga agen, setiap pakaian saya mengambil keuntungan Rp 20.000.
Target pertama saya adalah kantor tempat kakak saya bekerja, disitu saya menawarkan batik
seragam kantor dengan kualitas bagus dan harga murah. Untuk
kemeja cowok saya tawarkan harga Rp 110.000 dan blus cewek
Rp 90.000. Dan saya mendapatkan orderan 20 kemeja cowok dan
21 blus cewek. Saya juga mendapat pesanan seragam anak PAUD
sebanyak 65 pasang sekarang dan dalam proses penjahitan.
Saya berpikir untuk apa saya mempunyai hp (alat
komunikasi) kalau tidak bisa saya manfaatkan. Saya mulai
dengan membuat group dibbm yang saya beri nama “Omel
Happy Shoping” tidak hanya disitu saya juga mempromosikan
online shop saya di FB dan Path.
Saya tidak puas dengan yang saya lakukan saya mencari tahu apa yang sedang menjadi trend
dikampung saya yaitu hijab Elzatta. Saya mulai mencari distributor produk tersebut dan saya
menawarkan untuk menjadi reseller, disini syarat untuk
menjadi reseller saya harus belanja pertama minimal Rp
3.000.000. Saya bingung untuk belanja langsung memakai
uang sendiri saya belum bisa dan akhirnya saya memasukan
gambar-gambar hijab tersebut di group saya dan saya tidak
menduga permintaan begitu tinggi dan melebihi syarat
reseller. Disini saya menjual dengan harga bandrol saya dan
hanya mengambil untung dari distributor sebesar 20%. Untuk
pemesanan pertama saya bisa mencapai Rp 4.200.000 kedua
Rp 5.150.000 dan sampai sekarang terus meningkat, dan pengiriman dua minggu sekali saya
lakukan.
Distributor saya ada di Surabaya jadi saya hanya mengorder lewat bbm atau sms dan mereka
yang mengirim ke alamat pembelinya dengan nama saya sebagai pengirim. Sekarang saya
tidak hanya menjual untuk di kampung saya tetapi untuk seluruh Indonesia, saya terus
mempromosikan batik dan hijab di sosial media. Setiap ada produk baru langsung saya
masukkan ke group saya.
Setiap usaha pasti ada kendala dan resikonya, masalah yang sering saya alami adalah
pengiriman yang lambat sampai dan pelanggan yang tidak sabar. Untuk mengatasinya setiap
pengiriman barang saya krimikan no resi pengirimana ke pelanggan supaya barang mudah
dicek di POS atau JNE.

61
Menghadapi pelanggan yang bermacam-macam, kadang barang sudah di keep atau pesan
tidak jadi diambil, beliau berkata mau transfer tetapi saya tunggu beliau menghilang begitu
saja dan sebagainya tetapi saya menganggap semua itu sebagai pengalaman supaya ke
depannya lebih pintar menghadapi pelanggan.
Usaha saya baru berjalan dua bulan dan alhamdulillah semakin berkembang sampai
sekarang, dan keuntungan yang saya dapatkan untuk bulan pertama sekitar Rp 2.690.000 dan
bulan kedua Rp 3.510.000, saya berharap omset saya semakin meningkat dibulan selanjutnya.
Keuntung dari jualan saya gunakan untuk kebutuhan kuliah, keperluan saya sehari-hari dan
selebihnya saya tabung. Sekarang saya tidak meminta kiriman dari orang tua lagi.
Memasuki bulan ke tiga usaha saya alhamdulillah masih berjalan dan bulan ini
pesanan seragam PAUD selesai dan siap dikirim. Satu pasang baju seragam saya jual dengan
harga Rp 65.000 yang saya ambil dari agen RP 40.000, jadi satu pasang seragam saya ambil
keuntungan Rp 25.000 dan totalnya dikali kan 65 pasang Rp 1.625.000.
Untuk jilbab masih seperti biasa saya masih mempromosikan melalui grup bbm, facebook
dan path. Dan bulan ini saya mendapat orderan dari Kalimantan Barat, Natuna dan Tanjung
Pinang. Saya mengirim Elzatta ke Kalimantan Barat dengan total belanja Rp 3.025.000 dan
ke Terempa Kepulauan Riau dengan total belanja Rp 4.160.0000 dengan ini saya mendapat
keuntungan Rp 2.155.500. Setiap model baru saya selalu update dan langsung saya
promosikan ke pelanggan. Dan saya juga mendapat pelanggan yang jilbabnya akan ia jual
kembali di daerahnya, saya memberi harga khusus kepada pelanggan yang ini dengan
potongan 10% setiap belanja Rp 1.000.000. Dan untuk keuntungan saya bulan ini sebesar Rp
3.735.000. Saya juga ada stok jilbab Elzatta dikost dan saya jual kepada teman-teman dengan
sistem kredit tiga kali bayar dalam satu bulan.
Memasuki bulan ke empat saya mendapat sedikit kendala dipengiriman, barang yang
saya kirim pertengahan bulan kemarin tidak sampai tujuan, dikarenakan cuaca buruk didaerah
saya. Sudah sering saya cek di POS barangnya masih ada dipropinsi namun tidak ada kapal
yang menyeberang di daerah saya dikarenakan gelombang tinggi sedangkankan barang POS
dikirim melalui kapal penyebarangan. Pelanggan yang menunggu barang mereka sering
menanyakan keberadaan barang mereka dan saya mencoba menjelaskan dan meminta mereka
mengecek langsung di POS dengan kode pengiriman yang saya berikan.
Saya diberikan modal oleh suami sebesar Rp 5.000.000 untuk mengembangkan usaha
ini dan saya memilih Elzatta sebagai target saya. Ditambah dengan tabungan saya Rp
3.000.000 saya membeli Jilbab Elzatta dan saya sudah dapat menjadi agen karena syarat
untuk menjadi agen harus berbelanja minimal Rp 3.000.000. Sekarang setiap saya berbelanja
digalery Elzaatta saya mendapat keuntungan 30% setiap produk. Jilbab yang saya beli saya
kirim ke kampung untuk dijual kembali oleh adik saya disana dan saya memilih mengirimnya
melewati JNE walaupun agak sedikit mahal tetapi cepat sampai tujuan.
Disana saya meminta bapak saya untuk memberikan ruangan kecil disamping tokonya untuk
adik saya membuka toko khusus menjual jilbab Elzatta dan alhamdulillah sudah berjalan.
Saya menganggap ini awal dari tujuan usaha saya dan saya mempunyai tujuan ingin
membuka galery Elzatta dikampung saya setelah selesai kuliah. Dan saya disini tetap
mempromosikan batik terbaru, jilbab zoya dan elzatta terbaru juga kebetulan bulan ini baru
keluar katalog awal tahun Zoya dan Elzatta. Gambar-gambar terbaru batik, jilbab Zoya dan
Elzatta saya masukan ke grub bbm.

62
Saya juga pernah mendapat pelanggan yang sangat mengecewakan, barang yang
sudah dipesan begitu banyak dan ia tidak konfirmasi kembali, kontak bbm saya juga dihapus
beruntung pusat Elzatta mau mengerti dan tidak meminta ganti rugi kepada saya.
Sekarang menghadapi UAS saya tetap melayani pembeli dan pertanyaan digrup bbm
hanya waktunya saya atur dan sedikit lama membalas pertanyaan mereka. Saya juga tidak
mau dengan usaha ini kuliah saya jadi berantakan, saya tetap ingin kuliah seperti biasa dan
mendapatkan nilai yang memuaskan agar saya bisa membahagiakan orang tua saya.
Saya merasa nyaman dengan berjualan online seperti ini, disamping bisa mengisi
waktu luang saya juga bisa membayar uang SPP dan keperluan saya sendiri. Saya berharap
teman-teman bisa mengambil sisi positif dari pengalaman saya. Semoga saya bisa
menyeimbangkan antara bisnis dan kuliah. Mata kuliah kewirausahaan I bagi saya sebagai
motivator saya untuk memulai usaha karena disini saya diminta untuk merencanakan usaha
yang baik dan benar.
Impian saya selesai kuliah pendidikan matematika tidak ingin menjadi guru tapi saya
ingin membuka toko Hijab Elzatta dikampung saya, karena menjadi guru atau PNS bukan
tujuan hidup saya. Saya ingin bisa menjadi pengusaha yang sukses seperti bapak saya dan
semoga bisa berjalan sesuai rencana saya.
***

63
Disusun Oleh : Nurul Arifianti
Sistem Informasi

“Berjualan Jam Tangan Melalui Media Sosial”


Saya mempunyai bisnis dibidang online shop, sebenarnya usaha ini sudah cukup lama
saya jalankan tetapi saya sempat berhenti untuk menjalankan bisnis ini. Pertama kali saya
berkeinginan untuk berbisnis ini yaitu karena saya mempunyai jaringan sosial media
(facebook) disitu saya melihat stock atau agen jam tangan dan boleh siapa saja yang
bergabung juga dapat menjadi resellernya. Dari situlah saya berpikiran untuk menjadi
resellernya dari agen tersebut. Dan waktu itu saya mencoba untuk menghubungi kontak
person dari si agenya dan saya sudah bisa menjadi resellernya. Jadi dibisnis ini saya
mengambil stok barang dari agen tersebut dan saya jual kembali. Karena dari si agen tersebut
jika bergabung menjadi resellernya harganya lebih murah jadi saya bisa mengambil
keuntungan yang cukup lumayan dari sana.
Dengan mempunyai usaha dalam bidang penjualan online yaitu dengan berjualan jam
tangan perempuan dan laki-laki ini saya biasanya memasarkannya melalui jejaringan sosial,
salah satunya yang saya pakai yaitu di bbm. Saya membentuk sebuah grup online shop jam
tangan dan disitu saya mengupload gambar-gambar beserta harganya sekaligus supaya para
calon konsumen bisa lebih mudah untuk mengetahui kualitas jam tangan tersebut.
Bisnis dengan berjualan jam tangan online ini sebenarnya sudah cukup lama berjalan tetapi
dulu saya kurang bisa mempromosikan dan aktif menawar-nawarkan sehingga kurang banyak
peminat untuk membeli dan pada akhirnya belum ada yang membeli. Bisnis itu sempat
terhambat dan kadang juga berhenti, tetapi bisnis itu sekarang saya jalankan kembali dan
alhamdulillah bisnis itu sekarang berjalan dan membuahkan hasil, meskipun hasilnya belum
seberapa atau belum bisa mencapai target yang diinginkan.

Jam tangan yang saya jual ada beberapa macam pilihanya, seperti yang ori langsung
dan ada yg juga barang yang kw. Disini saya menjual yang ori dengan
harga dimulai dari Rp 200.000/jam dan untuk yang KW saya jual
dengan harga mulai dari Rp 35.000 tergantung merk dan spesifikasinya.
Untuk saat ini para pembeli hanya dilingkup teman-teman saya dan
didaerah Jawa Tengah saja belum ada yang dari luar itu, dan jika ada
konsumen yang membeli tidak bisa bertatap muka secara langsung atau
bertransaksi langsung bisa melalukan cod langsung dengan saya tetapi
cod hanya dilakukan disekitar-sekitar daerah tempat saya tinggal atau
diwilayah Yogyakarta dan sekitar Magelang, Jawa Tengah.
Dengan berjualan melalui media sosial atau dengan online shop
ini bisa dikatakan susah dan gampang, karena jika ada seseorang yang
membeli dan si pembeli meminta cod dengan saya otomatis saya harus
sudah menyediakan barang tersebut atau bisa dikatakan saya harus
membeli produk jam dari agenya terlebih dahulu baru setelah itu saya
cod dengan si pembeli dan itu juga harus ada modal terlebih dahulu.
Meskipun tidak menggunakan modal yang terlalu banyak, namun
dengan modal sedikit pun bisa.
Sedangkan untuk pembayaran, jika jarak jauh bisa dilakukan dengan via transfer di Bank dan
dapat transaksi langsung dengan saya.

64
Dan ada kejadian tidak mengenakan juga ketika seseorang membeli jam tangan dari
saya dan harga yang dibeli si pembeli tidak begitu mahal (dibawah Rp 50.000) sedangkan di
ATM saya saldo tidak mencukupi untuk mentransfer dan si pembeli sudah mentransfer ke
ATM saya tetapi di ATM saya tidak mencukupi untuk transfer kepada si agenya dan saya
harus membawa uang pas untuk pergi ke Bank untuk mentransfer uang kepada agen
meskipun saya mentransfer hanya sedikit tetapi itu tetap saya lakukan karena demi untuk
memuaskan dan supaya tidak mengecewakan para konsumen di shop saya.
Dalam penjualan di online shop saya ini, saya mengambil untung yang sewajarnya
dari mulai Rp 10.000-Rp 15.000 dan itu menurut saya sudah lumayan banyak untuk
dikumpulkan atau ditabung dalam tabungan saya.
Dari pengalaman saya selama saya berbisnis dibidang online shop ini saya banyak
menjumpai konsumen-konsumen yang kebanyakan banyak yang berminat tetapi mereka
belum mempunyai uang dan kemudian dia menjanjikan kepada saya dibulan-bulan tertentu
dan setelah tanggal muda. Dan banyak juga dari konsumen yang menjanjikan tetapi sampai
hari H-nya tidak jadi untuk membelinya dan banyak juga yang bertanya-tanya mengenai
harga dan spesifikasinya serta meminta penjelasan secara detail, tetapi ada juga yang sudah
dijelaskan secara detail dan sudah ada yang menawar-nawar juga tetapi tidak jadi membeli,
itu juga cukup membuat kesal tetapi tetap saya harus bersabar karena pembeli adalah raja.
Dan saya juga terkadang membujuk konsumen supaya membeli produk jam tangan dari saya
dengan memperlihatkan jam-jam yang kualitasnya baik dan harga terjangkau spesifikasinya
juga yang baik pula. Dengan cara tersebut ada yang berhasil dan ada juga yang tidak juga
tergantung dengan kepercayaan para pembeli. Terkadang juga ada konsumen yang sengaja
bertanya-tanya saja tetapi tidak mempunyai niat untuk membeli, dan ada konsumen yang
percaya dengan bisnis online shop saya ini dan ada yang tidak, ada juga yang mengira ini
hanya bisnis main-main atau bohongan saja dan banyak juga yang mengejek-ejek ketika saya
sedang menawarkan produk-produk dari jam tangan saya ini. Tetapi saya yakin saya akan
berhasil menjalankan bisnis saya ini walaupun belum merupakan bisnis yang besar.
Dan disini saya akan berusaha untuk bisnis online shop jam tangan saya berkembang
dan meningkatkan peminat dan pembeli dengan cara saya akan memasarkannya lebih
mendalam dan lebih efisien.

***

65
Disusun Oleh : Nur Fauzi
Manajemen

“Mengapa Harus Gengsi Untuk Bertani?”


Saat ini saya bekerja di salah satu Authorized Dealer Otomotif di Yogyakarta, lebih
tepatnya di Toyota Nasmoco Janti Yogyakarta. Di perusahaan itu saya berkedudukan sebagai
salah satu Toyota Technician yang alhamdulillah telah diangkat sebagai pegawai tetap per
September tahun ini (2014). Saya bukanlah orang asli Yogyakarta, saya adalah orang desa
yang mencoba peruntungan di Yogyakarta. Desa saya berada di Dalangan, Pandean, Ngablak,
kab. Magelang yang mana desa tempat saya tinggal hampir 98% penduduknya adalah
seorang petani termasuk orang tua saya. Mereka bercocok tanam berbagai jenis sayur-
sayuran.
Melihat kondisi para petani desa saya yang seperti di nomor bawahkan di rantai
perdagangan sayur-sayuran membuat saya bertanya-tanya. Harga yang para petani dapatkan
selalu saja jauh dari harapan sebagian besar dari mereka. Terkadang walaupun di pasar-pasar
dan kota -kota besar seperti Yogyakarta harga sayur-sayuran merangkak naik namun tidak
begitu halnya dengan harga yang para petani dapatkan, malah harga yang mereka dapatkan
cenderung turun. Akhirnya saya tahu mengapa harga dari petani bisa sangat jauh dari harga
pasar. Ini adalah permainan pasar, dimana terlalu banyak tingkat distributor dari petani
menuju pasar. Tentu ini membuat harga sudah melonjak duluan karena para distributor tentu
menaikkan harga agar mendapat keuntungan. Bayangkan dari petani ke pengepul sayur,
kemudian dari pengepul diserahkan ke pengepul lagi yang lebih besar, baru kemudian dibawa
oleh distributor ke pasar-pasar. Belum juga jika di pasar harus lewat sebuah sistem yang
mengharuskan memasok barang ke sebuah kelompok dalam jumlah terentu dan harga tertentu
sebagai syarat wajib untuk melakukan transaksi di sebuah pasar. Itu hanya sedikit gambaran,
bahkan mungkin ada yang lebih panjang rantai pendistribusiannya.
Dari situ timbul sebuah ide, mengapa saya tidak mencoba menjadi distributor
langsung? Sehingga harga dari petani bisa langsung saya jual dengan harga akhir di pasar
yang tinggi. Ini tentu sangat menguntungkan saya dan juga para petani dimana para petani
mendapat harga yang pantas, saya juga bisa meraup keuntungan dengan margin yang
lumayan.
Dulu saya sempat berfikir ingin memulainya dari saat saya berangkat pagi, saya
boncengkan saja sayur-mayur itu di motor saya. Namun tentu itu tidak efektif jika saya ingin
usaha yang lebih berproyeksi baik ke depan. Akhirnya teman kuliah saya yang mengambil
mata kuliah Kewirausahaan ini juga punya ketertarikan yang sama. Dia adalah mas Halim
Fauzan. Dari kami berdua timbul sebuah ide. Mas Halim yang mempunyai sedikit modal
lebih yaitu sebuah mobil bak terbuka, membuat adanya semangat dan peluang baru untuk
memulai usaha ini. Dengan adanya transportasi salah satu penunjang usaha ini mulai ada.
Namun tentu ada hal lain yang masi jadi PR besar sebagai persiapan untuk memulai usaha
ini. Hal lain itu tentu pengalaman dan tentunya target pasar. Untuk pengalaman mungkin bisa
sekalian menjalan usaha namun target pasar tentu harus segera kami pecahkan bersama.
Sedikit rencana awalnya kami akan mengambil barang dagangan ke desa saya, yang mana
tentu di desa barang dagangan sudah disiapkan oleh bantuan paman saya yang juga adalah
pengepul sayuran di desa saya. Dengan begitu harga tidak terlalu melambung karena hanya

66
lewat satu pengepul saja. Setelah itu barang langsung kami drop ke pedagang pedagang sayur
di pasar-pasar tradisional di Yogyakarta.
Sebelum saya melangkah lebih jauh dalam usaha ini, saya telah mencoba berkonsultasi
dengan dosen saya sendiri Pak Awan Santosa tentunya. Dari situ muncullah ide-ide baru dan
target pasar kami yang direkomedasikan beliau. Pasar sambilegi adalah tujuan pertama kami
untuk mensurvey apakah kami bisa memasuki pasar tersebut untuk memulai usaha. Beliau
memberi saran untuk mencari pasar yang terdapat kelompok koperasinya agar mudah dalam
menjalankan usaha. Selain pasar-pasar tradisional kami juga disarankan untuk mencoba
masuk di supermarket lokal seperti Pamela, yang mana belum mempunyai distributor tetap
untuk pemasok barang sayur-mayur di supermarket tersebut. Rencananya akhir minggu ini
akan mulai melakukan survey pasar disekitar pasar tradisional dan juga supermarket-
supermarket lokal di Yogyakarta.
Sebelumnya saya telah menjalankan suatu usaha pertanian. Sekitar 4 bulan lalu saya
menyewa tanah atau ladang milik salah salah satu keluarga senilai Rp 3.000.000 dengan
tempo 5 tahun, dari sewa tanah itu saya dan ayah
saya memulai usaha pertanian dengan menanam
beberapa jenis sayur-mayur diantaranya kol, daun
bawang, cabai, tomat dan lain-lain. Alhamdulillah
dalam 3 bulan pertama ladang kami telah berhasil
panen, dengan untung bersih Rp 3.000.000 dan
uang sewa telah kembali itupun dalam bentuk
untung bersih.
Bulan keempat tanah itu telah kembali ditanami beberapa tanaman. Kemudian saya
mempunyai keinginan untuk bisa memiliki sapi. Tentu tidak bisa jika langsung banyak dan
tidak bisa jika saya urus sendiri. Akhirnya pada akhir bulan Oktober saya membeli bakal sapi
pedaging seharga Rp 9.800.000 dan untuk merawatnya saya serahkan ke Bibi. Tentu nantinya
saat sapi siap untuk disembelih dan ditimbang akan ada prosedur bagi hasil karena sistem itu
bisa menguntungkan satu sama lainnya. Baik yang mempunyai sapi atau pun yang
memelihara sapi. Dari situ saya yakin untuk mencoba usaha ini.
Mungkin usaha yang saya jalankan saat ini adalah sebuah usaha yang mempunyai
pemasukan dalam jangka panjang. Karena seperti sayur-mayur tentu tidak bisa bila panen
setiap harinya bisa tiga atau malah empat bulan sekali tergantung jenis tanaman dan juga
kondisi cuacanya. Begitu pula usaha memelihara sapi pedaging. Tentu butuh waktu berbulan-
bulan agar sapi siap dijual. Sebenarnya tujuan awal saya membeli atau memelihara hewan
ternak karena ingin menabung uang yang mana uang itu bisa bergerak atau bertambah bila
dikelola dan yang halal tentunya karena “Menimbun uang adalah bukan sebuah
kebijaksanaan, kita harus menginvestasikannya“.
Saya mempunyai harapan dan rencana ke depan dari masing-masing usaha ini. Untuk di
bidang pertanian yang bisa dibilang saya baru mulai belajar, saya benar-benar ingin
mewujudkan keinginan saya di awal tulisan ini yaitu ingin memasarkan langsung hasil bumi
desa kelahiran saya, sehingga kesejahteraan dari masyarakat menjadi lebih tinggi. Untuk
peternakan sapi, saya akan terus berusaha agar bisa menambah jumlah sapi yang ada. Hasil
penjualan sapi yang pertama ini nantinya akan saya buat untuk membeli sapi lagi dengan
kuantitas yang lebih banyak. Bila bisa saya kelola dengan baik maka bukan tidak mungkin
setiap bulan minimal satu sapi siap dijual, sehingga setiap bulan saya bisa mendapat
keuntungan dari penjualan sapi itu.

67
Memang saya rasa ada usaha yang mungkin tidak dapat maksimal saya mengelolanya.
Usaha itu adalah usaha pendistribusian sayur. Usaha ini menuntut pelakunya untuk bisa
meluangkan waktu yang saya miliki lebih ekstra lagi. Padahal dengan profesi saya yang
sudah menyita banyak waktu saya, dan juga setelah itu saya harus melaksanakan kuliah tentu
bukanlah hal yang mudah untuk mencari waktu yang tepat dalam hal untuk melaksanakan
jenis usaha distribusi seperti ini. Alasan yang lainnya adalah fokus seperti yang disarankan
saat presentasin saya waktu itu. Jika saya bisa meluangkan waktu ekstra untuk melaksanakan
usaha ini saya kawatir jika akan mengganggu fokus saya yang lain terhadap usaha saya yang
lainnya. Apalagi saya juga tidak mau jika usaha ini mengganggu profesi saya di pekerjaan
saya dan mengganggu kuliah saya.
Dan ada hal menarik lagi yang baru saya tahu, ini juga merupakan saran dan ada teman yang
mau berbagi. Ternyata jika saya mendistribusikan sayur ini ke toko-toko modern itu kita tidak
akan mendapatkan benefit yang cukup. Ini cerita dari salah satu teman kuliah saya bahwa
supermarket yang menjual bahan-bahan sayur-mayur akan membeli sayur dari kita dengan
harga dibawah rata-rata. Dari situ saya mulai ragu untuk melanjutakn usaha saya di bidang
pendistribusian sayur. Akhirnya saya putuskan untuk menunda dalam memulai usaha saya di
bidang ini. Kesiapan pengalaman dan juga mental saya akan saya pupuk terlebih dahulu
sampai dalam waktu yang dilalui nanti akan ditemukan jalannya. Saya akan berfokus pada
usaha pertanian dan penggemukan sapi.
Dalam usaha pertanian ada saran untuk saya mengusahakan pertanian sayur organik.
Sebenarnya saya juga sudah mempunyai rencana ke depan untuk melangkah menuju kesana.
Apalagi ada teman saya yang sudah memulai usaha jenis sayur organik. Namun sebelum
kesana saya akan memaksimalkan usaha yang ada terlebih dahulu. Setelah ini berhasil
barulah saya akan mencoba usaha sayur organik karena selain butuh perawatan yang khusus,
sayur organik juga mempunyai market share yang berbeda dengan usaha sayur biasa. Namun
bukan tidak mungkin ke depan saya akan mencobanya, mengingat peluang yang ada akan
kebutuhan sayur organik yang mulai banyak di masyaralat. Apalgi nilai jual yang lebih baik
tentu akan membuat usaha ini menjanjikan, saya akan mencari informasi dan juga relasi
terlebih dahulu sebelum benar-benar memutuskan untuk memulai usaha ini.
Saya mulai dari lahan yang saya sewa yang sudah hampir memasuki bulan keenam.
Dalam 5 bulan terakhir ini usaha ini sudah memberikan saya dua kali hasil panen. Untuk hasil
yang pertama sudah saya ceritakan sebelumnya bahwa hasil bersihnya sudah dapat untuk
menutup biaya sewa dari lahan ini sendiri. Namun untuk hasil panen yang kedua ternyata
tidak seperti yang diharapkan, hasil panen yang didapat hanya dapat menutup modal tanam
awal dan juga untuk modal tanam selanjutnya beserta dengan biaya obat-obatan dan juga
pupuknya. Faktor cuaca adalah faktor utama mengapa saat itu hasil panen yang dihasilkan
tidak dapat maksimal. Cuaca buruk yang mana hujan deras setiap hari hampir satu bulan
membuat tanaman yang ditanam mempunyai banyak penyakit dan mudah busuk. Banyak
tanaman yang harus dipanen sebelum waktunya agar mencegah gagal panen, seperti kol yang
daunnya lebih cepat membusuk saat terjadi seperti itu. Selain itu banyaknya ulat juga
membuat penyakit yang ada dalam tanaman semakin bertambah saja. Menamg sudah
diusahakan untuk diobati namun karena hujan yang tiada henti, obat pestisida yang diberikan
hilang bersama dengan hujan yang datang.
Anggap saja itu adalah sebuah tantangan dan ujian yang diberikan kepada saya saat ini. Maka
dari itu saya tidak boleh berputus asa jika ingin kembali melanjutkan usaha ini. Apalagi
dukungan orang tua saya yang senantiasa menjadi penyemangat hidup saya selama ini.

68
Pada bulan keenam lahan yang saya sewa mulai akan saya tanami kembali. Saya dan
keluarga saya memutuskan untuk membuat benih sendiri dari pada membeli benih yang
sudah siap tanam, selain kualitas yang lebih bisa terjaga, biaya yang dikeluarkan juga jauh
lebih sedikit dari pada membeli benih yang siap tanam. Saat itu benih yang kami usahakan
adalah benih tomat dan kol. Namun tidak semua benih kami mengusahakannya sendiri,
karena keterbatasan ruang semai maka ada beberapa benih yang masih harus kami beli siap
tanam dari orang lain. Saat ini benih yang kami beli dari orang lain adalah benih sawi putih.
Biasanya penyemaian benih memerlukan waktu kurang lebih 30-40 hari dan dari situ kami
dapat menekan biaya produksi.
Akhirnya 2 minggu yang lalu benih-benih tersebut telah kami tanam, semoga saja
dengan cuaca yang kemungkinan bisa lebih baik dari pada sebelumnya bisa membuat hasil
yang akan dicapai lebih bagus lagi. Lahan yang saya sewa tersebut saat ini diisi dengan
beberapa varietas sayur-mayur, antara lain tomat, daun bawang dan juga sawi putih. Pada saat
yang sama juga kami menggarap lahan ayah saya yang tidak jauh dari lahan yang saya sewa.
Kami memulainya dengan mencangkul lahan, kemudian memberi pupuk kandang juga pupuk
urea dan ponska, barulah kemudian lahan itu dibuat gundukan gundukan yang nantinya akan
dibuat bedengan (baris). Lahan yang kami garap itu bisa dibuat bedengan sampai 30
bedengan dengan lebar kurang lebih 70 cm. Kemudian saat gudukan itu sudah jadi kami akan
menghaluskan dan merapikannya. Barulah kemudian ditutup dengan plastik mulsa agar dapat
menjaga kandungan hara tanah yang telah diberi pupuk tetap terjaga. Selain itu plastik mulsa
akan menjaga kelembapan dari tanah itu sendiri. Saat terjadi kemarau atau panas, maka tanah
tidak secara signifikan langsung habis kandungan air yang ada di dalamnya.
Di bidang penggemukan hewan sapi sudah berjalan kurang lebih 3 bulan. Pada cerita
sebelumnya saya telah menargetkan untuk bisa menghitung biaya pakan hewan ternak sapi
ini. Setelah tiga bulan berjalan bisa saya ketahui bahwa dalam satu bulan sapi saya
menghabiskan 50 kg pakan sapi (dedak) yang mana saat ini harga pakan sapi berkisar antara
Rp 3.000-Rp 4.000. Dari situ dapat diketahui setiap bulan biaya perawatan kotor dari hewan
ternak sapi ini adalah Rp 150.000-Rp 200.000 per bulannya. Dalam sisem usaha saya ini,
nantinya biaya pakan ternak sapi akan ikut dihitung sebagai modal sehingga uang atau biaya
pakan sapi akan dicatat untuk kemudian dihitung pada akhir saat sapi siap untuk dipotong.
Jadi bisa di asumsikan biaya hewan ternak ini juga sebagai tabungan saya ke depannya. Biaya
yang saya keluarkan juga tidak akan hilang karena telah dicatat untuk nantinya dihitung
sebagai bagian dari modal.
Jika sapi saya bisa siap dipotong dalam jangka waktu yang saya ambil rata-rata satu setengah
tahun lama perawaan dan penggemukan maka bisa kita hitung :

 Biaya perawatan : 18 bulan x Rp 200.000 = Rp 3.600.000


 Biaya total : Rp 9.800.000 + Rp 3.600.000 = Rp 14.400.000
 Laba kotor : rata-rata harga jual sapi potong – biaya total
: Rp 30.000.000 – Rp14.400.000 = Rp 15.600.000
Saat sudah diestimasikan laba kotor yang didapat, maka saya hanya tinggal menghitung laba
bersih untuk saya dengan menghitung berapa bagian untuk saya dan berapa bagian untuk si
perawat hewan ternak. Saya estimasikan 1/3 untuk perawat hewan dan 2/3 untuk saya maka
laba bersih yang saya dapat kurang lebih Rp 10.000.000. Saat saya bisa mendapatkan laba
dari penggemukan sapi ini, maka akan saya gunakan untuk membeli sapi lagi. Jika beruntung
maka uang yang saya dapat dari sapi ini bisa untuk membeli 3 sapi sekaligus. Namun jika
kurang akan saya tambah dengan uang dari tabungan saya sendiri. Begitu seterusnya

69
sehingga jumlah sapi yang saya punya akan semakin bertambah dan bukan hal yang mustahil
jika 3 tahun yang akan datang saya telah mempunyai sepuluh ekor sapi.
Telah banyak pengalaman dan pelajaran yang mengiringi perjalanan usaha saya
selama enam bulan terakhir ini. Mungkin jauh jika dari kesan wow atau keren, namun hanya
sampai itu usaha yang bisa saya bangun sampai saat ini. Kedepannya apa yang telah saya
tuliskan di tulisan ini akan senantiasa saya tingkatkan dan apa yang menjadi harapan yang
telah saya ungkapkan dalam tulisan ini semoga segera dapat saya capai bahkan kalau bisa
melampauinya.
***

70
Disusun Oleh : Elisa Sari
Manajemen
“Kedai Todong”
Untuk memulai usaha brownies saya tidak sendiri, saya bekerjasama dengan teman
saya Ririn Dwiningsih supaya lebih ringan dalam hal modal usaha. Mengapa saya memilih
membuat brownies pisang, hal ini dikarenakan saya mempunyai kebun pisang raja, yang
terkadang jika panen hanya dibagi-bagikan ke tetangga dan sanak saudara, sedangkan jika
diolah sendiri selalu monoton dengan cara digoreng atau dikukus. Disini saya ingin hasil
kebun tersebut bisa menjadi sumber tambahan penghasilan, oleh karenanya saya ingin
mengolah pisang raja tersebut menjadi sesuatu yang berbeda dengan mengolahnya menjadi
banana cake. Sedangkan alasan saya memilih membuat brownies sayur karena seperti yang
kita tahu, brownies adalah jenis kue yang paling banyak diminati. Kami ingin membuat
sesuatu yang beda dengan menambahkan bahan sayur di dalamnya, sehingga ketika kita
memakan brownies tidak enaknya saja yang didapat tapi kita juga mendapatkan supply
vitamin dari sayur tersebut yang menyehatkan tubuh. Peluang brownies sayur juga masih
sangat terbuka luas karena kami belum pernah menjumpai pedangang yang menjual brownies
sayur di Yogyakarta.
Dari misi tersebut kami pun mulai melakukan percobaan. Langkah pertama kami
harus mencari resepnya terlebih dahulu, beruntung orang yang kos disebelah rumah saya
adalah orang yang ahli membuat kue sehingga saya minta resep kue tersebut. Setelah itu kami
membuat brownies originalnya terlebih dahulu, karena menurut kami, kita harus bisa
membuat kue dasarnya terlebih dahulu sebelum mencoba menambahkan sayur ke dalamnya.
Setelah kami selesai membeli bahan-bahan yang dibutuhkan di pasar Ambarukmo tidak
disangka pengeluaran untuk membeli bahan-bahan tersebut benar-benar melampaui perkiraan
kami. Untuk membeli bahan kue brownies tersebut kami mengeluarkan uang sebesar Rp
70.000. Harga yang cukup mahal bagi kami dan yang terbayang dalam benak kami berapa
harga jual per potongnya jika harga bahannya semahal itu. Kami pun kembali fokus ke proses
membuat kue brownies. Kami lakukan dengan bertahap seperti yang tertulis di resep. Setelah
semua tahapan selesai dilakukan, akhirnya tiba waktunya mengoven adonan tersebut, butuh
kesabaran untuk menunggu kuenya matang karena api yang digunakan harus api kecil agar
suhunya stabil dan kuenya bisa matang sempurna. Butuh waktu 1 jam an hingga akhirnya kue
ini matang. Melihat hasilnya ada rasa senang dan kecewa, senang karena kuenya
mengembang dengan sangat bagus yang membuat kecewa dari segi tampilan warnanya tidak
seperti brownies, warnanya coklat terang sedangkan brownies yang asli berwarna coklat
gelap, selain itu setelah kue tersebut dingin dan saat diiris kuenya mudah hancur, teksturnya
kurang padat dan dari segi rasa coklatnya kurang terasa seperti ketika memakan brownies
(yang asli) tetapi rasanya cukup lumayan. Untuk keseluruhan, bisa dibilang percobaan kue
brownies ini gagal. Melihat hasil yang tidak sesuai dengan harapan ada sedikit perasaan
kecewa. Dari kesalahan tahapan di awal tadi kami telah menyisakan butter cair yang tidak
terpakai. Akhirnya atas usulan ibu saya, butter tersebut digunakan untuk membuat kue pisang
saja dengan bahan-bahan yang masih tersisa dan untuk kekurangannya kami membeli bahan
lagi ke pasar termasuk bahan utama yakni pisangnnya karena pisang di kebun saya belum ada
yang masak, sedangkan untuk belanja tambahan ini kami mengeluarkan uang sebesar Rp
20.000.
Pembuatan kue ke dua banana cake, pembuatan kue yang ke dua ini untungnya kami
dibantu oleh Cheff nya yang ahli membuat roti dan kue. Kami diajarkan tips-tips saat

71
membuat kue agar hasilnya bagus. Ada satu hal yang saya sadari ketika mengamati cheff nya
membuat kue, insting orang yang terbiasa membuat kue akan tahu takaran-takaran yang tepat,
dalam artian tidak sesuai dengan resep, padahal resep tersebut dituliskan oleh Cheffnya
sendiri namun masih terjadi penambahan takaran bahan. Waktu saya amati terkadang ada
bahan yang takarannya masih ditambahkan lagi, jadi saya berpikir mengapa jika membuat
kue sendiri hasilnya selalu gagal walaupun sudah mengikuti resep yang ada, mungkin itu
dikarenakan langkah membuatnya ada yang salah, atau takaran bahannya yang kurang pas.
Tiba waktunya untuk mengoven banana cake, waktu yang dibutuhkan untuk mengoven kue
sampai matang sama seperti pemanggangan sebelumnya, yakni memakan waktu sampai 1
jam. Alhamdulillah, hasil untuk percobaan yang kedua ini lebih bagus, warnanya kuning
cerah, rasa pisang ambonnya begitu terasa, teksturnya lembut, rasa kuenya pun enak dan
ketika dipotong tidak mudah hancur. Untuk keseluruhan, percobaan kedua ini dapat
dikatakan berhasil. Keberhasilan percobaan kedua ini setidaknya mengurangi rasa kecewa
kami atas kegagalan pembuatan kue brownies di awal tadi. Kebingungan pun melanda kami
saat melihat ada dua kue di depan mata kami. Dalam pikiran kami yang terbayang kemana
kami bisa menjual kue-kue ini, yang terpikir pertama kali adalah kantin kampus II. Banana
cake rencana kami jual ke kampus, tiap potong kue kami beri harga Rp 2.000 dari kami dan
Rp 2.500 dari penjual dengan pertimbangan ukurannya cukup besar karena kami
menggunakan loyang untuk kue bolu. Sedangkan kue browniesnya saya titipkan di warung
tetangga dengan harga 1.700 dari kami dan Rp 2.000 dari penjual.
Saat kami coba ke kampus ke esokan harinya ternyata kantin dalam masih tutup, dan kami
bertanya ternyata kantin buka jam 2 siang. Lalu kami mencoba untuk menitipkan kue tersebut
ke warnet, harapan kosong pula yang kami dapat, untuk dapat menitipkan di warnet tersebut
ternyata harus mendapat persetujuan dari pemiliknya dan waktu itu pemiliknya sedang pergi,
sehingga saya meninggalkan nomor telfon untuk nantinya dikonfirmasi. Kami mencoba ke
tukang burjo dekat rumah saya dan hal yang sama terjadi. Akhirnya kue itu rencananya kami
bawa ke kampus lagi nanti sore bersamaan dengan saya berangkat kuliah. Saat tiba di kampus
ternyata kantin masih tutup dan waktu itu kampus juga mati lampu. Rencana hari ini untuk
menjual banana cake pun gagal. Malam itu pula saya mendapat konfirmasi dari pihak warnet
bahwa disana tidak dapat menerima titipan dikarenakan sudah penuh, begitu pula di warung
burjo, pihaknya tidak bisa menerima titipan jualan dari luar dikarenakan takut makanannya
tidak laku.
Keesok harinya saya mengambil kue brownies yang saya titipkan di warung tetangga,
Alhamdulillah ada yang terjual walaupun hanya 3 potong. Kue browniesnya saya ambil dan
saya ganti dengan banana cake, masih saya jual dengan harga yang sama dengan kue
brownies sebelumnya. Dan keesok harinya saya mengambil banana cake yang saya titipkan
kemarin, dan Alhamdulillah laku 2 slice. Sulit sekali berjualan kue ini. Ibu tetangga tersebut
mengusulkan untuk menitipkan kue tersebut ke pasar sambil mejelaskan pedagang mana
yang dapat dititipi. Akhrirnya saya putuskan untuk mencobanya di esok hari. Saya berangkat
pukul 06.00 WIB, karena umumnya pada jam tersebut pedagang sedang menyiapkan
dagangannya. Tibanya di sana saya mencoba jelaskan maksud kedatangan saya dan saya
utarakan harga per slice nya. Bapak tersebut menerangakan rata-rata produk yang ia jual
dengan membandingkan produk sejenis yakni semuanya berkisar Rp 1.000-Rp 1.500 jika
banana cake tersebut diberi harga Rp 2.000 atau Rp 2.500 per slice nya maka tidak akan laku
tutur bapak pedagang tersebut. Akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk menitip banana
cake di pasar, karena jika diberi harga Rp 1.500 per slice nya kami bisa rugi banyak sekali.
Rasa putus asa memenuhi hati saya waktu itu, kue ini harus saya jual kemana lagi, sedangkan
kue basah tidak bisa bertahan terlalu lama. Selama kue ini masih tetap bagus karena saya

72
simpan di kulkas. Mungkin karena rasa iba atau kasihan, adek saya pun membeli kue saya.
Kebetulan saya pun juga suka rasa kue pisangnya jadi ketika saya ingin saya juga
membelinya dan kebetulan juga ayah saya sedang mengurusi renovasi ruko baru kakak saya,
dengan menyewa tukang. Maka ayah saya membeli beberapa kue saya untuk makanan di
ruko. Akhirnya banana cake pun terjual semua dan menyisakan beberapa slice brownies.
Saya meyerahkan sisa kue tersebut ke Ririn untuk di jual ke temannya atau ke siapa saja,
disitu saya pasrahkan kue brownies tersebut ke Ririn. Beberapa hari kemudian saya mendapat
kabar jika kue browniesnya terjual ke teman-temannya walaupun sedikit memaksa kata Ririn.
Mendengar hal itu saya menjadi merasa tidak enak dengan teman-temannya Ririn.
Kami pun sudah membagi hasil, dapat dikatakan disini kami merugi namun yang terpenting
kue tersebut terjual semua dan kami ada pemasukan untuk mengganti pengeluaran kemarin
walau tidak sepenuhnya kembali tetapi disisi lain banyak pelajaran yang saya ambil ketika
berjualan kue terutama ketika kita ingin menjual produk. Kesalahan kami waktu itu kemasan
kami tidak meyakinkan karena hanya dibungkus plastik bening ukuran ¼ kg, potongan kue
kami tidak sesuai dengan porsi untuk dijual, harga bahan kami terlalu mahal sehingga harga
jualnya juga mahal, dan mungkin juga kami salah sasaran untuk memilih berjualan kue.
Mayoritas kue-kue banyak dijual di toko-toko kue, sedangkan yang banyak dijual di pasar
adalah jenis roti, mungkin karena bahan untuk membuat kue itu lebih mahal maka jarang kue
di jual ecer dan kebanyakan jenis kue tersebut di jual di toko kue dalam bentuk utuh. Apapun
itu sepertinya kami tidak tertarik untuk melanjutkan usaha ini lagi karena bahan-bahannya
yang mahal dan pasarnya pun ternyata sangat sulit.
Pikiran saya yang sebagian besar sudah teralihkan oleh masalah skripsi membuat saya
tidak bisa berpikir lebih banyak. Saya memilih untuk tetap membantu usaha baru kakak saya
yakni usaha bakso dan mie ayam serta menyediakan aneka kuliner lainnya seperti aneka
masakan manado, nasi goreng jakarta, bakmi jawa goreng/godog, dll. Rencananya di ruko
baru selain membuka usaha PS dan game online, kami juga membuka usaha kuliner.
Bulan Desember 2014 kami pindah ke ruko baru karena kontrakan di sayegan ini
tidak dapat diperpanjang lagi dikarenakan ruko tersebut akan ditempati adik dari ibu pemilik
ruko. Tetapi mungkin ada hikmahnya juga kami akan pindah dari ruko lama karena setelah
ada isu RKS itu merbak disertai jatuhnya korban di daerah cebongan, keamanan di daerah
ruko pun semakin mengkhawatirkan. Selain itu baru-baru ini ditambah adanya kasus-kasus
pencurian disekitar ruko membuat kami semakin matap untuk pindah dari ruko lama.
Agar kami tidak kehilangan pelanggan lama
sepenuhnya, kami sudah memberitahukan
kepada mereka bahwa bulan Desember nanti
kami sudah pindah ke ruko baru dan kami
menjelaskan alamat ruko baru kami kepada
mereka. Mungkin bagi pelanggan yang remaja
atau dewasa yang mempunyai kendaraan bisa
datang di ruko kami yang baru, namun untuk
anak-anak SD mungkin sudah tidak bisa lagi
datang di tempat kami.
Waktu itu setelah mendapat informasi bahwa ruko tidak bisa diperpanjang lagi, maka kami
pun segera bergegas untuk mencari ruko baru dan akhirnya kami mendapatkannya di daerah
Godean tepatnya di daerah Kelangkapan. Cukup jauh memang dari ruko lama, namun kami
memilih disitu dengan pertimbangan harga rukonya termasuk murah dengan ukurannya yang

73
lebih besar dari ruko lama serta tempatnya cukup strategis di pinggir jalan dekat dengan
sekolah dan rumah sakit. Seperti halnya ruko lama di situ kami juga menyewa dua ruko, satu
untuk PS dan game online dan satunya lagi untuk kuliner. Keamanan di ruko baru, kami
merasa tenang karena disamping ruko baru adalah tempat tinggal seorang polisi dan beliau
juga sudah baik kepada kami.
Strategi dalam berjualan kuliner ini, kami berusaha meyakinkan konsumen dari segi
tempatnya terlebih dahulu, yakni dengan merubah ruko tersebut menjadi tempat yang bersih,
nyaman dan enak dipandang, karena ketika kami berkunjung pertama kali ke ruko tersebut
kesan pertama yang kami lihat tidak seperti itu, tempat tersebut tak terawat, kurang enak
dipandang, yang terlintas dipikiran kami saat itu, tempat tersebut perlu banyak perbaikan.
Mungkin salah satu alasan mengapa tempat tersebut murah dikarenakan dari segi bangunan
ruko tersebut masih sangat sederhana. Saat ini ruko tersebut masih dalam tahap renovasi.
Kami juga sudah memesan spanduk kulinernya agar konsumen tahu bahwa kami telah
membuka warung bakso dan mie ayam di situ.
Untuk menarik konsumen kami juga memberikan nama yang unik pada warung kuliner kami,
yakni kami beri nama ‘Kedai Todong’. Kata Todong diambil dari nama kakak ipar saya, yang
mungkin jika orang lain mengira arti kata todong itu seperti menantang, padahal itu adalah
sebuah nama marga. Untuk promosinya kami rencananya akan membuat blog untuk
memperkenalkan kuliner kami terutama masakan Manado yang mungkin banyak juga orang
yang mencarinya. Jadi kami minta tolong kepada rekan kami untuk dibuatkan blog yang
search engine nya bisa muncul di halaman awal pencarian. Selain itu rencananya jika sudah
buka kami akan promosi juga lewat sosial media baik itu FB, BB, twitter, dll. Dari segi menu
kami sudah merencanakan nama-nama yang unik dari setiap baksonya. Sementara ini ada
bakso ranjau karena baksonya pedas, bakso tenis karena di dalamnya ada telurnya, dan bakso
urat. Untuk mie ayamnya kami juga menyediakan mie ayam ceker.
Walaupun banyak yang berjualan bakso di daerah ruko baru kami, namun kami tidak
takut bakso kami tidak laku, karena bagi kami konsumen selalu mementingkan rasa saat
membeli makanan, jika mereka menemukan bakso yang enak maka mereka akan kembali lagi
untuk membelinya. Rasa adalah hal yang kami prioritaskan. Berdasarkan pengalaman kami
sebagai pecinta makanan bakso kami sudah mencoba berbagai bakso yang ada di Jogja ini
tetapi kami belum pernah menemukan rasa bakso seperti bakso yang ada di Ciamis. Oleh
karena itu kami berencana untuk membuka warung bakso dengan cita rasa yang berbeda,
dengan menggunakan 100% daging sapi asli serta bebas dari formalin atau boraks.
Kebanyakan tukang bakso dalam membuat bakso mereka mencampur daging sapi dengan
daging ayam untuk menekan pengeluaran dan memperoleh laba yang lebih banyak. Disini
kami berbeda, cita rasa bakso yang kami suguhkan benar-benar rasa bakso sapi yang rasanya
berbeda dari yang lain.
Semoga saja usaha baru kami di ruko baru nanti lancar dan tidak kalah ramai dari ruko
sebelumnya. Amin
***

74
Disusun Oleh : Sigid Pamungkas
Teknik Informatika

“Flanel Emoticon”
Untuk project yang saat ini saya kerjakan selama beberapa bulan terkhir, saya mulai
untuk mencoba membuka usaha kecil-kecilan. Usaha yang saya kerjakan tersebut yaitu
dengan jualan jagung bakar. Usaha tersebut saya lakukan barsama dengan teman saya yang
juga sedang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Alasan saya mengajak teman untuk berjualan
karena dia juga mau memulai membuka sebuah usaha.
Untuk memulai sebuah usaha saya dan teman saya melakukan survey dengan mencari tempat
yang cocok untuk berjualan jagung bakar. Selama kurang lebih 2 minggu mencari tempat
akhirnya kami mendapat tempat di teras sebuah rumah orang letaknya di pinggiran jalan raya
jogja-solo, kami pun meminta izin kepada bapak yang punya rumah untuk membolehkan
kami berjualan jagung bakar disitu dan akhirnya bapak tersebut memperbolehkan akan tetapi
ada syaratnya yaitu setelah jualan selesai sampah yang berserakan harus dibuang dan di
bersihkan. Tempat yang kami pilih juga tidak terlalu jauh dari rumah teman saya, sehingga
jika membutuhkan sesuatu seperti tikar atau peralatan yang kami butuhkan tidak sulit untuk
mencarinya.
Kemudian hari saat kami libur kami memulai untuk mencari bahan dan alat untuk
berjualan jagung bakar. Kami mencoba melihat jagung di Pasar Kalasan terlebih dahulu
ternyata harga jagung bakarnya mahal kira-kira Rp 20.000 berisi sekitar lima belas jagung
kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Prambanan ternyata disana belum ada yang
menyetok jagung, sehingga kami menunggu sore hari sekitar pukul 17.00 WIB akhirnya
datang juga mobil penyetok jagung bakar, lalu kami mencoba bertanya kepada penjual
tentang harga jagungnya ternyata harganya sekitar Rp 19.000 berisi sekitar lima belas jagung
dan akhirnya kami membelinya. Setelah jagung kami dapatkan lalu membeli bahan-bahan
lainnya seperti sambal dan madu, kami mencoba untuk mencari alat bakar jagung seperti
tengku, kuas, arang dan alat kipas kira-kira total bahan dan alat kami beli sekitar Rp 60.000.
Hari selanjutnya kami memulai untuk mempersiapkan alat dan bahan apa saja yang
nantinya akan dibawa untuk berjualan, setelah maghrib kami pun mulai bersiap untuk
berangkat menuju tempat berjualan kami. Kami mempersiapkan arang yang kami bakar
terlebih dahulu kemudian kami menggelar tikar dan mempersiapkan bumbu-bumbu yang
telah kami racik. Setelah semua siap kami pun menunggu pembeli datang, kira-kira dua jam
telah menunggu kami kedatangan pembeli seorang ibu dan anaknya kami mulai membakar
jagung tersebut dan ibu tersebut membeli 3 jagung, kami sepakat untuk mematok jagung rasa
pedas dengan harga Rp 2.000 sedangkan untuk jagung manis Rp 2.500. Hari itu hanya ada 2
orang pembeli dan hanya laku 5 jagung saja kira-kira dapat uang Rp 10.000.
Kami hanya berjualan ketika hari minggu malam saja karena jika berjualan pada hari
senin sampai sabtu kami tidak bisa berjualan karena sama-sama masih sibuk kuliah dengan
tugas-tugas dari kampus. Setelah satu bulan kami hitung pendapatan kami kira-kira hanya
mendapatkan Rp 25.000, karena sepi pembeli. Untuk bulan berikutnya kami berjualan lagi
tetapi juga hanya mendapat uang Rp 18.000 akan tetapi kami masih bersemangat untuk jualan
lagi meskipun hasinya tidak terlalu besar. Kami juga pernah berjualan di alun-alun selatan
jogja (alkid) tetapi kendala yang kami hadapi juga tidak mudah, sepeda motor yang kami
tunggangi juga bannya bocor saat di perjalanan, tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan
untuk ke alun-alun selatan. Setelah sampai kami mulai berjualan pukul 20.00 WIB sampai
22.00 WIB setelah lamanya menunggu kami hanya mendapat 2 pembeli saja dan uang yang
kami dapat hanya Rp 10.000 saja, mungkin kami belum beruntung. Kemudian hujan mulai
turun deras kami pun segera membereskan dagangan kami dan kami sepakat untuk pulang.

75
Setelah dua bulan lebih kami memutuskan untuk berhenti berjualan karena kami juga akan
ada ujian tengan semester sehingga kami fokus terlebih dahulu ke ujiannya. Kami juga akan
berfikir lagi untuk berpindah tempat lain saja karena tempat dahulu sepertinya sepi pembeli.
Setelah ujian tengah semester berlalu kami berdiskusi lagi untuk melanjutkan ataupun
beralih usaha yang lainnya. Setelah berdiskusi kira keputusan yang kami ambil yaitu untuk
berhenti usaha dari berjualan jagung bakar karena untuk menjalankan sebuah usaha berjualan
jagung bakar banyak sekali masalah dan hambatannya misalnya saja untuk jagungnya sendiri
haruslah jagung dengan kondisi yang masih bagus dan yang masih muda, terkadang untuk
daya tahan jagungnya sendiri tidak dapat bertahan lama dan mudah sekali membusuk,
walaupun sudah di masukkan ke dalam lemari es. Hambatan yang lain adalah soal waktu dan
kondisi tempat untuk berjualan. Untuk masalah waktu itu sendiri saya memulai usaha dengan
teman-teman saya yang rata-rata masih kuliah dan masih sibuk dengan tugas kuliah mereka
masing-masing dan juga dengan jadwal mereka yang padat dan untuk menyamakan jadwal
yang kosong itulah yang membuat saya menjadi kurang optimal dalam berjualan bersama
dengan teman-teman saya. Masalah kondisi untuk tempat berjualan menurut saya sudah
cocok karena tempat di pinggir jalan raya dan dekat dengan salah satu rumah dari teman saya
apabila untuk alat dan bahan dalam berjualan ada yang kurang sehingga kami hanya
mengambil dari rumah teman kami. Akan tetapi menurut saya tempat disini kurang ramai
mungkin karena tidak banyak pedagang yang lain, tempat berjualan kami hanya ada
pedangan angkringan dan pegadang yang berjualan mie ayam dan bakso dan kami lihat
mereka juga sepi pelanggan.
Kami memulai berfikir usaha baru apa yang cocok untuk mahasiswa seperti kita yang
nantinya tidak terlalu merepotkan kami, setelah berdiskusi kami mendapatkan ide yaitu untuk
membuka usaha dengan membuat gantungan kunci dari kain flanel ataupun kerajinan apapun
dengan berbahan kain flanel. Usaha yang kami pilih ini agar kami tidak terlalu repot dengan
aktivitas kami sebagai mahasiswa. Alasan kami memilih usaha dengan kain flanel karena
menurut kami barang yang imut dan mungil seperti ini banyak yang berminat baik untuk
kalangan anak-anak, remaja, ataupun untuk kalangan dewasa. Yang kedua buatan aksesoris
kami dengan buatan tangan sendiri atau handmade sehingga masih banyak orang yang
menyukai produk aksesoris kami dan menghargai hasil karya dan kreatifitas dari kami. Yang
ketiga kain flannel bersifat fleksibel karena dapat dibentuk bermacam-macam seperti
gantungan kunci, untuk hiasan kotak tissue dan bross sebagai aksesoris entah untuk yang
memakai hijab atau untuk di pakai di baju dan masih banyak lagi yang dapat kita kreasikan
dengan bahan kain flannel tersebut. Yang keempat untuk kondisi kain flannel tidak akan
mudah luntur karena dapat bertahan lama. Yang kelima untuk modal yang kami keluarkan
juga tidak terlalu mahal sehingga dapat menghemat pengeluaran baik untuk bahan maupun
untuk alatnya. Dan menurut pandangan kami biasanya untuk para konsumen pasti mencari
sesuatu yang benar-benar unik yang jarang dilihat, serta warna kain yang berwarna-warni ini
juga yang bisa menjadi daya tarik para konsumen. Dan dari berbagai faktor diatas kami
sepakat untuk memilih usaha tersebut sebagai pengganti usaha jagung bakar.
Saat itu kami jalan-jalan dipasar malam dan kami mulai mencari produk yang unik
dan menghibur, kami melihat banyak sekali barang-barang yang
menarik di pasar malam tersebut, suatu saat kami berhenti dan
melihat sebuah gantungan kunci yang menarik yang terbuat dari
kain flnel lalu kami melihat macam-macam motif dari kain flannel
tersebut serta bentuk, dan warna yang cerah yang dapat membuat
orang tertarik. Setelah itu kami mencoba menjahit dengan
autodidak dan kami membeli bahan percobaan dan alat untuk
gantungan kunci kain flannel tersebut. Kami membuat sebuah

76
emoticon yang lucu dan imut, akan tetapi jahitan itu hanya untuk percobaan yang hasilnya
belum terlau bagus karena kami masih belajar dan belum tahu cara yang benar dalam
membuatnya, setelah berminggu-minggu kami berkumpul dan melihat hasil yang makin lama
makin banyak dari buatan kami, dan hasilnya mulai rapi dan bagus. Kemudian kami membeli
bahan yang lebih banyak karena sudah yakin untuk memulai usaha aksesoris ini.
Awal untuk mencari bahan dan alat, kami pertama kali pergi ke toko merah yang ada
di Gejayan, kami akan membuat gantungan kunci emoticon kira-kira akan membuat 50
emoticon. Disana kami membeli kain flannel dengan ukuran 20cm x 30 cm dengan harga Rp
2.000. Lalu kami membeli 2 lem UHU, kira-kira harga untuk 1 lem UHU tersebut seharga Rp
15.000, untuk benang sendiri kami membeli 3 macam warna benang harga benang masing-
masing Rp 2.000/ benang, untuk dakron dan gantungan kunci kami beli di daerah klaten
dengan harga 5 ons drakron sekitar Rp 5.000 untuk gantungan kunci kami membeli 50 biji
kira-kira harga 1 biji seharga Rp 200. Dan total belanjaan kami kira-kira habis Rp 45.000.
Setelah hasil aksesoris gantungan kunci emoticon dan gantungan kunci aplikasi
menjadi banyak lalu kami membuat sebuah iklan di berniaga.com dengan harga mulai dari
Rp 2.000/pc – Rp 4.000/pc. Kami juga berjualan di car free day saat minggu pagi tiba. Kami
menggelar lapak di pinggir jalan dengan alas terpal dan kami siap untuk menjual hasil produk
kami. Setelah setengah jam lebih kami menunggu belum ada yang membeli, kami terus
menunggu kira-kira sudah ada satu jam lebih ada seorang yang membeli aksesoris kami dia
membeli 2 buah gantungan kunci emoticon. Alhamdulillah kami mendapat Rp 4.000, ada lagi
yang membeli 1 buah gantungan kunci aplikasi fb seharga Rp 3.000, setelah dua jam lebih
akhirnya kami membereskan dagangan kami lalu pulang dengan membawa uang Rp 7.000.
Untuk minggu berikutnya kami masih tetap berjualan di tempat yang sama, kami berangkat
hanya naik sepeda dengan membawa tas yang berisi alas dan gantungan kunci emoticon,
walaupun jarak yang harus kami tempuh kira-kira lebih dari 4 km kami tetap bersemangat
untuk menjual dagangan kami, kami tidak menggunakan kendaraan bermotor karena pertama
di kawasan car free day motor tidak boleh melewati jalan diarea car free day, kedua kami
naik sepeda juga untuk olahraga pagi. Yang ketiga untuk menghemat pengeluaran bensin.
Saat minggu kedua mungkin kami kurang beruntung karena tidak ada yang membeli
aksesoris kami, tetapi kami tidak putus asa untuk menjualnya kembali pada minggu
berikutnya. Saat hari itu teman saya membuka dan mengecek iklan di berniaga.com apakah
sudah ada yang memesan aksesoris dari kami dan ternyata ada yang memesan dua buah
gantungan kunci sebuah inisial nama, kemudian kami langsung membuatnya dan segera
bertemu dengan pembeli karena kebetulan pembeli itu rumahnya tidak jauh dari candi
prambanan. Dan kami mengantongi uang Rp 10.000 dari pesanan tersebut. Setelah satu bulan
lebih kami mendapatkan uang kira-kira Rp 50.000 dan biaya modal sudah dapat kembali akan
tetapi keuntungan belum kami dapatkan karena baru satu bulan kami berjualan.
Untuk bulan berikutnya kami berdiskusi lagi untuk mencari tempat dan mencari solusi
untuk menjual aksesoris kami. Dan kami juga akan memasarkannya melalui dan akan
menambah produksi dagangan kami, walaupun kendala mengenai waktu masih menjadi hal
yang utama, tetapi saya yakin kalau nantinya akan dapat berkembang dan dari usaha yang
telah saya lakukan ini walaupun hasilnya kecil namun tidak apa-apa, meskipun juga usaha
saya berasal dari usaha yang kecil, insyaallah dapat berhasil. Saya ingat sesuatu dari
perkataan para pengusaha yaitu “Usaha yang besar tidak mungkin jika tidak dimulai dari hal
yang kecil / dari nol terlebih dahulu.
***

77
Disusun Oleh : Fatmiyatun Sriyani
Pendidikan Matematika

“Meraih Mimpi Tidak Memandang Situasi dan Kondisi”


Awalnya saya tinggal di kost yang pada saat itu uang kost per bulan Rp 250.000 dan
orang tua saya harus mengeluarkan uang per bulan Rp 1.000.000 untuk kebutuhan serta
bayaran uang kost saya per bulan, ini cukup berat untuk orang tua saya yang bekerja sebagai
patani. Lalu saya kembali mencari kost yang lebih murah agar sedikit meringankan beban
pengeluaran orang tua saya. Saya mendapat info dari teman saya bahwa di asrama putri
yayasan SPA Indonesia membutuhkan 1 orang penghuni kost lagi. Sehingga saya bisa masuk
kesana yang pada saat itu uang asramanya Rp 1.000.000 per tahun.
Setelah tinggal di asrama selama 3 minggu, saya mendapat amanah untuk mengajar
Baca Tulis Al-Qur’an (BTAQ) di SDN Deresan untuk kelas 5. Saya mengajar 4 kali
pertemuan dalam satu bulan. Awal mengajar, karena saya belum tahu lokasinya sehingga
saya harus berangkat lebih awal untuk mencari SDN Deresan. Pada saat itu siswa masuk
pukul 10.00 WIB dan saya berangkat dari asrama pukul 09.00 WIB
Saat masuk kelas saya belum tahu harus mulai darimana, awalnya saya hanya mengajarkan
cara membaca Al-Qur’an sambil sesekali melihat teman saya ketika menyampaikan materi
dan ini adalah pengalaman pertama saya mengajar.
Pada hari kedua mengajar kebetulan teman saya izin tidak mengajar, sehingga saya
mengajar sendirian. Dengan siswa sebanyak 32 anak dan saya hanya sendiri disini saya harus
memikirkan cara bagaimana agar bisa terkondisikan dan semua juga bisa mengaji. Dan di
papan tulis saya menuliskan sebuah surat Al-Qur’an, kemudian anak-anak saya minta untuk
menyalin surat tersebut dan saya panggil satu persatu untuk mengaji. Kemudian ada 3 anak
yang berbaris untuk mengaji, setelah mengaji ternyata 3 anak ini sudah lancar. Lalu 3 anak
ini saya minta untuk mengajari teman-temannya untuk mengaji. Disinilah saya menggunakan
metode tutor sebaya dan Alhamdulillah anak-anak antusias dengan metode ini. Ketika
mengajar banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan. Selain itu, dalam satu bulan
saya mendapatkan TA (Tunjangan Akhir) sebanyak Rp 28.000.
Selain mengajar di SDN Deresan, saya juga mengajar di TPA Al-Huda di Jalan
Kaliurang setiap hari rabu, kamis dan sabtu. Terkadang saya harus berlari untuk menuju ke
TPA, karena terkadang saat saya pulang kuliah dapat bersamaan dengan waktu mengajar di
TPA, tetapi justru hal itu yang membuat saya bersemangat untuk mengajar di TPA, karena
disana anak-anak selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajarnya. Pada bulan
selanjutnya saya mendapat tambahan mengajar di SD Muhamaddiyah Demangan setiap satu
bulan dengan 8 kali pertemuan yaitu pada hari selasa dan kamis dan kegiatan belajar
mengajar dimulai pukul 10.00-11.30 WIB, jadi di pagi hari saya kuliah siang hari saya
mengajar dan sehabis pukul 12.00 WIB saya kuliah lagi, itupun saya tempuh dengan berjalan
kaki sekitar 40 menit namun terkadang saya naik sepeda ketika ada sepeda teman saya di
asrama yang menganggur. Sehingga pada bulan ke dua saat di asrama, saya mengajar di SDN
Deresan, SD Muhammadiyah Demangan dan di TPA Al-huda kumpulrejo dengan total
mengajar sebanyak 24 kali pertemuan. Sedangkan untuk tunjangan akhir mengajar di SDN
Deresan, SD Muhammadiyah Demangan Rp 90.000.

78
Selama tiga bulan berlangsung saya mendapat tambahan mengajar lagi di SDIT
Salsabila Bangun Tapan Bantul. Pada saat itu saya bimbang, karena dari asrama ke SDIT
Salsabila Bangun Tapan Bantul jaraknya cukup jauh dan pada saat itu saya mengajar dengan
berjalan kaki karena saya tidak mempunyai kendaraan. Saat itu saya mengatakan kepada
bagian personalia bahwa saya tidak bisa mengajar di SDIT Salsabila Bangun Tapan Bantul
dengan alasan tidak mempunyai kendaraan, tetapi dari yayasan saya diberi fasilitas kendaraan
motor tua yang sudah tidak berpajak. Kemudian saya setiap pagi sebelum berangkat kuliah
mengajar di SDIT Salsabila Bangun Tapan Bantul. Dan jadwal mengajar juga di sesuaikan
dengan jadwal kuliah saya. Pada waktu itu saya mengajar di SDN Deresan, SD
Muhammadiyah Demangan dan SD IT Salsabila Bangun Tapan Bantul setiap akhir bulan
saya mendapat tunjangan akhir sebanyak Rp 150.000- Rp 170.000 setiap bulan.
Saya benar-benar membagi waktu dari pagi sampai sore untuk kegiatan mengajar dan
belajar. Dari situ saya juga mulai berfikir bagaimana caranya membuat metode-metode
belajar membaca Al-Qur’an agar mengasyikan dan tidak monoton. Saya berusaha setiap
mengajar metode yang saya gunakan selalu berbeda-beda pada akhirnya hasilnya pun
memuaskan dan Alhamdulillah, siswa dan siswinya sudah lancar membaca Al-Qur’an.
Disinilah letak kepuasan saya ketika melihat anak didik saya sudah dapat di wisuda dan dapat
membaca Al-Qur’an di depan semua wali murid. Saya merasa senang dan bangga ketika
orang tua wali merasa puas dan bangga terhadap anaknya. Pada saat wisuda santri di SD IT
Salsabila Bangun Tapan Bantul, peserta wisudanya sekitar 100 siswa dan pada saat itu saya
mendapat reward sebagai guru BTAQ terbaik. Reward tersebut berupa Map dan amplop yang
berisi surat ucapan terimakasih dan uang sebanyak Rp 250.000 dan Alhamdulillah sekali,
karena pada waktu itu orang tua saya belum mengirim uang bulanan.
Setelah itu saya mendapat tawaran untuk menjadi guru les di rumah salah satu siswa,
yaitu les baca Al-Qur’an dan les privat matematika. Jaraknya Alhamdulillah dekat dapat saya
jangkau dengan berjalan kaki selama 35 menit dari asrama. Setiap sehabis maghrib saya
berangkat untuk mengajar les dan jadwal les setiap hari rabu, kamis dan sabtu sehingga setiap
pulang kuliah, saya mengajar TPA kemudian mengajar les. Karena kebetulan jadwal TPA
dan les harinya sama (hari rabu, kamis dan sabtu), setelah sebulan berjalan saya sempat sakit
selama satu minggu saya ingin mengundurkan diri dan ingin mencarikan pengganti untuk
guru les, tetapi anak yang saya didik tidak mau les jika dengan guru yang lain. Kemudian
saya berinisiatif untuk mengganti jadwal les tersebut menjadi hari senin, kamis dan jum’at.
Meskipun masih ada jadwal satu hari yang sama dengan jadwal ngajar di SD dan di TPA,
tetapi saya bersyukur karena sedikit bisa beristirahat. Ketika saya mengajar les sering sekali
kehabisan pertanyaan atau latihan soal, karena anak ini memang cerdas, sehingga saya tidak
perlu waktu lama untuk membuatnya paham. Pada saat itu saya mengajar les setiap satu kali
pertemuan saya mendapat tunjangan sebanyak Rp 25.000 kira-kira untuk les setiap bulan
saya mendapat tunjangan Rp 250.000- Rp 300.000. Dari les privat, mengajar di sekolah dan
ngajar TPA kira-kira setiap bulan saya mendapatkan tambahan uang saku kurang lebih Rp
300.000- Rp 400.000. Semenjak les dan mengajar di sekolah jadwal saya setiap hari padat.
Pagi mengajar, lalu kuliah, sore harinya mengajar TPA, dan setelah itu mengajar les privat,
meskipun kegiatan padat tetap saya nikmati, karena pada dasarnya saya memang senang
dengan anak-anak.
Pada awal semester 3, saya ditawari untuk mengajar les anak SD kelas 4, yaitu les
matematika. Awalnya saya berfikir kalau ini kesempatan saya untuk menyalurkan ilmu yang
saya dapat di kampus yang sesuai dengan jurusan saya yaitu program pendidikan matematika.
Tetapi saya tidak menyangka anak tersebut mempunyai keterbelakangan mental. Sehingga ini

79
merupakan tantangan baru saya, karena saya harus memahami cara penyampaian untuk anak
yang mempunyai keterbelakangan. Sudah beberapa kali saya mengajar saya belum terbiasa
dengan anak tersebut. Tetapi sudah menjadi hal yang biasa melihat kebiasaan (dapat
dikatakan it merupakan kebiasaan buruk) anak itu. Dan saya sedikit demi sedikit merubah
kebiasaan anak itu, dan Alhamdulillah anak itu sekarang sudah ada peningkatan yang positif.
Selain itu, saya merasa kesulitan karena anak tersebut tidak mudah untuk menangkap materi
yang saya jelaskan sehingga saya mendownload soal-soal untuk latihan dan game-game
belajar agar mudah dipahami. Saya menggunakan banyak sekali metode-metode
pembelajaran dan itupun tidak ada hasilnya. Kemudian selama saya mengajar les anak
tersebut, saya menggunakan metode game, awalnya anak tersebut suka dan senang belajar,
tetapi pelajaran yang saya sampaikan hanya sebatas angin lalu yang jika diulang pada hari
selanjutnya anak tersebut lupa. Kemudian saya menggunakan metode bercerita, tetapi gagal
juga dan selanjutnya pada saat saya membawa permen ketika kegiatan belajar mengajar
berlangsung memberi anak tersebut permen dan dimakan sambil belajar, anak itupun senang.
Pada hari berikutnya, anak tersebut saya beri soal yang mirip dengan soal hari sebelumnya
dan anak itupun paham, sehingga sekarang setiap mau mengajar les saya selalu membawa
permen dan makanan ringan untuk anak tersebut, sampai pada akhirnya ibunya pun tahu
bahwa saya sering membawakan makanan untuk teman belajar anaknya sehingga saya
menjelaskan bahwa dia bisa paham dalam belajar jika mengemil. Sehingga ibunya pun
menyediakan makanan ringan setiap kali anaknya (bernama Kanya) ada jadwal les.
Setelah satu bulan mengajar les, saya mendapat kabar dari ibunya bahwa untuk nilai
matematika Kanya nilainya sudah ada peningkatan bahkan ketika UTS. Dan itu merupakan
hal yang luar biasa bagi saya, karena perkiraan saya Kanya dalam belajar butuh waktu yang
lama, sehingga untuk meningkatkan nilainya pun merupakan tantangan berat bagi saya, tetapi
Alhamdulillah Allah telah memudahkan saya untuk membantu anak tersebut agar anak
tersebut tidak di sepelekan dengan orang-orang di sekitarnya. Karena setiap selesai belajar
dengan saya Kanya selalu bercerita bahwa disekolah dia selalu di ejek oleh teman-temannya
dan bahkan jika tidak bisa mengerjakan latihan soal Kanya selalu di maki-maki oleh gurunya.
Padahal untuk anak yang seperti Kanya seharusnya mendapat dukungan dan motivasi yang
lebih dari anak-anak normal lainnya. Jadi, disini saya sedikit memaksakan diri walaupun
lelah, hujan, sakit, saya tetap berangkat mengajar les untuk Kanya dan Ghina. Disini saya
menaruh harapan besar kepada Kanya, bawasannya setiap anak yang terlahir tidak ada yang
bodoh, saya yakin kalau suatu saat Kanya akan menjadi anak kebanggaan orang tuanya dan
saya.
Meskipun Kanya memiliki keterbelakangan, tetapi Kanya memiliki bakat dibidang seni yaitu
menggambar dan bermain biola. Saat November 2014, Kanya mendapatkan juara II lomba
biola se-DIY. Selain itu, pada semester ganjil ini Kanya juga mengalami peningkatan dalam
belajar yaitu dari peringkat 20 menjadi peringkat ke 18. Meskipun baru naik 2 peringkat,
tetapi bagi saya itu adalah langkah awal yang baik.
Sampai saat ini saya masih mengajar di sekolah, mengajar di TPA Al-Huda dan
mengajar les privat 2 orang anak, kira-kira saya mendapatkan tunjangan setiap bulan Rp
600.000- Rp 700.000 dan itupun tidak menentu, karena harus disesuaikan dengan jadwal
kuliah saya. Dan yang paling penting saya sedikit bisa meringakan beban orang tua saya.
Meskipun uang yang didapat tidak seberapa, tetapi disinilah banyak pengalaman dan
kebanggaan yang saya dapatkan. Dan dengan penghasilan tersebut Alhamdulillah saya bisa
menabung yang nantinya apabila sudah cukup tabungannya saya mempunyai keinginan untuk
membeli sepeda ontel supaya saya tidak terlambat untuk berangkat mengajar.

80
Saya menyukai kegiatan saya ini. Meskipun terkadang harus membagi waktu antara
kuliah, tugas kuliah dan kewajiban. Awalnya saya mengajar les hanya untuk mencari
tambahan uang saku agar meringankan beban orang tua saya, tetapi setelah mengajar les
Kanya, saya berfikir ulang, bawasannya saya memang benar-benar di butuhkan untuk
membantu orang lain bukan untuk mencari uang. Karena jika segala sesuatu yang kita
lakukan di niatkan karena Allah subhanahu wata’ala semata, insya Allah rejeki tidak akan
jauh dari kita. Dari sini, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, selain saya
dapat berbagi saya juga mendapatkan keluarga baru. Meskipun hal ini tidak mudah saya
lakukan, tetapi dengan niat yang baik saya yakin bahwa suatu saat pengalaman yang saya
dapatkan akan bermanfaat untuk saya dan untuk orang banyak nantinya.
***

81
Disusun Oleh : Meji Okta Lestian
Manajemen
“Lika-liku Usaha Bawang”
Dalam usaha bisnis bawang ini saya memang belum paham dan masih banyak
membutuhkan pengalaman dan pelajaran dari pembisnis importir bawang yang jauh lebih
berpengalam dari saya, akan tetapi saya disini seorang perantau yang tidak memiliki kerabat
maupun saudara yang terjun di bisnis jual bawang ini. Dan dari pengalaman berkeliling pasar
dan kampung-kampung itu lah yang memacu semangat saya untuk belajar bagaimana caranya
agar bawang saya dapat terjual di pasaran dan para pedagang mau pesan bawang dari saya.
Dalam dua bulan terakhir ini perkembangan jualan saya sudah cukup menyenangkan
diri saya, karena saya sudah mempunyai langganan di pasar yang setiap minggunya pasti
pesan bawang kepada saya dan dari langganan si (A) inilah saya bertemu dengan langganan
baru yang juga setiap minggu pasti memesan bawang walaupun dalam jumlah yang sedikit
atau tidak sebanyak langganan si (A) tersebut. Dalam dua bulan terakhir ini saya sudah fokus
berjualan di pasar dan saya mencari konsumen di pasar-pasar besar yang memiliki gudang
atau mempunyai lapak yang sudah pasti mempunyai langganan pembeli mereka selama
berjualan.
Saya fokus menjual bawang di pasar karena di pasar rata-rata para pedagang membeli
bawang saya dengan jumlah besar dan yang pasti cara pembayaran secara pembayaran
langsung walaupun untung perkilonya lebih kecil dibandingkan pada saat saya menjual ke
warung yang ada di kampung-kampung, akan tetapi jika saya menjual bawang di pasar tidak
terlalu banyak menghabiskan waktu, karena di pasar rata-rata konsumen lebih berminat
membeli bawang yang masih kotor (masih ada kulit luarnya) karena selisih harganya lebih
murah di bandingkan barang yang sudah bersih dan hal ini sangat bertolak belakang jika saya
menjual bawang ke warung di kampung-kampung sangat mengahiskan waktu apa lagi waktu
dalam proses packing atau mengemas bawang dalam kantong plastik yang ukuran 5 kg-10 kg,
belum lagi masih membutuhkan waktu untuk mengantar barang tersebut ke warung yang ada
di kampung-kampung. Jika di pasar saya mendapat peluang keuntungan lainnya sebagai
contohnya di pasar sering meminta jenis barang lain seperti lada dan kemiri untuk jenis
kemiri dan lada saat ini saya langsung pesan dari kampung saya sendiri dikarenakan harganya
jauh lebih murah dan barangnya juga jauh lebih bagus dibanding disini dan apabila para
pedagang atau calon konsumen tersebut membutuhkan barang jenis lada dan kemiri biasanya
saya langsung menghubungi kakak saya di kampung memalui skype dan membiarkan calon
konsumen tersebut melihat barangnya langsung melalui skype. Apabila calon konsumen itu
setuju dengan barang saya, maka saya meminta tempo waktu 2 sampai 3 hari untuk
mengantarkan barang yang di pesan tersebut.
Untuk mengembangkan usaha ini saya juga harus mempunyai strategi apa lagi saya
pemain baru dalam usaha menjual bawang ini. Untuk sekarang yang bisa saya lakukan hanya
menjaga hubungan baik dengan berkomunikasi baik dengan pelanggan-pelanggan saya.
Dalam skala penjualan kecil saya berencana menjual barang dagangan saya dengan sistem
memberi barang terlebih dahulu atau menerima uang setelah barang habis. Mengapa saya
memilih seperti ini? Karena keuntungnya lebih besar dibandingkan dengan penjualan dengan
membayar secara langsung dan kita akan menjalin hubungan baik dengan para pedagang
yang ada di kampung-kampung. Sementara itu untuk penjualan di pasar-pasar kecil saya juga
berencana untuk menjual barang saya dengan sistem yang sama halnya dengan para pedagang
yang ada di kampung, saya cukup mencari tengkulak-tengkulak yang ada di pasar untuk

82
menawarkan barang saya dan jika para tengkulak pasar ini mau mengambil barang dengan
saya otomatis akan terjadi hubungan secara tidak langsung.
Melihat kondisi banyak terdapat pasar-pasar yang ada di Yogyakarta ini tentu sangat
berprospek dan menjanjikan peluang yang sangat besar untuk kita
berdagang ataupun berjualan, melihat akan banyaknya pasar itu lah
saya mengambil keputusan untuk benar-benar fokus berjualan
bawang putih di pasar-pasar besar sebelum matahari
memperlihatkan dirinya, saya sudah bergegas untuk menyiapkan
barang dagangan saya yang terutama bawang putih dan juga saya
masih bisa berkonsentrasi di pekerjaan saya di barber shop (cukur
rambut pria).
Dalam menjalani berbisnis bawang dan bahan pokok hasil bumi
selama ini tentunya saya banyak mengalami kendala dan juga
mengalami pasang surut pembeli dan tentunya pasti saya juga harus pandai-pandai dalam
mengatur dan menyikapi hal tersebut apalagi harga barang pada saat ini pasang surut bahkan
sempat melonjak naik dan tiba-tiba harganya bisa turun dengan begitu cepat dan itulah
tantangan yang saya alami saat berjulan, tidak semudah atau segampang mata melihat karena
jika ceroboh sedikit saja kita pasti merugi bahkan dapat bangkrut.
Kemarin sore saya mencoba peruntungan berjualan di pasar dengan adanya semangat
dan tekad yang besar untuk mengubah hidup bahkan mensejahterakan keluarga di kampung,
saya rela menghabiskan waktu muda saya untuk berjualan bawang putih dan berkeliling pasar
setiap harinya, lain halnya dengan mereka yang bisa bersenang-senang dan yang saya alami
saat ini saya harus bekutat dengan kebisingan pasar untuk mendulang rupiah.
Bisnis berjulan bawang ini tentunya membutuhkan modal yang cukup besar apalagi saat ini
saya fokus berjualan di pasar, karena di pasar yang biasanya saya masuki dapat mengambil
bawang dalam jumlah banyak dan pernah salah satu pelanggan saya meminta bawang putih
sekitar 300 kg untuk satu pelanggan saja, belum lagi jika ada pelanggang yang meminta
barang jenis lain, dengan adanya pesanan barang lain tentunya saya tidak akan melewatkan
kesempatan itu untuk menarik minat pelanggan agar mengambil barang dari saya. Akhirnya
saya memutuskan untuk menjual motor yang selama ini saya gunakan sehari-hari, agar
uangnya bisa saya jadikan modal awal untuk bisnis bawang putih ini, akan tetapi pada saat
motor sudah saya jual saya sempat mengalami stres sejenak karena tidak memiliki kendaraan
sama sekali, bagaimana mau berjalan usaha saya jika tidak memiliki kendaraan sendiri
namun saya di bantu teman saya dan saya dapat meminjam motornya untuk saya mengambil
bawang di Magelang.
Seiring berjalannya waktu usaha berjualan bawang putih ini dalam waktu kurang
lebih 3 bulan saya akhirnya dapat membeli motor lagi untuk membantu usaha saya yang
mulai banyak pelanggang. Setelah saya mengambil motor, saya terlena dengan kata-kata
manis teman saya sendiri yang mana akhirnya dia membawa kabur uang saya dan dia pun
seakan hilang ditelan bumi sampai dan saya pun mengalami guncangan betapa sakitnya
tertipu oleh teman sendiri bahkan teman yang bersama-sama melewati masa-masa sulit
merintis usaha berjulan bawang putih ini dan saya sempat berhenti sejenak untuk tidak
meneruskan usaha bawang ini, akan tetapi semangat untuk berjualan lagi muncul pada saat
pelanggang-pelanggan saya menghubungi untuk meminta bawang putih lagi. Dari situlah
saya berpikir keras bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan modal lagi dan akhirnya
saya mengambil keputusan untuk kedua kalinya menjual motor saya dan tentunya uang hasil

83
menjual motor itu untuk dijadikan modal membeli bawang lagi. Untuk kesempatan yang
kedua ini saya di bantu rekan kerja saya yang bekerja di barber shop, dan kami pun membagi
waktu untuk melancarkan usaha ini, jika saya tidak bisa mengantarkan barang yang di pesan
pelanggan teman saya ini yang menghendel pelanggan tersebut, karena saya belum memiliki
kendaraan lagi dan sesekali saya sering merental mobil pickup untuk mengambil barang di
Magelang dengan jumlah barang yang cukup banyak untuk kami jual di kampung-kampung
terutama di pasar-pasar besar.
Tetapi kejadian pahit terulang kembali, teman saya ini mulai menikam dari belakang karena
teman saya ini sering kali berbohong dan parahnya lagi dia juga kabur membawa lari uang
hasil berjualan kami. Saya sempat libur untuk berjulan kembali dan akhirnya saya bangkit
sendiri karena cita-cita untuk usaha itu sudah didepan mata apalagi pelanggan-pelanggan
yang terus menghubungi saya untuk memesan bawang putih lagi, dan akhirnya saya bertemu
mas Khodim teman sekelas di kampus yang saat ini membantu saya berjualan bawang. Dan
sebelum memulai usaha berjulan lagi sempat ada kendala dengan modal lagi karena pelangan
memesan bawang dalam jumlah banyak, akhirnya saya meminjam uang di koperasi barber
shop dengan jaminan BPKB motor karena saya juga sudah mempertimbangkan dengan
banyaknya pesanan bawang putih dari pelanggan-pelanggan yang ada di pasar saya sangat
yakin bisa menjalakan kembali usaha ini.
Allhamdulillah setelah uang koperasi ini cair dalam dua hari langsung ada pesanan besar dari
Pasar Bringharjo dengan memesan bawang putih sebanyak 500kg dan bawang merah 200kg
dan pesanan besar dari pembeli lainnya mulai bermunculan untuk jenis bawang putih ini dari
keuntungan disinilah saya dan mas Khodim melipat gandakan keuntungan kami untuk di
jadikan modal membeli barang kembali untuk dapat membesarkan usaha kami berjulan
bawang putih saat ini. Dan sudah beberapa bulan usaha kami berbuah manis yang mana uang
koperasi untuk modal dapat saya lunasi dan kami pun sudah tidak ada pinjaman lagi di
koperasi tersebut, akan tetapi karena mas Khodim ini mengalami konflik dengan salah satu
anggota keluarganya dan akhirnya mas Khodim pun tidak dapat membatu saya dalam
mengembangkan usaha berjualan bawang lagi dan hasil dari berjualan bawang tersebut kami
bagi rata.
Dan diposisi saat ini lah saya mengalami kesulitan untuk menghendel ataupun mengantar
pesanan barang yang dipesan dari pembeli yang ada di pasar-pasar tersebut dan saya pun
sempat mengajari mas Andreas untuk nyetir mobil agar bisa menjadi patner kerja saya dalam
berjualan bawang putih ini, akan tetapi dengan kesibukan kerja mas Andre disalah satu
perusahan dengan jam kerjanya terlalu padat, niat untuk bekerja samapun kandas dan belum
bisa terwujud.
Dengan keadaan yang saya alami itulah saya memutuskan untuk maju sendiri dan
memperjuangkan apapun yang akan terjadi ke depannya itulah yang ada dibenak saya ketika
memperjuangkan usaha berjualan bawang ini sendiri, yang mana saya harus menikmati pahit
getirnya berjuang sendirian masuk pasar satu ke pasar lainnya untuk mengantarkan pesanan
dari para pembeli dan dalam keadaan berat inilah saya mendapat jalan. Usaha yang saya
jalankan mulai lancar dan pembeli bawang memesan bawangnya di atas rata-rata dari situlah
mobil pickup ini datang, dengan sehari-harinya saya di barber shop saya bertemu dengan
orang yang mau menggadaikan mobil pickup itu yang sampai detik ini orang itu pun saya
tidak tahu keberadaannya dimana sama seperti teman saya yang melarikan uang yang bagai
hilang ditelan bumi. Saya pun mencoba mendatangi ke rumah orang tuanya, orang tuanya
pun bingung karena beliau tidak tahu keberadaan anaknya. Dulu kami membuat perjanjian
setelah dia mengembalikan uang saya, mobilnya juga saya kembalikan dan itu juga di ketahui

84
oleh orang tua beliau yang mempunyai mobil pickup tersebut juga bos saya sendiri yang
menjadi saksi pada saat saya memberikan uang yang akan dipakai olehnya. Namun saya tidak
membuat surat hitam diatas putih karena saya terburu-buru membutuh modal untuk
mengembangkan usaha saya dan usaha saya berjualan bawang putih ini benar-benar saya
rasakan dengan hasil yang sangat besar menurut saya. Usaha saya pun mengalami ke naikan
pesat di karenakan saat kenaikan harga BBM beberapa bulan lalu.
Dari usaha berjualan bawang putih di pasar besar yang ada di Yogyakarta ini saya
menjalankan trik dengan mengambil keuntungan sedikit tetapi dengan jumlah barang yang
banyak, saya mengambil keuntung hanya Rp 600 sampai Rp 900 perkilo (kg), memang
sedikit sekali dibandingkan dengan penjual-penjual lain yang ada di pasar-pasar besar yang
ada di Yogyakarta ini. Saya memutuskan untuk menjual barang cukup murah karena saya
ingin mencari pelanggan dan pasti ada trik lainnya. Dan untuk dapat masuk ke pasar-pasar
besar agar barang kita aman dan tentunya bisa lancar untuk kita jual ke pembeli, harus ada
orang dalam dari pasar itu sendiri, dan saya pun mencari orang dalam pasar tersebut dan saya
pun mensurvey berkali-kali ke pasar-pasar untuk mencari orang dalam atau orang yang bisa
melancarkan usaha saya dalam berjualan bawang putih ini.
Telah banyak pengalaman dan pelajaran yang mengiringi perjalanan usaha saya
selama satu tahun ini. Untuk ke depannya jika uang sudah terkumpul, saya berencana
membuka gudang sendiri di pasar atau mensewa ruko untuk menyetok bawang dan barang-
barang jenis lain terutama hasil bumi yang setiap harinya di pakai seperti bawang pasti setiap
harinya digunakan. Semoga rencana untuk mensewa ruko atau membuka gudang di pasar itu
secepatnya terwujud.

***

85
Disusun oleh : Vega Dwi Suryani
Sistem Informasi

“Rintangan Memulai Bisnis Online Shop


(Vegas Ollshop)”
Bisnis yang saya jalani ini masih dalam tahap awal, karena baru berjalan selama 1
bulan. Pada saat memulai usaha online ini saya sempat kebingungan bagaimana cara untuk
menjalankannya. Sehingga saya bertanya-tanya terlebih dulu kepada supplyer terlebih
dahulu. Setelah saya mengerti bagaimana berbisnis online ini saya langsung memulainya
pada saat itu juga. Jadi saya sebagai reseller yang mempromosikan produk orang lain. Untuk
jam tangan cod Jogja saya mengambil keuntungan Rp 15.000 – Rp 25.000. Untuk Pakaian
cod Surakarta yang saya jual mendapat keuntungan Rp 10.000. Sekarang saya juga mencoba
menjual sepatu cod Tangerang dan mendapat keuntungan Rp 25.000- Rp 60.000. Dan untuk
pengiriman saya menggunakan jasa pengiriman JNE dan POS.
Sebelum memulai bisnis ini saya belum mempunyai sosial media (Sosmed) kecuali facebook.
Saat supplyer dan pembeli saya menanyakan tentang harga atau model produk saya
meminjam handphone teman saya untuk membuka facebook saya. Kegiatan ini saya lakukan
terus-menerus sampai saya membeli handphone bekas dari hasil keuntungan saya sendiri dan
kakak saya menambahkan sebagian uangnya untuk saya membeli handphone. Sekarang saya
tidak perlu pulang malam dari kampus untuk menumpang internet atau meminjam handphone
teman saya. Setelah membeli handphone, saya membuat grub facebook dan BBM, di dalam
grub tersebut berisi produk-produk jualan saya. Setiap hari saya selalu mengupdate barang-
barang terbaru dari supplyer-supplyer saya dan yang paling terupdate adalah produk jam dan
sepatu.
Bisnis yang saya jalani sekarang ini termasuk beresiko. Terkadang ada yang tidak
percaya dengan jualan online dengan modus penipuan, ada juga yang komplain tentang
produk yang dijual tidak seperti yang mereka bayangkan, terkadang ada pembeli yang hanya
menanyakan tentang barang yang saya upload tetapi tidak jadi membelinya. Pembeli saya
terkadang adalah teman saya sendiri, terkadang mereka ingin membeli tetapi meminta saya
untuk membayarnya terlebih dahulu. Jika prosedurnya seperti itu saya tidak mau
melakukannya, karena jika seperti itu keuntungannya tidak jelas, seperti yang pernah dialami
teman saya, karena temannya selalu mengulur-ngulur waktu untuk membayarnya. Jadi saya
tidak memberlakukan prosedur seperti itu.
Apabila membeli, barang bisa dikirim setelah mentransfer uang terlebih dahulu atau
dapat melalui cod. Ada pembeli yang ingin melihat barangnya terlebih dahulu sebelum
membelinya, karena barang tersebut tidak cod di Kudus jadi barang tidak bisa dilihat oleh
pembeli. Hanya dengan gambar yang saya uploadkan mereka bisa melihat barangnya. Jadi
mereka tidak jadi membeli barangnya karena mereka menginginkan agar dapat melihat
barang tersebut secara langsung.
Ada seorang pembeli saya berasal dari Bekasi yang membeli 2 buah jam tangan. Tetapi pada
saat barang sudah sampai ke Bekasi, pembeli saya ini komplain dengan salah satu jam tangan
yang saya jual karena ada jarum jam yang tidak menyala. Pada saat pembeli saya
memberitahukan kejadian tersebut, saya langsung memberitahukan kepada supplyernya,
kemudian supplyer meminta saya untuk memberitahukan bahwa produknya bisa diganti
86
dengan model yang sama. Pada saat itu juga saya langsung memberitahukan kepada pembeli
saya. Tetapi setelah saya memberitahukan bahwa barang bisa diganti, pembeli saya tidak
merespon balik. Sehingga sampai saat ini kejadian ini berlalu saja.
Barang yang saya jual terkadang saya share ke sosmed teman-teman saya. Dan dari hasil
saya mengeshare barang-barang ke sosmed teman-teman saya ada salah satu teman saya yang
memesan jam tangan dari Pekanbaru. Pembeli saya memesan 2 jam tangan sekaligus dan
langsung mentransfer uang pada hari itu juga.
Pada saat akhir Desember banyak pembeli yang membeli produk saya seperti jam dan
jaket. Karena waktunya tepat pada saat tahun baru pengiriman menjadi overload. Banyak
pembeli saya yang komplain karena barang tidak datang tepat waktu. Pernah ada suatu
kejadian ketika salah satu teman saya membeli 2 jaket, namun hampir 2 minggu barang
belum sampai ke tangan pembeli. Pembeli saya ini selalu menanyakan kapan barang tersebut
sampai, saya terus berusaha memintanya untuk bersabar karena dari pihak kantor pengiriman
sedang overload. Saya terus menghubungi pihak toko menanyakan kapan barang tersebut
sampai dan mereka langsung menghubungi pihak kantor pengiriman barang untuk
memastikan kapan barang dapat sampai. Pada hari sabtu, 10 januari 2015 yang seharusnya
saya pulang terpaksa saya tunda karena menunggu pengirimannya sampai. Karena pihak
kantor pengiriman barang mengatakan akan sampai di hari tersebut, sehingga saya harus
menunggunya. Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB dan akhirnya barang sudah sampai.
Begitu senangnya saya menerima barang tersebut, saya langsung menghubungi pembeli saya
bahwa barang sudah sampai. Keesokan harinya saya langsung pulang ke kota saya, setelah
saya sampai barang langsung diambil oleh teman saya (si pembeli).
Yang sangat membutuhkan pengorbanan yaitu pada saat mentransfer uang ke
supplyer. Karena saya tidak membawa motor di Jogja, jadi saya meminjam motor teman saya
untuk ke ATM. Dan jika motor teman saya akan di pakai sendiri biasanya saya meminjam
motor ke teman kos saya. Jika teman kos saya tidak bisa meminjamkan terpaksa saya
menunggu teman saya sampai dia selesai dengan urusannya.
Dan kejadian yang baru terjadi minggu ini, saat seorang pembeli yang ingin membeli
1 jam tangan yang akan dikirim ke Banten. Setelah memilih barang yang cocok dengannya
kemudian saya boking barang tersebut ke supplyer supaya tidak kehabisan. Saya menanyakan
alamat lengkap pembeli tersebut tetapi pada saat di cek supplyer saya alamatnya masih
kurang jelas. Kemudian saya menanyakan kembali alamat pembeli tersebut agar memberikan
alamat yang lengkap, tetapi sampai sekarang pembeli tersebut tidak membalas pesan saya.
Pembeli tersebut sempat memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi, tetapi pada saat
saya telfon nomornya tidak aktif. Setelah beberapa hari, kemudian pembeli tersebut
memberitahukan kepada saya bahwa dia sudah mentransfer uang kepada saya. Tetapi setelah
saya cek saldo kartu ATM saya tidak bertambah. Saya selalu memberitahukan berita ini
kepada pembeli saya via pesan. Tetapi pembeli tersebut tidak membalas pesan tersebut
sampai sekarang. Jadi barang yang seharusnya sudah siap dikirim ditunda terlebih dulu oleh
supplyer saya.
Juga ada calon pembeli yang bertanya-tanya tentang jam tangan lama yang sudah saya
upload dan dia menyukainya, dan saya menanyakan jam tangan tersebut e supplyer namun
barang tersebut sudah kosong. Setelah itu dia memilih jam tangan yang lain dan pilihannya
jatuh pada jam tangan couple. Setelah itu saya langsung boking kepada supplyer saya.
Keesokan harinya supplyer saya memberitahukan bahwa barang tersebut sudah kosong. Saya
memberikan pilihan jam tangan lain kepada pembeli saya tetapi calon pembeli tersebut tidak

87
membalas pesan saya. Saya selalu menghubunginya secara terus-menerus supaya membalas
pesan saya dan menanyakan kelanjutannya.
Dalam berbisnis tidak selamanya berjalan mulus. Ada kalanya pembeli memesan
banyak dan ada yang tidak memesan sama sekali. Ada pembeli yang banyak bertanya dan
tidak membeli, ada juga pembeli yang bertanya dan membelinya. Dan untuk keuntungan
yang saya ambil ini memang tidak terlalu banyak. Sebagian keuntungan saya tabung untuk
keperluan saya sendiri. Terkadang ibu saya meminjam uang dari hasil keuntungan saya
walaupun sedikit, tetapi perasaan saya begitu bahagia. Penghasilan yang saya dapatkan bisa
saya gunakan dengan bijak dan berkah.
Bisnis akan saya lanjutkan sebagai bisnis sampingan saya selama kuliah ini. Supaya
keuntungan bisa untuk kebutuhan dan sebagian bisa saya tabung.
***

88
Disusun oleh : Baiq Swari Arini Octavia
Pendidikan Matematika

“Bimbel Smart”
Aku ceria.
Begitulah, pendapat murid-murid di Bimbel Smart. Walaupun sekarang saya baru
duduk disemester 3 jurusan pendidikan matematika, namun saya sangat bangga sudah bisa
mengelola sebuah bimbingan belajar.
Saya sempat menggantikan tentor untuk mengisi jadwal les anak pra sekolah, tiba-tiba
saja tentor bimbel Smart (patner kerjaku) sedang sakit dan kebetulan waktu itu saya sedang
kosong, dari pada diam dimeja kantor lebih baik saya mengisi bimbel saja. Tepat pukul 13.00
WIB anak pra sekolah sudah mulai berdatangan dengan celoteh riangnya.
“ Halo,Bintang apa kabar? “ sapaku kepada Bintang salah satu anak murid pra-
sekolah yang baru datang bersama ibunya. Bintang selalu diantar oleh ibunya walaupun
Bintang naik sepeda mini roda dua kesayangannya yang berwarna biru yang selalu ia pakai
saat datang les.
“ Iya, mbak cantik. Baik kok “ balas Bintang sambil tertawa malu sambil menyalami
tanganku. Mbak Cantik itulah julukannya padaku. Lucu memang dan akhirnya saya malu
sendiri dengan julukan seperti itu.
Kemudian Rifki dan Radit pun datang dan berteriak serentak, “ Halo, mbak cantik “ lalu
merekapun berlari menuju kelas. Mereka bertiga merupakan murid pra-sekolah yang jadwal
lesnya setiap hari senin-kamis. Badan mereka kecil-kecil dan sangat lincah.Kelas begitu riuh
saat mereka bertiga sudah berkumpul menjadi satu di satu kelas.
Waktu 90 menit pun berlalu yang diisi dengan teriakan, permainan dan pertengkaran si Radit
dan Rifki. Tetapi walaupun begitu mereka bertiga sangat pintar dan saya bangga melihatnya.
Kemudian, saya pun kembali ke meja kantor karena siapa tahu ada murid baru lagi yang
datang, tetapi ternyata masih sepi. Lalu terfikir olehku mengapa dulu kami sempat menutup
bimbel smart? Saat itu disebelah bimbel kami ada sebuah laundry, pemilik laundry saat
pertama kali memang baik-baik saja, tetapi pemilik laundry tersebut secara tidak langsung
mengajak kami bersaing. Ia adalah seorang rentenir yang dikenal disekitar komplek tersebut.
Saat itu setiap saya mengajar, ia selalu ribut dengan mengencangkan nada suaranya didepan
tempat bimbel saya, sehingga hal tersebut sangat menganggu konsentrasi siswa saat belajar.
Saat itu tepat hari selasa kebetulan muridku anak kelas 4 SD yang bernama Paula dan
ibunya bekerja di laundry tersebut dan si anak ini suka mengubah jadwal seenak sendiri. Jadi,
waktu itu juga ada muridku kelas 1 SMP yang bernama Aan sempat les bersama dengan
Paula, karena adanya miss communication dan waktu itu kami hanya mempunyai satu
ruangan saja terpaksa saya mengampu mereka berdua. Dan pemilik laundry disebelah bimbel
saya kembali membuat kegaduhan. Saat itu juga terulang kembali, karena tiba-tiba Paula
anak SD kelas 4 ini datang terlebih dahulu dan saya pun heran karena seharusnya ini
jadwalnya Aan untuk bimbel. Dan Aan saya suruh untuk pulang dan kembali lagi hari Rabu
untuk les, dan tiba-tiba ibu dari Paula memarahi Aan yang datang di jadwal Paula. Aan pun
trauma untuk datang les karena takut dimarahi lagi. Masalah demi masalah datang kembali
karena ada pihak yang menghina, dan berharap kami harus tutup. Memang waktu kami

89
memutuskan untuk tutup sementara banyak orang tua murid yang sangat kecewa dan tidak
percaya Bimbel murah tetapi berkualitas seperti kami harus tutup. Akhirnya selama 4 bulan
itu kami tutup untuk menetralisir masalah yang ada, karena orang-orang disekitar dan
lingkungan disana yang sudah tidak kondusif. Dan semua itu sudah berakhir, sekarang kami
sudah kembali berdiri kembali dan saudaraku yang diluar daerah sekali-kali memantau dari
jauh perkembangan bimbel Smart.
Pada saat menyebar brosur, penyebar brosurnya sudah mulai nakal dan tidak benar
lagi menyebarkan brosurnya. Dan saat saya telfon banyak sekali alasan yang diberikan,
padahal saya sudah menaikkan biaya penyebaran brosurnya menjadi Rp 250 per lembar dan
akhirnya saya sendiri yang turun untuk menyebarkan brosur dimulai dari pra-sekolah, SD,
SMP, dan SMA disekitar bimbel Smart, memang butuh perjuangan dan kesabaran saat
menyebar brosur, terlebih lagi saat kita menyaksikan sendiri brosur itu dibuang langsung.
Namun akhirnya perjuangan itu tidak sia-sia banyak anak yang tertarik dan bimbel Smart
juga dikenal dari mulut kemulut.
Di Tahun 2015 ini banyak anak yang sedang duduk di kelas 3 SMP yang sebentar lagi
akan menghadapi Ujian Nasional. Adelia, Aan dan masih banyak lagi anak yang mendapat
prestasi disekolahnya setelah mengikut Bimbel disini. Dan saat ini saya hanya mengampu
pelajaran Matematika untuk SMP dan SMA.
Sekarang murid di Bimbel Smart sudah 64 anak yang terdiri dari anak Pra-sekolah, SD, SMP
dan SMA. Bimbel Smart juga sudah memiliki 6 pengajar yang sudah berpengalaman dan
memang tidak mudah memanajemen Bimbel Smart, karena masih ada saja beberapa orang
tua murid yang lupa untuk membayar kewajibannya.
Di Tahun 2015 ini, kami sudah menaikkan biaya Bimbel Smart sebesar Rp 20.000,
untuk pra-sekolah Rp 120.000, SD Rp 140.000, SMP sebesar Rp 160.000, dan SMA Rp
200.000. Durasi belajar untuk sekali pertemuan 90 menit permata pelajaran, dan dalam satu
bulan ada 8 kali pertemuan.
Ada dua anak yang belajar di bimbel Smart yang dibebaskan dari kewajiban pembayaran
yaitu Nisa dan Yuli, orang tua mereka hanyalah pekerja serabutan, beli beraspun susah tetapi
semangat untuk belajar sangat tinggi. Ada juga Angga anak seorang tukang parkir sempat
berhenti les karena tidak punya biaya lagi, masih terngiang apa yang dia ucapkan padaku “
Mbak, aku berhenti les dulu ya, soalnya lagi krisis uang ”. Sungguh pedih saat saya
mendengar seorang bocah kelas 5 SD yang begitu mengerti keadaan keuangan orang tuanya.
Sekarang pendapatan bimbel Smart sudah mendekati nominal Rp 8.000.000, tetapi
dipotong biaya operasional dan biaya jasa untuk pengajar sebesar Rp 450.000 tiap pengajar.
Selain itu saya juga mengajar privat untuk anak SD dan SMP yang akan menghadapi ujian
kenaikan kelas, maupun Ujian Nasional. Sebanyak 7 anak selama bulan Januari ini, karena
dikelas Bimbel Smart saya hanya memegang dua kelas saja karena tugasku hanya
memanajemen agar Bimbel Smart tetap berjalan dengan baik.
Pernah saya salah memilih tentor, dan akibatnya banyak anak yang kabur dan saya sangat
bingung dan terpaksa saya harus memberhentikan tentor tersebut. Banyak kendala yang
didapat saat mencari tentor atau pengajar yang tepat karena tidak semua orang pintar mampu
membagi pengetahuannya kepada orang lain. Waktu itu ada 2 murid yang keluar dari bimbel
Smart karena tidak cocok dengan pengajarnya dan mereka pindah ke bimbingan lain, tetapi
sebulan setelah itu mereka kembali lagi karena bimbingan tersebut sama seperti sekolah

90
kedua bagi mereka, tugas rumah yang diberikan pun cukup banyak bukannya membantu
mereka belajar tetapi menambah kesulitan untuk belajar.
Sebelum dibuka Bimbel Smart ini saya sempat mengikuti training cara mengajar anak
membaca disuatu tempat pelatihan. Dalam waktu sehari itu saya dan saudaraku benar-benar
memperhatikan metode cara mengajar yang baik, tanpa modal yang besar hanya dengan
ruangan 3 x 4 saja cukup, dengan meja lipat dan duduk lesehan, memang terbukti dari hanya
ruangan berukuran 7 x 6 saya dan saudaraku sudah dapat mendirikan sebuah Bimbel yang
sangat bersahabat dengan kantong masyarakat menengah kebawah.
Dan saya sangat tidak menyangka hanya duduk tenang membantu mengerjakan tugas seorang
anak bisa mendapat uang yang cukup lumayan. Sekarang saya juga sudah bisa membayar
kuliah sendiri, dan membayar kos sendiri.
Ternyata dengan berwirausaha dibidang pendidikan itu sangat menjanjikan di era
globalisasi seperti ini. Saat ini banyak anak-anak murid yang ingin mendapatkan kursus
komputer dan mulai bulan Januari 2015 ini saya sudah mencoba membuka satu kelas saja
kursus komputer dengan bermodal satu laptop dan ternyata banyak juga peminatnya, tetapi
karena masih kekurangan fasilitas saya hanya bisa mengajar maksimal 5 anak saja. Dan saya
pun hanya menarik biaya Rp 25.000 per jam, memang cukup murah, tetapi melihat muridku
bisa pintar mengoperasikan komputer sudah membuatku bangga dan mereka tidak diejek
gaptek (gagap teknologi) lagi oleh teman-teman sekelasnya.
Dan saya kembali mengingat masa itu saat bimbel Smart sempat tutup sementara,
jujur saya sangat berterimakasih untuk orang yang telah berusaha menghina, menjelek-
jelekan Bimbel Smart, tetapi karena itu juga kami bisa berdiri lebih kokoh dan menjadi besar.
Dan rencananya Bulan Oktober mendatang Bimbel Smart akan segera didaftarkan secara
resmi.
Terimakasih Bimbel Smart ucapku dalam hati, karena kegiatan yang bermanfaat dapat
menghasilkan pundi-pundi uang sekaligus ibadah.
***

91

Anda mungkin juga menyukai