Anda di halaman 1dari 20

MENUNTUT ILMU

TAK MENHGALANGI MU
DALAM BERBISNIS

Oleh :Muhammad nur fajri

Nim : 2225-0023

Matkul : kewirausahan

Menuntut Ilmu dan Berwirausaha


1
 Mengapa harus malu berwirausaha
Menuntut ilmu dan juga berlatih berwirausaha menjadi motifasi saya sendiri
untuk terus bisa menjalaninya secara bersamaan, selagi tidak menganggu dalam
proses belajar, apalagi sampai rajin dan berprestasi dibidang pelajaran.

Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap insan manusia. Bahkan
kini ilmu bisa dibilang sebagai standar kualitas kehidupan seseorang. Orang
yang memiliki ilmu tinggi dapat dikategorikan sebagai orang yang berkualitas.
Dengan ilmu yang dimilikinya dapat membantu dalam memecahkan banyak hal.

Bahkan sangat pentingnya ilmu bagi manusia, dalam Islam diwajibkan bagi
seluruh umatnya baik laki-laki ataupun perempuan untuk menuntut ilmu.
Banyak hadis telah menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu adalah suatu
keharusan atau kewajiban untuk dilaksanakan. Menuntut di sini artinya
ditekankan untuk menimba ilmu atau belajar ilmu, baik ilmu yang bersifat
duniawi, akhirat, lahir, batin, dan ilmu-ilmu lainnya.

Dalam prosesnya menuntut ilmu bukanlah perkara yang mudah. Terdapat


banyak rintangan untuk mendapatkannya salah satunya ialah biaya. Biaya
pendidikan merupakan faktor penghambat yang umum dirasakan setiap orang
dalam menuntut ilmu. Tak jarang banyak yang berhenti ditengah jalan karena
tak mampu membayar biaya pendidikan yang mahal.

Hal tersebut banyak sekali dirasakan oleh pelajar yang memiliki kekurangan
dalam membiayai studinya. Hal ini pula yang membuat mental dan semangat
dalam menuntut ilmu menjadi surut. Meskipun paham akan
pentingnya menuntut ilmu namun karena biaya yang teramat tinggi membuat
pelajar memilih berhenti dalam perjuangannya.

Namun hal ini tidak berlaku bagi saya sendiri yang memiliki jiwa tanggung
dan semangat tinggi. Meskipun memiliki keterbatasan dalam membiayai
pelajaran. Hal itu bukanlah alasan untuk berhenti dalam perjuangan menuntut
ilmu. Berbagai cara akan saya tempuh agar dapat membiayai studi saya salah
satunya dengan usaha atau bisnis kecil kecilan.

Di era ini marak sekali mahasiswa yang mengorbankan waktu istirahatnya


untuk bekerja atau membuka usaha. Hal itu dilakukan demi dapat membiayai
biaya pendidikan dan juga untuk membantu biaya kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa seperti ini adalah mahasiswa yang memiliki mental baja dalam
menghadapi permasalahannya.

Usaha-usaha yang dilakukan sangatlah variatif. Dimulai dari menjadi guru


privat, freelance photographer, penjaga toko dan sebagainya. Bahkan ada pula
yang membuang rasa malunya membawa kotak besar berisi gorengan atau
2
jajanan untuk dijajakan kepada teman-temannya di kampus. Bahkan ada pula
yang sampai membawa termos air panas ke kampus untuk berjualan kopi.

Memilih membangun usaha ramai dipilih oleh mahasiswa ketika masih


dalam masa studinya. Meskipun hanya dengan modal yang minim tak
menyurutkan semangat dalam berbisnis. Namun tak sedikit pula yang membuka
bisnis dengan modal nekat saja. Modal nekat yang kerap dilakukan dalam
membangun bisnis inilah yang perlu diperhatikan kembali.

Rata-rata mahasiswa tidak paham tentang sistem bisnis itu sendiri. Sebagian
besar hanya mengandalkan mindset “yang penting jalan dulu”. Dan tidak
memiliki perencanaan yang matang serta perhitungan yang baik. Tak jarang
usaha yang dibangun pun hanya bertahan seumur jagung.

Memiliki semangat yang tinggi dalam membangun usaha adalah modal yang
sangat penting. Namun jika tanpa perencanaan dan perhitungan yang baik.
Usaha yang dibangun tidak akan berjalan sesuai keinginan. Yang terjadi malah
sebaliknya tidak mendapatkan untung dan cenderung merugi. Hal tersebutlah
yang membuat semangat menjadi sia-sia.

Perlunya pemahaman tentang sistematika bisnis dan kejelian dalam melihat


peluang harus dimikili mahasiswa. Karena hal itu adalah kunci-kunci untuk
membuka keran kesuksesan dalam beerwirausaha.

Melalui perencanaan yang baik maka jalannya usaha akan teratur. Dengan
perhitungan yang baik maka keuntungan akan lebih banyak didapatkan. Dan
kerugian akan lebih bisa dihindarkan. Dan dengan kejelian melihat peluang
maka akan lebih mampu berinovasi dalam meraih konsumen.

Mahasiswa mesti senantiasa belajar. Meskipun telah berjalan namun belajar


mengelola usaha harus terus berlanjut. Hal tersebut dilakukan agar kelancaran
dalam usaha tetap terjaga. Kesuksesan pun dapat diraih dengan cepat. Di
samping itu semangat dan mental harus selalu kuat. Dengan mental kuat maka
mahasiswa akan mampu bertahan menghadapi pasang surutnya di dunia bisnis.

Dengan semua itu tak sedikit mahasiswa yang sukses dalam membangun
bisnisnya. Bahkan sebelum lulus dari masa perkuliahannya. Dan
menjadi entrepeuneur yang dapat membuka lahan perkerjaan bagi banyak
manusia.

 Syukur dan nikmat

3
Saya bernama Muhammad nur fajri, seorang mahasiswa prodi PAI semester
pertama yang menempu pendidikan di (STAI) Sekolah Tinggi Agama Islam
Bumi Silampari.
Saya di lahirkan di kluarga yang penuh sederhana dan terbilang tidak
mampu, karna ayah saya bekerja sebagai penjualan pentol bakso keliling dan
ibu saya seprti ibu yang lainya hanya di rumah mengerjakan urusan rumah,
Alhamdulillah walapun dengan demikian kami bisa masih hidup dengan
penuh nikmat,dan klurga saya masih ad semua baik kedua orang tuasaya, kk,
abang, dan adek adek saya
disini saya akan menceritakan seklumit kisah perjalanan hidup saya dalam
menuntut ilmu hingga bisa mendapatkan uang jajan tambahan. Namun banyak
kisah yanag saya akan paparkan, karena crita saya dalam berwira usaha
berbeda-beda waktu dan tempatnya , dan ada juga yang masih saya lakukan
sampai saat ini

penjualan keripik singkong

4
saya menempuh sekolah dasar di SD Negri 37 Lubuk Linggau, selama 6
tahun saya menempuh di sekolah dasar, sejak kecil saya sudah di ajarkan oleh
orang tua saya mencari uang, gimana caranya saya mendapatkan uang jajan
yang lumayan banyak , karna saya dulu jajan waktu sd hanya Rp. 1000 rupiah
dan itupun bertahap .
dari kelas 1 sampai dengan kelas 2 uang jajan saya Rp. 1000 rupiah, di
kelas 3 sampai kelas 4 uang jajan saya Rp. 1500 , dan di kelas 5 sampai kelas 6
baru la saya jajan sebanyak Rp. 3000 rupiah karena saya dulu pernah menangis
dengan orang tua saya waktu mau kenaikan di kelas 5, awal mula saya di kasih
masih Rp.1500 , saya menolak karna saya pikir uang jajan segitu mana cukup
untuk saya karna saya melihat teman teman saya uang jajan mereka lebih besar
dari pada jajan ada yang Rp.5000 rupiah perhari, ada juga yang uang jajanya
Rp.10000 perhari. Sehingga kalau saja orang tua saya tidak memberi uang jajan
saya sebesar Rp. 3000 rupiah , saya nekat gak mau pergi sekolah.
Di balik semua itu, ada keterpikran saya, to teman saya dengan uang jajan
yang begitu banyak tu factor orang tua mereka yang terbilang mampu, la
sedangkan saya hanya seorang anak tukang jual pentol keliling dan dulu ibu
saya sedang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Keterbatasan ekonomi kluarga kami sangat la terbilang tidak mampu,
bagaimana tidak mungkin, ayah saya hanya seoarng penjualan pentol keliling
dan ibu saya seorang pembantu rumah tangga menghidupkan orang anak yang
kesemuanya masih status sekolah semua, sehingga kami makan dengan
seadanya, dan itu pun kami masih merasa bersyukur dengan nikmat Allah ,
karna Allah masih memberi kehidupan dan kesehatan pada kluarga kami.
Selain ayah saya seorang pedagang pentol keliling, ayah saya juga
seoarng petani , beliau sangat menekuni ilmu dalam pertanian, karna memang
beliau adalah lulusan UNIVERSITAS BENGKULU untuk jurusan Pertanian,
sehiungga nama beliau mendapatkan gelar Ir(Insinyur) . walaupun ayah saya
mendaptakan gelar , tu juga tidak menjadikan patokan seorang tu punya banyak
uang dan bergelimbangan harta, tapi takdir berkata lain kami hanya orang
biasa dan malah sebaliknya kami hanya orang yang tak punya apa-apa.
Adapaun ayah saya beliau keseharianya berjualan pontol, di balik
kesibukanya ayah saya menyempatakan waktu luang nya untuk bercock tanam
di kebun, banyak macam nya yang ayah saya tanam , seperti pohon pisang,
cabai, kacang panjang, semangka dan paling banyak adalah pohon singkong
atau di sebut juga ubi kayu.
Sebenarnya lebih banyak lagi yang ayah saya tanam di kebun, seperti ubi
ada ubi kayu da ada juga ubi rambat, pohon tebuh, dan masih banyak yang
lainya dengan begitu luasnya lahan tanah yangt ada di sekitar rumah kami,

5
karna dulu kami tinggal di rumah sendiri tapi tanah nya bukan milik kami, tapi
kami hanya izin tinggal di sana dan merawat / menjaga tanah tersebut dari
seoarang pemiliknya, namun yang paling dominan yang ayah saya banyak
tanami adalah pohon singkong, sehingga di sekeliling rumah saya banyak
terdapat pohon singkong, dan orang pun banyak mengetahui dan membeli ubi
dari kebun saya, waktu itu juga ubi 1 Kg nya Cuma Rp 2000 sehingga hampir
setiap hari ada aja yang membeli ubi di rumah kami, “Alhamdulillah saya
ucapkan dalam hati saya”
Di karnakan di rumah saya banyak pohon singkong, orang tua saya sering
membuat bermacam aneka ragam makanan dan cemilan seperti di buat getuk,
lemet, ondol ondol sampe di buat keripik, untuk makan sendiri, sehingga saya
juga pernah merasakan bosan dengan makanan tersebut.
Akhirnya saya berpikir, dalam hati saya” bagaiamana kalau ibu saya buat
keripik singkong pedas dan saya menjualanya di sekolahan”. Tampa berfikir
panjang saya langsung bertanya kepada ibu saya.” Mak” kan ubi kito kan
banyak, cak mno mamak buat krepek bee’ biar aku yang jualan dan ibu saya
menjawab boleh
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah saya langsung bergegas
menuju kebun dan mencabut ubi yang akan di olah untuk membuat keripik,
dengan proses nya yang sangat lama dari mengupas kulitnya,
mencuci,mengiris, mengoreng dan mengemas nya dalam plastic.
Di pagi harinya saya merasa blom yakin “apa kata teman saya kalau saya
jualan di sekolah” dan saya juga takut kalau guru saya mengetahui kalau saya
jualan di dalam kelas, namun saya tetap yakin dan membawanya di dalam tas.
Setiba nya waktu jam istirahat , saya mengeluarkan jualan saya, dan
menawarkanya dengan teman sebangku saya, dan dia akhirnya dia membeli
juga, tak beberapa lama , dating yang lainya membeli dagangan saya, karena
juga saya jualan 1 bungkus Cuma 500 rupiah, sekali saya membawa keripik 20
bungkus, dan di kalikan 1 bungkus 500 rupiah jadi perhari saya mendapatkan
hanya 10.000 dan itu pun masih saya kembalikan dengan orang tua saya sebesar
8.000 2.000 untuk saya jajan.
Dan akhirnya saya berjualan dengan biasa dan semangat mencari uang ,
walaupun tak seberapa uang yang saya dapat,namun hal itu mengasikan untuk
saya karena belajar sambil berbisnis, tapi juga terkadang saya minder dengan
diri sendiri, ada juga orang lain berkata “ masak ya sekolah sambil jualan, mau
jualan apa mau sekolah”
Tapi saya tak menghiraukan masalah tersebut, karena kita tahu kita bukan
orang mampu, yang terpenting bagaimana kita mendapatkan uang karena kita

6
perlu dengan itu dan kita ingin sama dengan teman-teman yang lainya, selagi
mecari uang itu dengan cara yang baik dan halal to mengapa kita harus malu.
Dan orang tua saya juga tak mempersalahkan hal tersebut, selagi itu tidak
menganggu dalam pelajaran , orang tua saya juga paham karena orang tua saya
tak bisa memberi uang jajan yang begitu banyak, oleh karena itu orang tua saya
juga berkata kalau mau uang jajan lebih, “ harus ada usaha”

Berbisnis sambil menjadi seorang santri

7
Crita yang kedua ini adalah kisah nyata hidup saya yang mana dulunya
saya adalah seorang santri dan masih juga tetap berjualan untuk mendapatkan
uang.
Setelah saya tamat SD (Sekolah Dasar) Pada tahun 2012 . orang tua saya
menyuruh saya sekolah di sauatu pondok pesantren di daerah jambi, tepatnya
pondok pesantren ISLAM TERPADU IHYA AS-SUNNAH di kabupaten
Sarolangun, sinkut II ( yaitu perbatasan daerah Sumatra selatan dan provinsi
jambi) dan daerah tersebut sudah masuk wilayah provinsi jambi.
Awal mula saya tidak beraharap ingin masuk sekolah pondok pesantren,
karena saya berfikir “ apa sih asiknya sekolah di pondok, jarang kluar dan
makanya gak enak” tu dalam benak pikiran saya.
Namun saya tak bisa mengelakan kemauan kedua orang tua saya, saja
juga paham orang tua saya sangat kuat peganganya dalam agama islam, dan
bukan hanya saya yang pernah sekolah di pondok pesantren, tapi kk , dan abang
saya juga pernah ,merasakan menjadi seoarang santri.
Akhirnya saya pun sudah menjadi santri dan menempuh sekolah ke
jenjang berikutnya yaittu SMP (Sekolah menengah pertama), sebelumnya saya
pernah sekolah di suatu Madrasah Tsanawiyyah Negri di kota Lubuk Linggau ,
karena saya sempat mengelak dan tidak mau sekolah di pondok pesantren, di
karenakan saya berpikir dua kali pertama kalau saya sekolah di pondok
pesantren saya tidak bisa kluar dari sana, jauh dari orang tua dan kluarga, tugas
saya di sana belajar dan belajar, kedua saya berfikir kami adalah termasuk
kluarga yang tak mampu sedangkan biaya sekolah di pondok pesantren itu
mahal, mana bisa mungkin orang tua saya bisa membiayai saya sebulan untuk
membayar uang bulanan, blom lagi uang jajan saya, begitu banyak uang orang
tua saya yang harus di habis kan untuk sekolah saya selama di pondok pesantren
Apa lagi kalau saya menempuh sekolah di sana dalam kurun waktu
selama 3 tahun , sangat banyak uang yang harus di kluarkan, saya juga sangat
tidak yakin dengan kedaan saya kalau saya sekolah di pondok pesantren.
Takutnya, saya sudah bisa mengambil pelajaran dari kakak dan abang
saya yang pernah sekolah di pondok pesantren, ayah saya tidak bisa membiaya
mereka sekolah dan sampai kakak saya tamat di pondok itu pun masih ada
tungggakan yang harus di bayar.
Namun orang tua saya tetap menyekolahkan anaknya harus di pondok,
bagaimana pun cara nya, agar kami bisa belajar di pondok pesantren , karena
orang tua kami sangat tidak mau kalau anak nya sekolah di smp negri biasa,
melihat realita anak zaman sekarang yang luar biasa, yang mana ahlak mereka
sangat la buruk dan sangat memprihatin kan, dengan adanya pergaulan bebas
yang dapat merusak moral anak anak bangsa.
8
Singkat crita akhirnya saya pun menjalanin aktifitas sehari hari saya
sebagai seoarang santri, mulai bangun dari shubuh hari sampai tidur kembali,
begitu seterus nya sampai akhirnya saya tamat pada tahun 2016 untuk jenjang
SMP
Di tahun berikutnya saya melanjutkan ke jenjang SMK di tempat yang
sama ada di pondok pesantren tersebut, jadi kurang lebih saya menempuh
pendidikan di pondok pesantren selama 6 tahun , dari saya SMP sampai SMA.
Pada saat saya menginjaki bangku sekolah SMK, kedua adek saya yang
bernama aziz dan ummi, mereka berdua baru menyelesaikan sekolah dasar dan
ingin melanjutkan ke tempat yang sama di mana tempat saya bersekolah yaitu di
pondok pesantren.
Pada saat kedua adek saya menempuh sekolah sama dengan saya yaitu di
pondok pesantren, mau tak mau biaya yang di kluarkan oleh orang tua kami
semakin banyak yang di kluarkan baik dari uang saku kami blom uang SPP
yang harus di bayar setiap bulanya, mustahil orang tua kami membiayai itu
semua. Kami juga bukan orang yang mampu
Di karenakan ambisi kedua orang tua kami ingin anak mereka sekolah
yang berbasis agama , Kami harus menempuh pendidikan di pondok pesantren
tersebut. Tapi orang tua saya yakin bahwa nanti ada rezki yang akan datang
selagi kita masih berusaha, apa lagi kalau anak nya sekolah di pondok ,itu
merupakn kebaikan dan Allah pasti akan memberi rezki yang baik bagi mereka
yang menuntut ilmu karena Allah.
Dari sini la ide saya mulai kluar untuk mencari uang, bagaimana saya
mencari uang jajan sendiri tampa meminta lagi dengan orang tua setiap
bulanya, apa lagi kami bertiga di pondok pesantren , tak kan mungkin kami trus
meminta uang pada orang tua kami, sementara uang SPP bulanan harus selalu
di bayar pertiap awal bulanya.
Terkadang kami merasa iba dan kasihan kepada orang tua kami apa bila
mengingat dan memikirkan mereka yang bekerja keras di luar sana hanya demi
anak mereka belajar dengan baik di pondok pesantren.
Apa lagi saya memikirkan kedua adek saya yang saat ini mereka belajar
bersama sama , mereka juga memerlukan uang untuk kebutuhan mereka dan
uang saku mereka, orang tua saya hanya bisa mengirimkan uang sebesar 300
ribu rupiah setiap bulan, jadi kami mempunyai jata satu orang setiap bulanya
hanya 100 ribu . cukup tak cukup mau tak mau uang itu kami pergunakan
sebaik mungkin bagaimana uang itu cukup dalam waktu sebulan.

9
Terkadang orang tua kami juga tak menentu mengirim uang saku kami,
terkadang cepat terkadang lambat bankan ada waktu kami tidak memegang
uang sama sekali ayah saya tidak ada kabar untuk mengirm uang.
Satu hal yang saya tak mau lakukan dan saya tanamkan dalam hati saya , tidak
ingin meminta kepada orang tua kami , walapun saat itu kami hanya bisa
meminta uang kepada orang tua kami, karena kami tak memiliki usaha kecuali
hanya meminta dengan orang tua kami dan tugas kami hanya belajar di sana,
namun kami takut mengunkapkan dan meminta nya secara langsung.
Kami takut apabila kami mengungkapkan perasaan kami selama di
pondok dan terus meminta uang kepada mereka , itu akan menjadi beban
pikiran mereka. Dan kami tak ingin hal itu terjadi kepada kedua orang tua saya.
Bermacam macam cara saya lakukan untuk mendapatkan uang demi
memenuhi tekat saya bahwa saya tak ingin membebankan pikiran kedua orang
tua saya, mulai dari mencuci pakainan teman saya, sampai melipatkan pakain
mereka saya jadihnkan uang semua.atau saya bisa di sebut tukang londri di
pondok pesantren.
Jadi saya melihat peluang usaha yang ada di teman-teman saya, mereka ini
sangat malas dalam mencuci pakaian , saya berinisiatif untuk mencuci pakain
mereka dengan upah sebesar hanya 5000 rupiah per Ember mulai dari mencuci
sampai saya lipatkan pakain mereka.
Waktu terus berjalan saya pun menjalan kan bisnis sambilan saya yaitu
hanya sebagai pencuci pakain teman saya, dan itu pun juga tidak menentu
kapan saya mencuci pakaian teman saya , terkadang mereka kalau malas sekali
dalam mencuci pakaian mereka, barulah mereka memanggil saya untuk londri
kepada saya. Walapun tak seberapa yang saya dapat, namun itu hasil kerja keras
saya yang saya lakukan sendiri selama di pondok pesantren. Hal tersebut
akhirnya saya lakukan dengan tekun, apa lagi kalau hari minggu saya bisa
mencuci pakain 4 ember perhari di kalikan dengan harga 5000 rupiah, 20000
ribu yang saya dapatkan pada hari itu, karena hari minggu banyak waktu luang
di sana.
Tidak sampai batas itu saja akhirnya saya juga mencari informasih apa
saja yang saya bisa jadikan uang , yang penting itu tidak menganggu pelajaran
saya, seperti saya mencuci pakain teman saya sampai dengan melipat pakaian
mereka.
Berawal keisengan saya yang ingin membantu teman karib saya di
pondok, ia bernama rajuna, ia juga merupakan sosok seperti saya, yang mencari
uang tambahan karena beliau juga dari keluarga yang tidak mampu, dengan
cara dia menjual makanan kalau tidak salah ( es balon/atau es lilin) dengan
santri-santri yang ada di pondok, beliau Cuma hanya menjualnya saja yang
10
membuat es tersebut adalah guru kami sendiri , namun beliau tinggalnya di
luar , bukan di komplek pondok pesantren. Untuk keuntungan jualanya
tergantung guru kami menitipkan berapa buah yang beliau titipkan, semisalnya
beliau menitipkan 20 buah es, 1 es kami hanya mendapatkan untung sebesar
200 rupiah jadi kalau ada 20 bauh es , kami mendapatkan untung Cuma 4000
ribu rupiah saja, lumayan la untuk jajan 1 hari.
Hari berikutnya saya masih menemani teman saya berjualan keliling dari
asrama ke asrama yang lain, namun di sana saya lebih jago dari teman saya
dalam hal menawarkan barang dagangan, karna teman saya tak pandai bicara,
akhirnya daganganpun bisa habis setiap harinya karena hasil dari tawaran saya.
Setelah itu teman saya punya inisiatif kalau saya jualan sendiri saja supaya bisa
mendaptkan uang sendiri, tapi saya berfikir mau jualn apa, teman saya
menjawab “ jualan sama seperti saya, jual es lilin” tapi kami jualan di asrama
berbeda , karna jarak asrama saya dengan teman saya agak berjauhan.
Teman saya pun langsung membicarakan kepada guru dia yang
menitipkan dagangan, kalau saya bisa jualan dan menawar, akhirnya saya pun
ikut jualan es lilin sendiri, dan hamper setip harinya es saya habis tak bersisah.
Dalam hal ini pihak pondok bahkan guru guru yang ada di pondok pesantren
tidak melarang sedikitpun kami berjualan di area pondok, di karenakan di dalam
pondok pesantren tidak mempunyai kantin dan jika ingin makan harus kluar
pondok terlebih dahulu, terkadang pedagang makannan sering datang dan lewat
di pondok pesantren kami.
Dengan sering saya berjualan di pondok akhirnya saya terkenal dan di
ketahui banyak teman dan guru guru saya.
Hari berikutnya saya mempunyai ide kembali , bagaimana kalau saya
jualan bukan hanya es lilin saja namun bentuk makanan mengenyangkan bagi
santri , karena kita tau sendiri makanan yang ada di pondok sangat ala
kadarrnya sehingga banyak para santri yang makan nya sedikit bahkan ada yang
tidak mau makan karena lauknya tidak enak.
Akhirnya ada ibu guru SD di pondok kami tersebut yang biasa
membuat makanan dan biasa menjualnya dengan anak-anak sekolah yang ada di
pondok tersebut seperti menjual makanan ringan seperti gorengan dan kue kue
pasar. Kebetulan anak beliau teman saya di pondok tersebut yang bernama
AJI , dan Saya pun berbincang bincang dengan beliau dan menanyakan tentang
hal jualan.
Fajri : “ bisa dak buk fajri jualan di dalam asrama” ?
Ibu : “ fajri mau jualan apa di asrama ? emang juga boleh jualan dalam asrama

11
Fajri : “ boleh la buk karno anak anak santri di sini bosan dengan makanan
jualan di kantin sama di dapur pondok, mana juga ad yang dak mau makan
kalo lauk ny dak enak” .
Ibu : “boleh kalau mau nanti ibu buatin nasi bungkus” atau jajan yang lainya ,
karna ibu juga kasian makan anak pondok gitu- gitu bae. Anak ibu kan juga
mondok sama seperti kamu?
Fajri : “jadi kapan mulai nya buk”?
Ibu : “ malam minggu aja, anak anak kan juga pada libur jadi masalah jualnya
malam aja.”
Fajri : “ ya buk dak masalah si, mana baiknya.
Dan tibanya malam ahad saya sudah mulai berjulan nasi dan es buah yang
di buat oleh ibu guru tersebut di dalam asrama, para santri pun berbondong-
bondong untuk membeli apa yang saya jual, dan juga nasi harganya juga
seporsi kami menjualnya sebesar 5 ribu rupiah, kurang lebih itu sangat
terjangkau untuk menjualnya dengan santri di pondok pesantren.
Untuk keuntungan saya berjualan tergantung berapa jumlah yang di
titipkan dengan saya namun pada saat itu makanan dan minuman yang saya jual
rata-rata harganya 5 ribu rupiah, satu porsi saya mengambil keuntungan 500
rupiah, di kali kan saja kalau saya membawa es 20 cup dan nasi 20 bungkus,
perhari saya bisa menghasilkan uang sebesar 20.000 ribu perhari. Lalu di
kalikan dalam jangka 1 bulan bisa 600 ribu yang saya dapat.
Namun itu hanya perkiraaan hitungan saya saja, tidak hampir setiap hari
saya berjualan, ada juga saya meliburkan diri karena sakit atau kalau saya
banyak mengerjakan tugas sekolah dan hafalan AL-quran karna saya tau tugas
saya di sana hanya belajar dan menuntul ilmu agama.
Dan ketika para santri sudah mulai bosan dengan apa yang saya jualan,
maka saya mulai mengkordinir kepada ibu tersebut, kita harus jualan yang lain
biar anak-anak tidak merasakan bosan apa yang kita jual, setelah itu kami mulai
menganti menu atau jualan yang lainya, mulai dari nasi uduk, nasi kuning, es
buah,bubur ketan hitam, piscok dan masih banyak yang lainya, namun yang
terutama saya jualan adalah nasi bungkus, karena ad santri yang tak mau makan
apabila lauk yang di sajikan di dapur pondok tidak enak. Sehingga nasi bungkus
sudah pasti habis bagi santri, dan porsinya juga mengenyangkan.
Dari hasil jualan yang saya lakukan di dalam pondok saya tabung dan
saya bercita-cita ingin membeli hp karna pada saat itu saya belom mempunyai
telpon seluler. Namun orang tua saya tak mengetahui perihal saya mencari uang
di pondok selama dalam proses belajar, dan orang tua saya pun juga terheran

12
heran dari mana saya mendapatkan uang, sedangkan ayah saya lama kalau
transfer bahkan tak di kirim kalau kita tak menelfon orang tua.
Di balik hal itu saya tak menghilangkan tujuan saya di sana, yaitu
menuntut ilmu agama, dan membanggah kan orang tua, dua dau nya saya jalan
kan secara berfsama sama, dan semata mata saya ingin meringakan beban orang
tua kami ketika kami masih belajar di pondok, ketika orang itu menempat
sauatu pada tempatnya makan dia akan memperoleh hasil yang baik.
Dan seperti yang saya lakukan sebisa mungkin bisa membahgiakan kedua
orang tua, dan syukur Alhamdulillah saya tak pernah mengecewakan masalah
prestasi saya selama sekolah, saya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa
jadi yang tebaik, dan contoh untuk adik adik saya.
Hingga saya bisa menjalankanya secara bersama-sama menuntut ilmu
sambil berbisinis mencari uang, teman teman dan guru guru saya juga merasa
bangga dengan keaadaan saya, seorang yang tidak mampu dia bisa berperestasi
dan bekerja mencari uang walaupun dalam kedaan menuntut ilmu. Itu semua
yang saya lakukan karena saya juga memerlukannya, dan ada sebagian guru
yang paham dengan kondisi keadaan saya sebenrnya, mengapa saya harus
jualan dan sambil memuntut ilmu.
Dan tidak semua guru bahkan ada manusia yang iri dan tidak senang
dengan apa yang saya lakukan ketika saya mencari uang ketika di pondok, dan
ada seorang guru yang terang terang menuturkan kata-kata yang menyingung
diri saya, di depan teman teman saya yang ada di dalam kelas, beliau berkata
namun tidak menyinggung saya secara langsung, beliau berkata “ tujuan kalian
datang ke sini adalah dalam rangka menuntut ilmu agama bukan yang lainya”,
bukan juga mencari uang.
Namun kata- kata tersebut masih saya cam kan sampai sekarang dan
bentuk motifasi saya secara sendiri. Seakan saya membanta dengan kata kata
saya sendiri dalam hati, “ saya akan tunjukan keseriusan saya dalam belajar”,
dan untuk mencari uang tak perlu saya hiraukan kata-kata beliau karena semua
itu saya butuhkan bagaimana pun kondisinya . dan masih banyak sifat sifat
manusia ketika melihat saudara nya sedang senang dia merasa iri dan dengki,
ada yang melihat saudara nya dalam kesusahan dia merasa bangga dan senang.
Demikian itu merupakan sepenggal kisah saya selama saya masih di
pondok pesantren dalam keadaan menuntut ilmu sambil berbisnis, walapun
banyak ujian dan rintangan yang saya hadapi di sana dan masih banyak untuk
di ceritakan secara detail ketika saya berada di pondok, namun semua itu saya
lakukan yang terbaik dan menunjukan prestasi kepada orang tua saya.
Dan saya terus membawa peringkat dari 3 besar terus setiap tahunya, itu
yang saya bisa banggakan kepada diri saya sendiri dan demi menunjukan
13
kepada yang lainya kepada teman-teman ,guru dan terutama kedua orang tua
saya, “ Bahwa seorang menuntut ilmu itu tak menghalagi dia mencari uang
selagi uang itu di cari dengan cara yang halal dan baik, dan tidak juga
menganggu dalam pelajaran maka kita harus tau dan menempatkan suatu pada
tempatnya , ketika lagi menuntut ilmu maka kita fokuskan menuntut ilmu, dan
dalam kedaan waktu luang kita mulai berbisnis”.

14
Martabak mini usaha pertama ku
ini adalah kisah saya selanjutnya dalam dunia bisnis, setelah saya
menyelesaikan studi saya di pondok pesantren selama 6 tahun, begitu banyak
pelajaran dan kenangan-kenangan saya selama di pondok , terkadang ada rasa
rindu berkumpul dengan teman-teman dan rindu akan belajar din kelas. Namun
waktu terus berjalan dengan begitu saja dan semuanya menjadi kenangan yang
terindah.
Saya selesai SMK di pondok pesantren pada tahun 2019, dan pada saat
selesai sekolah tak ada bayangan saya ke depan untuk melanjutkan studi
kembali atau kulia, yang saya hanya pikirkan adalah mencari uang dan
menikah, ya walaupun umur saya masih belum dewasa , saya sudah memikirkan
tentang pernikahan, mungkin itu pikiran saya masih belum dewasa sehingga
memikirkan apa yang belum saya pikirkan.
Padahal banyak tawaran untuk kulia beasiswa, karna saya salah satu
murid yang berprestasi di dalam kelas, tapi saya sangat tidak berminat dan
merasa lelah mencari ilmu. sebelum itu saya pernah bekerja di suatu toko
pakain yang ada pinggir jalan selama beberapa bulan dan Akhirnya saya
mendapat kan tawaran untuk bekerja di Jakarta oleh majikan kakak ipar saya
yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, bahwasanya dia menceritakan
ada saudara majikanya yang tinggal di Jakarta yang membuka usaha konveksi
pakaian yang berjalan di pasar terkenal yaitu pasar Tanah Abang di kota
Jakarta.
Setelah saya di Jakarta saya merasa senang dan merasa orang desa yang
baru keluar kota, melihat begitu megahnya gedung-gedung yang menjulang
tinggi sampai-sampai leher saya merasa sakit apabila melihatnya. Dan saya
bekerja di tempatkan langsung di pasar Tanah abang, dengan gaji yang begitu
besar menurut saya karna rata rata gaji pekerja disana menuruti UMR Jakarta.
Namun di sana saya tak begitu lama, bekerja hanya bertahan selama 1
tahun setengah karna bencana Kovid 19 yang semakin parah, akhirnya kami
ada pengurangan karyawan kerja, salah satu nya saya yang dipulangkan oleh
majikan saya kembali ke rumah.
Setelah pulang dan tidak bekerja lagi di Jakarta, pikiran saya belum untu
k mencari pekerjaan kembali, saya masih mengharapkan untuk bekerja kembali
pekerjaan saya di Jakarta karena kami Cuma di berhentikan sementara setelah
kovid 19 redah dan pulih kami akan kembali lagi. Namun begitu lama waktu
yang saya tunggu untuk kembali bekerja di Jakarta, sementara covid 19 yang
semakin tak kunjung redah membuat saya putus harapan untuk pulang dan
bekerja di Jakarta kembali.

15
Pada waktu seperti ini hati saya binggung apa yang saya harus lakukan
dan apa yang saya kerjakan karna saya sudah tak bekerja lagi di Jakarta .
Suatu ketika, saat saya berkunjung ke rumah kakak perempuan saya
beliau sudah menikah dan rumah nya tak jauh dari rumah orang tua saya, pada
minggu pagi hari kakak saya biasa membuat makanan ringan untuk di makan
pada hari minggu tersebut, karena hari minggu merupakan waktu luang yang
banyak untuk berekumpul dengan keluarga.
Kali ini kakak saya membuat makanan ringan ya sebut saja martabak ,
namun martabak kali ini beda dari yang lain, biasanya kalau kita beli martabak
bentuk Loyang nya besar dan lebar , na kalau yang kakak saya buat bentuk nya
kecil-kecil dan cantik, sehingga ketika kita memakanya merasa cukup hanya 1
martabak, karna bentuknya memang yang kecil, sehingga banyak orang yang
mengatakan Martabak Mini.
Dari sini la ide saya mulai terbuka ketika saya makan martabak mini yang
saya makan kemarin , “bagaimana kalau saya jualan martabak mini ini saja kan
anak-anak pasti juga senang dengan bentuk yang lucu-lucu di tambah harga nya
kita buat murah meriah”. Akhirnya saya nekat dan yakin mau bukak usaha
tersebut. Setelah saya perhitungkan mulai dari teori, tutorial membuat adonan
martabak, hingga modal yang saya perlukan untuk membuka usaha tersebut,
dan untuk modal saya usaha adalah sisah uang saya yang saya simpan selama
bekerja waktu di Jakarta.
Beruntungnya gerobak yang saya pakai untuk jualan tu hanya di
pinjamkan abang saya, jadi tak banyak uang yang saya harus keluarkan, beliau
juga pernah membuka usaha bandrek, dan pada akhir nya usahanya juga pun
mulai meredup dan gerobak nya terbengkalai begitu saja.
Dengan semua persiapan yang matang akhirnya saya membuka jualan
saya di pinggir jalan yang berada dekat dengan rumah saya, semua warga dan
tetangga saya pun antusias dan penasaran apa yang saya jual. Pertama kali
untuk membuat nya sangat la ragu apalagi dalam melayani pembeli sangat
gugup sekali, karna baru pertama kali itu saya dalam wirausaha.
Hari ke hari berikutnya martabak mini saya pun banyak pembelinya
sehingga 1 hari saya bisa membuat adonan sebanyak 3 kg. kalikann saja1 Kg
adonan bisa dapat 80 martabak kalau 3 Kg itu bisa 240 martabak yang saya
buat perhari, dan harga satuan martabak mini ada yang harga seribu rupiah dan
ada harga yang duaribu rupiah tergantung dengan toping dan rasa martabak
tersebut, mulai dari rasa kacang, coklat,selai strawberry, selai bllubery, dan selai
nanas saya jual 1 nya dengan harga seribu rupiah, dan untuk toping seperti keju,
jagung manis, oreo, dan green tea saya jual duaribu rupiah satunya.

16
Dengan semakin ramenya jualan saya sedikit demi sedikit pundi-pundi
rupiah pun mulai saya kumpulkan uang hasil dari saya jualan setiap harinya,
entah mengapa ketika uang saya sudah banyak yang saya kumpulkan ada saja
permasalahan yang muncul sehingga uang yang saya kumpul tidak bertambah
nominalnya bahkan berkurang.
Permasalahan yang paling saya ingat, sautu ketika saya pernah bertengkar
dengan abang saya yang dia pemilik gerobak yang saya pakai untuk jualan
maratabak tersebut, dalam kedaan emosi bahkan saya tak mau menegur dia,
sampai-sampai saya tau mau lagi jualan dengan gerobak dia.
Akhirnya sempat terhenti lama saya tak jualan martabak oleh
peramasalahan gerobak yang saya pakai. Banyaknya pelanggan dan para
pembeli yang menanyakan tentang jualan saya, Akhirnya saya nekat untuk buat
gerobak sendiri sehingga tidak ada lagi masalah yang akan menimpah saya.
dengan memiliki uang tabungan saya selama saya jualan martabak
bersisah 1juta rupiah, lima ratus ribu saya gunakan untuk modal awal kembali
uasaha saya,karena waktu saya berhenti jualan banyak barang barang yang saya
butuhkan habis banhkan ada yang tak layak di gunakan kembali, dan lima ratus
kagi saya gunakan untuk membuat gerobak.
Dan sebenarnya harga gerobak yang saya buat bukan berharga lima ratus
ribuh namun berharga tiga jutah rupiah, oleh kenalnya orang tua saya dengan
pembuat gerobak tersebut, maka permasalahanpun terpecahkan, gerobak saya di
buatkan namun untuk membayar semuanya tidak secara langsung pertama saya
kasih uang pangkal dan sisahnya saya bayar secara menyicil selama saya
berjualan martabak , akhirnya gerobak saya mulai di kerjakan pembuatanya
dalam jangka waktu seminggu, untuk uang pangkal saya sudah berikan sebesar
lima ratus ribuh tadi .
Setelah gerobak yang saya buat jadi, maka saya kembali jualan martabak
mini , namun kali ini jualan saya berbeda dari yang kemarin sedikit ada
perubahan yang saya ubah seperti dari rasa dan toping semakin banyak variaan
yang saya sajikan dan harga masih tetap harga yang lama yang saya berikan.
Dan saya jualan pun tidak di tempat pertama saya jualan.
Saya memilih jualan untuk keluar di jalan raya , karna mungkin saja
kalau jualan di pingir jalan besar lumayan rame dari pada jualan hanya dekat-
dekat rumah saja dan mungkin banyak pembelinya, sebab saya ingin
melunaskan sisa gerobak yang saya buat.
Dengan rame setiap hari pembeli martabak mini saya, hutang gerobak
yang saya cicil beberapa bulan telah selesai dan tidak ada tunggakan lagi.
Akhirnya saya bisa berjualan normal dan mengumpulkan uang kembali

17
Namun di sini kita tahu bagaimana konsekuensi ketika kita membuka
usaha pasti ada pasang surutnya, ketika lagi rame martabak yang saya buatpun
sampai 3 kg dan ketika sepi paling sedikit 1 kg yang saya buat. Namun semua
itu saya jalan kan begitu saja, bahkan hanya sedikit yang laku martabak yang
saya buat, sehingga banyak yang terbuang adonan dan sangat mubazir , namun
kalau kita tidak kuat menjalankanya kita akan pupus di tengah jalan.
Seperti keadaan yang saya alami ketika datang waktu sepi nya para
pembeli dan tak seperti biasa kalau saya jualan pertama kali begitu rame nya,
beberapa hari saya sebelum memutuskan untuk berhenti berjualan, karna dalam
minggu-minggu tersebut sangat la sepi sehingga banyak adonan yang tebuang
begitu saja, karna tak tahan apabila di simpan untuk jualan besoknya, dan juga
uang yang saya dapat tak cukup untuk memulangkan modal besoknya apalagi
untung jualnya bahkan tidak ada. Dan pada hari terakhir saya hanya
mendapatkan uang sebesar 20 ribu.
Akhirnya saya berpikir untuk tidak jualan lagi dan merasa mungkin hanya
sebatas ini rezeki yang saya cari, namun semua itu saya jadikan sebagai
pengalaman yang saya akan ceritakan pada masa yang akan datang bahwa saya
perna terjun dalam bidang usaha.

18
Dua status satu orang
Seorang mahasiswa dan wirausahawan
Ini adalah kisah terakhir saya yang saya ceritakan,dari cerita saya yang
masih kecil yang pernah berjualan keripik singkong, menjadi santri dan mecari
uang, membuka usaha martabak, dan cerita itu semua benar apa adanya dengan
keadaan masa lalu saya.
Setelah memutuskan tidak jualan lagi akhirnya saya pun binggung
kembali, apa tujuan saya selanjutnya untuk kedepan. Tapi Allah beri jalan yang
mudah bagi saya untuk tidak banyak putus asah dan selalu berusaha lebih baik
lagi.
Akhirnya saya pun memutuskan untuk belajar kembali yaitu untuk kulia
di STAI ( Sekolah Tinggi Agama Islam) Bumi Silampari yang berada di kota
lubuk linggau, sampai saat ini saya sudah mulai menempuh pendidikan kulia di
semester pertama dengan jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dan pada waktu kulia seoarang mahasiswa harus banyak aktif dan harus
banyak mempunyai ide dalam mencari uang, karna kita kulia sangat banyak
memerlukan uang dan kita kulia juga bukan gratis, karna ilmu yang kita
dapatkan harus banyak perjuangkan, salah satu perjuangan kita agar kita terus
membayar uang perkuliahan setiap semesternya.
Untuk memperjuangkan itu semua banyak di antara mahasiswa yang
bekerja paruh waktu, ada yang bekerja sebagai guru privat, sopir travel dan
masih banyak pekerjaan yang di lakukan mahasiswa demi Meringankan beban
perkuliahan, namun ada juga yang hanya berpangku tangan kepada orang tua
nya saja.
Namun tidak bagi saya, saya juga sama seperti teman-teman saya yang
harus mempunyai wirausaha bagaimana pun saya harus bekerja dan mecari
uang dan masih tetap kulia.Sangat banyak peluang usaha yang saya lakukan saat
ini selagi kita masih berusaha Allah kasih jalan yang terbaik untuk kita.
pertama saya setelah pulang kulia saya langsung mengajar privat anak
anak yang ingin belajar mengaji tapi ini merupakan peluang usaha untuk diri
saya, karena saya memang paham dengan cara membaca AL-Quran apa lagi
mengamalkanya hingga saat ni ada 4 rumah yang saya ajar anak-anaknya dan
setiap gaji nya saya hanya meminta seiklas yang di kasih berapa adanya saya
akan trima .
terkadang kalau kita menjalankan begitu iklas tampa mengharapakan
sautu apa pun Allah kasih lebih dari apa yang kita harapakan sebelumnya.

19
Dan yang kedua saya banyak melihat mahasiswa terkadang banyak yang
pergi kulia tampa sarapan , akhirnya bagaimana kalau saya jualan sarapan atau
makanan-makanan ringan dan ini merupakann peluang usaha bagi diri saya.
Awal mula saya ragu untuk berjualan di didalam kampus karena berbeda
ketika saya waktu sekolah di pondok ,namun hal ini tak jadih permasalahan
seorang mahasiswa seperti saya yang ingin berjualan ketika pergi kulia, dan
semua dosen apa lagi mahasiswa lainya paham kalau kita mencatri uang hanya
untuk membantu meringankan biaya kulia, karena biaya kulia sangat la mahal.
Pas kebetulan dalam pelajaran kewirauasahaan kami di tugaskan untuk
memiliki usaha dan nanti akan di ceritakan seperti yang saya tulis saat ini. Saya
tak ragu ragu lagi dalam jualan di kampus,
Demikian Ini semua kisah perlajanan hidup saya yang berkaitan langsung
dengan dunia wirauasaha, semoga apa yang saya ceritakan bisa di ambil
pelajaran dan bisa menjadi motifasi bagi diri kita bahwasanya walaupun kita
lagi dalam memnuntut ilmu tak menghalangi kita dalam berwiraiusaha selagi
masih ada jalan untuk kita berusaha, Allah akan kasih keduanya ilmu dapat dan
materi pun juga dapat dalam bentuk apapun seperti uang dll.

finish

20

Anda mungkin juga menyukai