Anda di halaman 1dari 4

Keluarga? Mungkin jika dijelaskan akan memiliki berjuta-juta makna yang tak bisa saya ungkapkan.

Definisi keluarga menurut saya itu tempat kita pulang disaat dunia berprilaku tak adil dan semena-mena
pada kita. Keluarga adalah tempat yang mau tidak mau harus menjadi tujuan kita. Jika disuruh bercerita
tentang keluarga, saya pun bingung harus memulai dari mana. Karna, begitu banyak sekali kata yang
akan saya ucapkan jika berbicara keluarga.

Keluarga saya hanya sebuah keluarga kecil dengan 6 anggota yaitu ayah, ibu, 1 anak perempuan dan 3
anak laki-laki. Ayah saya bernama Padimin, orang asli Jawa tengah yang merantau ke tanah Sunda ini
dan menemukan belahan hati hingga menetap disini. ibu saya bernama Riah, ia orang pribumi asli
Sunda. Dan ketiga adik saya bernama Adrian, Refan dan Rizwan. Keluarga saya terbilang keluarga yang
cukup harmonis, walaupun dengan segala hiruk-pikuk ekonominya.

Bapak saya bekerja sebagai buruh bangunan, dan ibu saya dulunya seorang penjual sayuran keliling, tapi
semenjak adik bungsu saya lahir, ia memutuskan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Walaupun
hanya seorang buruh bangunan, tapi orang tua saya sangat hebat, bisa menyekolahkan saya dan adik
saya berbarengan yaitu SMK dan SMP hingga lulus, dan hingga saat ini adik saya mengemban bangku
pendidikan SMK dan saya sedang menjalani kuliah. Walaupun tak jarang saya mendengar keluhan
mereka yang tak cukup ini dan itu, tapi mereka tak pernah lelah dan terus menjalani semuanya dengan
sabar dan ikhlas. Banyak sekali kisah pahit yang telah kami sekeluarga rasakan, sehingga membuat kami
bermental baja, walaupun seringkali rapuh, tapi kami selalu bangkit dan bangkit lagi.

Dulu ketika saya masih di bangku sekolah dasar, saat itu ibu saya masih menjadi penjual sayur keliling.
Kehidupan ekonomi kami masih agak stabil. Karna, pemasukan kami terdapat dari dua pintu yaitu ayah
dan ibu yang sama-sama bekerja. Tapi, hal itu menjadi keluhan tersendiri bagi saya, karna saat itu saya
merasa kurang kasih sayang dari orang tua. Saya yang masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah dasar
harus mengurus kedua adik saya, mulai dari makan, pakaian dan perlengkapan sekolahnya. Hal itu
dikarnakan ibu saya yang sudah dari subuh berangkat ke pasar untuk berbelanja dan menjajakan
jualannya di siang hingga sore hari. Seringkali saya mengeluh dalam diam, kenapa anak sekecil saya
harus mengurus semua kebutuhan dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang harusnya dilakukan
orang dewasa? Dan kenapa saya tidak bisa seperti anak-anak lain yang bisa diurus oleh orang tuanya
dengan banyak kasih sayang? Hal itu tak pernah saya ungkapkan pada orang tua saya, tapi selalu
terngiang dalam benak saya saat itu. Tapi lambat waktu berjalan sayapun mengerti semua kerja keras
mereka itu dilakukan agar kami semua mendapatkan kehidupan yang layak.
7 tahun berjalan, ibu saya kini berhenti berjualan sayur keliling, karna saat itu adik saya yang bungsu
hadir ke dunia yang membuat ibu saya menjadi ibu rumah tangga hingga saat ini. Saya bersyukur saat
itu, karna saat saya masuk bangku SMK saya merasa dapat kasih sayang penuh dari ibu saya yang selama
ini saya idam-idamkan. Tapi, hal itu ternyata menjadi awal untuk konflik hidup saya yang lebih rumit lagi.
Saat itu kehidupan ekonomi kami menurun. Banyak sekali ujian yang harus kami hadapi. Dimulai dari
spp saya yang sering menunggak, hingga setiap saya menghadapi UTS dan UAS saya tak pernah boleh
masuk kelas karna tunggakan SPP dan biaya ulangan belum dilunasi. Bukan hanya SPP, bahkan seringkali
saya dan adik saya tak mendapat uang jajan untuk kesekolah. Jika tak mendapat uang jajan adik saya tak
mau masuk sekolah, tapi tidak dengan saya, saya tetap masuk sekolah, karna saya merasa pelajaran di
SMK itu sangat padat dan jika sering tidak masuk maka akan banyak sekali ketinggalan. Tak ada yang
jaja, tak ada pula ongkos, jika itu terjadi saya harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer dari rumah ke
sekolah. Dan saat teman-teman saya mengajak saya ke kantin seringkali saya berdalih saya sedang puasa
kepada mereka. Saya dan keluarga saya terlilit hutang di suatu bank, sampai seringkali petugas bank
datang ke rumah karena pembayaran orang tua saya telat. Walaupun banyak sekali hal pahit yang kami
rasakan, tapi setiap seminggu sekali kami selalu dibelikan makanan enak oleh bapak. Walau hanya
sekadar nasi Padang atau ayam bakar pinggir jalan di dekat rumah, tapi hal tersebut sudah menjadi hal
yang sangat spesial bagi kami. Karna tak setiap hari kami makan dengan lauk, kadang hanya nasi dengan
gorengan, telur atau mi instan.

Benar ya kata orang-orang, kepahitan hidup akan mengajarkan kita untuk bersyukur. Hal itu yang selalu
saya dan keluarga saya terapkan. Walaupun banyak sekali terpaan ekonomi yang kami dapatkan, tapi
keluarga kami selalu harmonis dan saling menguatkan. Walaupun seringkali saya dengar orang tua saya
mengalami percekcokan karna masalah ekonomi, tapi itu tak berselang lama, paling hanya sehari dua
hari. Semua orang di keluarga saya adalah sosok yang kuat, mulai dari ayah, ibu dan adik. Tak pernah
sedikitpun saya mendengar keluhan dari mereka semua. Saya sangat bahagia dilahirkan di keluarga ini,
bahkan jika diberi kesempatan lagi untuk memilih, saya akan tetap memilih menjadi keluarga ini lagi.

Keluarga saya adalah keluarga ang hebat, tapi tidak dengan saya. Tadinya saya menjadi penjaga toko di
jakrta, tapi karna satu dan lain hal saya memutuskan resign dan kini belum memiliki pekerjaan tetap.
Kini saya merasa semakin menjadi beban di keluarga ini. Begitu besar harapan orang tua saya saat saya
lulus SMK beberapa bulan lalu. Kini terpaksa kandas, karna saya tak kunjung mendapat pekerjaan baru
walaupun mereka tak pernah mengeluhkan kapan saya akan bekerja kembali, tapi saya sadar, saya kini
menjadi tanggungan dan beban mereka lagi. Tapi semoga cepat ada kabar baik untuk saya.
Di dunia yang sangat keras ini saya juga mempunyai suatu cita-cita. Berawal dari saat SMK cita-cita saya
ingin mempunyai pekerjaan yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan publik. Dan setelah
lulus, saya memiliki banyak sekali opsi. Akhirnya dipertemukanlah saya dengan STIKOM Bandung, dan
konsentrasi Public Relation. Hingga membuat cita-cita saya menjurus menjadi suatu profesi yaitu
menjadi seorang PR atau menjadi kepala Humas di perusahaan multinasional. Semoga dengan tekad
saya yang giat, serta dibantu jalur langit cita-cita besar saya bisa tercapai dan bisa menjadi pengubah
kehidupan untuk keluarga saya. Saya juga berharap, agar adik-adik saya tak lagi mendapatkan kepahitan
hidup lagi, walaupun kini saya tengah mengganggur, saya akan seberusaha mungkin untuk mencari
pekerjaan serta mencari uang untuk meringankan beban kedua orang tua saya.

Untuk mencapai cita-cita saya seringkali banyak sekali kelemahan saya yang akan menghambat dan
perlu saya ubah, diantaranya yaitu sikap saya yang ceroboh, dan sering melupakan hal-hal detil. Hal
tersebut seringkali menghambat saya dalam banyak sekali kegiatan. Tapi hal tersebut sedikit-sedikit saya
ubah, dengan membuat sebuah notes yang berisikan hal detil yang harus saya lakukan. Selain itu juga
saya orangnya gampang sekali overthinking. Hal yang tak perlu saya pikirkan seringkali banyak sekali
saya pikirkan, dan alhasil hal tersebut banyak menghambat aktivitas saya dan membuat kondisi fisik
saya seringkali kurang baik. Tapi hal tersebut juga mulai sedikit demi sedikit saya kurangi. Dengan
mendekatkan diri pada sang pencipta dan lebih lagi berprasangka baik pada takdir serta menanamkan
dalam diri saya bahwa apapun yang terjadi pasti ada sebab dan akibatnya.

Walaupun banyak kekurangan ang menghambat saya dalam menggapai cita-cita, tapi banyak juga
kelebihan yang membuat saya yakin untuk bisa menggapai mimpi saya. Mulai dari public speaking saya
yang sudah mulai terlatih dan baik. Hal ini disebabkan karna saya saat SMK sering mengajar di sekolah
serta menjadi guru les privat, selain itu juga saya ditunjuk menjadi ketua Pramuka dan mpk. Hal itu
menjadikan public speaking saya yang mulai terlatih. Selain itu juga saya humble dan gampang akrab
dengan orang lain. Hal itu menjadi penunjang utama untuk menjadi seorang Public Relations. Saya juga
mempunyai pribadi yang pantang menyerah serta terbiasa bekerja dalam tekanan. Hal itu disebabkan
oleh didikan keras serta kemandirian saya semenjak kecil, dan ternyata semua pahitnya hidup saya ada
hikmahnya juga saat ini.

Semua keluarga tidak ada yang sempurna. Mereka hanya saling menutupi bagian kosong mereka satu
sama lain. Tak banyak keluarga yang diluar terlihat harmonis tapi di dalamnya kosong, ataupun
sebaliknya. Tugas kita saat ini hanyalah bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan saat ini. Baik lengkap
tau tidaknya keluarganya kita, itu akan selalu menjadi rumah ternyaman untuk kita pulang. Karna
definisi keluarga itu bukan hanya ayah ibu dan anak, tapi keluarga itu suatu berkah yang Tuhan berikan
untuk kita, yang tak akan hilang sampai kapanpun.

Anda mungkin juga menyukai