Anda di halaman 1dari 3

HADIAH DARI SEBUAH KESABARAN

Najih Imtikhani – Universitas Ahmad Dahlan

Saya adalah seorang mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Univesitas Ahmad
Dahlan. Nama saya Najih Imikhani, saya seorang mahasiswa Bidikmisi asal Aceh Tengah, Aceh. Pada saat hari penggumuman saya
bener-benar tidak percaya bahwa nama saya menjadi salah satu mahasiwa yang diterima di Universitas Ahmad Dahlan, jalur Bidikmisi.
Saya sangat bahagia ketika melihat pengumuman hari itu, karna untuk sampai dititik ini saya membutukan perjalanan panjang untuk
bisa mewujudkan salah satu keinginan saya yaitu menjadi mahasiswa. Saya sangat bersyukur akhirnya saya dapat kuliah tapi saya tau
perjuangan ini masih belum selesai, saya akan akan terus berjuang karena jalan didepan masih samar-samar terlihat. Bukan berarti jalan
itu akan mulus, bisa jadi akan lebih sulit dibandingkan yang sebelumnya. Saya sadar bahwa saya baru mendapatkan sebaris target
harapan-harapan saya tapi belum cita-cita saya. Saya hanya perlu bertahan dan berubah menjadi lebih baik, saya yakin apa yang
menjadi harapan saya mampu saya dapatkan, apa yang saya cita-citakan mampu saya wujudkan.
Kisah ini diawali dari awal masa SMA tentang perjalanan saya. Pada saat itu saya masih belum mengerti tentang bagaimana
dunia ini sebenarnya bahkan tentang diri saya sendiripun saya masih tidak mengerti, apa bakat yang saya punya bahkan keinginan-
keinginan dan tujuan dalam hidup saya. Mungkin saya menyadari bahwa saya hidup tanpa kedua orang tua sejak saya kecil, jadi tidak
ada yang mengarahkan saya. Hingga pada suatu momen yang membuat saya berada dititik yang benar-benar membuat saya berpikir
yaitu ketika sekolah saya membagikan angket minat dan bakat yang diberikan kepada siswa SMA kelas X. Dalam angket itu ada
beberapa pertanyaan, salah satunya “Apakah anda melanjutkan pendidikan di perguruaan tinggi ?”. Pertanyaan itu membuat saya
bingung, sebenarnya jawaban pertanyaannya hanyalah “ya” atau “tidak” tetapi pertanyaan itu saya pikirkan dengan keras “Bagaimana
saya bisa kuliah, kuliah itu kan mahal, apa mungkin saya mampu ? sulitkah kuliah itu ? Tapi saya ingin kuliah…”
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya “Dimana akan kuliah ? Jurusan apa yang diinginkan ? ingin menjadi apa kelak ? Hingga hobi
apa yang dimiliki dan lain-lain”. Angket sekolah itu benar-benar membuat ku berpikir. Selama ini aku berpikir hidup itu akan mengalir
seperti air dan aku akan hidup terhanyut dalam air agar tetap berada di dalam zona nyaman. Dari angket itu lah akhirnya aku
menemukan titik temu. Mulai dari sekrang aku tidak bisa bermain-main lagi, masa ini adalah masa yang harus aku perjuangankan untuk
bisa mendapatkan harapan-harapan, karena aku yakin dari harapan-harapan itu aku bisa mewujudkan cita-cita yang aku tulis.
Hidup tanpa kedua orang tua awalnya sempat membuat saya sedih terhadap harapan-harapan yang saya tulis, Tapi jika saya tidak
menjadi apa-apa pasti kedua orang tua sedih melihat saya diatas sana dan merasa bersalah. Dari situlah saya saya mulai berani
bermimpi saya harus mampu membuat orang tua saya tersenyum diatas sana saya akan membuktikan ke orang lain bahwa saya bisa
berhasil dan berguna di dunia ini, saya yakin bahwa rezeki itu hanya milik Allah dan Allah yang mengetahuinya, jika saya selalu
besama-Nya pasti dia akan menolongnya.
Pada saat saya kelas 3 SMA guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah datang ke kelas untuk bersosialisasi tentang beasiswa
Bidikmisi, dan berawal dari situlah saya memberanikan diri untuk bertekad kembali melanjutkan kuliah. Setelah sosialisasi saya
langsung menemui guru BK untuk menanyakan lebih lanjut tentang beasiswa ini. Kemudian setelah saya mengumpulkan berbagai
informasi saya kemudian menyiapakan berkas-berkas yang haus di siapkan. Dari situ saya mulai semangat dan kembali mengejar cita-
cita saya. Saya lahir dan tumbuh besar di daerah pengahasil kopi terbaik di dunia, saya juga menjadi salah satu penikmat kopi gayo,
kecintaan saya terhadap kopi sudah mengalir sejak saya kecil. Bukan hanya meminum kopinya saja, tapi saya juga ikut langsung untuk
mengelola kopi. Sejak saat setiap hari libur saya selalu ikut dengan paman ke kebun kopi, mulai dari mempelajari jenis-jenis kopi, cara
menanam kopi, dan cara mendapatkan hasil kopi yang nikmat ketika diminum. Pada awal saya memulai ke kebun kopi, saya baru
mengetahui bahwa ternyata merawat kopi untuk mengahislkan hasil yang terbaik tidak semudah yang yang saya pikirkan Saya harus
berani dengan yang namanya ulat, tidak takut dengan semua keadaan cuaca, belum lagi jalan untuk menuju ke kebun kopi itu mendaki.
Bekerja sebagi petani kopi itu benar-benar sungguh melelahkan. Saat ini saya sudah mulai pandai merawat kopi. Kata paman saya jika
kamu ingin mendapatkan minumam kopi yang nikmat, maka kamu harus merwatnya sepenuh jiwa, karena kopi adalah tanaman yang
sangat manja.
Kecintaan saya terhadap kopi yang tak mengenal musim dan usia, saya selalu bekerja keras dengan sungguh-sungguh unuk
mengembangkan kopi Gayo. Karana kecintaan saya ini terhadap kopi, saya ingin mempunyai kedai kopi disetiap daerah. Saya ingin
kedai kopi yang saya punya beda dari kedai kopi yang ada saat ini. Karena itulah saya mengambil jurusan ekonomi pembangunan, saya
ingin mengambil ilmu bagaimana cara membangun manajemen yang baik dan mengelolanya dengan baik. Harapannya nanti saya dapat
membuka lapangan pekerjaan yang besar untuk orang-orang yang ada disekitar saya, dan dapat mengenalkan Kuliah di sebuah
Universitas Swasta tidak lantas menyurutkan semnagat saya untuk menimba ilmu dan berkarya. Karna saya yakin bahwa bukan
institusimu yang membuat kamu mempunyai karya, tapi diri kamu sendiri yang dapat membuat karya itu. Buktikan kamu dapat
membuat karya-karya dan buat institusimu bangga mempunyai mahasiswa seperti kamu.
Menyandang status sebagai mahasiswa Bidikmisi bagi saya bukanlah hal yang mudah. Karena diluar sana banyak sekali calon
penerima beasiswa bidikmisi ini yang tidak lolos. Beasiswa bidikmisi ini dapat dicabut sewaktu-waktu apa bila nilai turun drastis dan
lulus lebih dari jangka waktu yang ditentukan, mahasiswa bidikmisi diberi waktu maksimal 4 tahun untuk menyelesaikan masa
studinya. Apabila lebih dari waktu yang ditentukan mahasiswa tersebut dapat dikenakan UKT. Karna itu untuk mempertahankan status
Bidikmisi kita harus mampu memberikan yang terbaik dan dapat berkontribusi untuk orang yang ada disekeliling. Di perkulihan nanti
saya ingin masuk dalam organisani, dan membuat karya. Berkarya sama dengan berinvestasi. Berinvestasi dalam hal kebaikan itu
banyak carannya. Saya percaya bahwa mahasiswa penerima Bidikmisi adalah orang-orang terpilih yang dapat mengispirasi dan
memberikan manfaat lebih untuk sekitarnya. Maka dari itu mulai dari sekarang saya harus pandai mengatur waktu untuk kuliah dan
berorganisasi. Walau keduanya sama-sama penting akan tetapi harus selalu tetap di ingat bahwa tujuan utama adalah kuliah.

Anda mungkin juga menyukai