Anda di halaman 1dari 4

Berawal Dari Mimpi

Oleh: Atika Ambarwati

Berawal dari kota Magetan yang dikenal dengan keindahan Sarangannya.Kota


pelosok yang menjadi batasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kota dimana aku memulai
sebuah kesuksesan. Awal dari sebuah cerita yang telah aku buat. Dimana di kota ini aku
dilahirkan dan dibesarkan. Aku adalah anak dari orangtua yang sangat sederhana yang
mempunyai cita cita tinggi agar anaknya sukses. Orang tuaku bekerja sebagai buruh tani
yang mungkin bisa bisa dibilang cukup untuk sehari-hari. Dari deretan saudara ibu dan
ayah ku bisa dibilang semua mampu dan pekerja pns mungkin itu yang membuat
orangtuaku disepelekan di keluarga. Itu sebabnya Ibuku selalu berpesan agar aku belajar
sungguh sungguh agar tidak disepelekan oleh orang orang.

Aku tiga bersaudara satu kakak laki kaki dan satu adik perempuanku. Kakakku
sudah lulus bahkan juga kerja namun bisa dibilang kakakku masih selalu minta ke
orangtuaku. Kakakku sebenernya juga sudah menikah dari 2011 namun memasuki tahun
2019 mereka pisah, jadi kakakku hidup sendiri merantau. Adikku masih sekolah SD kelas 5.
Dan sekarang aku yang harus di tuntut oleh keadaan untuk “aku harus sukses”. Mulai dari
itu ibuku selalu mementingkan pendidikan anaknya meskipun ibu dan ayahku hanya tamat
SMP.

Sejak SD aku sudah menekankan diri harus juara kelas. Bahkan bisa di bilang aku
salah satu murit yang aktif saat pembelajaran. Bahkan itu terbukti saat ujian sekolah nilaiku
bisa di bilang tinggi. Mulai saat itu aku selalu menanamkan pada diriku “aku harus jadi
guru sih” setelah SD tamat aku meneruskan salah satu SMP terbaik di kota ku. Seiring
berjalannya waktu aku menjadi siswa yang aktif dalam organisasi non akademik maupun
akademik. Aku juga masih memegang prinsipku agar tetap juara di kelas. Dan itu juga
terbukti pada waktu aku duduk di kelas SMP. Akhirnya sampai lulus pun aku tidak absen
untuk tidak juara di kelas. Dan itupun berlaku pada ujian sekolahku aku juga mendapat
nilai yang bagus, namun saat itu aku harus menerima kenyataan untuk tidak sekolah di
salah satu sekolah impian dan faforit di kota ku karena terbatasnya zona yang berlaku saat
itu. Namun hal itu tidak menguburkan semangat yang ada pada diriku.

Aku juga tetap sekolah di salah satu SMA terbaik juga namun tidak menjadi list
favoritku. Selama aku sekolah SMA disitu aku mungkin bisa dibilang malas malasan karna
faktor keterpaksaan sekolah disitu,ditambah maraknya pandemi yang membuat semua
akses sekolah dilakukan daring. Setelah hampir 2 tahun sekolah daring akhirnya pada kelas
XII mulai masuk sekolah, namun pada saat itu aku mulai sadar kalau yang aku lakukan
yang masih bermalas - malasan sekolah itu harusnya tidak aku lakukan. Mengingat masih
ada impian tang harus ku capai. Mulai saat itu aku mulai belajar sungguh sungguh lagi
meskipun banyak yang tertinggal karena kemalasan ku.

Aku mulai mencari informasi les bahkan mengikuti berbagai les. Setiap hari tiada
hari tanpa belajar mulai saat itu. Namun pada pengumuman eligible aku dinyatakan tidak
masuk kuota eligible pada saat itu. Sedih? pasti iya Kecewa? pasti kecewa. Namun aku
menyadari itu hasil yang aku tanam. Mulai saat itu aku membangun rasa semangat
belajarku pelan-pelan. Tidak semulus itu,setelah pengumuman eligible diumumkan banyak
orang yang menyepelekan ku bahkan bilang “halah ga eligible pasti bodoh.” kadang
perkataan itu membuat ku down. Namun setelah banyak pikiran yang muncul aku menjadi
sadar bukan berarti bodoh tapi bukan kesempatannya saja.

Sejak saat itu aku sering konsul ke guru bk ku. Alhasil karena tidak lolos eligible
aku harus belajar lebih giat lagi untuk ngejar sbmptn. Dari dulu aku ingin sekali masuk di
UNESA. Setiap kali belajar aku selalu mengingat aku harus bisa dapetin UNESA. Banyak
yang bilang “kenapa ga sekalian UI, UGM, UNAIR?” jawabanku simple karena menurutku
jurusan yang aku minati UNESA lebih unggul dari pada lainnya. Oo iya aku linjur dari
saintek ke soshum, sebenernya alasanku linjur karena ternyata sastra soshum maka dari itu
aku linjur. Karena linjur itu tadi aku harus belajar 2x lebih ekstra dibandingkan aku belajar
saintek.

Sebenernya banyak tangisan dari itu, yang harusnya aku udah tau basic-basic nya
jadi aku harus mulai belajar dari basicnya. Mulai dari belajar, berdoa, berserah diri pada
saat itu memang aku kuatkan. Tibalah tes sbmpt,ya seperti yang sudah ku duga karena aku
linjur belum tau basic basicnya aku jadi kesulitan untuk mengerjakan. Tapi aku selalu
berserah diri atas apa yang aku lakukan. Setelah tes itu aku sebenarnya sudah tidak yakin
kalau lolos, namun ibuku selalu menguatkan aku “kalau rejeki bisa kok mbak.” dari itu aku
mulai ikhlas apapun yang terjadi.

Sampai pada pengumuman, ya benar sekali seperti dugaan ku aku tidak lolos.
Sedih,marah,kecewa,iri sama temen temen pastinya. Tapi bersyukurnya orangtua ku
mendengar kabar itu tidak sama sekali marah, mereka selalu support aku apapun
pilihanku,apapun yang sedang aku jalani. Mulai dari itu sedihku mulai bertubi-tubi, apalagi
banyak temen yang udah diterima di ptn impiannya masing-masing,sedangkan aku harus
masih berjuang untuk itu. Aku sempat menyerah karena meluhat mandiri bayarnya mahal
banget, namun setelah aku berdiskusi sama orangtuaku, mereka tetap mensupport aku.
Sebenarnya aku tidak tega akan hal itu,aku mulai mendaftar banyak tes mandiri, beasiswa,
apapun selalu aku usahakan. Namun ternyata tidak semulus dan semudah itu. Beasiswa
yang aku daftar tidak lolos bahkan itu tidak hanya satu. Sedih, kecewa, marah, putus asa
pastinya. Namun melihat keyakinan orang tuaku akan kemampuanku yang menjadi salah
satu semangat terbesarku.

Setelah hampir putus asa aku memulainya kembali dengan daftar mandiri di
manapun itu Tidak hanya itu saja namun omongan orang orang yang menganggap jalur
masuk ptn hanya modal uang, yang sebenernya tidak hanya itu. Pandangan orang tentang
mandiri juga membuatku semakin putus asa. Banyak yang bilang “Pasti menang uang.”
“Ohh itu yang masuk lewat mandiri.” “Ehh bukannya mandiri ga pake tes ya yang penting
kan punya uang.” satu persatu omongan muncul di telingaku yang membuat aku semakin
tidak percaya diri. Namun hal itu yang semakin membuat rasa ingin membuktikan kepada
orang orang semakin kuat. Omongan orang yang merendahkan aku adalah salah satu alasan
semangatku.

Semakin mendekati hari dimana semua jalur ptn akan ditutup,namun aku masih
stuck disini sini saja. Tes dari pagi sampai sore,nyiapin berkas sampai malem. Setelah
beberapa kali tes namun masih saja gagal. Aku sempat berfikir semua yang aku lakukan
hanyalah percuma. Namun setelah ngelewati banyak hal akhirnya pengumuman mandiri
UNESA tiba, aku sudah pastah, ga yakin akan kemampuanku. Sempet berfikir “halah
paling ga lolos” namun semua berbalik arah akhirnya setelah perjuangan yang tak henti
henti aku lolos mandiri UNESA.

Anda mungkin juga menyukai