terus berganti, dan rasakan semua bintang memanggil tawamu terbang ke atas tinggalkan semua hanya aku dan bintang. Suaraku yang sedikit parau sampil melanbaikan tanganku bersama teman-teman sekelasku menyanyikan lagu aku dan bintang yang kala itu di populerkan oleh Peterpan band, band yang amat terkenal dengan vokalis berwajah tampan itu telah meluluhkan hati para gadis remaja untuk menggandrungi lagunya bahkan orangnya. Lagu aku dan bintang itu begitu berkesan dalam kehidupan ku dan juga teman-teman ku, sekumpulan gadis yang berotak pas-pas an dengan segudang mimpi yang hanya jadi mimpi. Aku duduk di bangku Aliyah kalau dibilang sih sederajat dengan SMA, tetapi kalau sekolahku itu menerapkan sistem pembelajaran berbasis Agama islam. Sudah dua tahun pula aku duduk di kelas dengan jurusan tanpa bakat yang ada dalam diriku, bisa dikatakanah nekat banget masuk jurusan tersebut yaitu IPA. Setiap harinya aku selalu diliputi rasa kegalauan karena beban lingkungan yang mendera hati ku, apalagi kalau bukan banyak anak pintar dengan sejuta pengalaman dan wawasan serta moral yanglebih aturan. Aku masuk kelas dikatakanlah unggulan dengan murid berjumlah dua puluh orang, aku duduk di bangku paling depan yang setiap harinya harus menahan kantuk dan malu karena kebodohanku di kelas tersebut. sebenarnya aku bukan anak yang teramat bodoh tapi lingkunganku yang
membuatku begitu nampak bodoh.
Apalagi di kelas tersebut ada sosok cowok yang teramat pintar dan baik dari segi sosial, moral, bahkan religius. Dia bernama Rehan, cowok terbeken di sekolahan mantan ketua osis itu telah membuatku jatuh hati kepadanya, walau sering kali hatiku tersakiti dan di berikan harapan palsu, tapi tetap saja dia adalah sosok laki-laki idolaku. Terkesan melebih-lebihkan cerita yang sifatnya seperti majas hiperbola alias lebay memang sifatku. Apalagi aku terkenal gadis terpede di sekolahan dan gadis pemberontak. Itulah jadi diriku yang sebenarnya, karena memeng pada dasarnya manusia satu dengan yang lainnya berbeda, jadi mungkin aku berbeda juga dengan mereka yang setiap hari membaca buku sambil mengerjakan tugas untuk di kumpulkan atau sebagai tabungan di masa depan. Di bully sudah menjadi langgananku sejak duduk di bangku SMP, tetapi tidak ada kata trauma dalam hidupku, yang ada adalah semangat untuk meraih masa depanku dan membuat orang tuaku dapat menyombongkan anaknya di depan orang lain yang memang selama ini banyak orang tua lakukan untuk membuktikan dan memamerkan bahwa anaknya adalah orang tersukses, berguna, atau bahkan terbaik di Dunia. Itula naruli orang tua, selalu dan selalu ingin anaknya menjadi nomor satu di antara nomor-nomor lainnya. Tak terkecuali ibu dan bapak ku yang selama ini ingin menjadikan aku gadis berbakat dengan sejuta pesona. Mereka memberiku banyak inspirasi entah melalui lisan maupun perbuatan. Motivasiku terbesar untuk maju adalah
satu, yaitu orang tuaku. Di bulan
Desember tahun 2014 yang amat menyeramkan dengan berbagai bencana alam dimana-mana, kedua orang tuaku masih bekerja membanting asa dengan bermilliar harapan akan kesuksesan ku dan adiku. Beliau bekerja keras tak mengenal waktu bahkan rela badannya penuh dengan derita asalkan anaknya bahagia. Ibu dan bapakku bekerja sebagai pedagang kecil di sebuah pasar tradisional di jawa timur. Dengan penghasilan yang teramat pas-pasan bapak ku bercita-cita ingin mengkuliahkan ku di fakultas keperawatan ataupun akademi keperawatan. Sebenarnya saat aku kecil, aku tak pernah membayangkan hidupku akan seperti ini, mimpi menjadi seorang penulis atau politikus adalah mimpi terbesarku, tapi saat usia ku mulai beranjak dewasa dan bahkan memasuki usia dewasa aku memikirkan satu hal, apa yang aku kejar tak akan pernah tercapai apabila tak akan pernah ada ridho dari kedua orang tuaku, aku mulai berfikir apabila aku terlalu banyak memberontak kedua orang tuaku, sama saja aku hanya akan menambah beban di benaknya dan pundaknya. Ketika jalur hukum nanti tak dapat ku miliki tapi kesehatan akan ku kuasai, itulah motivasi ku, keprcayaan diri sebagai bekalku nanti masuk perguruan tinggi, niat dan usaha pasti akan mengalahkan bakat yang ada tanpa niat dan usaha, walaupun nilai matematika selalu terbawah di kelasku, dengan kepercayaan diriku dan rasa optimisku, aku pernah mengikuti olimpiade Matematika yang di selenggarakan oleh universitas tebaik se-Indonesia. Tak
apalah mendapat predikat B dengan
score tujuh puluh, tapi aku pernah mengalami hal terindah dalam hidupku, pengalaman yang tak akan terlupakan. *** Ketika itu bulan Oktober 2013, saatnya Organisasi Intra Sekolah di Aliyahku memilih calon ketua Osis periode 2014/2015, saat itu adalah saat yang ku tunggu-tunggu sebuah Latihan Dasar Kepemimpinan telah aku lewati bersama teman-temanku yang juga terpilih memasuki OSIS periode selanjutkan, tetapi periode sebelumnya aku sudah masuk dalam keanggotaan OSIS, saat aku kelas sepuluh aku sudah berkeinginan kuat menduduki jabatn nomor satu di seluruh Bidang Organisasi Kesiswaan di Aliyahku. Dan akhirnya pada saat pengunguman secara tertutup di Aula sekolah, aku tak masuk dalam kandidat calon ketua OSIS di Aliyahku, hatiku merasa terpukul dan rasa malu ini seperti melekat di seluruh badanku, aku sudah terlalu optimis menjadi kandidat calon ketua OSIS bahkan sebelum terdengar kabar pemilihan ketua OSIS baru aku sudah optimis dan menginginkan walu hanya masuk dalam kandidat calon ketua OSIS. Saat aku keluar dari gedung AULA jalan ku terseok-seok seakan kaki ku tak mempunyai tulang penyangga. Badan ku begitu lemas serasa di pukul seribu kali, cita-cita ku yang sudah tersiar dari mulut ke mulut seluruh siswa-siswi di Aliyah ku tibatiba gagal dan tak dapat terkabul. Rencana berharap mendapat ikan tapi duri yang ku dapat. Aku hanya berfikir satu, betapa malunya aku nanti di
hadapan mereka orang yang selalu
meremehkan keberadaan ku dan sudah ku janjikan hal itu. ternyata setelah kupikir-pikir, betapa antagonisnya aku dalam skenario Tuhan, memaksakan kehendak sendiri seakan hanya ingi di kagumi, setelah sampai rumah penyesalan menyelimuti hatiku, tenyata keegoisanku yang selama ini selau ku elakkan ternya sekarang aku harus menelan pahit-pahit dan mengakui bahwa aku adalah perempuan EGOIS yang memaksakan kehendak ku untuk kepentingan pribadiku. *** Keesokan harinya, mataku yang masih sembab ku bawa ke sekolah dengan wajah yang ceria seperti tak ada beban yang menyelimuti diriku, setiap perjalanan menuju ke kelas ku, siswisiswi melihatku dengan mata sinis dan ketika ku lewati satu persatu siswa tersebut mereka lansung bebisik-bisik menceritakan kejadian kemarin saat pengunguman tertutup kandidat calon ketua OSIS, teman-teman yang belum masuk keanggotaan OSIS memang belum tau, tetapi sebentar lagi mereka akan tau bahwa aku yang selama ini mengembar-gemborkan keegoisanku telah terbukti nihil dan tidak tercantu sebagai kandidat calon ketua OSIS. tet,,tet,,tet,,tet bel tanda berkumpulnya siswa-siswi di halaman sekolahpun berbunyi. Jantungku terasa berdebar dan pipiku mulai kemarahmerahan. Rasanya ingin menyayat wajah ku ini, tapi teman-teman belum mengetahui nasibku, yang tahu adalah mereka yang menjadi anggota OSIS. Assalamualaikum warohmatullohi
wabarokatu, selamat pagi anak-anak,
selamat pagi semunya, lansung saja kita berkumpul disini ingin mengumumkan kandidat calon Ketua OSIS, yang pertama adalah Rehan nugroho dari kelas sebelas ipa dua, dilanjutkan Afrida ayu dari kelas sebelas Agama, Erlina anggun dari kelas Agama. Mereka menyebutkan seluruh kandidat Ketua Osis, dan tak ku duga nama ku tercantum di bagian terakhir, perasaan ku lega karena aku tidak akan di hantui rasa bersalah, tetapi hatiku tetap sakit di permainkan dan di berikan urutan paling bawah bagaikan cadangan yang tersisa karena tidak di gunakan, hatiku sungguh terluka, walaupun begitu saat pemilihan Ketua OSIS aku tercatat dengan jumlah terbanyak nomor ketiga setelah rehan dan teddy, tak ku sangka banyak orang yang mengenalku an memasukanku kedalam daftar pilihan mereka. Setelah kejadian tersebut. aku mengambil hikmahnya, bahwa sifatku yang teramat bodoh dan ceroboh serta keegoisanku yang telah menjerumuskan ku kedalam penyesalan tak inigin ku uang kembali. Dan di tahun 2015 ini aku ingin berubahan yang nyata dengan sketsa mimpi yang kurancang dengan baik dan terus tertunda, aku tak ingin menunda kembali mimpiku menjadi seorang perawat pilihan orang tuakudan keyakinan hatiku. Aku ingin perasaan yang ku pendam selama ini kepada rehan suatu saat nanti setelah upacara perpisahan tiba kunyatakan dengan resiko yang sudah kupikirkan, aku ingin masa SMA ku tak sia-sia dan penuh penyesalan karena cinta yang terpendam, aku ingin menghabuskan masa SMA ku ini dengan beribu
kenangna dengan sahabt-sahabatku
yang tak akan aku lupakan. Aku ingin masa SMA ku ini aku ukir layaknya bintang di langit dalam sebuah tulisan dan harapan. Walaupun sering kali aku gagal tapi aku adalah tipe perempuan yang terus berjuang, walaupun aku tak pintar tapi aku akan memanfaatkan waktuku menjadi sebuah pengalaman. Di bulan April nanti tepatnya pertengahan April 2015 aku ingin sukses menetukan jalur hidupku yaitu kalah atau menang, bisa atau tidak, pecudang atau pemberani untuk menghadapi resiko tertinggi penentu nilai-nilai ku nanti di ijasah yang sah untuk bekal masuk kuliah. Aku selalu berharap dapat merealisasikan mimpiku ini seerti sistem demokrasi saat ini dan kabinet kerja saat ini yang di usung oleh bapak Presiden RI, ir. Joko Widodo. Seorang tokoh politik yang pada tahun 2014 lalu sebagai sosrotan media yang tajam dan di kagumi banyak masyarakat tak terkecuali aku, menginspirasikan sifatnya yang disiplin dalam etos kerja, aku yakin aku akan seperti idolaku tersebut walaupun denga tahapan yang sulit. Mimpi ya akan tetap jadi mimpi tanpa di imbangi oleh kerja keras dan semangat dalam meraih mimpi. Hidup ini memang pilihan antara hidup atau mati. Antara bersaing atau diam. Jadi pilihlah hidupmu dan laksanakan kemauanmu asalkan tidak merugikan pihak lain. Kata temanku galuh wanda saputri mimpi ini akan tewujud jika kamu percaya itulah kisah menarik dari jidupku. Walau aku tak mempunyai banyak pengalaman tapi aku mepunyai segudang harapan.