Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SEJARAH PRIBADI

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

NAYLAFAIZA ANANDINA
XII IPA 6
NO URUT : 17
PERJALANAN HIDUP

Aku Nala, anak ke 3 dari 4 bersaudara. Aku memiliki 3 orang


saudara laki-laki yang sangat menyebalkan Abi,Ali dan Dito. Ibu ku
adalah seorang perawat dan Ayahku adalah seorang PNS. Kisahku di awali
saat aku masih ada dalam kandungan. Ibuku sering membuat Diary kala
itu. Mungkin karena dulunya dia adalah seorang ibu rumah tangga yang
sering merasa boring makanya dia mengisi waktu luangnya dengan
menulis Diary. Ada tentangku juga disana. Aku lahir di Kendari 16 Januari
2005 ibu dan ayahku sangat senang kala itu saat mengetahui yang lahir
ternyata anak perempuan mungil yang cantik, mungkin karena kedua
kakak ku adalah seorang pria? Entahlah.
Berselang waktu tak terasa umurku sudah menginjak usia 7 tahun
bertepatan dengan terangkatnya ibuku menjadi seorang PNS, aku dan
ibuku pun pindah ke salah satu pulau kecil nan indah yang terletak di
Sulawesi Tenggara “WAKATOBI” disana aku menduduki bangku Taman
kanak-kanak (TK) aku adalah anak yang di kenal ceria dan tinggi percaya
diri. Aku selalu aktif menjawab pertanyaan ibu guru dan aktif memimpin
do’a. Di sana juga aku memiliki teman-teman yang seru dan baik
kepadaku. Masa itu adalah masa yang paling indah yang pernah ku miliki
karena saat itu aku tidak perlu memikirkan betapa kerasnya dunia yang ku
pikirkan hanyalah bermain dan bersenang-senang.
Berselang beberapa tahun tak terasa aku pun menginjak bangku SD
dimana saat itu ibuku mengambil studi di Makassar yang mengharuskan
aku pun ikut pindah dengannya. Disana aku tinggal bersama nenekku
(orang tua ibuku). Ayah dan ibuku LDR di karenakan ayahku masih
bertugas disana sedang ibuku berkuliah di sini. Saat pertama kali masuk
sekolah aku sedikit sulit beradaptasi dengan suasana dan budaya yang baru
dimana budaya yang ada di wakatobi tempatku dahulu sangat berbeda
dengan yang ada disini aku perlu beberapa hari untuk menyesuaikan diri.
Tidak terlalu banyak kenangan yang ku miliki saat duduk di bangku
SD. Namun saat aku menginjak kelas 2 SD. Aku mengalami kecelakaan
yang membuat trauma kedua orangtua dan keluargaku serta aku selaku
korban dari kecelakaan itu. Baiklah mari aku ceritakan. Saat itu sedang
musim hujan aku dan kedua kakakku sedang bermain di belakang masjid
di dekat rumah. Kebetulan di belakang masjid tersebut terdapat rawa yang
cukup dangkal untuk anak seumuran ku. Setelah puas bermain di sana
tiba-tiba muncul salah seorang temanku yang mengajakku untuk ke kolam
yang lebih besar katanya. Karena pada saat itu aku adalah anak yang polos
aku memilih untuk mengikuti temanku tersebut,kakakku sempat
melarangku tapi aku nekat untuk pergi. Setelah sampai di sana aku pun
kaget ternyata kolam tersebut memang benar jauh lebih besar dari kolam
sebelumnya. Tanpa sadar ternyata itu adalah penggalian yang sangat
dalam. Pikiranku tak sampai situ. Tanpa berfikir Panjang aku pun
langsung lompat dan tenggelam. Teman yang mengajakku kesitu pun pergi
meninggalkan ku karena mengira aku bisa berenang, selang beberapa jam
setelah itu temanku mendatangiku pada kondisiku yang sudah mengapung
dan membiru pada penggalian tersebut. Sontak temanku pun memanggil
warga sekitar untuk membantu menaikkanku ke daratan,
Ibuku yang pada saat itu tengah asyik menonton drama korea pun syok
saat mendengar kabarku tenggelam dan membiru. Masih kuingat jelas saat
itu ibuku lari dari rumah ke tengah lapangan melihatku membengkak
saking banyaknya air yang masuk dalam tubuhku, warga sekitar pada saat
itu meyakini bahwa aku sudah meninggal namun ibuku tidak percaya,
kebetulan pada saat itu ibuku baru saja belajar tentang pertolongan
pertama di kampusnya, ibuku pun mempraktekkannya kepadaku, ibuku
melakukan segala cara agar aku bernafas Kembali, para warga
mengingatkan ibuku untuk ikhlas melepaskan kepergianku namun ibuku
tidak memedulikan perkataan para warga tersebut dan tetap berusaha
mengembalikan denyut jantungku. Di akhir keputus asaannya ternyata
tuhan berkehendak lain, aku batuk. Yang menandakan aku masih
merespon, ibu dan keluargaku pun langsung melarikanku ke puskesmas
terdekat namun ternyata kami tidak mendapat respon baik disana, ibuku
pun membawaku ke beberapa rumah sakit namun tetap tidak mendapat
respon baik,
Setelah itu tujuan terakhirku adalah rumah sakit Wahidin disana
akupun di pasangkan alat bantu pernafasan serta alat-alat medis lainnya,
aku sempat henti jantung dan koma selama 2 hari dan akhirnya aku sadar,
di rumah sakit itu aku melihat banyak sekali yang kasusnya lebih parah
dari itu, aku juga melihat perjuangan ayah,ibu dan keluarga ku untuk
melihatku tetap hidup, sangat-sangat bersyukur tuhan masih memberikan
aku kesempatan untuk hidup. Mungkin itu adalah pengalaman paling hebat
yang kupunya saat aku berada di bangku SD.
Saat menginjak bangku SMP menurutku tidak banyak yang menarik
saat SMP hidupku berjalan bagaimana seharusnya, aku bertemu
denganteman-teman yang cukup baik, namun pada saat SMP ku akui aku
memang jarang akur dengan teman laki-laki di kelasku, aku dikenal keras
dan sedikit resek kat teman-temanku. Aku smp di wakatobi tempatku TK
karena ibuku harus Kembali kesana, aku juga di pertemukan dengan teman
keciku dan di pasangkan satu kelas, lucu juga ya kebetulan ini. Tidak
banyak yang bisa ku ceritakan yang bisa ku pastikan adalah masa SD dan
SMP adalah masa dimana aku tidak perlu terlalu banyak memikirkan
sesuatu yang kutahu hanyalah bermain dan bersenang-senang saja,
Naiklah aku di bangku SMA sekarang aku sudah menginjak kelas
12. 3 tahun ini memang cukup berat ku jalani, pada saat SD dan SMP aku
sangat ingin menginjak waktu SMA namun setelah merasakannya rasanya
aku ingin Kembali ke masa SD dan SMP dimana aku tak perlu banyak
berfikir, tak perlu tau tentang betapa kerasnya dunia yang sebenarnya,
bingung mau menceritakan ini dari mana. Saat aku menginjak bangku
SMA aku memasuki organisasi OSIS yang ada di sekolahku disinilah awal
kisah SMA ku di mulai.
Di osis aku bertemu dengan banyak sekali teman baru, berdamai
dengan suasana yang baru, bertemu dengan orang-orang yang baru pula.
Osis di SMA ku sangat jauh berbeda dengan osis yang ada pada saat aku
SMP, disini kami di ajarkan bagaimana cara membuat dan menjalankan
kegiatan dengan mencari uang sendiri, menjalankan kegiatan sendiri, kami
di ajarkan untuk bisa mandiri. Mulai merasakan sulitnya mencari uang,
bagaiman senangnya jika jualan ada yang beli, berkeliling menjual jualan
untuk keberhasilan event, di beri tanggung jawab yang besar. Sekarang
tidak terasa ku sudah ada di titik ini, menajdi sekretaris pada organisasi itu,
menjadi pengurus inti yang tidak pernah ada di wish list ku namun teap ku
jalani dan ada di titik ini pun bukanlah perkara mudah, butuh proses yang
Panjang dengan segala drama pro dan kontra keluarga, sering berkelahi
dengan diri sendiri,tekanan organisasi, namun kurasa hebat diriku sudah
sampai sejauh ini.
Sebanyak itu memang yang bisa kudapat dari organisasiku ini suka
duka tidak sedikit ku lewati dan nikmati. Sebagian orang berfikir kami
adalah babu sekolah, tak Sebagian juga yang berkomentar miring dan
bilang masuk organisasi adalah buang waktu yang sia-sia tanpa mereka
tahu sebenarnya jika di lihat lebih dalam ada banyak hal yang tidak di
sangka-sangka bisa ku dapatkan disini. Mulai dari cara memecahkan
masalah, menurunkan ego,beradu pendapat, memiliki relasi yang luas,
bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan dan visi yang sama,
juga pengalaman yang tak sedikit.
Menduduki posisi sekretaris di osis juga bukanlah hal yang mudah
buatku, Amanah besar yang teman-temanku percayakan kepadaku ini juga
sering membuatku menangis, sebelum menjadi sekuat ini aku pernah
menjadi sosok manusia yang tak tahu apa-apa. Jangankan membuat surat
menulis di word saja tidak lancer, bermain laptop dan computer saja tidak
lancar,namun tekad ku untuk belajar dan terus mencoba membawaku ke
titik ini.
Mau ku ceritakan bagaimana prosesku sampai di titik ini ? dulu kelas
1 SMA saat masuk osis aku memang berbeda dengan teman-temanku yang
lain. Saat teman-temanku memilih diam saat di suruh bicara dan
berpendapat oleh seniorku dengan alasan takut, aku memilih untuk
menyuarakan suara dan aspirasi ku, saat itu memng aku sering mendapat
lirikan sinis dari seniorku, namun pada saat itu yang ada fikiranku
hanyalah bagaiamana caranya suaraku tetap tersalurkan, tidak peduli di
terima atau tidak yang penting tak ada yang mengganjal di hatiku, aku juga
berfikir mending di sampaikan walau tak di terima daripada tidak
tersampaikan dan tidak tahu hasilnya.
Aku tipikal anak yang mudah bergaul, jadi suasana yang baru tidak
begitu sulit untukku. Aku mudah berbaur dengan teman-temanku
walaupun kami memiliki karakter dan sifat yang berbeda begitu juga
budaya. Namun dengan tujuan yang sama kami pun bisa menyelesaikan
masalah apapun yang menimpa kami.
Naik kelas 2 SMA saat dimana aku menjadii pengurus OSIS
sebelum menduduki itu terlebih dulu ada yang Namanya PILKETOS
pemiliha ketua dan wakil ketua Osis, aku di tunjuk oleh senior dan teman-
temanku untuk mencalonkan diri. Lagi-lagi perasaan nano-nano itu pun
muncul, rasanya seperti campur aduk. Aku senang karena merasa di
percaya oleh teman-temanku namun aku merasa tidak percaya diri, aku
merasa diriku tidak mampu, namun dengan bujukan teman-temanku yang
berusaha meyakinkanku, akupun akhirnya bersedia mencalonkan.
Belum sampai disitu aku Kembali di pusingkan dengan pemilahan
partner, pada saat itu aku bingung, siapa yang akan kuajak menajadi parter
yang akan ku temani bekerja sama menyatukan pikiran 1 tahun kedepan,
dan lucunya setelah banysk drama aku meilih tefan menjadi partnerku,
Tefan adalah musuhku, aku perang dingin dengannya namun siapa sangka
dia yang kupilih menajdi partnerku, aku dan Tefan adalah 2 orang yang
punya karakter dan sifat yang keras, aku keras dan dia juga seperti itu.
Senior dan teman-temanku pun tahu fakta itu, makanya saat mendengar
bahwa akhirnya aku dan tefan memilih untuk berpasangan mereka kaget
dan memberitahu bahwa kami tidak cocok untuk brpasangan, tak sedikit
juga berkomentar miring dan bilang kami tak akan berhasil jika berpartner,
namun tefan selalu meyakinkan aku dan menebas perkataan buruk orang
tentang kami, siapa sangka sampai hari ini dia masih menjadi partnerku di
osis dan yaa kami berhasil menebas perkataan dan komentar miring yang
pernah kami dapatkan, walaupun tak sedikit kami bertengkar dan
bercekcok namun kami berdua selalu memiliki cara agar bisa menutupi
kesalahan dan kekurangan masing- masing.
Setelah aku meyakinkan diriku untuk mencalonkan diri pada saat
pilektos nanti aku dan tefan mulai mempersiapka visi-misi kami saat itu
pun tak mudah, karena detik-detik dimana aku harus diskusi memikirkan
visi misi kami aku di ajak libyran keluar kota dengan keluargaku yang
mengharuskan aku untuk ikut, sehingga diskusi kami tertunda sebulan,
tefan cukup sabar pada saat itu, niat mundur? Sudah pasti ada.
Frustasi,bingung dan takut selalu menghampiri, banyak hal-hal yang kami
lewatkan, disaat paslon lain sudah sibuk membuat visi-misi aku dan tefan
belum diskusi karena sedang tidak berada di lokasi yang sama. Namun
akhirnya kami bisa menyelesaikan visi-misi kami dengan sangat baik.
Setelah itu hari demi hari pun berjalan seprti biasanya, sampailah
kami di hari kampanye huh,pada hari itu aku sangat gugup, bagaimana
tidak aku akan masuk ke kelas- kelas dan berbicara di depan orang banyak.
Apalagi aku akan masuk ke kelas 12 dimana di sekolah ku senior adalah
sosok yang cukup di segani. Kampanye adalah kegiatan yang cukup
menantang dan seru untukku. Namun cukup menguras tenaga dan suaraku.
Tak terasa waktu pun berjalan sampailah di hari pemilihan ketua dan
wakil ketua osis di sekolah ku, perasaan campur aduk pun muncul,
perasaan yang muncul itu bukan tentang bagiamana kalau aku tidak
terpilih. Mnamun ke bagaimana jika kami terpilih namun ternyata kami
tidak pantas untuk terplih. Namun ku pasrahkan seagalanya kepada tuhan
pada saat itu.
Dan yaa akhirnya hasil pemilihan pun keluar yang menyatakan
temanku Maya dan Ana terpilih menjadi ketua dan wakil ketua osis,
rasanya antara lega dan sedikit sedih. Lega karena aku tak harus
menanggung Amanah yang lebih berat, namun sedikit sedih karena tidak
terpilih. Namun aku tetap Bahagia, mereka yang terpilih adalah orang-
orang luarbiasa yang telah di tetapkan oleh tuhan. Semoga mereka bisa
menanggung aman ini dengan baik sampai akhir kepengurusan. Hmm
itulah tadi sedikit cerita perjalananku sampai bisa menjadi seorang
sekretaris dalam organisasi, semoga bisa menginspirasi setidaknya untuk
Sebagian kecil pembaca ku.
April 2021, bulan dimana membuat aku merubah pikiranku tentang
kehidupan. Aku adalah tipikal anak yang dekat dengan ibuku, kami
memang selalu di ajar untuk terbuka dengan orang tua khususnya ibuku.
Tak heran jika anak=anaknya pun sangat dekat dengan beliau, beliau
adalah ibu dan manusia yang sangat baik, ibuku penyabar dan dia tipikal
ibu-ibu yang tidak suka keluar rumah sehingga dia memang jarang
bergosip dengan tetangga sekitar. April 2021 awal bulan itu ibuku tiba-tiba
sakit. Awalnya hanya demam selang beberapa hari setelah ibuku
beristirahat ibuku pun lekas membaik. Kala itu dia mau keluar berdua
dengan ayahku padahal baru sembuh, kencan katanya. Ibu dan ayah pun
keluar berdua dan pulang agak malam dimana pada saat itu ayahku
menggunakan motor dengan suasana malam yang dingin sehingga ibuku
memang kedinginan waktu pulang, keesokan harinya demam ibuku
Kembali memuncaak, dia demam tinggi. Kami masih santai karena
berfikir “ohh..biasalah maklum kan tadi malam habis keluar” ibuku pun
masih bisa ku ajak bercanda namun beliau kebanyakan diam karena
mungkin lemas karena sakit, waktu itu ibuku sempat diinfus karena
kekurangan cairan, dia juga mengeluh sangat lemas. Aku berusaha
merawat ibuku. Malam itu setelah ayahku pulang dari keluar, ayah dan
ibuku bercengkrama sebentar di atas tempat tidurku. Kala itu ibuku
setengah sadar jadi dia sedikit melantur. Dia bilang kepada ayahku “kalua
nanti saya meninggal jangan terlalu lama memikirkanku, menikahlah!”
ayahku hanya tertawa mendengar itu tidak terlalu serius menanggapinya,
karena berfikir ibuku hanya melantur saja. Aku pun tertawa
mendengarknya seakan taka da apa-apa yang akan terjadi, ternyata pada
saat itu ibuku seakan mengisyaratkan bahwa dia akan pergi jauh dariku.
keesokan paginya aku masih sempat mengatur cairan infus ibuku,
juga membuatkan ibuku sarapan serta menyiapkan obat sebelum akhirnya
aku meminta izin untuk keluar karena ada kegiatan di sekolah. namun
sebelum itu aku memastikan keadaan ibuku terlebih dahulu dan kulihat
memang beliau sudah agak mendingan, aku juga sempat bercanda di atas
tempat tidurku bersama kelurga kecilku, seakan tak aka nada yang terjadi.
Setelah itu aku pun pergi ke sekolah di antar oleh ayahku, kebetulan
pada saat itu kegiatannya tidak memperbolehkan peserta mememgang hp
sehingga handphone ku pun di kumpul. Setelah kegiatan selesai aku
mengambil ponselku dan betapa kagetnya aku melihat notifikasi di
ponselku yang mengatakan ibuku di larikan ke rumah sakit tepat setelah 1
jam ku di sekolah, aku kaget, syok pikiran ku campur aduk, aku kesana
kemari mencari kendaraan yang bisa mengantarkanku ke rumah sakit
tempat ibuku di rawat, kebetulan saat itu abangku belum pergi karena
menungguku pulang, iapun menjemputku di sekolah dan kami berdua
lekas ke runmash sakit.
Sesampainya disana remuk rasanya perasaanku melihat ibuku
terbaring lemah di Kasur rumah sakit. Ku datangi beliau ku cium kening
dan pipinya, ku coba mengajaknya bicara namun pada saat itu ibuk tak
merespon, beliau hanya bisa membuka dan menutup mata namun tidak
bisa ku ajak boicaraa, ku coba terus menerus mengajaknya bicara, ku
bisikkan beberapa kata-kata berharap ibuku bisa mendengar ku. Namun
tetap taka da respon, air mataku tanpa sadar bercucuran karena melihat ibu
yang kutau ceria tiba-tiba terbaring lemah seperti itu.
Setelah itu adzan isha pun tiba, aku lekas pergi ke mushallah yang
ada di rumah sakit itu, itu adalah sholat terlama yang pernah ku jalankan
semasa hidupku, curhat dengan Allah meminta yang terbaik kepada Allah
serta berserah dan yakin apa yang Allah tetapkan adalah yang terbaik
untuk diriku dan keluargaku. Setelah sholat aku Kembali mendatangi
ibuku aku selalu berusaha mengajaknya berbicara walaupun taka da respon
yang di berikan ibuku.
Setelah itu ibuku pun di swab karena pada saat itu memang covid-19
sedang marak-maraknya, setelah di tes ternyata ibuku positif sehingga
harus di alihkan ke ruang isolasi dimana aku tak bisa lagi melihatnya.
Hanya ayahku yang menemani ibuku. Malam itu malam terakhir ku tatap
ibuku, ku pandangi baik-baik wajah cantiknya dan membisikkan bahwa
aku akan Kembali mendatanginya dengan kondisi yang jauh lebih baik,
aku pamit dengannya. Ku kecup keningnya serta pipi kiri dan kanannya.
Pulanglah aku dengan perasaan yang datar, kebetulan itu adalah
malam Ramadhan dimana besok adalah hari pertama puasa untuk umat
islam.padahal sebelumnya aku dan ibuku sudah berandai andai akan
memasak apa pada saat puasa nanti, akupun sudah memikirkan akan
memakai baju couple pertamaku dengan ibuku namun ternyata tuhan
berkehendak lain, aku harrusmelaksanakan puasa pertamaku hanya dengan
saudara-saudaraku, datar sekali rasanya sahur dan tarwih pertama
ku.masih kuingat jelas bagaiamana tatapan iba dari tetangga ku melihat
aku yang tarwih sendiri, aku benci dengan tatatpan itu.
Keesokan harinya aku bertekad untuk membersihkan seluruh
rumahku, karena tahu ibuku akan suka mendengar jika aku jadi serajin itu,
itu puasa pertama ku. Dan pada saat itu aku hanya sahur air minum dan
kurma karena taka da nafsu makan. Namun paginya aku tetsp
membersihkan tak ada sedkit pun rasa lelahku, aku sangat bersemangat
karena berharap ibuku bisa lebih baik Ketika mendengarku membersihkan
rumahku.
Setelah membersihkan aku menjenguk Kembali ibuku, berharap
keadaannya bisa jauh lebih mebaik dan aku bisa menjenguknya, namun
takdir berkata lain aku belum bisa bertemu ibuku karena beliau masih ada
di ruang isolasi sehingga aku tak bisa menjenguknya, aku menunggu di
depan ruangan tersebut, aku melijat ibuku dari jendela kecil di ruangan itu
hatiku sedikit tenang, lalu aku pulan. Aku singgah di rumah sepupuku aku
mengajaknya keluar agar fikiran negatifku sedikit terlupakan, setelah
berbuka puasa akupun pulang ke rumah, rasanya masih sangat datar.
Perasaan datar itu memang masih selalu kurasa. Sahurku masih sama air
dan kurma karena memang taka da nafsu makan beberapa hari itu, namun
kekuasaan Allah aku tidsk lemas sama sekali hanya datar kurasa hidupku
ini.
Keesokan harinya keadaan ibuku masi sama, masih belum bisa di
besuk dan kesadarannya pun belum pulih, masih sulit untuk di ajak
berkomunikasi. Aku melanjutkan aktivitasku. Aku masih ikut rapat osis
persiapan lomba Ramadhan. Setelah pulang dari sana aku kehujanan dan
ketkika sampai di rumah aku tidak lekas ganti baju, kubiarkan baju itu
kering di tubuhku. Yang mengakibatkan malamnya aku sakit, aku tidak
tarwih malam itu karena badanku lemas dan demam. Tak lama kemudian
datanglah om ku membawa kabar tentang ibuku, dia berkata “ berdoa ya
nak, kecil kemungkinan ibumu bisa hidup sampai mala mini” pikiranku
tak karuan perasaanku bergejolak, hatiku berdegup kencang, takut, cemas
Bersatu di waktu yang sama. Ku tetap berusaha ber fikir positif
meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tak lama kemudiantiba-tiba rumahku ramai di datangi warga yang
menangis bahkan ada yang meraung-raung, kulihat keluargaku sudah
mulai mengatur tempat yang biasa di tempati untuk mayit sebelum di
kafani, aku kaget seakan tak percaya mengamuk aku di buatnya seakan tak
terima dengan ketetapan yang sudah di tetapkan oleh Allah. Ku telfon
ayah ku untuk memastikan bahwa ibuku tak apa-apa dan berharap bisa
menebas segala perkataan orang yang mengatakan ibuku sudah tiada.
Namun kaget aku mendengar ayahku menangis dan bilang ibuku
sudah tiada di dunia ini. Dunia ku hancur seakan hari itu adalah terakhir
kalinya ku bisa bernafas lega di bumi inii, batinku bergejolak perasaanku
tak karuan, tidak bisa ku jelaskan bagaimana perasaanku pada saat itu
yang bisa ku pastikan aku hancur hari itu, taka da lagi fikiran positif yang
bisa ku saring di fikiranku. Setelah itu aku langsung menelfon sahabatku
mereka berusaha membuatku tenang, tak karuan perasaanku melihat tenda
terpasang di depan rumahku.
malam itu fikiranku datar, semua orang bersedih tak percaya dengan
kepergian ibuku, akupun begitu kutunggu mayat ibuku datanng saat itu
mayat ibuku di bawa ambulance dan tiba jam 4 subuh di karenakan sangat
banyakan prokes yang harus di jalankan ibuku sebelum akhirnya di bawah
kerumah duka, pada saat itu prokes sangat ketat. Ibuku di masukkan de
dalam peti mati aku tyidak bisa melihat wajah terakhir ibuku. Mereka yang
ikut mengurus jenazah ibuku pun harus memakai apd lengkap pada saat
tiba ibuku langsung di shalatkan dan juga di bawa ke pemakaman umu
dekat rumahku. Sampai disana pun aku tidak bisa berlama-lama karena
harus pulang dan sahur.
Perasaan tidak percaya selalu mucul di fikiranku, rasaya baru
kemarin aku bercengkrama dan bercanda dengan ibuku, sekarang harus
kuterima kenyataan bahwa hal itu tak bisa lagi kurasakan, sedih rasanya
ternyata kemarin adalah terakhir kalinya aku bisa mnecium ibuku, terakhir
kalinya bisa ku peluk erat dirinya.
Hari demi hari berjalan, ibuku memiliki teman-teman yang baik
mereka dating menjenguk dan memberikan bela sungkawa kepada kami,
ibuku meninggalkan kesan baik kepada orang-orang di sekitarnya aku
yakin ibuku adalah orang yang baik dan semoga beliau di beri tempat
terindah di sisi Allah SWT
Seperti hal nya waktu, hidup terus berjalan. Seiring berjalannya
waktu aku mulai ikhlas menerima ketetapan yang sudah di gariskan Allah
untukku, aku percaya aka nada hal yang baik yang menungguku di
kemudian hari, aku percaya apa yang allah ambil akan Allah gantikan
dengan hal-hal yang jauh lebih baik dari apa yang aku bayangkan. Aku
berusaha ikhlas walaupun sering sekali air mataku bercucuran mengingat
ibuku. Namun aku selalu bersyukur masih memiliki banyak orang
sekitarku yang sangat menyayangi dan menguatkan ku.
Itulah sedikit dari banyaknya kisah di hidupku, aku mengambil 2
kejadian hebat yang terjadi di hidupku, semoga kamu pembaca dapat
mengambil setidaknya sedikit hikmah yang ada pada ceritaku ini,
bersabarlah atas apa yang sudah menimpamu ikhlaslah dengan apapun
ketetapan untukmu, jalani hidup ini dengan banyak bersyukur denga napa
yang sudah di beri. Yakin dan percaya akan ada hal yang jauh lebih baik
menunggumu di depan sana.
Terimakasih telah membaca ini, terimakasih kepada guru
pembimbimg yang sudah memberikan tugas ini, setidaknya saya punya
wadah untuk bernostalgia tentang rentetan kisah hidup saya. Saya ucapkan
banyak terimakasih kepada tokoh-tokoh yang sudah saya cantumkan di
dalam cerita sejarah say ini, teriamakasih telah hadir di hidup saya baik
yang hanya singgah meski tak bertahan lama. Terimakasih, sekian.

Anda mungkin juga menyukai