Sekolah adalah tempat yang paling saya senangi selain rumah. Pernah
seseorang menulis, "lebih baik jam kosong sekolah daripada libur". Ini
menandakan tidak hanya saya saja yang merasakan hal yang sama. ada banyak
orang di luar sana yang juga senang ketika sekolah terutama pas jam istirahat
atau pelajaran penjaskes atau jam kosong. disini saya cuma mau cerita singkat
mengenai masa-masa sekolah saya saat Taman Kanak-Kanak dulu .
Pertama masuk ke TK saya diantar oleh nenek saya. kebetulan ibu dan
bapak saya benar orang-orang sibuk berjualan. seingat saya hanya satu hari
nenek mengantar saya, seterusnya saya berangkat sendiri. jarak sekolah hanya
sekitar 500 meter lah. dan saya sudah tidak ingat lagi awal-awal sekolah itu
ngapain aja. kayaknya sih perkenalan, pembagian seragam, dll.
Selain itu saya orangnya juga pemalu. paling males kalo disuruh maju
kedepan terus disuruh nyanyi, itu adalah hal paling mengerikan. padahal
temanku yang lain merasa antusias saat disuruh nyanyi. saya juga gak tahu
kenapa. Pernah ada kejadian menarik lagi saat itu. jadi saya setiap malem
minggu sering banget tidur di rumah nenek. rumahnya masih satu desa dan
tidak jauh dari sekolah TK saya. nah kalo gak salah saat itu saya nginep nya hari
minggu, gak tahu kenapa. dan saat itu tidurnya kemaleman. pagi harinya, saya
seperti gak ingat kalo hari ini hari senin dan saatnya sekolah. saya lihat jendela
matahari sudah semakin terang saja, dan tingkat kesadaran saya masih
dibawah lima puluh persen dan cenderung menurun. saya mendangar suara
yang tidak asing lagi yaitu suara bapak. dia menyruh saya untuk bangun dan
menyuruh saya pulang. saya menolak saat itu dan saya bilang gak usah
berangkat sekolah karena saya pikir sudah telat. Akhirnya bapak memaksa saya
pulang dengan menggendong saya.
Dijalan, bapak memilih rute jalan yang benar-benar akan membuat saya
malu seumur hidup. Dia melewati jalan depan sekolah. Disana saya terpaksa
harus menahan malu dengan tatapan teman-temanku dan juga ada guruku
yang menandakan kalau sudah saatnya masuk. Saya ingat sekali semua anak
tertawa melihatku digendong, apalagi kelihatan banget muka saya masih kusut
belum mandi. Saya seperti tidak ingin melihat teman-teman TK ku lagi saat itu.
Benar-benar malu dan malu-maluin.
Kemaluan saya eh rasa malu saya tidak hilang sampai disitu saja. Sampai di
rumah, bapak menyuruh saya sarapan dan mandi dan disuruh masuk sekolah.
Anjayyyy. Padahal sebelumnya saya sudah meminta bapak agar gak usah
masuk kali ini saja. Tapi entah kenapa saya lupa akhirnya saya masuk ke
sekolah juga. Coba kalian bayangkan sendiri lah gimana rasanya saat sudah
masuk ke kelas, disambut tertawaan para bocah-bocah ingusan, dan yah so sad
lah pokoknya.
Dibalik hal memalukan tadi btw saya pernah menjuarai lomba waktu TK
dulu. lombanya itu lo yang sendok dikasih kelereng terus digigit dan kita
berjalan terus sampai finish. Kaya lomba yang pas Agustusan itu. Sebelum
lomba, ada semacam seleksi gitu. Saat seleksi saya mencoba balap karung dan
gagal karena jatuh dan kalah dari teman saya. Saya unggul di "sendok
kelereng" makanya saya disuruh mewakili TK saya diajang lomba tingkat
kecamatan. Saya lupa detail lombanya tapi yang jelas banyak orang yang
menonton dan saya agak gugup. Saya sempat ketinggal dari lawan saya, tapi
keberuntungan dating, kelerang dia jatuh dan menjadi kesempatan saya untuk
menyalip, dan endingnya saya menang. Ada pialanya kalau gak salah dan itu
disimpan di sekolah TK saya. saya juga dapat hadiah berupa alat tulis dan alat
gambar. Pokoknya saya bangga lah.
Semua yang saya ceritain diatas terjadi tahun 2009. Saat itu umur saya lima
tahun. Dan sekian saja kenangan masa Taman Kanak-Kanak saya semoga
menghibur.
BAB III
Masa kecil adalah masa–masa yang paling indah untuk dikenang, apalagi
masa kecilku belum mengenal yang namanya gadget, online game, dsb.
Sebagai seoarang anak yang lahir di tahun 2004 aku selalu merasa bersyukur
karena masa kecilku tidak dihabiskan dengan bermain gadget. Masa–masa
yang akan selalu saya rindukan. Ada cerita yang paling membekas di hatiku,
ketika saya dan ketiga sepupu perempuanku bermain. Saya adalah anak yang
lahir dan besar di kampung, jadi mainnya pun tidak jauh dari kebun dan sawah.
saya dan kedua sepupuku berniat untuk mengambil cokelat di kebun yang
lumayan jauh dari rumah, kami berencana sambil menghabiskan waktu libur
sambil bermain ke kebun coklat. Ngomong-ngomong kebun coklatnya milik
orang ya. kebun ini bukan milik perorangan jadi siapa pun boleh mengambil
buahnya.
Kami pun bersikap masa bodoh dan melanjutkan perjalanan untuk mencari
cokelat yang sudah matang. Namun tiba–tiba saya sangat penasaran untuk
menengok kebelakang dan ternyata kambing itu sedang berlari ke arah kami.
saya panik dan langsung berteriak, “Lariiiiiiiiiiiiiii.”
Kedua sepupuku kaget dan bingung ada apa, lalu mereka menengok ke
belakang ternyata kambing yang tadi memang mengejar kami. Di situ kami
bertiga langsung lari tanpa memikirkan jalanan yang banyak rumput lebat. Di
saat kami bertiga sedang lari kami terus menengok ke belekang untuk
memastikan apakah masih dikejar atau tidak ternyata masih dan karena tidak
memperhatikan jalan kami terperosok ke sebuah lubang yang tertutupi daun
kering, ya memang di kebun ini banyak lubang bekas pohon yang sudah
ditebang.
Ya, itu cerita masa kecil paling menyenangkan yang akan selalu aku ingat.
BAB IV
Saya dulu sekolah di SMP Mawaddi Banjaran. Ya, saya menempuh studi
disini selama 3 tahun, sama halnya dengan teman lainnya.
Di masa ini sungguh banyak cerita dan kisah yang patut ku ceritakan ke
teman sekalian. Dimana masa ini masa yang sedang tumbuhnya benih-benih
cinta dan emosi yang tidak stabil. Setelah lulus sekolah dasar, saya pun
melanjutkan studi ke sekolah menengah pertama. Karena pada saat itu saya
pun masih lugu dan tidak tahu mengenai deskripsi dari berbagai macam
sekolah negeri. Ya saya mengikuti keinginan orangtua. Mendaftarlah saya di
sekolah tersebut, besar harapan orangtua agar kiranya saya bisa masuk di
sekolah favorit tersebut.
Dengan berbekal SKHU dan NEM yang ada ku pegang, kami menulis list
pendaftaran. Satu minggu saya menunggu pengumannya. Deg-degkan
pastinya, ya coba bayangkan bocah ingusan mendaftar diri di sekolah favorit,
lulus enggak yaa.
Itulah yang selalu ku pikirkan setiap saat. Hehe. Pengumumanpun tiba, saya
lihat dengan seksama dari atas sampai bawah. saya perhatikan satu persatu no
urut dan nama. Dengan rasa penyeselan dan letih yang sangat saya tidak
diterima. Mungkin belum takdir saya kali ya masuk sekolah begituan. Kami pun
pulang dan berdiskusi dengan orangtua, hingga akhirnya mamaku
memutuskan saya sekolah di SMP Mawaddi.
Perjalanan kisah hidupku pun dimulai. Sewaktu SMP saya tidaklah segemuk
sekarang ini. Masa SMP ini banyak ku temukan orang-orang hebat dan
menginspirasi. Serta juga saya menemukan sahabat pertama dan cinta
pertama (cinta monyet). Hehe.
Saya duduk di kelas VII, pada saat itu wali kelas saya adalah bu Tanti . Ibu ini
sangat baik dan perhatian. Sangat Jarang saya mendengar perkataan yang jelek
dari ibu ini. Dan begitu juga materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan
beliau kepada kami. Tak satupun dari kami yang tidak paham dengan
penjelasan yang diberikan. Dibangku ini juga saya mulailah tumbuh benih
cinta, ya bisa dikatan emosi saya pada saat itu belum stabil dan itu sejenis cinta
monyet lah, haha.
Saya sangat aktif di ekskul marcim band . Dari marcim band ini pelajaran
banyak didapat, persahabatan, kekompakan, kedisplinan, tanggung jawab dan
percaya diri dalam segala hal. Pelajaran berharga tersebut ku dapati dari sosok
seorang guru (red-kakak pembina) yang menginspirasi. Secara perlahan-lahan
karakter saya terbentuk. Teman-teman yang baik pun banyak ku dapati di
ekskul ini.
Benarlah apa yang dikatakan Imam Syafi’i , “Jika engkau mempunyai teman
yang membantumu dalam ketaatan, maka ertakanlah peganganmu padanya,
karena mendapat teman itu sulit, sedangkan berpisah dengannya sangat
mudah.”
saya berharap aku dan dia bisa terus memberikan masukan dan menasehati
hingga nantinya kami dipisahkan oleh Yang Maha Kuasa.
BAB V
Ketika awal masuk SMA, saya bukan siswa yang ingin menjadi anak pintar di
sekolah. Saya hanya ingin bersosialisasi dengan teman baru, dengan guru baru,
dan suasana baru. Saya seakan tak peduli dengan adanya penjurusan, karena
dari SMP saya sudah bertekad masuk jurusan IPS. Ketika di SMP pula lah aku
mengikuti bimbingan olimpiade IPS. Tak ada tekad sedikit pun untuk berjuang
pindah jurusan, orang tua pun tidak melarang saya masuk jurusan yang saya
pilih. Ada sebagian teman dan sebagian saudara berniat untuk merubuhkan
niat ku masuk jurusan yang saya pilih, pro dan kontra penjurusan selalu ada.
Ketika pembagian raport kenaikan kelas, saya dinyatakan masuk IPS. Saya
sangat senang tak terkira, Saya tak perlu repot lagi untuk menghafal molekul-
molekul atau rumus fisika. Tak ada rasa minder sedikit pun walaupun 1 kelas
yang masuk IPS hanya ada 5 anak. Mungkin 5 anak ini yang akan berpengaruh
pada dunia nantinya.
Belum Pernah juga aku keluar pelajaran dari awal hingga selesai. Saya
beserta 5 temanku kabur ke kedai ice cream terkenal di kantin. Sebenarnya di
dalam hati masih ada rasa takut ke gap sama dispendik setempat dikiranya
sekolah dekat situ, padahal sekolahaku di SMA Pemuda. Walaupun sering
keluar bukan berarti saya bebas tanpa berdosa, saya masih sering takut.
Kisahku yang ini jangan ditiru ya kawan… hahaha
Di IPS kelas 11 saya sangat cinta pelajaran Sosiologi dan Akuntansi . Sistem
pembelajaran Sosiologi di sekolahku termasuk statis. Yaitu Pembagian
kelompok beserta materi – Presentasi – Ulangan, begitu terus sampai kelas 11
selesai. Saya menganggap Sosiologi itu gampang ketika ulangan karena tinggal
menyesuaiakan dengan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Apalagi
ulangannya essai, saya bisa jawab panjang lebar berdasarkan fakta yang ada
bukan dari teori yang ada di buku.
Kelas 11 berakhir, fase awal kelas 12 dimulai. Saya mulai bingung untuk
menentukan jurusan ketika kuliah. Butuh pemikiran panjang untuk
menentukan apa jurusan yang sesuai untuk saya. Kelas 12 ini saya sangat cinta
sama pelajaran Ekonomi dan Sosiologi. Berkebalikan dengan kelas 11, sekarang
saya benci Akuntansi, saya mulai giat belajar Ekonomi.
Semester akhir, saya sudah mulai giat belajar untuk persiapan US dan giat
berdoa agar keterima di UPI. US awalnya saya tak ambil risau karena sudah
bukan syarat kelulusan, tapi ketika US semakin dekat saya mulai menyesal
karena terlalu santai dengan US. Saya mulai deg-degan tak karuan di H-1 dan
malamnya pun susah untuk tidur. Tapi pada US juga saya bisa bertahan belajar
selama 4 jam untuk 2 mata pelajaran.
Saya berada di pesantren selama 3 tahun, mulai dari keluar SMA. Banyak
sekali pengalaman serta kesan yang saya dapat selama di pesantren, bagi
saya pondok pesantren memberikan pelajaran yang sangat berarti. Mungkin
di pondok pesantren saya tidak merasakan kasih sayang secara langsung dari
orang tua, namun istimewanya di pondok pesantren kita begitu merasakan
kasih sayang tetapi kasih sayang dan perhatian orang tua kita akan
digantikan oleh ustadz dan ustadzah mereka yang akan menjadi pengganti
orang tua kita selama di pondok.
Kegiatan di pondok sangat padat, mulai dari jam 03.00 pagi bangun untuk
shalat malam, dilanjut ke masjid untuk shalat berjamaah subuh, dan
melakukan kegiatan layaknya santri yaitu belajar dengan sistem
KMI( kulliyatul muallimina islamiyah), kebetulan pondok pesantren yang
saya tempati adalah pondok pesantren modern.
Saya belum pernah pesantren Cuma saya tahu cerita di dalam pesantren
itu tidak jauh dari yang namanya bagun sumbuh. Saya sedikit tahu itu dikasih
tahu oleh kakak-kakak saya yang berpengalaman pesantern. Saya dulu
setelah lulus SMP minat banget pesantren cuman saya tidak di beri izin oleh
kedua orang tua saya jadi saya diteruskan sekolah di SMA Pemuda. Dari pada
itu rencana Allah lebih hebat “kita yang merencanakan Allah yang
menentukan”.