Anda di halaman 1dari 3

Perjalanan Diriku

Aku, lahir tahun 2007. Aku adalah anak pertama di keluargaku. Aku pikir keluargaku
cukup unik mungkin berbeda dari keluarga yang lain. Sejak kecil aku selalu diperhatikan oleh
kedua orang tuaku. Dulu aku banyak mengikuti kursus, bela diri, rohani. Semua itu aku
lakukan demi melihat senyum bahagia kedua orang tuaku. Namun aku menyadari, nilai
akademikku tidak sebagus teman-temanku. Aku iri. Semua rasa perasaan depresi, putus asa
bercampur aduk menjadi satu. Saat kelas satu, aku sering berpindah pindah sekolah karena
keinginan ayahku. Mulai dari sejak saat itu pertikaian di antara kedua orang tuaku muncul.
Nenek pun datang berkunjung ke rumah dan menetap untuk waktu yang cukup lama.
Terkadang teman-teman ibu berkunjung untuk melihat diriku atau sekedar bertamu

Dulu aku sering berkeliaran keluar rumah di siang hari, bahkan aku pernah keluar
rumah tanpa sepengetahuan orang tuaku. Aku juga memiliki seorang teman dari luar negeri.
Awalnya aku juga membawa temanku untuk menemaniku juga. Seiring berjalannya waktu,
Aku pun sering mengunjungi rumahnya. Terkadang aku dihidangkan terkadang juga Aku
dihidangkan sebuah makanan. Suatu hari, rumah yang menjadi tempatku untuk bertemu
dengan temanku tersebut telah kosong. Tetangga yang berada di depan rumah berkata
bahwa, penghuni rumah tersebut telah pergi. Meskipun Aku mendengar berita tersebut, Aku
tetap mengunjungi rumahnya. Dan sejak saat itu, Aku tidak pernah mendengar tentang
kabarnya lagi. Ada banyak kenangan yang tersimpan di rumah tersebut. Sampai saat ini pun
aku tidak akan melupakan teman luar negeri pertamaku.

Saat aku mulai memasuki kelas empat, Aku pindah ke sebuah kompleks. Karena
banyak kebocoran yang terjadi di rumahku yang sebelumnya. Kebetulan Aku berada di satu
kompleks dengan temanku di sekolah. Sejak kepindahanku, Aku jarang menemui teman-
temanku. Namun tetapku ingat kejahilan-kejahilan yang pernahku perbuat bersama teman-
temanku. Keluargaku dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang telah menjadi adikku.
Aku teringat ketika siang hari, Aku pergi bermain bersama teman-temanku. Namun, di
tempat tinggalku yang baru, Aku tidak punya teman bermain selain teman sekolah. Setiap
pulang sekolah, Aku hanya mengisi waktuku dengan menonton televisi, bermain bersama
adikku atau bermain bola sendiri di depan rumah. Di kompleks, nenekku selalu melakukan
rutinitas jalan-jalan mengelilingi kompleks di pagi buta. Waktu pun berjalan begitu cepat,
tanpa kusadari Aku akan menghadapi UKK (Ujian Kenaikan Kelas). Ditentukannya apakah Aku
akan lulus atau tidak. Saat pengumuman nilai ujian, nilai ujianku terlihat mengecewakan dan
Aku tidak tahu bagaimana Aku harus menyampaikan hal tersebut kepada orang tuaku.
Sebelum Aku memberikan hasil nilai ujianku kepada orang tuaku, Aku berpikir tentang apa
yang akan Aku dapat setelah membagikan hasil ujian tersebut. Namun, di luar dugaan orang
tuaku terlihat kecewa dan itu membuat sedikit terkejut dan juga sedih. Setelah lulus dari
bangku sekolah dasar, Aku pindah lagi. Namun, di tempat tinggalku yang baru ini, juga
tersimpan banyak kenangan walau hanya sebentar.

Setelah lulus dari bangku sekolah dasar, Aku mencari sekolah yang mau
menerimaku. Orang tuaku mencoba mendaftarkanku di sekolah yang pertama, namun tidak
diterima. Sampai akhirnya, Aku berhasil mendapatkan sekolah yang mau menerimaku.
Dikarenakan Aku adalah orang awam di daerah sekolahku, Aku tidak memiliki kenalan satu
pun dan itu membuatku sedikit canggung. Minggu pertama, setiap kelas akan ditemani oleh
beberapa anggota OSIS dan yang akan menemani ketika masa MPLS. Di hari pertama, Aku
tidak terlalu berkeliaran di luar kelas, satu hari itu kuhabiskan untuk duduk di kelas. Hari
demi hari aku jalani, aku sudah mengikuti banyak kegiatan. Dan salah satu kegiatan yang
kuikuti adalah Silat. Mulai dari sana, aku semakin memiliki banyak kenalan. Hingga saat
kenaikan kelas, sekolah pun diliburkan atas himbauan dari pemerintah dikarenakan virus
yang melanda seluruh dunia. Aku hanya menghabiskan waktuku seharian penuh di rumah
saja. Aku juga mengikuti les privat, namun tidak bertahan lama aku memutuskan untuk
keluar. Selama satu tahun aku habiskan bermain dengan temanku di rumah. Saat kelas
delapan, semester dua. Keluargaku memutuskan untuk lagi. Jujur aku ingin menolak hal
tersebut, namun dikarenakan kondisi keluargaku aku tidak bisa menolaknya. Sebelum
keberangkatanku menuju pelabuhan, aku bertemu dengan teman-temanku terlebih dahulu
mengucapkan salam perpisahan. Teman-temanku berpesan kepadaku untuk tidak
melupakan apa saja yang pernah kita lakukan di masa yang berharga itu. Aku juga tidak lupa
mengucap salam kepada yang lainnya ada di rumah. Tidak aku sangka bahwa waktu yang
telah kuhabiskan di sana berjalan selama satu tahun. Aku mendoakan yang terbaik untuk
mereka semua.

Saat di perjalanan menuju pelabuhan, keluargaku ditemani oleh teman-teman


pamanku. Kami pun masuk ke dalam kapal, sembari menunggu kapal berangkat teman-
teman pamanku masih menunggu di kejauhan. Tiba saatnya kapal akan berangkat, kami
masuk ke dalam kapal. Pada waktu kapal berlabuh di lautan, aku ingin melihat keluar
bagaimana suasana di tengah lautan. Wow. Keren. Ada ikan. Ada air laut. Ada angin juga.
Namun pemandangan luar biasa yang pernah kulihat adalah melihat matahari terbit saat di
tengah lautan yang sangat amat luas. Bayangkan saja. Untuk makanan di kapal tidak terlalu
buruk, tidak terlalu enak juga namun masih layak untuk dimakan orang lapar. Perjalanan
memakan waktu tiga hari dua malam. Dan saat itu di akhir tahun juga keluargaku berangkat.
Aku tidak sangka, kalau akhir tahun aku habiskan bersama keluargaku di kapal. Sangat
menarik. Sampai di tujuan, kami disambut dengan hangat oleh saudara-saudara keluarga
kami.

Sebelum kami pindah, keluargaku sudah mengurus kepindahan sekolahku juga. Dan
saat pertama kali tiba di sekolah baruku. Aku lumayan pendiam. Jadi agar aku bisa membaur
dengan teman-temanku, seperti berkenalan dan lain-lain. Dan tidak berhasil. Aku mencoba
membaur dengan kelas lain. Wali kelasku memiliki rencana, untuk pergi berlibur satu kelas
sebelum kami memilih sekolah kami masing-masing. Wali kelas kami membuat tiga pilihan,
dan dari semua pilihan kami memilih Bulukumba. Aku harap wali kelasku yang sekarang juga
ingin berlibur bersama anak walinya atau anak walinya saja yang pergi? Kami pergi tidak
sewa bus pariwisata. Kami berangkat menggunakan mobil teman-teman menuju lokasi. Kami
berencana untuk menginap di tempat penginapan, milik kenalan teman dari wali kelas kami.
Sesampainya di tempat penginapan, terdapat beberapa masalah jadi aku dan temanku
untuk membereskannya. Di sana, udaranya terasa dingin namun menurut pengakuan orang-
orang di sana saat itu belum yang paling dingin. Malam pun tiba, di saat guru-guru kami
sedang beristirahat. Aku dan kawan-kawan, berinisiatif melakukan eksplorasi di tempat
tersebut. Awalnya ada banyak yang setuju untuk ikut pergi namun ada juga yang tidak ikut
pergi alasannya karena takut. Padahal kami ada banyak. Salah seorang temanku juga
mengabadikan momen tersebut. Kami pun jalan melewati sawah, rumah hingga sampailah
kami jalan yang minim pencahayaan. Awalnya sebagian dari kami setuju untuk melanjutkan
perjalanan tersebut namun ada yang tidak setuju. Tapi salah satu temanku meyakinkan
mereka bahwa tidak akan ada yang terjadi. Kami pun memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan tersebut hingga sampailah kami di penghujung jalan. Di ujung jalan tersebut
terdapat sebuah hutan. Dan tidak jauh terdapat rumah warga di sekitar sana. Kami
melanjutkan perjalanan kami. Dan kami mendengar suara teguran dari salah satu warga di
sana. Melarang kami untuk melanjutkan eksplorasi tersebut dan kami pun mengakhirinya.
Jadi, kapan sebelas elind satu akan melakukan perjalanan?

Anda mungkin juga menyukai