Namaku Adrian Zet Patoding, biasa dipanggil Rian atau Zet. Aku dilahirkan di Makale, Tana Toraja pada tanggal 09 April 2005. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Aku adalah seorang anak desa. Nama papa saya ialah Paulus Patoding, beliau bekerja di Bangka Belitung di tambang timah. Mama saya bernama Paulina Pabebang, ia bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Masa kecilku sangat bahagia dan menyenangkan.
Aku tinggal di sebuah desa kecil yang terletak di Sangalla’ bagian barat. Nama desa nya adalah Desa Eranbatu, desa yang mempunyai banyak kenangan dan cerita sejarah pribadiku. Masa kecilku banyak menghabiskan waktu untuk bermain, saat itu kami belum mengenal Gadget dan Game Online, permainan kami hanyalah permainan tradisional walaupun sederhana namun sangat menyenangkan dan berkesan kebersaman.
Selain bermain aku dan teman-teman juga
menghabiskan waktu dengan mencari ikan di sawah selepas pulang sekolah, ini adalah hal yang paling aku ingat karena saat kami basah-basahan di sawah sampai pakaian kami kotor dan pasti selalu ada yang dimarahi orang tua, tapi kami percaya itu merupakan bentuk kasih sayang ibu kepada anaknya.
Biasanya kami sering membawa bekal makan
siang waktu SD jika kami pulang agak telat, kami saling berbagi bekal dan menyantapnya bersama.Selepas pulang sekolah, aku selalu diajar oleh mama, ya walaupun mama suka memukul kalau saya tidak tahu apa-apa. Namun ada cerita unik ketika aku belajar, biasanya aku membaca buku buku sekolah tetapi aku hanya melihat melihat gambar-gambar yang ada di dalam buku supaya terlihat seperti sedang belajar karena takut dimarahi mama jika tidak belajar. Tetapi sialnya pernah satu saat setelah belajar mama datang menghampiriku kemudian memberikanku beberapa pertanyaan, tentu aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena aku hanya melihat melihat gambar yang ada di buku bukan membacaya. Melihat itu mama pun memarahiku dan memukuliku sembari menasehati bahwa itu bukan tindakan yang benar.
Itu merupakan pembelajaran yang berharga
untukku karena aku tahu bahwa mamaku melakukan itu karena dia peduli dan sayang padaku, mama tidak mau aku menjadi anak yang bodoh dan malas belajar. Ketika aku belajar di malam hari aku selalu merasa sedikit sedih karena aku dituntut untuk belajar terus dan itu sangat melelahkan.
Malam minggu adalah malam yang paling aku
tunggu-tunggu karena merupakan malam libur belajar di rumah, dan waktunya untuk bermain dan bersantai. Aku tidak pernah menyesali bahwa aku harus belajar setiap malam di rumah karena aku tahu itu merupakan hal yang terbaik untukku dan saat di sekolah pun aku pasti sudah lebih tahu dari teman-temanku tentang pelajaran yang di bahas.Dari aku kecil aku selalu disayang dan dimanja oleh kedua orangtuaku, contoh apapun mainan yang aku inginkan pasti di belikan oleh orangtuaku walaupun terkadang harus sedikit menangis tapi pasti selalu dibelikan. Walaupun mainannya sederhana tapi begitulah masa kecil itu sangat menyenangkan.
Namun terkadang aku selalu kesal jika mainanku
dimainkan oleh adikku dan aku merebutnya sehinggah membuat adekku menangis dan membuat mamaku selalu marah. Mama selalu mengajakku bermain badminton dikala dia tidak sibuk di sore hari.
Saat bermain badminton adikku juga selalu ikut
bermain, sehingga suasananya pun semakin asyik. Saat di sekolah SD pada saat istirahat kami selalu bermain bola di lapangan sekolah, terkadang kami bermain bola antar kelas, dan biasanya ada anak-anak yang menangis jika kalah bermain sampai-sampai ada yang berantam, wajar saja istilahnya juga masih anak anak berantamnya juga tidak seperti apa yang dibayangakan orang-orang di luar sana. Namun setiap tahun di sekolah mengadakan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) antar kelas.
Untuk cabang sepak bola tentu ini adalah hal
yang paling menegangkan karena dari setiap kelas dipilih 12 pemain. Dan akupun terpilih untuk mengikuti PORSENI dari beberapa cabang olahraga dan seni aku sangat senang dan bahagia. Aku selalu mengingat momen ini karena merupakan pengalaman yang berharga saat duduk di bangku sekolah dasar.
Namun ketika menginjak bangku kelas VI SD
waktu bermain kami pun mulai tersita karena harus les pada saat pulang sekolah untuk mempersiapkan ujian- ujian sekolah. Ini merupakan saat-saat yang paling menyedihkan di bangku Sekolah Dasar karena kami akan berpisah dan tidak tahu akan melanjutkan pendidikan selanjutnya, apakah melanjutkan ke kota atau di desa, atau bahkan ada yang tidak melanjutkan pendidikan lagi karena beberapa faktor.
Tidak terasa kami pun sudah saat nya melakukan
ujian nasional (UN) di sekolah. Setelah selesai UN di sekolah SD ku selalu mengadakan acara perpisahan yang dinamakan “Makan Bersama” antara siswa-siswi dan para guru. Dan akhirnya akupun tamat bersama teman- temanku dengan nilai yang cukup memuaskan. Teman- temanku pun ada yang melanjutkan pendidikan di kota, tetap di desa da nada yang tidak melanjutkan pendidikan lagi karena beberapa faktor tertentu. Setelah tamat sekolah dasar aku dan teman-temanku tidak pernah lagi berkumpul bersama. Tapi aku yakin teman-temanku pasti akan menjadi orang-orang yang sukses dan suatu saat nnti pasti kami akan berkumpul lagi dengan kesuksesan nya masing-masing. Walaupun teman-temanku ada yang putus sekolah tapi aku yakin pasti mereka akan menemukan jalan kesuksesannya sendiri. Itulah masa- masa di bangku sekolah dasarku yang penuh dengan cerita dan memiliki banyak kenangan.
Setelah tamat Sekolah Dasar (SD) aku
melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) di SMP Kriten Makale yang ada di kota Makale. Aku ke sekolah biasa naik ojek carteran mama karna papa masih kerja di pulau Bangka. Semenjak aku sekolah di kota aku mulai jarang bertemu dengan teman-teman masa SD. Ada beberapa temanku yang masih sama-sama di SMP. Hari- hari pertama sekolahku terasa biasa saja, namun lama- kelamaan aku terbiasa dengan lingkuan sekolah dan mendapatkan teman-teman baru.
Aku mulai fokus dengan sekolahku dan
membuang jauh-jauh pikiran yang dapat menggangguku. Selepas sekolah aku melanjutkan kegiatan dengan les computer dan bahasa inggris untuk memanfaatkan waktu yang kosong. Satu semester tidak terasa saatnya pembagian hasil belajar (Raport), aku sangat takut karena jika nilaiku rendah maka akan mengecewakan orang tuaku yang ada di desa. Tapi puji Tuhan aku mendapatkan nilai yang lumayan memuaskan. Mendengar hal itu orangtuaku pun puas akan hasil belajarku. Setelah pembagian raport maka saat yang aku nanti-nanti pun datang, yaitu libur semester. Tapi aku tidak sama seperti dengan teman-teman yang lain yang bisa pergi berwisata. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga selama libur semester. Tidak terasa libur sekolah hampir berakhir. Hari sekolahpun tiba, aku mulai menemukan teman-teman dekat. Saat SMP aku memiliki 5 teman dekat atau sahabat. Kami selalu bersama-sama dan selalu berkumpul disalah satu kamar sahabatku, sakin seringnya kami mengatatakan bahwa kamar sahabatku itu adalah “basecamp” kami. Setiap malam minggu kami selalu tidur di basecamp, kegiatan-kegiatan yang kami lakukan cukup banyak mulai dari menonton bola, bermain kartu, dan banyak lagi. Ketika tidur di basecamp, kami selalu begadang dan terkadang kami keluar di larut malam untuk membeli makanan dan mencari-cari angin malam. Ketika kami kembali barulah kami tidur.
Dihari minggu biasanya kami selalu bepergian ke
tempat-tempat wisata yang ada di Tana Toraja. Tidak terasa, kamipun sudah kelas 3 dan sebentar lagi akan tamat, masa-masa SMP ku diwarnai oleh sahabat- sahabatku, kami selalu membuat janji jika nanti sudah sukses tidak boleh melupakan persahabatan dan basecamp ini. Namun, ada salah seorang sahabatku yang mulai menjauh bahkan sebelum tamat SMP, tapi kami yakin dia tidak akan melupakan persahabatan ini. Saat menghadapi ujian nasional pun tiba kami sangat sedih karena akan berpisah ke sekolah-sekolah yang dituju. Akhirnya kami pun tamat, aku dan dua orang sahabatku bersekolah di SMA yang sama di Tondon, Makale dan dua orang sahabatku lagi bersekolah di sekolah yang berbeda. Persahabatan kami mulai renggang dan jarang berkomunikasi. Rasanya persahabatan kami telah retak dan terlupakan.
Waktu itu adalah masa-masa pandemic Covid-19.
Saya pun masuk di kelas IPS1, kelas yang dianggap sebagai pembuangan dari kelas IPA. Jumlah kami di kelas sebanyak 32 tapi pada masa pandemic kami dibagi sesi. Akupun di tempatkan di sesi 1. Banyak teman- teman baru yang kudapatkan, mereka sangat asik buat diajak berbincang.
Waktu telah berlalu kamipun naik kelas ke kelas
11, dan pada saat itu pembagian sesi telah ditiadakan. Banyak wajah baru dikelasku karna belum pernah melihat wajah-wajah dari sesi 2. Kami pun berkenalan satu sama lain.
Banyak dari kami yang keluar dari kelasku, entah
itu pindah kelas, pindah sekolah, bahkan berkeluarga. Hari-hari telah berlalu, kami satu kelas pun akrab satu sama lain tanpa ada masalah. Dan pada suatu hari ada beberapa siswa baru yang masuk di kelasku, kami pun berkenalan satu sama lain.
Tapi suatu masalah datang. Ada satu anak baru
yang mengubah kelasku yang dulu tentram dan damai tetapi merubah menjadi kelas yang penuh masalah dan dicap sebagai kelas dengan siswa yang nakal karna ada siswa baru yang tidak mau dengar-dengaran.
Sampai-sampai ada seorang guru yang menangis
gara-gara kelas kami yang susah untuk diatur dan nakal. Dan kami pun naik kelas tapi temanku yang nakal ini tidak naik kelas karna beberapa faktor. Tapi masalah belum selesai. Ada guru yang jarang sekali masuk dikelas karna malas mengajari kami karna kelas kami nakal dan bandel.
Tapi, walaupun kelas kami dicap guru sebagai
kelas yang susah diatur tapi solidaritas kami sangat kuat. Tidak seperti kelas lain, kami kompak dalam hal apapun baik itu kegiatan kelas, sekolah dan lain-lain
Banyak kisah-kisah persahabatan kami selama
SMA, banyak suka dan duka dilewati bersama. Dan sekarang tidak terasa lagi beberapa bulan kami berpisah. Dan kami pun mengejar cita-cita kami masing-masing, tidak bisa kumpul bareng seperti dulu dan mungkin tidak akan ketemu sesering dulu. Semua focus pada masa depan masing-masing.
Sekarang aku hanya fokus pada masa depanku
yang sedang menanti di depan mata, dan aku percaya dan yakin bahwa aku dapat meraihnya dan membuat orangtuaku, keluargaku, sahabat-sahabatku dan semua orang yang percaya padaku bangga. Dan aku juga yakin mereka akan menjadi orang-orang yang sukses.
“Kesimpulan dari novel ini ialah kita harus selalu
menjaga persahabatan walaupun tidak bisa sesering dulu bertemu, mengobrol, dan bercanda tapi kita harus mengenang mereka selalu.”