Anda di halaman 1dari 12

TOKK…TOKK…TOKK…

“Nadaa!! Bangunn!! Jangan tidur lagii!!”


Teriakan dan ketokan beruntun ibu benar-benar mengganggu tidur indahku, dan mau tidak
mau aku harus bangun jika tidak ingin kena omelnya.

Namaku Farah Dwi Qatrunnada biasa dipanggil Nada, Nana, atau juga Farah. Saat ini
aku duduk di bangku SMA dan sekarang kelas XII, aku bersekolah di SMA N 2 Samarinda.
Kegiatan sehari-hariku… ya gitu, kadang menarik kadang juga tidak. Mungkin kata orang
SMA itu tempat dimana kenangan-kenangan manis terukir, kayaknya aku setuju sih sama apa
kata orang. Iya, aku merasakan kenangan manis itu saat di kelas XI dimana untuk pertama
kalinya aku merasakan yang namanya jatuh cinta, aku yang notabenya dikenal pendiam tidak
disangka bisa juga jatuh cinta. Tapi sebelum itu, aku jadi ingin kembali ke masa kecil yang
damai, tidak ada masalah, banyak waktu bermain dan yang terpenting terhindar dari tugas-
tugas.

FLASHBACK
Saat aku duduk di bangku TK, aku dikenal dengan orang yang berkepribadian ceria,
mudah bergaul, tidak pemalu, dan selalu semangat. Dari dulu aku sangat ingin yang namanya
sekolah jadi sebelum masuk TK aku sudah dimasukkan ke bimbingan belajar sebagai
gantinya, jadi saat sudah masuk TK aku sudah pandai menulis dan membaca. Karena itu, aku
diikutkan untuk berpartisipasi membaca puisi saat perpisahan di TK, dan reaksi ibuku saat tau
aku diikutkan dalam acara itupun kaget.
“Nada betulan diikutkan baca puisi?” Tanya ibuku sedikit syok.
“kata gurunya iya” Jawabku dengan rasa bingung
Setelah tau seperti itu ibuku pun memastikan ke guruku
“Apa benar bu, Nada ikut baca puisi di acara perpisahan nanti?” Tanya ibuku
“Iya, bu. Soalnya Nada kan sudah lancar membaca dan Nada juga tidak pemalu juga percaya
diri jadi saya mengikut sertakan Nada.” Kata guruku dengan tenang
“Yasudah kalau begitu, terima kasih bu.” Jawab ibuku
“Ohh.. iya bu, sama-sama. Kalau begitu saya pamit dulu bu.” Kata guruku menyudahi
“Iya, silahkan”
Saat hari perpisahan tiba semua berjalan dengan lancar tanpa ada kendala dan saat itu
juga aku jadi mengingat masa TK ku, waktu aku ditraktir temanku untuk beli susu milkuat
karena harganya mahal saat itu. Aku juga sering main dengan teman-temanku dan aku sangat
teringat saat temanku terjatuh dan tertindih saat main perosotan karena tidak ada yang ingin
mengalah. Saat dimana juga aku untuk pertama kalinya melihat kecelakaan yang benar-benar
membuatku merinding hebat, aku tidak bisa membayangkan hal itu terjadi lagi di depan
mataku. Sekiranya itulah masa TK yang terlintas dipikiranku atau bisa juga dibilang sebagian
memori yang tidak terlupakan saat aku masih TK, disaat orang yang beranjak dewasa sibuk
kita masih bisa merasakan santai tanpa beban yang mendalam tanpa pikiran-pikiran rumit
yang biasa dialami orang dewasa.
Bagian 1
Kepingan Masa Kecil

Saat aku SD pun aku masih bisa merasakan ketenangan walau itu tidak bertahan lama.
Saat aku masih kelas 1, saat itu aku masih bisa memahami pelajaran tanpa masalah.
Kenangan pilu dan bahagia pun banyak terlukis saat aku masih duduk dikelas 1, tetapi
kenangan pilu yang sangat aku ingat adalah saat temanku meninggal dunia karena terbawa
arus.
Semakin aku beranjak dewasa sifatku pun entah kenapa juga berubah, yang dulunya
aku percaya diri sekarang aku menjadi pemalu. Aku dulu orangnya kecil juga kurus, sangking
kurusnya bahkan saat aku melempar kulit kelapa aku pun juga ikut terlempar bersama kelapa.
Karena kurus ibuku sampai membelikanku vitamin agar aku kuat makan karena aku gasuka
obat jadi kubuang tidak seperti kakakku, dia tetap meminum vitaminnya makanya dia berisi.
Aku jadi teringat kakakku karena tadi, aku dan kakakku sifatnya sangat berbanding terbalik
saat kecil, dulu kakakku agak cengeng luka sedikit nangis waktu itu dia kena suban pas mau
dikeluarin subannya dia harus di pegang dulu biar tidak gerak sana-sini. Kalau aku, aku sih
biasa aja kalau kena luka gak terlalu peduli, malahan luka sudah kayak teman, gak bisa kalau
seminggu itu gak luka, entah itu kena pisau, staples, atau gak jatuh pas main.

Aku memang orang yang punya daya ingat yang rendah, aku cepat melupakan sesuatu
tetapi tidak semua hal akan aku lupakan. Hal yang aku ingat di masa Sd memang tidak
banyak, beberapa kenangan yang aku ingat ialah saat aku kelas 3 Sd, aku sering dihukum
karena dulu aku sedikit bandel dan itu membuatku banyak dikenal guru-guru. Kedua, aku
ingat katanya sekolahku itu terkenal angker konon katanya dulu sebelum jadi sebuah sekolah
tempat adalah kuburan, aneh memang, terus katanya di kelas 6-A ada penunggunya saat
diceritakan hal itu aku ingat aku pernah melihat seseorang di masjid lantai 2 saat itu aku
masih kelas 1. Ketiga, aku ingat saat temanku tidak ingin mengaku kalau dia mengambil uang
milik teman sebangku-ku, entah kenapa aku memang tidak terlalu suka dengannya, sifatnya
yang sombong membuatku ingin memukulnya. Keempat, dulu saat kelas 5 sepertinya, saat itu
sepulang sekolah masih ada bimbel pas istirahat aku selalu kerumah temanku dibelakang
sekolah, aku dan teman-temanku sering sekali dikejar anjing entah karena apa kita dikejar
karena tidak ada jalan lain mau tidak mau kami harus lewat jalan yang ada anjing tersebut.
Kelima, aku pernah nangis saat pulang sekolah Karena aku ditinggal oleh tanteku, ia kira saat
itu aku sudah naik ke motor, bahkan aku baru mengangkat kaki sebelah tanteku sudah
menjalankan motornya alhasil aku ditinggal dan menangis dan untungnya tanteku merasa saat
dijalan, konyol memang. Keenam, saat aku melaksanakan Ujian Nasional, aku
mengerjakannya tanpa beban Karena sebelumnya aku memiliki persiapan yang matang dan
usaha yang mati-matian. Ketujuh, sebelum Ujian Sekolah aku pernah terbentur di tangga
dengan kerasnya dan itu berhasil membuatku menangis hingga aku telat untuk TPA dan
ternyata dari benturan itu memiliki dampak buruk kedepannya, luka yang sebelumnya sudah
tidak apa-apa kembali lagi.
Saat aku umur 1 tahun aku memiliki tumor awalnya ibuku hanya menyadari bahwa itu
cuman benjolan kecil tapi seiring waktu berjalan benjolan tersebut makin membesar dan
ibuku pun memberitahu ayahku dan konsultasi ke puskesmas.
“Dok, ini sebenarnya udah agak lama saya kira benjolan biasa. Eh! Ndataunya makin lama
makin besar itu kenapa ya dok?” Tanya ibuku pada dokter. Dokter itu pun memeriksaku
dengan serius “Maaf, bu. Ini bukan benjolan biasa tapi ini tumor. Tumor kalau tidak segera di
operasi bisa menjadi tumor ganas.” Terang dokter.
“yaudah dok, di operasi aja secepatnya” ujar ibuku khawatir
“yasudah kalo begitu, nanti akan saya berikan surat rujuk ke rumah sakit.” Kata dokter
tersebut
“Terima kasih kalau begitu, dok.” Ucap ibuku sendu

Setelah pulang dari puskesmas, ibuku langsung mempacking barang-barang untuk


persiapan. Saat hari-H aku akan operasi aku harus opname dan puasa selama tiga hari. Saat
aku menjalani puasa selama 3 hari, ibuku benar-benar tidak tega karena aku terus meminta
minum dan tidak bisa tidur kalau tidak di ayunan. Setelah puasa selama tiga hari, tiba saatnya
aku di operasi selama dua jam. Setelah penantian lama itu, akhir selesai dan syukurlah
operasi itu berjalan lancar. Karena operasi itu, kepalaku menjadi rentan kena benturan, dan
benar adanya aku terbentur dengan kerasnya dan itu membuat sarafku terjepit dan harus
mengkomsumsi obat pereda sakit, itu membuatku menderita karena aku masih harus
menepuh pendidikan yang lebih tinggi dan memerlukan pikiran yang keras. Tetapi hal itu
sedikit terhambat karena hal itu.
Bagian 2
Pahit dan Manisnya Kehidupan

Kehidupan memang tidak semanis gula dan tidak juga sepahit kopi. Kehidupan
itu seperti kopi yang diberi gula, diawal memang pahit tapi sesudahnya pasti ada akhir
yang bahagia. Tapi itu tidak berlaku padaku apa yang telah pergi tidak akan kembali.
Kehidupan SMP-ku, aku mengawali dengan pertama kalinya aku merasakan apa
itu mos yang katanya kita akan disuruh-suruh dan itu benar-benar sulit, tapi menurutku
itu biasa saja tidak terlalu sulit. Aku mendapatkan hal baru saat di smp, aku
mendapatkan teman baru dan pertama kali merasakan sekolah negeri. Hari pertama
sekolah, aku mendapatkan tempat duduk paling belakang dan duduk bersama seorang
perempuan bernama Nadya, tapi aku tidak terlalu dekat karena dia selalu bersama
temannya di kelas lain. Namun, aku tidak terlalu lama duduk dengannya hingga aku
dipindahkan oleh wali kelas karena aku tidak bisa melihat tulisan dengan jelas karena
mataku minus, partner keduaku setelah dipindahkan itu perempuan namanya Ica dan
aku duduk dengan hingga lulus dengannya. Banyak hal baru yang kudapat, hingga saat
aku kelas 2 Smp aku mendapatkan pengalaman yang benar-benar baru yaitu ditembak
cowok, orang bilang sih itu namanya cinta monyet. Saat aku ditembak menurutku itu
sedikit aneh karena aku tidak tahu-menahu akan hal itu. Ternyata orang yang nembak
aku itu temanku sendiri ntah mengapa dia seperti sebut aja namanya Ibra, awalnya
temanku yang namanya Siwi itu bilang katanya ada yang suka sama aku, tapi dia tidak
memberitahu namanya siapa. Saat aku tau kalau yang suka sama aku itu Ibra, hari itu
juga dia nembak aku.
“Farah, aku mau ngomong sama kamu.” Ucap Ibra membuka suara
“Yauda si, ngomong aja” balasku cuek
“Aku suka sama kamu, Far”
Aku hanya diam seribu bahasa, hatiku bergejolak aneh dan aku tidak suka hal itu.
“Gak usah dijawab sekarang juga gapapa kok” lanjutnya saat tahu aku hanya diam
“Apasi, Bra. Gausah aneh-aneh kamu”
“Aku gk becanda, Far”
“Gausa aneh-aneh lah, jadi canggung loh malah”
“Aku serius, kutunggu jawabanmu, Far”
Aku hanya diam dan berlalu meninggalkannya. Dan setelahnya aku dihasut sama Siwi
tentang Ibra. Esoknya, Ibra menemuiku dan menuntut jawaban soal kemarin.
“Farah” sapa Ibra
“Apa?” balasku cuek
“Kamu sudah ada jawabankah.”
“Iya, aku mau” jawabku sedikit bimbang
“SERIUSS??!!” soraknya kegirangan
“Iya, serius”
“Makasih ya”
Setelah itu, saat aku sudah dirumah, Ibra memberiku sms dan aku sedikit risih dengan
keputusanku menerimanya.

Esoknya, aku langsung memutuskannya karena suasana hatiku yang tidak enak
dan itu sangat canggung.
“Ibra” sapaku resah
“Iya, kenapa?” jawabnya sembari tersenyum
“Aku mau ngomong”
“Iya, kamu mau ngomong apasih”
“Aku mau putus” kataku dengan gugup
“Hah?” katanya dengan cengo
“Iya, aku mau putus”
“Kenapa? Ko gitu? Kamu becanda ya?” tanyanya tidak percaya
“Aku gatau juga, rasanya aneh aja gitu. Aku ga becanda”
“Kamu serius, beneran mau putus?”
“Iya, keputusanku sudah bulat. Maaf ya” kataku mengakhiri pembicaraan dan sembari
berlalu meninggalkannya yang diam seribu bahasa ditempatnya.

Setelah kejadian itu yang awalnya biasa-biasa saja sering berbincang, sekarang
jika ada kepentingan saja baru berbincang dan itu pun seadanya. Tetapi, aku lebih lega
seperti ini. Kejadian itu, merupakan secercah pengalaman yang kudapat sewaktu Smp.

Saat akan mendekati Ujian kenaikan kelas, sekolahku mengadakan event bazar
yang meriah dan menyenangkan. Tetapi, aku malah mendapat kabar duka. Kematian
adalah hal yang paling jauh dari pikiran kita, walaupun sebenarnya ia lebih dekat dari
segala yang dekat dengan kita. Kematian pasti datang untuk semua yang hidup,
mengingat keberadaannya membantu manusia untuk mempersiapkan hidup setelah
kedatangannya. Ya, aku berduka disaat orang lain bahagia.
Setelah dapat kabar duka dari keluarga kalau nenekku telah tiada. Aku langsung
dijemput dan pulang, dan suasana rumah benar-benar kelabu dan sendu, tidak ada
secercah cahaya kebahagiaan disana. Rumahku dipenuhi isakan tangis pilu, tidak
menyangka bahwa nenekku akan pulang secepat itu.

Setelah berduka, cobaan lebih banyak berdatangan. Meskipun begitu, aku hanya
melewati cobaan tersebut da nada akhir yang bahagia.
Bagian 3
Kisah Kasih di SMA

Kisah di SMP dan di SMA tidak jauh berbeda, mungkin yang membedakan
hanyalah di SMA kita lebih dewasa, pengetahuannya lebih dalam, dsb. Di SMA juga
ada mos tapi namanya MPLS, awal masuk aku hanya bersama sepupuku yang kebetulan
juga dia bersekolah disitu, di Sma juga aku langsung mendapatkan banyak teman.
Setelah MPLS kami mengikuti ujian kejuruan. Jurusan yang kupilih saat itu adalah
MIPA dan IPS, dan akhirnya aku masuk di jurusan MIPA, MIPA 5. Awalnya kelasku
benar-benar damai dan tenang, seiring berjalannya waktu kelasku adalah kelas yang
paling sering diomongin oleh banyak guru dari kelas 10-12.

Aku punya teman dekat di kelas, kelakuannya benar-benar absurd, entah kenapa
aku bisa punya teman seperti mereka. Kami di kelas membentuk seperti
geng/kelompok. Gengku terdiri dari 8 orang, mereka semua memiliki tingkat
kekonyolan yang tinggi. Tetapi sebelum ber-8, ada kegiatan yang membuat kita tukar
anggota geng, aku dan wiwi awalnya salah tempat, kita malah berbaris di barisan geng
Santhy. Setelah itu, seiring berjalannya itu kita menjadi ber-8. Anggota dari geng kamu
dari yang tertua yaitu, Wiwi, Shinta, Indul, Icul, Christa, Nabila, dan terakhir Anjeli.
Kita memiliki silsilah keluarga yang tidak ada faedahnya sama sekali.

Saat kenaikan kelas XI, aku merasakan lagi yang namanya ditembak tapi berbeda
lagi. Namanya Reynand, awalnya aku dan Reynand tidak saling mengenal. Dimulai dari
dia sering nge-chat aku, hanya dalam beberapa minggu dia nembak aku.
“Hai, Nana” sapanya
“Iya, hai”
“Lagi apa?” tanyanya
“Oh, main hp aja”
“Aku mau ngomong sesuatu, boleh gk?”
“Iya ngomong aja”
“Aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu, gatau kenapa bisa gini” ungkapnya
“Iya, terus?”
“Kamu mau gk jadi pacarku?”
“Aku gatau, kasih aku waktu”
“Berapa lama?”
“Sampai aku tau perasaanku”
“Hari ini tanggal 12 September, kutunggu jawabannya sampai 19 Oktober, bisakan?”
“Oke, bisa”
Setelah itu dia selalu bertanya apa jawabanku, hingga tiba saatnya tanggal 19 Oktober.
“Nana, gimana jawabanmu, aku gapapa kok kamu nolak”
“Iya, aku bakal ngebuka hati”
“Serius?? Makasih yaa..” serunya
Setelah itu dia jadi memanggilku Ara dan yang kutau dari dia bahwa sifatnya terhadap
pasangannya sangat posesif, hingga aku nyaman dengannya karena perlakuannya
terhadapku membuatku luluh.

Hingga saat ini sampai kita disibukkan dengan Ujian-ujian, kami jarang chatan
karena kesibukan kami tetapi hal itu tidak menjadi penghalang. Hingga kami lulus dan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Epilog

10 tahun kemudian
Aku sudah menikah dengan seseorang yang membuatku nyaman dan yang selalu
membantuku dalam keadaan susah maupun senang. Aku dan dia dikaruniai anak
perempuan, namanya Reyra.
“Sayang, mana Reyra?” Tanya Reynand sembari mendekat padaku
“Tuh, lagi main di luar”
“Walah, ayo kita kerumah ibu” ajak Reynand
“Yaudah ayo, aku siap-siap dulu”
“Bunda, kita mau kemana?”
“Kita kerumah nenek ya, sayang”
“Oke, Bunda”
Begitulah kehidupanku sekarang, aku bersyukur akan kehidupan yang kujalani
sekarang.
Prolog

Cerita tentang kehidupan yang kujalani, berbagai kenangan yang terlukis di


kehidupanku. Kenangan pahit dan manis, berduka dan bersuka cita, senang dan sedih.
Banyak hal yang terjadi dari aku kecil hingga aku dewasa. Dari kisah itu memberi banya
pelajaran tentang kerasnya hidup di dunia.

Anda mungkin juga menyukai